ALASKA

By nisaafatm

33.9M 2M 190K

[SUDAH TERBIT DI COCONUTBOOKS (Bintang Media)] Alaska Tahta Wardana, cowok jangkung berwajah tampan, pandai d... More

prologue
alaska; 1
alaska; 2
alaska; 3
alaska; 4
alaska; 5
alaska; 6
alaska; 7
alaska; 8
alaska; 9
alaska; 10
alaska; 11
alaska; 12
alaska; 13
alaska; 14
alaska; 15
alaska; 16
alaska; 17
alaska; 18
alaska; 19
alaska; 20
alaska; 21
alaska; 22
alaska; 23
alaska; 24
alaska; 25
alaska; 26
alaska; 27
alaska; 28
alaska; 30
alaska; 31
alaska; 32
alaska; 33
alaska; 34
alaska; 35
alaska; 36
alaska; 37
alaska; 38
alaska; 39
alaska; 40
alaska; 41
alaska; 42
alaska; 43
alaska; 44
alaska; 45
alaska; 46
QnA
alaska; 47
alaska; 48
alaska; 49
alaska; 50
QnA with Alana
alaska; 51
alaska; 52
alaska; 53
alaska; 54
alaska; 55
alaska; 56
alaska; 57
alaska; 58
alaska; 59
alaska; 60
alaska; 61
alaska; 62
alaska; 63
alaska; 64
ALASKA EPILOG
extra chapter
VOTE COVER
VOTE COVER LAGI
Finishing Cover & Giveaway
OPEN PREORDER
Alaska Spesial 30 Juta Pembaca
Alaska Goes To Movie

alaska; 29

436K 29.7K 2.6K
By nisaafatm

HARI ini yang paling ramai dibicarakan anak-anak SMA Angkasa adalah kembalinya salah satu Prajurit Batalyon, Gilbert Deniendra. Cowok mesum yang kini sudah kembali berkumpul bersama teman-teman lamanya di pojokan kantin yang tempat itu sudah dipatenkan oleh anak-anak Batalyon sebagai tempat makan di kantin ini.

Alaska yang saat itu sedang sibuk memperbaiki letak jam tangannya langsung mendengus kala suara khas Gilden memenuhi isi telinganya. Cowok itu datang dengan cengiran khasnya tak lupa menyalami teman-temannya yang lain dengan tos-tosan ala Batalyon.

Gilden melirik Alaska yang tampak biasa saja melihat dirinya, tidak seperti yang lain yang heboh melepas rindu.

Telapak tangan besar milik Gilden kini menyentuh salah satu bahu Alaska. "Gue balik mas."

"Gak nanya," jawab Alaska asal. Ia melirik Gilden yang masih memasang wajah menjijikannya. Demi apapun, Alaska kesal jikalau dipanggil dengan kata andalan dari Gilden, 'Mas'.

Dipanggil seperti itu benar-benar membuat Alaska geli sekaligus ingin muntah mendengarnya.

"Gimana sama Alana?"

"Gimana apanya?"

"Idih, kamu gak pekaan banget, mas."

"Gak usah bahas dia sama gue."

"Loh, emang napa?" tanya Gilden heboh yang membuat beberapa temannya mendengus kesal.

"Karena Alaska gak suka dan Alfret juga lagi demen sama Alana," jawab Regan seraya memainkan ponselnya. Cowok yang tadi baru saja duduk di samping Alaska langsung berdiri spontan, sorotnya langsung menembus ke arah Alfret yang kini tengah memandangnya juga.

"Seriusan lo?!"

Bukannya Alfret yang menjawab tetapi malah Adrian, "dia serius, emang kenapa?"

"Gak bisa gitu dong, sebagai Skana shipper saya menentang keras adanya penikung atau pun PHO dalam hubungan mereka yang belum jelas ini."

"Alay lu micin," tutur Chandra.

"Diem bisa, gak? Lo gak tau masalah jadi gak usah bacot."

"Yaa gue berhak lah, Al-"

"Gilden diem! Itu Jean lewat." baru saja setelah Virgo mengatakan itu sosok Gilden langsung beranjak dan berlari kecil menemui Jean yang kini tengah berjalan sendiri dari arah pintu kantin.

Cowok dengan baju yang sengaja di keluarkan itu langsung merangkul bahu Jean kala ia telah sampai. "Ska, deketin cewek tuh harus gercep, jangan buat cewek yang mulai duluan, ditikung baru tau rasa lu!" teriak Gilden sekeras mungkin hingga murid-murid yang lain menoleh ke arahnya.

Alaska hanya diam saja mendengar penuturan Gilden. Tak lama setelah itu, cewek yang sedari tadi menjadi perdebatan cowok-cowok tadi muncul dengan pakaian mencolok dari murid lainnya. Hari ini, Alana akan lomba marching jadi sekarang ia memakai baju mayoret berwarna pink. Karena acara dimulai pukul 12 maka mereka harus berkumpul di sekolah terlebih dahulu pukul setengan sepuluh.

"Alaska!" panggil Alana yang membuat si pemilik nama menoleh ke arahnya.

Dengan sedikit terburu-buru Alana berjalan menuju meja Batalyon ditemani dua sahabatnya. Anak-anak Batalyon tak habis menggoda Alaska atau pun Alfret. Sebelum Alana benar-benar sampai mereka sempat memuji penampilan Alana saat ini.

"Ngapain nyet?"

"Mau ketemu masa depan," jawab Alana. "Ska, foto yuk."

"Gak."

"Kalo dia gak mau, ajak Alfret aja, Lan." 

"Lohhh emang kenapa harus Alfret coba, orang gue maunya ama Alaska." Alana memang belum benar-benar paham akan perasaan Alfret yang katanya suka padanya.

"Dia suka sama lo, jadi mau gak lo ajakin dia foto?" ucapan Regan membuat Alana mengernyit. Namun, persetan dengan semuanya ia hanya menginginkan Alaska.

Wajah khas meminta Alana kepada Adrian adalah kode agar cowok itu mau membujuk Alaska untuk berfoto berdua dengannya. Jujur, Alana sekarang ini ngebet sekali ingin mengambil gambar bersama Alaska sebab saat ini penampilannya tidak seperti biasanya. Jadi, bagus untuk diabadikan.

Tak butuh waktu lama hingga akhirnya Adrian mengeluarkan suaranya untuk membujuk Alaska. "Ska, fotoan gih ama dia, lo gak kasihan apa liat dia udah cantik gitu terus lo anggurin?" Alana mengeluarkan mimik kasihannya di depan wajah Alaska.

"Sekali aja," jawab Alaska ogah-ogahan.

"Sip." Alana langsung menggiring Alaska keluar kantin menuju lapangan sekolah yang latar tempatnya lebih baik dari kantin. Beberapa siswi berbisik-bisik kala melihat Alana yang nampak sangat nempel dengan Alaska. Saat ini memang cewek itu tengah merangkul erat lengan Alaska sedangkan, yang dirangkul merasa biasa saja mungkin hal seperti ini sudah kebal baginya.

Viona bertugas mengabdikan gambar dua orang itu. Alana dan Alaska kini berdiri berdampingan yang tak jauh keberadaannya dari hadapan Viona.

Alana tak dapat menahan senyumnya kala ia telah menghadap ke kamera. Untuk saat ini ia setinggi dagu Alaska karena faktor sepatu. Namun, biasanya hanya bahu saja. Aroma khas Alaska langsung menyeruak begitu saja sejak tadi, saat ia menggandeng lengan cowok tinggi ini.

Alana yang tampil cantik dengan penampilannya dan Alaska yang seperti biasa, baju dikeluarkan tanpa dasi, dan sepatu pantofel hitam. Dua orang itu kini menghadap kamera dengan Alana yang senyumnya lebar mengembang berbanding terbalik dengan Alaska yang berpose biasa saja dengan salah satu tangan dimasukkan ke saku celana.

"Bayangin deh kalau kita foto prawednya kayak gini?"

"Males." setelah itu Alaska berjalan berlalu meninggalkan Alana yang masih menatap punggungnya.

Alaska itu beda. Iya beda, kalau teman-temannya yang lain tidak bisa diam, dia malah yang kayak tidak bisa gerak. Jam tangan yang rata-rata dipakai di tangan kiri malah ia gunakan di tangan kanan. Alasannya, pasti karena mengganggu saat ia menulis sebab Alaska menggunakan tangan kiri saat menulis. Tak lupa di tangan kiri cowok itu terdapat gelang hitam. Kalau berjalan pun menurut Alana, Alaska punya ciri khas tersendiri dengan badan tinggi tegapnya. Untuk masalah postur tubuh, Alaska dan kedua saudaranya tidak ada yang cacat dalam hal itu sebab gen dari ayah dan bundanya sama-sama memiliki tubuh yang tinggi.

"Ska!"

"Apalagi?" jawab Alaska yang kini berada di kejauhan.

"Kamu gak capekkan aku ajakin foto bareng?" tanya Alana kala ia telah sampai di tempat Alaska.

"Capek."

"Ish kebiasaan deh suka bohong, ini tissue."

"Gak usah, gue mau balik ke kantin." baru saja ingin melanjutkan langkahnya Alana menghentikan gerakan cowok itu.

"Bisa gak sih nurut?" kedua orang itu saling beradu tatap di bawah teriknya matahari. Seakan-akan sinar yang menerpa mereka itu tidak mengganggu sama sekali belum lagi tatapan-tatapan dari beberapa anak kelas sepuluh sampai duabelas yang lewat.

Menghelas nafas dengan memejamkan matanya, Alaska akhirnya mengalah. Ia memajukan wajahnya ke hadapan Alana, "cepetan."

Sempat terhenyak sebentar. Namun, Alana tau kalau saat ini ia sedang diberi kesempatan emas oleh Alaska. Mengelap keringat yang menetes di dahi cowok itu.

-oOo-

Adrian dan teman-temannya yang lain keluar dari kelas bersama kecuali Alaska yang sedang ada urusan sebentar. Sekolah sudah hampir sepi mungkin karena mereka membiarkan anak-anak yang lain pulang terlebih dahulu karena jika mereka yang pulang lebih dulu, yakin pasti koridor akan macet karena mereka pasti akan ngerusuh dulu. Apalagi, sekarang Gilden sudah kembali. Jadi, pasti akan bertambah parah.

Gilden, cowok yang sekarang telah berganti memakai kaos hitam itu kini terus merusuh dengan Adrian karena kepo tentang masalah yang katanya belum ia ketahui itu.

"Cepetan kasih tau gue dong, gue kepo nih."

"Diem bisa gak sih kampret?"

"Makanya kasih tau."

Adrian menghela nafas, "kasih tau gak nih?"

"Gak usah, si curut pasti ember," ujar Tora.

"Ya elah nggak keles."

"Udah biar gue kasih tau ajah, kasih nih anak gajah. Jadi, gue tuh gak suka sama Alana cuma yah ... gitu Si Adrian yang nyuruh katanya dia mau ngeliat reaksinya Alaska kayak gimana. Eh, taunya reaksinya biasa aja."

"Syukur deh kalau lo beneran gak suka. Ampir aja lo gue bogem."

Alfret mana bisa suka dengan orang lain kalau mamanya sudah mewanti-wantinya untuk tidak berpacaran dengan orang lain selain dengan pilihan mamanya.

Sumber dari rencana ini adalah Adrian. Ia ingin melihat bagaimana dengan reaksi Alaska saat tau. Namun, nyatanya cowok itu bersikap biasa saja. Hati Alaska memang benar-benar keras.  Entah sekeras apa hingga belum ada yang dapat memecahkannya.

"Pinter amat bohongnya," ujar Alaska tiba-tiba dari arah belakang.









TBC.
Holaaa, apa kabar kalian? Masih sabar nunggukah? Saya harap masih sabar, wkwkwwk. Alaska update lama maklumin aja yah, soalnya saya udah kelas sembilan banyak ujian.

See youu

nisaafatm

Continue Reading

You'll Also Like

753K 66.4K 88
|SEBAGIAN CHAPTER DI PRIVAT. FOLLOW DULU AKUNNYA BARU BISA BACA| SUDAH DIBUKUKAN DAN TIDAK ADA DI TOKO BUKU OFFLINE. NURAGA SERIES 1 Sifat hangat da...
123K 14.7K 51
"Sampai kapan pun lo bukan Asya!" "Tapi nama aku Asya" "LO TARA! LO BUKAN ASYA!" Mas Kelvin adalah panggilan yang jarang ia dengar, tetapi panggil...
2.9K 388 32
Nebula kira dengan melanjutkan studi beasiswa S2 di Korea Selatan akan membuka masa depan yang cemerlang, tetapi hal itu seketika pupus saat pesawat...
61.9K 7.4K 25
[YANG BACA MASUK SURGA] ⚠SEMUA GAMBAR YANG ADA BERSUMBER DARI PINTERES. Sebuah berlian yang harus dijaga, sebuah api yang tidak boleh padam oleh air...