Mr.Troublemaker - #3

76.5K 4.6K 801
                                    

Pagi ini kebahagiaanku bertambah, karena saat aku keluar dari kamar, Miranda dan Zebra tidak berada di rumah. Mungkin mereka pergi. Pergi ke neraka hahaha. Aku dengan riang mengeluarkan beberapa cupcakes dari dalam pemanggangan. Aroma vanila langsung mengudara. menggugah aku untuk tidak sabar mencicipinya.

Dengan hati-hati aku memberikan krim putih dan hiasan bunga dari gula. Memasukkan ke dalam dus khusus kue. Tidak lupa, pita merah di atasnya. Saat melangkah menuju pintu, aku berkaca sebentar. Memastikan diriku sudah cukup rapi.

Kemarin selama di mobil. Angel sedikit bercerita mengenai dirinya. Ia seorang janda dengan satu anak. Bekerja di perusahaan keluarga yang bergerak di bidang ekspor-import. Aku suka saat ia bercerita. Aku suka nada suaranya. Terdengar sangat tenang, tapi juga ada keceriaan yang terasa. Mirip sekali seperti ibuku.

Aku dengan senyum terbahagiaku, menekan bel pintu rumahnya. Hanya melangkah ke samping. Aku pun baru tersadar, kalau jendela kamar rumahnya bersebelahan dengan jendela kamarku.

"Ella!" seru Angel dengan aura bahagia yang membuncah. "Masuk, Sayang!"

Aku memberikan kotak kue ku padanya dan melangkah masuk. Posisi dalam rumahnya sama dengan rumahku. Namanya juga perumahaan. Bedanya, rumahku bercat putih sedangkan rumah Angel, sedikit percampuran putih dan hijau muda. Interiornya jauh lebih modern. Mayoritas berwarna perak dan hitam. Kalau rumahku, lebih ke antik dan emas.

Aku mengikuti langkah Angel hingga ke dapur. Ia menaruh kotak kue di atas meja bar yang terbuat dari bata. "Ini buatanmu?" tanya Angel yang membuka kotak kue.

"Iya. Semoga anda suka!"

"Panggil saja Angel. Jangan kaku seperti itu. Anggap saja aku ibumu. Sejak dulu, aku ingin sekali punya anak perempuan." Angel berbicara sembari melangkah kesana kemari. Ia sibuk membuatkan teh melati hangat untukku. "Ini untuk teman kita mengobrol dan memakan kue lezatmu."

Baru saja aku ingin menimpali, seseorang memasuki dapur. "Halo, Beruang kecil. Sudah bangun?"

Aku menoleh ke belakang. Kembali senyumku lenyap tidak tersisa. Bahkan aku harus berpegangan dengan kursi agar tidak terjatuh. ROMEO?!

Bukan hanya aku yang terkejut. Romeo juga. Ia melipat kening sambil terus melangkah mendekat. Terlalu dekat, sampai aku ikut memundurkan langkah.

"Ehem!" Suara Angel menghentikan langkah Romeo. Fiuuh ... Kalau tidak. Mungkin tubuh Romeo akan menghimpitku di dinding. "Kalian kenapa?"

"Kenapa dia ada di sini?" tanya Romeo pada Angel, dengan satu jari menunjuk wajahku. Sungguh tidak sopan.

"Kamu kenal?"

Romeo beralih memandangku. Dari ujung kaki, hingga kepala. Lalu tersenyum nakal. "Tentu saja kenal. Anak baru incaranku!" Ia bersedekap dan menambahkan kedipan mata. membuatku mual.

Angel yang tidak paham apa maksud Romeo, hanya mengangkat kedua bahu, lalu sibuk kembali membuatkan teh. Sepertinya bertambah satu cangkir. Jangan bilang kalau itu untuk .... "Kalau begitu kita bertiga bisa bersantai bersama. Beruang, bantu aku untuk membawa teh ini ke halaman belakang!" Perintah Angel pada anaknya, Romeo. Si pembuat masalah nomor satu.

Aku menggigit bibir bawah. Ingin pergi, tapi tidak mungkin juga aku pamit secara tiba-tiba. Aku yang melangkah dengan sekuat tenaga, mengikuti ibu dan anak di depan itu menuju halaman belakang. Setelah Romeo menaruh nampan, ia menghempaskan tubuh di sofa hitam lebih dulu. Disusul Angel di depannya, dan aku .... "Sini!" Romeo menepuk sofa di sampingnya.

[Terbit] My Sexy Bra And Mr. TroublemakerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang