Good Time ✔️

By Kelamkari

162K 11.3K 552

Cloudy Alfonso. Bayi berusia dua tahun berjenis kelamin laki-laki, penyuka bebek. Sama dengan Gio, Cloudy sa... More

[one] to [one]
[one] to [two]
[one] to [three]
[one] to [four]
[one] to [five]
[two] to [one]
[two] to [two]
[two] to [three]
[two] to [four]
[two] to [five]
[two] to [six]
[two] to [seven]
[two] to [nine]
[two] to [ten]
[two] to [eleven]
[three] to [one]
[three] to [two]
[three] to [three]
[three] to [four]
[three] to [five]
[three] to [six]
[three] to [seven]
[three] to [eight]
[three] to [nine]
[three] to [ten]
[Cloudy] to [Marvell]
[Cloudy] to [Gio]

[two] to [eight]

3.5K 285 17
By Kelamkari


“Nenek tua itu tidak pantas dihormati kalau bertingkah laku seperti seorang wanita hina!”

Adora tercengang mendengar komentar kasar Jelice yang tak tahu asal permasalahannya di mana. Saat ingin mengutarakan sesuatu untuk membela, pintu utama terbuka secara lebar. Ditampilkan sosok begitu menawan, tetapi gaya terlihat berantakan karena kejadian beberapa saat lalu.

“Reon?”

“Hallo, Kak, apa kabar?” Senyum Jelice tersungging, seraya melambaikan tangan. “Bagaimana keadaanmu akhir-akhir ini? Apa baik-baik saja?”

Tak menyahut, Reon masih tetap berdiri di ambang pintu. Sekilas ditatap Adora yang kebingungan, sementara Jelice tampak tersenyum lebar. Saking menahan adukan emosi, Reon berharap perkataannya tak melukai adik-adik manisnya.

“Kenapa belum menjawab sapaanku?” tanya Jelice penuh sarat kebingungan, sama dengan ekspresi Adora. “Kamu baik-baik saja, Kakakku Sayang?”

Benda terlempar sebelumnya terselip di balik punggung Reon. Terpampang jelas bentuk dari sebuah benda yang terlempar, tepat di depan mata mereka. Adora jelas terkejut, karena menduga Reon melempar anaknya sendiri. Sedangkan, Jelice menyungging senyum tipis.

“I—ini Cloudy?” Adora mendekat, menyentuh kulit benda itu. “Astaga, bahkan kulitnya sama. Apakah ini serupa dengan kejadian tempo dulu? Saat aku berani melabrak mantan terakhirmu, Reon?”

“Sama persis,” sahut Reon. “Mungkin dikarenakan kondisiku yang begitu panik, aku tidak tahu bahwa aku dibodohi oleh adikku sendiri.”

Adora lekas menoleh ke arah adik bungsu yang kini duduk sambil menyilang kaki. Gayanya seolah menggambarkan intimidasi. Tatapan begitu kejam. Walau kekurangannya memiliki bentuk badan sangat mungil.

“Ke—kenapa kamu melakukan hal itu?!” Bukan Reon yang berteriak melainkan Adora. “Aku telanjur kaget saat Marinka bertanya-tanya mengenai kondisi Cloudy. Beliau mengira Cloudy sekarat. Ya Tuhan, kenapa aku tidak mencurigai adikku membawa Cloudy di malam-malam buta?”

Reon mengernyit. “Malam—apa?”

“Ya.” Adora lantas mengangguk. “Alice membawa Cloudy ke sini. Si kecil dipaksa bangun oleh Alice untuk mengajaknya jalan-jalan. Makanya aku heran, Cloudy masih sungkan keluar selagi ada Reon di peternakan ini. Pasti Cloudy tidak mau lepas—“

“Tidak usah berkata lagi, Adora, aku sudah paham,” potong Reon mengangkat tangan. “Jelaskan semua ini.”

Keheningan panjang karena Jelice belum mengatakan apa pun. Adora dan Reon begitu tak sabaran, mengetukkan kaki dan tangan sekaligus menggigit bibir. Bahkan Reon masih ingin bertanya tentang keberadaan Samuel yang tiba-tiba saja meneleponnya malam hari.

Kedatangan Samuel berkat keceplosan Jelice yang bisa mengetahui keadaan Cally tengah terbaring tak berdaya di rumah sakit. Dan Jelice juga membocorkan rahasia seharusnya disimpan sebelum waktunya.

“Kata—“

“Kakak bisa memotong kalimat Adora, aku pun bisa.” Gaya duduk Jelice tak berubah. “Sejak aku mengetahui sepak terjang dialami Adora di masa-masa keterpurukannya. Di situ aku menebak seseorang pastinya menghancurkan rumah tangga saudaraku yang lain.”

“Apa yang kamu—“

“Bisakah kalian tidak terus-terusan memotong kalimatku. Aku belum selesai berbicara.” Lagi-lagi Jelice memotong kalimat Reon. Helaan napas terdengar di mulut Jelice. “Banyak hal aku lihat, Kak. Maka dari itu, aku membuat boneka yang serupa dengan Cloudy, Dan aku jelas-jelas tidak bisa menceritakan segalanya. Takut menyakiti perasaan seseorang yang telah bersahabat lama.”

“Sahabat lama?” gumam Adora dan Reon bersamaan.

“Aku kasih petunjuk tertentu. Sahabat lama.” Jelice bangkit dari duduknya. “Dimohon buat Gio untuk tidak mengejar kakak perempuan terapuhku. Soal masa lalu, aku masih dendam dengan dia yang tidak bisa berbuat banyak. Tolong sampaikan.”

Jelice tak lagi menjelaskan apa-apa lagi, lebih memilih keluar dari ketegangan dan kecurigaan. Adora lantas melirik jendela di mana siluet seseorang tak tersamarkan oleh apa pun. Badan kekar dan rambut coklat begitu mempesona.

“Apa Gio yang melukai Cloudy?” tebak Adora asal.

“Jangan langsung menuduh, Adora!” geram Reon. “Aku bersamanya dan aku pula yang mengetuk pintu kamarnya. Acer saksinya!”

“Kak, semua bersahabat lama!” Adora berseru sarkastis. “Acer dengan kakek. Kamu dengan Gio. Cally dengan Jollie. Kakek dengan Marinka. Dan … setahu aku, Oceana juga bersahabat dengan Veera selain sebagai sepupu.”

Reon mengacak-acak rambutnya, pusing tujuh keliling. Memikirkan segalanya mengenai luka cekik itu, Reon tahu Cloudy dalam bahaya.

“Aku pulang dulu. Sampaikan maafku pada Alice. Anak itu memang tidak pernah berubah,” tutur Reon beranjak, kemudian berlalu sambil bergumam sendiri.

Jelice keluar dari dapur, mengernyitkan kening. “Ke mana kakak?” tanyanya pada Adora.

“Pulang,” jawab Adora lugas. Sangat penasaran, Adora bertanya lagi. “Benarkah itu? Yang menjadi dalang kecelakaan dialami Cloudy?”

“Kalau aku diam, Cloudy tentu meninggal di tangan orang itu. Kecurigaanku mengatakan sejak dulu orang itu ingin meraih keponakan kita menuju jurang. Mati dengan sengaja terdorong. Tentu kamu mengetahuinya, Cloudy dijaga ketat oleh orang-orang yang menyayangi si kecil. Seperti Queen telah ditusuk dari belakang dari seseorang yang tidak disangka-sangka.”

Adora terduduk lemas, mengingat kenangan masih bergelantungan. Penampakan itu serta senyum meneduhkan bikin hati Adora teriris sakit.

“Orang itu dan sosok di dalam villa sepertinya bekerja sama membasmi keluarga Alfonso. Dan bisa jadi, kakak tertua kita juga mendapat dampak dari tragedi ini,” ungkap Jelice mengeluarkan petunjuk keduanya.

***

Derap langkah memijak tanah peternakan, pandangan mata tertuju ke seluruh area. Di mana kuda-kuda sedang memakan rumput, para pekerja membantu, bebek-bebek menceburkan diri di danau kecil, burung-burung sedang bernyanyi. Hal-hal sekecil ini serasa begitu tenang.

“Seandainya kamu ada di sini, mungkin aku tidak sesedih ini.”

Tarikan gaunnya mengantar orang itu untuk menunduk. Matanya mengerjap kaget kala menemukan bocah kecil tampak masih ada di pikiran maupun hatinya. Kini tertampak nyata di kedua netranya.

“Mau apa kamu ke sini?” tanya Marinka sinis.

Tak paham arti dari kesinisan, Cloudy hanya tersenyum. “Enyak?” tanya Cloudy bikin Marinka bingung.

“Maksudnya enak berada di sini, Madam?” Acer memberi pengarahan tentang arti dikatakan Cloudy. “Young Master sangat senang dengan tempat ini. Tenang dan damai. Andaikan Anda tahu, tempat ini kesukaan Nona Oceana selama hamil Young Master.

“Di sini?”

“Di sini juga tempat di mana Nona Oceana melahirkan.”

Alis Marinka naik. “Aku tidak percaya. Oceana menghilang di rumah sakit tepat lima hari koma pasca melahirkan.”

Mendesah, Acer bahkan belum menuturkan kalimat kepada Marinka, lebih menuntun Cloudy untuk berbicara pada Arlie. Memanggil Arpy di istal satunya supaya bisa bermain dengan Cloudy.

“Maaf menunggu lama, Madam. Semenjak Nona Oceana menghilang, Young Master selalu bertanya di mana ibunya. Tapi ketidaktahuan Tuan Reon menyingkirkan pemikiran tuan kecil untuk bertanya lagi. Mungkin selama ini, Young Master menganggap ibunya pergi meninggalkan dirinya tanpa sepucuk surat ataupun benda-benda yang membawanya menemui Nona Oceana.”

“Bukankah Reon yang melenyapkan Oceana, tidak memberitahukan saya tentang keberadaannya? Itu anak saya, Acer, asal kamu tahu. Saya butuh anak saya. Sejak suami saya meninggal, yang saya butuhkan adalah anak saya. Juga permohonan maaf untuk dia.”

Marinka menunduk sedih, menutupi gejala-gejala keresahan hatinya.

“Tuan Reon tidak tahu mengenai itu, Madam. Sampai Anda berbusa pun, Tuan Reon pasti tidak mengatakannya. Beliau berbicara jujur.” Acer sangat paham perasaan Marinka. Sejak kecil Gio juga tak tahu di mana ibunya berada. Acer ingin bertanya pada Azzorra, tetapi sahabatnya memilih bungkam. “Saya kenal rasa kehilangan. Rasa sedih tanpa istri yang statusnya entah meninggal atau masih hidup. Dunia ini kejam, Madam. Anda bisa diracuni kalau tidak menjaga apa yang menurut Anda baik atau jahat. Tapi, bisa dipastikan Tuan Reon itu baik meskipun masa lalunya membebani anak itu.”

Isak tangis mengalir begitu pula dengan air mata tak mampu dibendung. Ekspresi sedih dan lelah ditampilkan. Bibir itu bergetar, terbata-bata. “Jikalau … Oceana masih hidup, mengapa Azzorra melayangkan perjodohan ini? Apa … apakah tidak ada kasih sayang untuk cucu-cucunya?”

Justru Acer terkejut atas perjodohan ini. Perjodohan bisnis. Bukan kepada Marinka memiliki bisnis melainkan orang tua Veera mempunyai perusahaan di mana-mana. Marinka hanya jalan pintas supaya bisa bertemu Reon selaku menantu—belum mantan menantu.

“Azzorra tidak berniat menjadikan Reon memadu Veera, kan?” Mata berkaca-kaca itu membeliak. “Jika memang begitu, Azzorra sungguh keterlaluan. Jangan-jangan simpang siur selama ini saya dengar bahwa Azzorra menyukai istrimu itu adalah benar. Azzorra menyembunyikan istrimu?”

Tersentak ditambah terperangah, Acer tak sanggup berujar. Membalas pun tidak. Badannya terasa kaku. Kenyataan menimpa Acer benar adanya. Azzorra menyukai istrinya, Maurine. Ibu Gio dan Helena.

“Tolong, Madam. Ini bukan pembahasan tentang sahabat saya.” Acer lesu memikirkan sekelebat kenangan tersebut.

Marinka mengangguk. “Baiklah. Reon tidak tahu apa-apa begitupun cucu saya. Astaga, sudah lama sekali saya memendam dendam ini padahal mereka benar-benar jujur. Saya dibutakan keegoisan semata. Juga … bisikan sesat dari Azzorra.”

Keduanya mengembuskan napas lega maupun lelah. Mereka adalah sahabat meskipun jarak usia mereka terbentang lebar. Sepuluh tahun bukan hal mudah. Orang tua mereka tak membatasi pergaulan walaupun sikap Azzorra begitu sombong dan senang foya-foya, tak lantas menurunkan sifat-sifat buruk itu ke anak-anaknya serta cucu-cucunya.

Mempelajari kehidupan masa lalu lebih berharga.

“Jadi, bisakah Mama menjelaskan segalanya padaku?”

Terkejut, Marinka dan Acer menengok. Di sana, Reon bersimbah air mata. Sedangkan Gio memunggungi mereka. Tetapi, badan Gio bergetar menandakan pria itu menangis. Isakan itu terdengar jelas di pendengaran Acer.

“Seperti saya katakan dahulu, apabila kamu memang jujur, kamu bisa memanggil saya Mama.” Marinka maju selangkah. “Berikan saya pelukan, Nak. Saya membutuhkan pelukan penuh ketenangan darimu.”

Reon mendekap langsung Marinka, meluapkan segala kerinduan tak memiliki kedua orang tua sejak usia dua belas tahun. Kabar mengejutkan pun tertuju pada kebenaran, meski masih berupa kepingan-kepingan.

“Maafkan Reon, Ma, tidak menjaga Oceana. Maafkan Reon, Ma, lebih bersenang-senang bersama perempuan-perempuan ketimbang Cloudy. Aku tidak pantas disebut ayah.”

“Semua adalah masa lalu.” Marinka mengecup pipi Reon yang berada di atas kepalanya. “Maafkan Mama yang begitu egois, Sayang, baru mengakui kalian sebagai menantu dan cucu saya. Sekarang tidak ada lagi yang menghalangi kita bahkan kakekmu sendiri.”

Reon anggut-anggut berkali-kali. Reon tetap mendekap Marinka yang telah memberi jalan untuk diakui sebagai menantu.

***

Sementara Acer tak mengutarakan. Dia tetap diam sembari memandang anaknya tengah memeluk sedih. Tepukan pada bahu Gio memberi gerakan pasti. Gio memeluk ayahnya untuk menguraikan tangisan.

“Mom … Mom … menghilang? Sama seperti kejadian menimpa Cloudy, Dad?”

Kepala Acer bergerak, menyetujui pertanyaan demi pertanyaan Gio. Pria muda sangat mirip Acer menangis terisak. Sakit sekali tak memeluk ibu kandung sendiri.

Gio dan Cloudy adalah korban keegoisan juga kekeraskepalaan seseorang yang sangat berkuasa. Begitu pun Adora, Marinka, Acer, dan Reon.

***

Ketika Cloudy tak menemukan seseorang dicarinya, bocah dua tahun itu langsung menemui Arpy. Kuda kesayangannya dengan penuh tergesa-gesa. Bahkan Cloudy tak melapor kepada Acer situasi ini.

Cloudy berjalan-jalan menuju villa satunya begitu riang, kaki-kaki mungilnya berhenti melangkah. Suara-suara aneh menyentak pendengaran di tengan kesunyian dan ketenangan. Bocah cilik itu mencari-cari sumber suara, menatap polos pada benda yang bergerak sedang berjalan ke arahnya.

Balita kecil itu menelengkan kepala tak mengerti. Sepasang mata dipicingkan agar bisa menatap lekat siapa pengemudinya. Berharap itu adalah ayahnya agar nanti saat bertemu duda satu anak itu mengajaknya ikut berkendara, mengelilingi peternakan.

Tetapi Cloudy tak tahu bahwa bahaya sedang menuju dirinya.

Tbc

***

05 Januari 2018
Update: 31 Februari 2018

Continue Reading

You'll Also Like

428K 3.1K 14
WARNING 18+ !! Kenzya Adristy Princessa seorang putri terakhir dari keluarga M&J group yang diasingkan karena kecerobohannya. Ia hanya di beri satu...
1.1K 171 28
Ini kisah lanjutan dari 'KEMBALIKAN CINTAKU [BOOK 1],' yang belum baca diwajibkan baca yang Book 1 dulu biar cerita ini nyambung. _____ ZalfaRazafa/0...
1.7K 425 11
𝙎𝙝𝙤𝙧𝙩 𝙎𝙩𝙤𝙧𝙮 Topan yang belajar melupakan dan Senja yang harus bertahan lebih lama lagi. START: 23-04-2023 END: - •Update tidak menentu •Sem...
796K 24.7K 72
Elia menghabiskan seluruh hidupnya mengagumi sosok Adrian Axman, pewaris utama kerajaan bisnis Axton Group. Namun yang tak Elia ketahui, ternyata Adr...