[Terbit] My Sexy Bra And Mr...

By SilviaPratidino

1.9M 100K 22.1K

Available on bookstore. Febuari 2018 Copyright © Silvia Pratidino. All Rights Reserved. More

THE SERIES
My Sexy Bra And Mr.Troublemaker
MR.TROUBLEMAKER PROLOG
Mr.Troublemaker - #1
Mr.Troublemaker - #2
Mr.Troublemaker - #3
Mr.Troublemaker - #4
Mr.Troublemaker - #5
mirror web !
Mr.Troublemaker - #6
Mr.Troublemaker - #7
Mr.Troublemaker - #8
Mr.Troublemaker - #9
Mr.Troublemaker - #10
Mr.Troublemaker - #11
Mr.Troublemaker - #12
Mr.Troublemaker - #13
Mr.Troublemaker - #14
Mr.Troublemaker - #15
Mr.Troublemaker - #16
Mr.Troublemaker - #17
Mr.Troublemaker - #18
❤️ Mr.Troublemaker - #18❤️ || SUDAH UPDATE
Mr.Troublemaker - #18 Full & Extra
Mr.Troublemaker - #19
Mr.Troublemaker - #20
Mr.Troublemaker - #22
Mr.Troublemaker - #23
Mr.Troublemaker - #24
Mr.Troublemaker - #25
OPEN PRE ORDER EXCLUSIVE

Mr.Troublemaker - #21

24.4K 2.5K 878
By SilviaPratidino

Sebelum aku keluar dari dalam mobil. Romeo sempat menarik tanganku. Digenggamnya dengan kedua tangan. "Hari ini akan aku tunjukan padamu, kalau aku berubah. Tapi tolong, jangan lepaskan genggamanku sampai kelas."

Aku tentu saja mengangguk. Bahkan senyumku terbentuk dengan jelas. Jangankan untuk menggengam tangannya, sampai kelas. Sampai altar gereja pun aku mau. Maksudku ... Astaga, kuliah saja belum selesai, aku sudah memikirkan pernikahan.

Kami melangkah bersama. Genggaman tangan Romeo beberapa kali mengencang manakala dia melihat sesuatu yang ingin ia jahili. Terlihat sekali ia menahan diri. Aku sempat memperhatikannya sebentar. Aku seakan melihat ... bukan Romeo. Dia tidak terlihat emosi. Justru raut wajahnya memencarkan seakan ia frustasi. Iya benar. Habis mau bagaimana lagi. Ini semua demi kebaikannya. Sifat nakalnya itu memang sudah keterlaluan menurutku.

Biarkan lah kalau dia berusaha berubah demiku. Aku melakukan hal benar. Cinta itu butuh pengorbanan. Butuh perjuangan. Begitu kata Teresa yang mengutip salah satu kalimat di dalam novel berjudul 'Undercover Playboy', karya seorang penulis asal Indonesia.

Kami berhasil. Berhasil sampai di dalam kelas, dengan Romeo tidak berulah sama sekali. Aku memandangnya bangga. Ah pacarku. Tampan sekali dia. "Kenapa?" tanyanya yang bingung aku senyum-senyum saja.

"Kamu tampan!" Ceplosku. Ini jujur.

Romeo mendekat. "Tampan saja tidak cukup kalau tidak dicintai oleh Ella."

Halah gombal. Tapi aku suka.

"Minggir!" Nancy membelah kami berdua. Maksudnya, dia berjalan di tengah kami. Bukan salahnya juga. Kami memang berdiri di tengah jalan masuk kelas.

"Jangan bermesraan, please. Kasihan aku yang iri." Jujur Teresa.

Aku tertawa. Salah sendiri tidak punya pacar. Aku mengucapkannya di dalam hati. Menjaga perasaan Teresa.

Romeo di hampiri oleh salah satu temannya. Aku tidak mendengar pembicaraan mereka. Namun setelah itu, Romeo meminta izin padaku untuk berkumpul sebentar dengan mereka. "Aku tinggal sebentar ya? Hanya ke taman samping."

Aku mengangguk. Memandang punggung Romeo yang semakin menjauh dan menghilang dari balik pintu. Tidak lama, terlihat lagi dari jendela samping. Karena taman yang ia maksud, memang di samping ruang kelas.

Romeo mengambil sebatang rokok dari temannya. Menyalahkan pematik untuk membakar rokok tersebut. Mereka tertawa bersama. Aku kembali melihat wajah Romeo yang sebenarnya. Bukan seperti tadi yang menahan diri.

Memikirkan sejenak, apa sanggup ia berubah demiku.

"Cinta membuat seseorang cepat tua."

Aku menoleh saat Nancy berkata dengan kalimat itu. Duduk di sebelahku. "Kenapa bisa begitu?" Tanyaku pada Nancy, tapi kedua mataku mengarah pada Romeo.

"Lihat saja, sebentar-sebentar kau mengerutkan kening."

Aku tidak lagi memperhatikan Nancy. Aku tertuju pada Romeo.

Iya, keningku kembali berkerut. Aku memincingkan mata. Meyakinkan diri kalau aku tidak salah lihat. Nancy dan Teresa ikut melihat apa yang sedang aku lihat.

"Siapa dia?" tanyaku pada kedua sahabatku.

"Sepertinya bukan anak fakultas ini," jawab Teresa.

Seorang wanita berambut hitam, menghampiri kerumunan Romeo dan teman-temannya. Wanita tersebut dengan santai, melingkarkan satu tangan pada bahu Romeo. Merangkulnya. Aku bisa melihat jelas kalau Romeo cukup risih. Romeo beberapa kali mengangkat bahu. Bermaksud untuk melepas tangan wanita itu darinya.

Sekarang. Detik ini juga. Rasanya hatiku terbakar. Amarahku mendidih.

Aku bangkit.

Aku melangkah terburu-buru menuju taman.

Kalau Romeo marah hanya karena tahu aku suka dengan Edward. Aku juga bisa marah dengannya. Kali ini lebih parah dari sekedar suka. Pacarku disentuh oleh wanita lain.

Cerita diriku yang menjadi Cinderella telah usai. Aku kini wonderwoman. Aku akan mengklaim kepemilikanku. Romeo milikku. Hanya punyaku.

"Ehem!" Aku berdehem. Tepat di samping wanita genit itu.

Semuanya menatap ke arahku. Aku tidak menunduk. Aku mengangkat tinggi-tinggi kepalaku. Melihat wanita itu dengan tatapan tidak suka.

Romeo kemudian beralih. Memposisikan dirinya di sampingku. Mengacak-acaki rambutku sebentar sebelum membuang puntung rokok ke dalam tempat sampah. "Ada apa, Princess?" Aku melihat Romeo seakan paham dengan niat kedatanganku.

Wanita genit itu kali ini memegang lengan Romeo. Ia sepertinya tidak ingin perhatian Romeo beralih padaku. Halo, aku ini pacarnya. Kamu siapa, huh?

"Bagaimana Romeo? Malam ini?" tanya si genit itu. Sumpah, dia memang genit. Gayanya saja terlalu di buat-buat. Yeak, aku mual.

Romeo melihatku. "Aku tanyakan pada pacarku dulu."

Aku tahu, aku tidak paham dengan apa yang sedang mereka bicarakan. Tapi perhatianku terfokus pada tangan si genit yang masih saja menempel pada lengan Romeo.

"Princess, apa malam ini kamu ingin ikut ke acara ulangtahun Monika?"

Oh, namanya Monika ternyata.

Dan tangannya masih saja di sana. Di lengan pacarku.

Oke cukup.

Aku melangkah ke samping lain Romeo. Yang pasti, tangan Monika itu terlepas karena terhalang dengan tubuhku. Aku dengan senyum termanisku. Memandang pacar tampanku itu, dengan tanganku yang merangkul mesra tangannya.

Romeo sempat melipat kening. Mungkin dia aneh melihat kelakuanku ini. Aku menoleh pada Monika. "Sorry, kita belum saling kenal sepertinya?"

Monika sangat terlihat tidak bersahabat. Wajahnya berubah menahan emosi. Kalau aku bisa bilang, tadi dia sempat berdecih pelan. Hell yeah, genit!

"Aku Monika. Dari fakultas politik."

Dia hanya berkata seperti itu, tanpa memberikan tangannya untuk bersalaman. Tidak apa. Tidak masalah. Tanganku pun sedang sibuk merangkul erat lengan pacarku.

"Oh!"

Sudah itu saja tanggapanku. Malas. Aku yang akan lebih dulu mengibarkan bendera perangan dengannya.

Percayalah, selama adegan barusan, ternyata semua orang yang berada di sana memperhatikan kami berdua. Termasuk Romeo. Aku beralih padanya yang sedang menggaruk kepala. "Jadi, bagaimana?"

"Apanya?" tanyaku bingung.

"Kamu ingin ke party malam ini denganku?"

"Oke. Asal denganmu, aku tidak masalah." Aku lantas mengalihkan pandanganku pada Monika. Tersenyum penuh kemenangan. "Sudah acara bincang-bincangnya? Kita ke kelas lagi."

Tanpa menunggu jawaban dari Romeo. Aku tarik saja lengannya. Menjauh dari wanita jenis predator genit seperti Monika.

Romeo mengikik geli. Aku mendongak. "Kamu kenapa?" Kami berhenti di samping loker. Aku bersandar pada dinding. Dan kedua lengan Romeo sudah memenjarakan tubuhku.

"Kamu kalau seperti tadi. Membuatku tidak tahan untuk ...." Bola mata Romeo beralih pada bibirku. Ia sempat menggigit bibirnya. Membuat bibirnya terlihat basah. Aduh, ini di kampus. "Kamu cemburu?"

"Hah?" pertanyaannya membuyarkan pikiranku yang juga terfokus pada bibirnya.

"Sering-seringlah cemburu. Aku suka!"

"Siapa ... Siapa yang cemburu!" Aku memajukan bibir dan bersedekap dengan membuang pandangan ke samping.

Romeo kembali terkikik. "Jangan malu untuk mengakui kalau kamu cemburu. Itu tandanya kamu sayang padaku."

Aku kembali menatapnya. "Aku memang sayang denganmu."

"Aku juga sayang denganmu."

Aku langsung diam.

Kami saling diam.

Romeo tersenyum. Ia mendekatkan wajahnya pada telinga kananku.

"Aku ingin menciummu, tapi banyak orang di sini. Jadi, sentuh bibirku dengan jemari mungilmu. Anggap kita sedang berciuman."

Aku tertawa. Memukul dadanya.

Idenya itu ada-ada saja.

"Please!" Dan Romeo merengek meminta aku melakukannya.

Aku memutar kedua mata. Hell yeah, pacarku ini.

Tentu saja aku mengabulkan permintaannya. Satu jariku, menyentuh lembut permukaan bibirnya yang terasa lembab.

Bibir tersebut lalu melengkung, membuat sebuah senyuman. Senyum yang hanya untukku. Aku yang akan menjadi egois, hanya untuk memilikimu.



❤️❤️❤️❤️❤️

AN :

Anjayyyy gue kangen masa-masa pacaran 😭 bapake pacaran ulang yuuuukkk...

Sorry gue update sehari tiga kali kaya minum obat. Pingin cepet ngabisin part gula behahahahaha #bikinKZL 😛

Salam Kutang 🤘🏻

Continue Reading

You'll Also Like

4.7M 34.2K 29
REYNA LARASATI adalah seorang gadis yang memiliki kecantikan yang di idamkan oleh banyak pria ,, dia sangat santun , baik dan juga ramah kepada siap...
4.8M 176K 39
Akibat perjodohan gila yang sudah direncakan oleh kedua orang tua, membuat dean dan alea terjerat status menjadi pasangan suami dan istri. Bisa menik...
473K 44.8K 28
Lily, itu nama akrabnya. Lily Orelia Kenzie adalah seorang fashion designer muda yang sukses di negaranya. Hasil karyanya bahkan sudah menjadi langga...
714K 139K 46
Reputation [ rep·u·ta·tion /ˌrepyəˈtāSH(ə)n/ noun, meaning; the beliefs or opinions that are generally held about someone or something. ] -- Demi me...