Mr.Troublemaker - #6

36K 3.8K 857
                                    

"Tadi kau diantar siapa?" tanya Teresa saat kita sudah duduk di kantin. Hampir aku terlambat kelas tadi.

"Tadi itu ... Tetanggaku!" Aku tidak mungkin bilang kalau itu ibu dari Romeo. Bisa berbahaya kalau sampai Teresa tahu. Sampai satu kampus tahu. Aku hanya ingin belajar dengan tenang hingga lulus dari sini. Bukan —

Pekikkan dari beberapa orang di kantin memecahkan keramaian denting piring. Terganti dengan kerusuhan pada bagian depan kantin. Nancy yang sejak awal sedang mendengarkan musik melalui headsets, lekas melepasnya dan menghampiri kerumunan.

Aku yang bingung hanya diberi jeda beberapa detik, sebelum bangkit karena ditarik oleh Teresa.

Aku tahu, ada yang berantam di sana. Tolonglah, kampus itu tempat untuk menuntut ilmu bukan ... ROMEO?!

Tubuhnya sudah dipegangi oleh tiga orang. Melerainya agar tidak terjadi baku hantam susulan. Di sisi lain. Ada seorang pria yang sudah cukup kacau keadaannya. Memar cukup parah pada wajah, serta darah di kaus yang ia kenakan. Pria itu lebih dulu ditarik menjauhi Romeo yang masih terlihat emosi.

Romeo memberontak dan melepaskan diri dari cengkraman tiga pria. Bibirnya pecah hingga berdarah. "Bubar semuanya!" ucap salah seorang penjaga kampus yang baru tiba. "Dan kamu, obati luka!"

Aku yang masih berdiri melihat wajah marahnya, hanya bisa meredakan detak jantung. Andai kalian bisa melihat aura kemarahan pada Romeo, ia seakan ingin memakan manusia. Percayalah. Seram sekali. Aku saja takut.

Pria yang sedang melangkah mendekat padaku itu. Wait! Dia menghampiriku. Kyaaa aa.... "Ikut aku!" ucap Romeo yang menarik paksa lenganku. Semua orang terdiam dengan tatapan melihat ke arah kami. Ada yang meringis takut. Ada yang memberikan tatapan tidak suka.

Percuma aku berusaha melepaskan cengkraman Romeo. Tenaganya sangat kuat. Aku hanya berusaha menyamai kecepatan langkahnya. Jangan sampai aku terjatuh dan itu memperparah keadaan.

"Masuk!" Aku menurut memasuki mobilnya. Bukan keinginanku. Tanganku lebih dulu ditarik dan tentu saja, wajah menyeramkan Romeo. Aku masih ingin hidup besok.

Setelah ia menutup pintu. Ia beralih ke bagasi. Mengambil sebuah kotak dan ia pun memasuki mobil. "Tolong obati lukaku!"

Lagi, aku melakukan perintahnya tanpa protes. Membuka kotak obat dan mengambil kapas yang sudah aku basahi dengan alkohol. Romeo hanya merebahkan punggung dengan wajah mendongak ke atas. Memejamkan kedua mata.

Aku dengan tangan bergetar. Menaruh kapas basah itu pada ujung bibirnya yang luka. "Arg!" Ia meringis dan menoleh. Aku pun ikut meringis. Pasti sakit sekali.

"Kamu tahu kenapa tadi aku memukulinya?" Tanya Romeo.

Aku tidak memandangnya. Aku fokus pada lukanya. Harus fokus ke sana. Kalau tidak, aku takut. Takut dengan segalanya. Astaga, lama-lama aku bisa gila kalau di dekatnya.

Romeo meneruskan kalimatnya sekalipun aku tidak menjawab. "Dia bilang kalau bra itu sebenarnya adalah bra Mommy. Bra yang tertinggal di rumah pria kencannya. Dia, si bajingan itu memandang rendah Mommy. Dan dia harus mati! Arg ...." Aku tidak sengaja menekan lukanya. Terlalu kaget, karena nada tinggi Romeo barusan.

"Maaf!" ucap lemahku.

Romeo menggenggam tanganku. Aku menunduk. Ingin apalagi dia kali ini. "Apa bisa kamu melihatku?"

[Terbit] My Sexy Bra And Mr. TroublemakerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang