10. Kehangatan

2.3K 310 38
                                    

Jungkook itu sumber kehangatan untuk Taehyung. Mau cuaca sedingin apapun dan selimut setebal apapun, hanya Jungkook sosok yang Taehyung cari untuk dipeluk olehnya. Hanya dua mata dan satu jantung itu yang ia definisikan sebagai suatu kehangatan.

"Tae." Panggil Jungkook di suatu malam.

"Ya, Kookie?"

"Kemari dan peluk aku."

"Ini aku sedang memelukmu."

"Kurang erat."

"Mau seberapa erat?"

"Seerat-eratnya."

Taehyung tidak bertanya lebih lanjut. Ia melakukan apa yang Jungkook suruh. Pokoknya, tangannya melingkar di tubuh pria itu dengan sangat erat sampai dada mereka saling bersentuhan. Kepalanya di sembunyikan diantara ceruk leher Jungkook.

"Begini lebih baik." Ucap Jungkook lega.

Ia memeluk pinggang Taehyung sama eratnya. Lalu, Taehyung teringat sesuatu dan berusaha menjauhkan diri dari Jungkook. Pria bergigi kelinci itu membuka mata dan mengernyitkan alis pada tunangannya.

"Ada apa, Tae?"

"Aku sedang demam. Kau tidak boleh dekat-dekat denganku! Nanti kau tertular!"

Jungkook terkekeh dan tetap memeluk Taehyung erat. "Kau demam dan kedinginan, biarkan aku jadi selimutmu malam ini."

"Tapi kalau nanti kau tertular demamku bagaimana?"

"Shh... Sakit bersama terdengar romantis buatku."

"..."

"Pipimu memerah loh, Tae."

Taehyung menarik tangannya untuk ditangkupkan ke pipinya sendiri. Rasanya hangat, jadi tidak heran kalau memang warnanya merah.

"Merah karena demam." Ucap Taehyung.

"Yakin bukan karena ucapanku?"

"Pokoknya karena demam!"

"Ish, memaksa."

Jungkook tertawa dan sedikit mengendurkan pelukan mereka. Nyaman sih, tapi lama-lama sesak juga. Ia menyusuri rambut Taehyung yang panjangnya sudah sampai sebawah telinga. Waktu berlalu tanpa aku menyadarinya, pikir Jungkook.

Pria dihadapannya itu punya bibir yang pucat sekarang dan Jungkook masih menyalahkan dirinya sendiri. Kalau bukan karenanya, pasti tubuh sang tunangan baik-baik saja dan bisa lanjut syuting besok.

"-kook! Jungkook!"

Jungkook mengedipkan mata sebelum membalas tatapan mata Taehyung. Pria itu terlihat khawatir.

"Apa yang sedang kau pikirkan?" Tanya Taehyung penasaran. "Akhir-akhir ini kau sering melamun, Kookie."

"Tidak ada yang kupikirkan kok." Jungkook pun tersenyum tanpa menunjukkan gigi.

"Aku tunanganmu." Taehyung tidak menyerah. "Aku berhak tahu apa yang sedang menghantui pikiranmu."

"Itu kau, Tae."

"Apa?"

"Itu kau, yang menghantui pikiranku."

Sasaran kepalan tangan Taehyung adalah perut kotak Jungkook. Pria manis itu menutup wajah dengan bantal setelahnya. Ditanya sungguhan, tapi Jungkook justru membalasnya dengan gombalan. Tunangan yang tidak tahu diri dasar, rutuk Taehyung.

Dengan satu tarikkan kuat, Jungkook berhasil menyingkirkan bantal itu dari wajah Taehyung. Ia tertawa setelahnya dan setengah bangkit hanya untuk mencium pipi kemerahan milik Taehyung. Wah, sekarang pipi itu berubah semakin merah dan Jungkook bangga melihatnya.

"Aku senang aku selalu berhasil membuatmu tersipu begitu, Tae."

"Aku tidak tersipu! Aku demam!"

"Mau kucium? Supaya demamnya hilang?"

"Mana bisa begi--ISH, JUNGKOOK MENYEBALKAN SEKALI SIH!"

Iya, yang baru terjadi itu Jungkook mencium kening Taehyung. Tidak lama dan tidak cepat. Normal. Keningnya masih hangat, tapi sudah cukup turun dibanding beberapa jam lalu. Pria itu pun turun dari kasur sebelum Taehyung sempat memukulnya.

Ia berlari ke dapur di apartemen Taehyung. Ada Jin dan Namjoon disana. Keduanya sibuk dengan peralatan dapur.

"Hai, hyungs."

Jin menoleh sementara Namjoon sibuk mengangkat panci ke meja makan.

"Hai, Kook-ah. Bagaimana keadaan Tae?"

"Demamnya sudah turun, hyung."

"Bawa dia kemari. Kita akan makan malam bersama."

"Oke, hyung."

Jin dan Namjoon tidak perlu terkejut setelahnya. Mereka hanya memandang penuh pengertian ketika Jungkook menggendong Taehyung ke meja makan dan meletakan pria itu di kursi terdekatnya. Taehyung sempat marah-marah digendongannya, tapi berakhir dengan wajah merah saat Jin menatapnya dengan alis dinaik turunkan.

Namjoon pun berdeham. "Kau sudah baikan, Tae?"

Taehyung mengangguk cepat.

"Tapi kenapa pipimu masih sangat merah begitu?"

"Hyuuuuung~"

Makan malam hari itu dipenuhi suara tawa selain suara desingan antara sendok dan piring. Lalu, diakhiri dengan Jungkook yang kembali menggendong Taehyung ke kamar. Pria itu menyelimutinya sampai dada dan hendak mematikan lampu sampai sebuah tangan menahan lengannya.

"Kookie..." Panggil Taehyung dengan wajah sangat mengantuk.

Pria itu pun kembali duduk di ujung kasur dan menatap sang tunangan penuh perhatian.

"Terima kasih, ya." Taehyung tersenyum. "Terima kasih sudah menjadi sumber kehangatan untukku. Kau itu hangat. Sangat hangat. Aku suka memelukmu."

Jungkook balas tersenyum. Kali ini gigi kelincinya muncul.

"Nyanyikan lagu untukku."

Taehyung menunggu Jungkook menyanyikan lagu untuknya. Pria itu memejamkan mata dan menarik nafas panjang sebelum melodi berlirik indah keluar dari mulutnya. Tentu saja lagu dari Justin Bieber--idola nomor satu Jeon Jungkook.

"Lately I've been thinkin'
Thinkin' 'bout what we had"

Telinganya sangat beruntung bisa mendengar suara indah Jeon Jungkook ketika jam menunjukkan tengah malam. Suara lembut dan khas itu mengalahkan segala jenis obat terbaik yang ada di dunia. Bahkan mendengar suara Jungkook saja bisa membuat hati Taehyung menghangat. Hangat, berdegup kencang, dan semakin jatuh cinta.

"I wish that I could give you what you deserve"

Mata Jungkook terbuka setelahnya dan ia balas menatap Taehyung. Mungkin hanya efek cahaya bulan yang mengintip diantara tirai, tapi seperti ada pantulan air di mata Jungkook. Seperti ada yang ingin disampaikannya lewat tatapan itu. Atau mungkin lewat lirik lagunya?

"'Cause nothing can ever
Ever replace you
Nothing can make me feel like you do"

Taehyung terlalu lelah untuk membuka matanya lebih lama. Ia berusaha melawan rasa kantuknya, sungguh ia ingin mendengar suara sang tunangan lebih lama. Namun apa daya ketika obat demamnya telah bekerja dan mengambil alih kesadarannya.

"There's nothing like us
There's nothing like you and me
Together through the storm"

Sementara Jungkook hanya bisa menahannya. Beban yang ada di pundak dan hatinya, lalu pikirannya yang terpecah kemana-mana. Ia butuh pelepasan. Pelampiasan. Ia butuh sebuah balapan yang menantang. Sekarang juga. Maka dari itu ia melepas genggaman tangan Taehyung dari lengannya. Maka dari itu ia menyanyikan lirik terakhir dengan suara yang berbisik.

"There's nothing like us
There's nothing like you and me
Together"

***

Hmmm... surprise? Menurut kalian, apa yang terjadi kalo Jungkook balapan di tengah malem gitu?

Definisi Jeon Jungkook || KookV (RECONSTRUCTION)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang