Definisi Jeon Jungkook || Koo...

By fantae-ssi

96.2K 9.4K 1K

Kali ini, siapkah kamu untuk mengetahui semua definisi yang dimiliki Jungkook? Siapkah kamu untuk menerima ke... More

Starting
1. Jawaban
2. Tampan
3. Kemarahan
4. Mempesona pt 2
- SEKILAS -
5. Romantis
6. Matahari
7. Mudah Cemburu
9. Kuat
10. Kehangatan
11. Pria Sejati
12. Whipped Man pt 1
13. Tuan Sibuk
14. Pembenci Takdir
15. Salah Paham
16. Perfeksionis
17. Mempesona pt 1
18. Terluka
19. Setenang Air
20. Terobati
21. Kembali
22. Euforia Sejati
- EXTRA -
23. Ular
24. Bintang Paling Terang
25. Setia
26. Kebahagiaan
27. Pemenang
‼️UNDER CONSTRUCTION‼️

8. Benci Kekalahan

2.6K 315 51
By fantae-ssi

Jungkook benci kalah. Apalagi kalah dalam mempertahankan Taehyung. Maka dari itu ia berjanji untuk selalu memenangkan pria itu apapun taruhannya. Nyawa juga bukan masalah bagi Jungkook.

Pria berambut arang itu tidak perlu terkejut ketika menemukan surat bersegel mawar di depan pintu rumahnya. Meski sudah lama ditinggalkan, bukan berarti Jungkook melupakan ciri khas tersebut. Surat itu pasti dari seorang pejabat penting.

"Dari tuan Jeon."

Karena jika menyebutnya dengan appa, ada sesuatu yang membuat hati Jungkook sakit.

"Untuk Jeon Jungkook."

"Kau seharusnya menjadi penerus perusahaan Appa, tapi yang kau lakukan hanya membuat malu. Balapan liar, berkelahi, memukul wanita, dan parahnya adalah berhubungan sesama jenis. Kim Taehyung namanya, hm? Tinggalkan dia, Jungkook."

Bukan tentang bagaimana rindunya seorang ayah pada anak sulungnya. Bukan juga tentang betapa beliau menginginkan reuni keluarga kecil mereka. Akan tetapi tentang kelanjutan perusahaan. Juga sedikit ancaman yang membuat jemari Jungkook meremas surat itu dengan mata memerah.

Ternyata tidak cukup dengan meninggalkannya lima atau enam tahun lalu. Pria yang hampir ia amnesiakan dalam kepalanya, telah kembali dan berusaha menghancurkannya lagi. Lebih tepatnya menghancurkan definisi kebahagiaan untuk Jeon Jungkook.

"Atau kau bisa bertanding dengan appa." Jungkook membaca kalimat terakhir. "Pemenang dapat mengajukan keinginannya dan semua ini akan dipertimbangkan."

***

Maka di penghujung April 2019, satu-satunya keturunan pria dari marga Jeon itu menginjakkan kaki di tempat yang ditentukan. Sebuah arena tinju yang terletak di tengah kota Seoul yang padat. Hanya berbeda satu lantai dengan klub malam yang berisi para orang penting.

Park Jimin diminta Jungkook untuk menyelinap disana. Dengan setelan jas mahal dan rambut pirang, pria itu duduk tak jauh dari ring dan memusatkan pandangan pada sahabatnya.

"Tuan Jeon sebentar lagi akan datang." Ucap seorang wanita berpenampilan molek yang diduga sebagai sekretaris pribadi Tuan Jeon.

Kolega dari perusahaan tuan Jeon berada disana dan Jungkook tahu itu. Mata mereka memandang langsung ke arah dan semua gerak-geriknya. Mulai dari ia masuk ke dalam ring dan bersandar di salah satu tiang. Kedua tangannya ia lipat di depan dada. Sepertinya, sang appa sudah memperkenalkannya secara sepihak kepada para koleganya.

Memikirkan akan melanjutkan Jeon corp. hanya membuat Jungkook berdecih. Bertepatan dengan pintu utama yang terbuka lebar dan sang appa masuk ke dalam ruangan. Ia telah bertelanjang dada meski jubah merah besar menutupi sebagian besar tubuhnya.

Senyumnya dingin. Jungkook hanya menunduk hormat sejenak sebelum melakukan senyum yang sama. Semua orang pun tahu bahwa mereka berdua memang memiliki hubungan darah.

"Para hadirin yang terhormat." Sapa tuan Jeon. "Malam ini, aku akan memperkenalkan putra sulungku, Jeon Jungkook."

Tepuk tangan meriah terdengar. Jimin masih terus mengamati.

"Dia adalah pria yang kuat dan berotak cerdas. Jika malam ini dia menang, aku akan menuruti permintaannya dan begitu juga sebaliknya. Kalian semua adalah saksi disini, karena aku sangat mempercayai kalian."

"Suatu kehormatan bagi kami, tuan Jeon."

Jeon Junmyeon tersenyum, jauh berbeda dari yang diberikannya pada Jungkook. Dasar penggila martabat, kata Jungkook dalam hati.

"Semoga kalian menikmati."

Kalimat itu menutup perbincangan kecil mereka. Junmyeon ikut masuk ke dalam ring dan melepaskan jubahnya disana. Sang sekretaris langsung mengambilnya dan disampirkan di lipatan tangan kirinya.

"Sudah lama sekali ya, Jungkook?"

"Sangat lama, tuan Jeon."

"Tidak perlu kaku begitu, nak. Panggil aku sebagaimana kau memanggilku dulu."

"Oh, aku tidak ingat jika dulu aku mengenalmu selain sebagai tuan Jeon yang terhormat."

Junmyeon merapatkan giginya, mencoba menahan diri untuk tidak berkata kasar. "Kita lihat sampai setinggi apa dagumu itu bisa naik, Jungkook."

"Wahh!"

Jimin sama terkejutnya seperti kebanyakan orang di dalam ruangan. Tubuh dua Jeon itu sebelas dua belas sama kekarnya. Perbedaannya hanya kulit Jungkook yang lebih mengkilap dan abs-nya yang tercetak jelas. Sementara sang appa memiliki tato kepala harimau di leher belakangnya. Mereka pun memakai sarung tangan, hitam untuk Jungkook dan merah untuk lawannya.

"Ronde satu dimulai."

"Kau sudah siap, nak?"

"Tidak pernah sesiap ini sebelumnya."

Jungkook dan sang appa menyiapkan kuda-kuda mereka dengan kedua tangan dikepal siaga. Mata hitam Jungkook tak pernah meninggalkan wajah ayahnya yang berubah bengis. Ia tahu ayahnya sangat kuat dan ia tahu ayahnya ingat dengan jelas dimana letak kelemahannya.

Namun, tak ada salahnya berharap. Ketika pukulan dari tangan merah tidak mengenainya, Jungkook langsung membalas. Melenceng sedikit, seharusnya itu melukai lengan atas, bukan hanya menggesek bahu.

Keringat keduanya terlihat mengucur dibawah temaram lampu diatas kepala mereka. Jimin menggigit bibir ketika sudut bibir Jungkook robek. Pria itu jatuh terjengkang dan sang ayah menduduki perutnya. Wajah tampan itu kini lebam ditambah dengan kalimat dingin yang meluncur dari pria yang lebih tua.

"Kau tahu kau akan kalah, Jungkook. Sebenci apapun kau padaku, pada akhirnya kau harus tunduk juga."

Jungkook meninju dada kiri ayahnya sehingga ia terbatuk. Pipi kanannya dibalas jadi sasaran.

"Aku tidak sudi melepaskan kebahagiaanku demi kebahagiaan orang egois sepertimu!"

Senyum Taehyung adalah penyemangatnya. Saking tidak ingin kehilangannya, adrenalin Jungkook bertambah. Ia membanting tubuh sang ayah ke lantai ring dan keadaan pun berbalik. Sengaja, yang menjadi sasaran adalah dada kiri pria itu. Titik lemah yang Jungkook ketahui beberapa saat lalu.

"Kau boleh berkuasa dengan uangmu." Ucap Jungkook. "Tapi kau tidak akan bisa berkuasa atas hidupku."

Jungkook tidak dalam mode ingin membunuh ayahnya sendiri. Maka dari itu ia bangkit ketika ayahnya mulai batuk berdarah. Ia berbalik dan hendak menyatakan kemenangannya.

Dugh!

Dan sama seperti dirinya, Junmyeon juga tahu dimana letak kelemahan Jungkook.

Tubuhnya terjerembab ke depan dan kaki sang ayah langsung menahan lehernya. Ia menginjaknya cukup kuat sampai urat Jungkook mulai muncul ke permukaan. Pria itu mengerang dan berusaha bangkit. Gagal. Jelas gagal karena kaki lain sang ayah telah menginjak telapak tangan kirinya.

"Argh!!"

"Kau bukan tandinganku, nak."

"Singkirkan kakimu dari tubuhku!"

"Mengalah hanya karena melihat musuhmu terluka itu adalah sesuatu yang bodoh, Jungkook. Kau harus membuatnya sampai sekarat, baru bisa bebas berbalik dan menyatakan kemenanganmu."

"Arggh..."

"Punggungmu adalah kelemahanmu 'kan Jungkook? Mungkin karena dulu aku sering memukulnya dengan sapu karena kau sangat nakal."

"Menyingkirlah!"

Junmyeon terkekeh. "Dan sayap di motormu itu kau bilang karena kau ingin menemukan belahan lainnya? Lucu sekali Jungkook.

"Padahal sayap itu hanyalah penghibur dari kelemahanmu. Punggungmu yang lemah karena beberapa tulang belakang pernah patah saat kau kecil.

"Sayap yang kau impikan di punggungmu itu tak akan pernah bisa membawamu terbang, Jungkook. Kau tidak akan pernah bebas selama aku masih hidup."

"Jangan urusi kehidupanku!"

"Bagaimana kalau aku mengganggu hidup Kim Taehyungmu saja? Sepertinya menyenangkan juga."

"Jangan bawa dia ke masalah ini!"

"Kalau begitu kau tak punya pilihan."

Pijakkan di lehernya makin kuat dan Jungkook hanya ingin segera membebaskan diri.

"Hidup dengan caraku atau hidup tanpa Taehyung."

"Apa maksudnya hidup tanpa Taehyung?!"

"Maksudnya adalah..." Junmyeon menyeringai. "Kau hidup, tapi Taehyung tidak."

Jungkook bersumpah ia membenci ayahnya. Namun, ia jauh lebih membenci dirinya sendiri yang tidak mampu memenangkan Taehyung. Tunggu, memenangkan dan mempertahankan itu berbeda, bukan?

Untuk pertama kalinya, Jungkook meneteskan air matanya di hadapan Park Jimin. Pria pirang itu hanya mampu mengelus punggung sahabatnya dan mengatakan semua akan baik-baik saja. Di luar sebuah minimarket dengan dua kaleng soda di masing-masing tangan mereka.

"Tapi semua tidak baik-baik saja, Jimin." Jawab Jungkook. "Aku akan segera kehilangan Taehyung!"

***

Aku gatau aku nulis apa tapi semoga kalian mengerti alurnya hehehe

Ini dari part 3 bagian akhir dimana Eomma Jungkook ngungkit tentang Appanya yang terus mengintai kehidupan Jungkook. Appanya tau tentang Taehyung.

Continue Reading

You'll Also Like

94K 10.3K 32
Jaemin dikejutkan ketika sang pacar menyatakan bahwa bayi merah yang digendong oleh ibunya adalah anaknya. Sementara sang pacar sudah menghilang enta...
87.1K 6.6K 47
cerita fiksi jangan dibawa kedunia nyata yaaa,jangan lupa vote
1.1M 61.5K 65
"Jangan cium gue, anjing!!" "Gue nggak nyium lo. Bibir gue yang nyosor sendiri," ujar Langit. "Aarrghh!! Gara-gara kucing sialan gue harus nikah sam...
272K 30K 33
Menceritakan tentang seorang anak manis yang tinggal dengan papa kesayangannya dan lika-liku kehidupannya. ° hanya karangan semata, jangan melibatkan...