Tentang dia (END)

By meyriska667

23.1K 979 17

Dia seseorang yang aku kaitkan dengan hujan, dia seseorang yang mengajariku makna hujan yang bisa jatuh berka... More

prolog
Kecelakaan maut
kamu siapa?
"Dengan nona Meira?"
aku, kamu, juga hujan
Kenapa tuan hujan?
Kenapa nona pelangi?
Tentang dia
Gak rindu?
emang bahaya kalau merindu?
Kamu ke JannaNya sama siapa?
Aku rindu hujan
Kamu dimana?
kamu dimana? (2)
Meira, maaf
I Love You
I Love You To
Takkan Terpisah
Bayangan samar
Teka-teki simbok dan tante Elvi
Kecelakaan sebelumnya?
Apa benar itu dia?
Epilog
Sayang kalian
Heiii
INFOOO Sequeelll!!!

Janji hujan

457 31 0
By meyriska667

Dengan bersenandung kecil, aku memacu mobilku dengan kecepatan sedang menuju kost-an-nya. Sudah satu tahun lebih aku tak pernah berkunjung ditempat itu.

Hmm dia masih ada disana gak yah? Saat sampai, aku memarkir mobilku, lalu turun dan melihat keadaan sedikit berbeda dari yang dulu waktu aku pergi bersamanya. Perlahan aku melangkah menuju teras dan mengetukkan jari-jariku.

Tiga, dua, satu. Pintu terbuka dan menampakkan sosok pemuda beralis tebal yang kuyakini lebih mudah dariku. "Adek, orang yang tinggal disini mana yah?"

Astaga, satu kebodohanku, aku tidak mengetahui namanya. Tapi intinya aku harus berusaha mencarinya, sebelum aku ke bogor dan tinggal beberapa hari lagi aku akan berangkat. itu artinya aku punya sedikit waktu untuk mencari tahu tentangnya. Bodohnya awal kepergiannya aku tidak langsung mencarinya, kemana sih dia?

"Kak? Kenapa melamun?" Suara pria beralis tebal itu mengagetkanku. "Oh gak kok, kamu tahu orang yang kumaksud?" Kutanya lagi.

"Yang mana yah kak? Apa kak Alfa ?"

Aku mengernyit mendengar nama itu. Alfa? Siapa lagi itu? Aku menarik napas dalam-dalam, namun tiba-tiba bayangan buram melintas dipenglihatanku dan sebuah suara masuk keindra pendengaranku Alfa siap? perlahan aku memegan kepalaku yang berdenyut kencang, berusaha mengumpulkan serpihan bayang-bayangan yang tercecer.

"Kak? Kakak kenapa?" Tanya pria itu panik berusaha membantuku yang oleng. "tidak. Aku gak papa kok." Aku langsung menggelengkan kepala, tidak menghiraukan denyut yang kurasakan dikepalaku. Ntar juga sembuh sendiri jika dibiarkan dan akunya juga tidak memaksa mengingat.

Perlahan aku sudah berdiri tegak lagi menyesuaikan kepalaku. "Tadi kamu bilang apa? Kak Alfa?"

Laki-laki itu mengangguk. "Kakak kenal?" Tanyanya. Aku menggeleng, toh aku memang nggak kenal. Tapi kalo yang dimaksudnya itu dia? Akhhh risiko gak tau namanya.

"Terus kakak cari siapa?" Lanjut pria itu bertanya, dia memanggilku menggunakan kak karena mungkin ia hanya mengikutiku saja yang terlebih dahulu memanggilnya adek.

"Hmm." Aku sedikit berpikir lalu kujawab, "aku cari seseorang, tapi gak tau namanya." Dari jawabanku, pria itu menyambutnya dengan tawa. Mungkin karena ia menganggap jawabanku jawaban bodoh, mana mungkin ada seseorang yang mencari orang gak tau namanya? Tapi kan... ini aku ada, mencari tahu yang tidak aku tahu namanya.

"Kakak bagaimana bisa ingin mencari tahu seseorang, tapi gak tahu namanya?"

Aku menggigit bibir bawahku, benar 100% sih yang dibilang pemuda didepanku ini, kan emang mencari seseorang harus tahu namanya kalo persoalannya kek gini. Karena mana mungkin aku harus buat brosur dan majangin kalo dicari orang hilang bla bla. Kan gak mungkin?

"Tapi adek kenal dengan orang yang pernah tinggal dikost ini sebelumnya?" Kutanya. Dia tanpak mikir lalu menjawab, "kalau kak Alfa sih kenal, tapi kalo bukan aku gak tau kak."

"Hmm, kak Alfanya sekarang dimana?"

"Gak tau juga kak, katanya sih dia ada urusan dan udah satu tahun juga aku gak pernah ketemu dia, semenjak pergi dari kost ini."

Aku mengangguk menanggapi. "Ya udah, makasih ya dek? Aku pamit dulu."

Aku berjalan gontai menuju mobilku, pikiranku beterbangan dimana-mana. Awalnya memang aku tidak menghiraukan menghilangnya, karena kupikir dia akan kembali lagi seperti dulu dalam jangka waktu yang sebentar, tapi perlahan aku rindu setelah lama dia benar-benar tak muncul lagi. Perlahan rasa sesal tak mencarinya sejak awal muncul. Rasa sesal karena terlalu percaya bahwa dia tidak akan meninggalkan aku.

Air mataku perlahan terjatuh, aku menyekanya sambil berkonsentrasi dengan stir mobil yang kukendalikan sekarang. Tapi air mataku kok perlahan jatuh lagi? Sesakit inikah rindu? Ini yang namanya takkan terpisah? Kenapa aku bodoh banget pas diantar hari itu? Kenapa aku gak nanyain makna perlakuannya hari itu? Tapi bukankah takkan terpisah bisa menjelaskan semuanya? Tapi sekarang apa?

Aku melirik jendela mobilku yang perlahan mengabur diakibatkan air hujan diluar yang perlahan mulai deras. Hujan, semua terkait tentangnya. Kamu dimana sih? Kamu siapa sih? Apa aku harus ikhlas dengan menghilangnya kamu tanpa jejak? Semudah itukah? Akhhh tidak, semuanya tak semudah seperti  menumbuhkan rasa nyaman denganmu.

***

Perlahan tapi pasti, waktu begitu cepat berlalu. Sudah satu semester aku duduk dibangku kuliah, sudah enam bulan aku tinggal asrama. Di asrama aku berkenalan dengan teman-teman yang begitu baik, mereka teman-teman yang menutup auratnya dengan pakaian syari'i. Berbaur dengan mereka membuatku sesekali memakai pakaian seperti mereka, rasanya nyaman juga.

Tapi aku belum memakainya tiap hari seperti mereka, menggunakan jilbab pun aku tak memakainya setiap hari. Aku hanya memakainya jika sedang ada kelas, karena memang di kelas kita diwajibkan pake jilbab. Rasa bosan terkadang menghampiri, bagaimana bisa kerjaannya hanya tinggal di dalam asrama membaca ulang lagi, lagi dan lagi buku-buku pelajaran.

Kukan selalu mencintaimu, takkan kubohongi hatiku... hanya kamu yang aku mau, cuma kamu yang kurindukan saat kau tak disisi...

Tunggu, lagu itu? Aku celinguk-celingukan mendengar lagu itu. Dimana asalnya? Perlahan suara itu memudar diakibatkan hujan yang perlahan berjatuhan. Tanpa sadar air mataku juga ikut terjatuh.

Aku menyeka air mataku lalu menghela napas dalam, aku ingin mengenan sedikit tentangnya bersama hujan yang selalu mendatangkannya, aku ingin bercerita sedikit tentangnya ditengah sunyi sendiriku saat ini. Aku mengambil secarik kertas binderku lalu mulai menggerakkan penaku diatasnya. Menggoresnya secara perlahan.

Dia seseorang yang aku kaitkan dengan hujan, dia seseorang yang mengajariku makna hujan yang bisa jatuh berkali-kali, dia seseorang yang mengajariku kebahagiaan menari dibawa lebatnya hujan. Tapi ini bukan soal hujan juga bukan tentang hujan, tapi ini memang tentang dia. Dia adalah hujanku yang menjadi kenangan rindu.

Entah dimana ia sekarang, dulu ia selalu datang disaat aku butuh. Seperti seseorang yang memang Tuhan kirimkan untuk selalu melengkapiku meski dia sendiri jauh dari kata itu.

Tuhan apakah masih ada kesempatan untukku menemuinya? Tuhan aku ingin bertemu dia lagi, dan meminta untuk ia mengajariku tentang hujan, sungguh aku tak bisa mencerna setiap tetesan hujan itu lagi. Karna yang kuingat hanya dia jika melihat hujan. Yang kuingat hanya kenangan yang tak sengaja ia lukis dihidupku.

Perlahan air mataku jatuh begitu deras, aku terisak sendiri diruangan ini. Sekarang aku berada di perpustakaan sendiri, memang jarang aku melihat maha siswa yang berkunjung ditempat ini. Mungkin mereka terlalu sibuk jika ingin berkunjung disini, tapi berbeda denganku perpustakaan tempat pavoritku saat tinggal disini, disamping tempatnya yang sunyi ada juga tempat strategis yang selalu kutempati yaitu sebuah kursi kecil dan meja bundar dekat jendela kaca yang membuat aku makin nyaman menatap diluaran sana secara jelas dan bisa melihat pemandangan dibawa sana.

Asramaku tinggal dilantai teratas, kebetulan di asrama juga disediakan perpustakaan dan tepatnya dilantai asramaku. Aku menghela napas dalam lalu membenamkan mukaku kedalam kedua telapak tanganku. Lama, lalu aku membukanya perlahan sambil menelan ludah susah.

Aku menyipit melihat sebuah kertas didepanku, perasaan tadi tidak ada apa-apa didepanku selain kertas binderku. Aku memang jarang mengambil buku di perpustakaan untuk aku baca, aku ke perpustakaan bukan untuk membaca tapi memang untuk menyendiri.

Perlahan aku meraih kertas itu lalu membukanya perlahan, aku mengernyit membaca pesan didalamnya.

Janji hujan

Maksudnya? Siapa yang menaruh? Janji? Hujan? Maknanya? Aku menggigit bibir bawahku berusaha mencerna, tiba-tiba sekelebat bayangan mampir dalam benakku. Hari itu? Saat dia mengantarkan makanan? Aku... akhh berusaha mengingatnya membuat kepalaku berdenyut. Dia pernah bilang...

Jika suatu hari nanti aku tak berada disisimu lagi, cukup kamu menungguiku dipinggir danau itu. Jika tiga hari kamu menungguiku, namun aku tak kunjung datang kurasa tak ada lagi yang perlu kau harapkan dariku,

Akhh yah, menunggunya dipinggir danau? Tiga hari? Kek apa aja deh, ditunggu tiga hari. Apasih? Teka-teki apa? Kenapa susah banget ditebak? Dan kenapa dipinggir danau? Apa dia itu makhluk... akhh aku berpikir apasih?

Aku meremas kertas itu, berusaha berpikir hal apa yang harus aku lakukan setelah ini. Tapi siapa yang meletakkan kertas ini? Apa jangan-jangan dia beneran... Akhhh udah deh Meira gak usah ngayal terlalu jauh aku berusaha menepiskan pikiranku yang macam-macam. Tapi tetap saja pikiran itu tidak bisa kutepis, kalau bukan, lalu siapa yang meletakkan kertas ini?

Aku melirik keadaan sekitar, cuman aku sendiri. Apa mungkin memang tadi kertas ini sudah ada? Tapi... kok aku gak ngeliatnya? Lagi, aku kembali membaca tulisan dikertas itu.

Hmm apa aku harus menunggunya ditepi danau? Tiga hari? Akhh aku ingat, saat itu dia pernah bercerita tentang rumahnya. Apa ia tinggal di rumah itu? Tapi dimana? Letak rumahnya dimana? Aku bingun sendiri dibuatnya, aku kembali melihat kertas itu siapa sih yang meletakkannya? Kenapa gak bilang-bilang? Horror banget dah!

____________________

Continue Reading

You'll Also Like

3K 86 7
Tidak perlu memiliki kenangan pahit untuk menyendiri tapi yang dibutuhkan adalah niat dan tekad yang kuat. ketika seseorang mendekatimu dan menggajak...
2.1K 394 28
[ Cerita ini diikutsertakan dalam event WWC2020 ] Dahlia Naimara, merasakan senang saat seorang cowok kelas 12 melemparnya dengan gulungan kertas lec...
16M 168K 15
[Sebagian bab sudah dihapus] 🍁Doctor Lover's🍁 Vivian bekerja di sebuah rumah sakit keluarga milik Bimasatya. Pada masa internshipnya, dia ada di ba...
10.1K 266 40
Ini bukanlah novel, tapi ini adalah rangakaian sajak yang dibuat oleh sang penikmatmu Ganaku