Mr.Troublemaker - #7

33.4K 3.5K 888
                                    

Aku menatap tetesan air yang terjatuh di kaca. Musim panas terkadang diselingi oleh hujan. Tidak jarang cuaca menjadi cukup ekstrim dengan adanya badai hingga tornado di beberapa wilayah di amerika.

"Beruang kecil masih amankan?" Suara serak itu membuatku menoleh. Hanya sebentar lalu kembali ke posisi semula. "Jangan sampai hilang. Boneka itu berharga bagiku!"

Kali ini, aku benar-benar memandangnya. "Kata Mommy, kamu tidak bisa tidur tanpanya. Kenapa sekarang dikasih ke aku?"

Setelah insiden pemaksaan Romeo terhadapku tadi siang. Akhirnya, aku menuruti keinginannya untuk pulang bersama. Bagaimana tidak. Dia mengancamku untuk terus mengikutiku, bahkan akan mengangkat tubuhku kalau tidak aku setujui. Menyebalkan.

"Sudah memanggil Mommy? Sejak kapan?" Romeo menoleh sebentar padaku.

"Tadi pagi, saat diantar olehnya." Aku menjawab dengan malas.

Beberapa saat yang kita lalui, hanya diam. Dan terdengar tarikkan napas berat Romeo. Setelahnya, ia kembali berbicara. "Boneka itu milik Lucy. Adik kandungku. Lucy Julietta."

Iya, aku langsung menatapnya dengan kening berlipat. Tidak bertanya karena Romeo melanjutkan kalimatnya. "Dia meninggal karena kecelakaan tiga tahun yang lalu. Saat itu, Daddy, Mommy, Aku serta Lucy. Akan pergi untuk makan siang bersama. Daddy yang mengemudikan mobil. Aku di sampingnya. Mommy di belakangku dan Lucy di belakang Daddy. Lucy saat itu berumur tiga tahun. Jarak yang cukup jauh antara aku dengannya. Itulah mengapa Mommy sangat suka dengan anak perempuan, hingga saat ini."

Aku masih diam. Membiarkan Romeo melanjutkan ceritanya. "Kejadiannya sangat cepat. Sebuah bus menabrak sisi kiri mobil. Daddy meninggal di tempat. Lucy kritis. Aku dan Mommy luka berat. Belum sampai ambulan tiba di rumah sakit. Lucy dinyatakan meninggal. Pendarahan pada kepalanya cukup parah."

Aku menaruh tanganku pada bahu Romeo. Sekedar memberitahu padanya kalau aku turut berduka. Romeo membalas dengan senyuman.

"Hari pertama kamu pindah, aku sedang duduk di balkon. Memperhatikanmu yang sedang menarik koper besar dan kamu terlihat kesulitan. Lucu sekali." Romeo tertawa pelan. "Namun ada hal lain yang membuatku tersenyum. Rambut merahmu, matamu dan juga senyummu. Mirip sekali dengan Lucy. Mungkin Mommy merasakan hal yang sama denganku."

Romeo menghentikan mobil. Aku baru sadar kalau ia berhenti di garasi rumahnya. Bukan di depan rumahku. Walaupun hanya bersebelahan. Tetap saja salah.

"Mommy menyuruhku untuk membawamu ke rumah. Dia sudah mempersiapkan makan malam katanya!" Setelah selesai berbicara, Romeo keluar dari mobil. Meninggalkanku begitu saja yang belum mencerna apa yang baru saja ia lontarkan.

Aku melihatnya berhenti, tepat di depan pintu rumah. Kembali berjalan ke arah mobil. Membuka pintu dan aku mendongak. "Kamu ingin terus di dalam sini?" Tanyanya dengan seringai nakal.

Aku melepas sabuk pengaman dan keluar dari dalam mobil. Beruntung hujan sudah reda. "Aku pulang saja," ucapku padanya yang digubris begitu saja karena, si pembuat masalah itu kembali berjalan meninggalkanku. Bagaimana ini, aku harus membuat makan malam untuk dua penyihir di rumahku. Kalau sampai tidak, nanti aku akan disihir.

Aku menatap pintu rumahku dan rumah Romeo bergantian. Sepertinya Debra belum pulang. Terlihat mobilnya tidak ada di garasi. Mobil Melinda pun sama. Baiklah, aku memilih untuk makan malam sebentar. Sebelum mereka kembali, aku sudah harus di rumah.

Romeo bersedekap di depan pintu. Wajahnya seperti resah. "Jangan lambat seperti siput. Cepat masuk!" Ketusnya.

Apalah dia itu. Seenaknya saja dengan orang lain.

[Terbit] My Sexy Bra And Mr. TroublemakerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang