Mr.Troublemaker - #12

38.9K 3.5K 646
                                    

Saat aku membuka kedua mata, aku mendapati wajah Romeo. Kedua matanya menatapku. Aku menatap balik. Aku berkedip. Dia masih terpaku seperti itu. Jadi, aku sedang bermimpi dengan patung Romeo. Atau kah dia sudah dikutuk menjadi batu hingga tidak bergerak sama sekali.

Cukup lama aku menatapnya. Lama kelamaan aku jadi takut. Ini mimpi buruk? Hanya bermimpi bertatapan dengan Romeo selamanya? Astaga.

Eh, dia bergerak. Menghela napas panjang. Lalu menyentil keningku. "AW!" Pekikku.

"Apalah kau ini. Hanya bangun lalu melihat aku terus!" Ia berdiri dan menuangkan air ke dalam gelas. "Bisa bangun? Minum air dulu."

Ini bukan mimpi? Jadi Romeo hidup? Maksudku ... "Astaga, kenapa ada wanita selambat dirimu?" Romeo menaruh kembali gelas. Dua tangan besarnya menarik bahuku. Aku terduduk sebentar sebelum dia merapikan bantal agar aku bisa bersandar.

Kembali ia menyodorkan gelas. Aku mengambil dan meminumnya. "Kata dokter kamu kelelahan dan dehidrasi. Jadi, mulai sekarang minum yang banyak. Kalau perlu, berendam saja biar sekalian kau hidup di air."

Aku melipat kening. Manusia satu itu. Apa tidak paham aku sedang sakit? Aku sakit karena melihat tingkahmu. Selalu menahan kekesalan karena ulahmu.

Romeo yang melihat air di dalam gelasku habis, langsung mengambil dan menaruh di atas nakas.

Aku menyapu ke sekeliling. Ini di rumah sakit. Jadi dia membawaku kemari. Baru saja aku ingin bertanya, Nancy dan Teresa menghampiri. Nancy bahkan dengan sengaja beralih ke depan Romeo, hingga pria itu memundurkan langkah. "Bagaimana kondisimu, El? Tanya Teresa.

"Hanya sedikit pusing."

"Kata dokter tidak ada yang mengkhawatirkan. Kita bisa pulang sebentar lagi." Kali ini Nancy yang berbicara.

"Kartu asuransiku ada di dalam dompet," ucapku pada keduanya, mengingat pasti akan menyelesaikan masalah administrasi.

"Masalah itu, Romeo sudah mengurusnya. Iya, kan?" Tanya Nancy pada pria yang berada di ujung tempat tidur rumah sakitku.

Romeo hanya mengangkat kedua alis. "Aku bertanya dengan bahasa manusia. Kau membalasnya dengan bahasa alien." Balas kesal Nancy. Sepertinya mereka berdua tidak akan pernah cocok. Mirip sekali dengan Tom and Jerry.

"Kapan aku boleh pulang?"

"Sekarang!" Romeo yang menjawab.

"Aku tidak ingin pulang denganmu!" Aku membuang pandangan setelah sekilas meliriknya. "Nancy, antar aku pulang ya?"

"Tidak!" Romeo dengan nada tinggi menjawab. Raut wajahnya sudah mulai terlihat emosi. "Pulang denganku!"

"Aku. Tidak. Mau."

"Terserah. Aku bisa paksa kamu, sekalipun kamu tidak mau."

"Siapa kamu berani paksa aku?"

Romeo terdiam. Tidak lagi membalas. Nancy dan Teresa yang sejak awal melihat adegan lempar kalimat antara aku dan Romeo, terhenti gerakkan kepalanya dan menatap Romeo. Menunggu jawaban darinya. Begitu pun aku.

Romeo berbalik. Pergi meninggalkan kami bertiga yang bingung. Meninggalkan aku dengan menatap punggungnya menghilang keluar dari pintu. Pengecut. Payah. Tidak bisa menjawab lalu memilih pergi.

"Romeo kenapa pergi? Dia seperti aku, yang kalau ditanya kapan menikah, pasti langsung mengambil langkah seribu!" Ujar Teresa yang langsung mendapat jitakan dari Nancy.

Biarkan lah. Aku tidak peduli. Terserah dia. Ketika kami bertiga asik dengan berbagai macam spekulasi kenapa si Troublemaker pergi, sosok pria bertato itu justru kembali ke hadapan kami. Tersenyum penuh kemenangan. Beberapa detik seorang wanita paruh baya menghampirinya.

[Terbit] My Sexy Bra And Mr. TroublemakerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang