Mr.Troublemaker - #21

24.4K 2.5K 878
                                    

Sebelum aku keluar dari dalam mobil. Romeo sempat menarik tanganku. Digenggamnya dengan kedua tangan. "Hari ini akan aku tunjukan padamu, kalau aku berubah. Tapi tolong, jangan lepaskan genggamanku sampai kelas."

Aku tentu saja mengangguk. Bahkan senyumku terbentuk dengan jelas. Jangankan untuk menggengam tangannya, sampai kelas. Sampai altar gereja pun aku mau. Maksudku ... Astaga, kuliah saja belum selesai, aku sudah memikirkan pernikahan.

Kami melangkah bersama. Genggaman tangan Romeo beberapa kali mengencang manakala dia melihat sesuatu yang ingin ia jahili. Terlihat sekali ia menahan diri. Aku sempat memperhatikannya sebentar. Aku seakan melihat ... bukan Romeo. Dia tidak terlihat emosi. Justru raut wajahnya memencarkan seakan ia frustasi. Iya benar. Habis mau bagaimana lagi. Ini semua demi kebaikannya. Sifat nakalnya itu memang sudah keterlaluan menurutku.

Biarkan lah kalau dia berusaha berubah demiku. Aku melakukan hal benar. Cinta itu butuh pengorbanan. Butuh perjuangan. Begitu kata Teresa yang mengutip salah satu kalimat di dalam novel berjudul 'Undercover Playboy', karya seorang penulis asal Indonesia.

Kami berhasil. Berhasil sampai di dalam kelas, dengan Romeo tidak berulah sama sekali. Aku memandangnya bangga. Ah pacarku. Tampan sekali dia. "Kenapa?" tanyanya yang bingung aku senyum-senyum saja.

"Kamu tampan!" Ceplosku. Ini jujur.

Romeo mendekat. "Tampan saja tidak cukup kalau tidak dicintai oleh Ella."

Halah gombal. Tapi aku suka.

"Minggir!" Nancy membelah kami berdua. Maksudnya, dia berjalan di tengah kami. Bukan salahnya juga. Kami memang berdiri di tengah jalan masuk kelas.

"Jangan bermesraan, please. Kasihan aku yang iri." Jujur Teresa.

Aku tertawa. Salah sendiri tidak punya pacar. Aku mengucapkannya di dalam hati. Menjaga perasaan Teresa.

Romeo di hampiri oleh salah satu temannya. Aku tidak mendengar pembicaraan mereka. Namun setelah itu, Romeo meminta izin padaku untuk berkumpul sebentar dengan mereka. "Aku tinggal sebentar ya? Hanya ke taman samping."

Aku mengangguk. Memandang punggung Romeo yang semakin menjauh dan menghilang dari balik pintu. Tidak lama, terlihat lagi dari jendela samping. Karena taman yang ia maksud, memang di samping ruang kelas.

Romeo mengambil sebatang rokok dari temannya. Menyalahkan pematik untuk membakar rokok tersebut. Mereka tertawa bersama. Aku kembali melihat wajah Romeo yang sebenarnya. Bukan seperti tadi yang menahan diri.

Memikirkan sejenak, apa sanggup ia berubah demiku.

"Cinta membuat seseorang cepat tua."

Aku menoleh saat Nancy berkata dengan kalimat itu. Duduk di sebelahku. "Kenapa bisa begitu?" Tanyaku pada Nancy, tapi kedua mataku mengarah pada Romeo.

"Lihat saja, sebentar-sebentar kau mengerutkan kening."

Aku tidak lagi memperhatikan Nancy. Aku tertuju pada Romeo.

Iya, keningku kembali berkerut. Aku memincingkan mata. Meyakinkan diri kalau aku tidak salah lihat. Nancy dan Teresa ikut melihat apa yang sedang aku lihat.

"Siapa dia?" tanyaku pada kedua sahabatku.

"Sepertinya bukan anak fakultas ini," jawab Teresa.

Seorang wanita berambut hitam, menghampiri kerumunan Romeo dan teman-temannya. Wanita tersebut dengan santai, melingkarkan satu tangan pada bahu Romeo. Merangkulnya. Aku bisa melihat jelas kalau Romeo cukup risih. Romeo beberapa kali mengangkat bahu. Bermaksud untuk melepas tangan wanita itu darinya.

[Terbit] My Sexy Bra And Mr. TroublemakerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang