The Prince & His Knight (Tran...

By struggle_wind

112K 6.8K 1.4K

Xuweizhou adalah pemuda yang berambisi menjadi penyanyi. Sedangkan Huang Jingyu adalah pemuda biasa yang tak... More

Chapter 1: The Prince (Sang Pangeran)
Chapter 2 : Surprissing The Knight (Mengejutkan sang Ksatria)
Chapter 3 : The Another Prince (Pangeran yang lain)
Chapter 4 : Who is Weird? (Siapa yang aneh?)
Chapter 5 : Knight Prince (Pangeran Ksatria)
Chapter 6 : Prince's Knight (Ksatria sang Pangeran)
Chapter 7 : Knight's Trouble (Masalah sang ksatria)
Chapter 8 : Annoying Prince (Pangeran yang rese)
Chapter 9 : Pull Knight Back
Chapter 10 : Knight's Dad
Chapter 11 : Back To School (Kembali ke sekolah)
Chapter 12 : Two Prince's ( Dua Pangeran )
Chapter 13 : Confusion (Kebingungan)
Chapter 14 : The Prince and The Knight ( Sang Pangeran dan Sang Ksatria )
Chapter 15 : The Feeling ( Perasaan )
Chapter 16 : Oh Knights ( Oh Sang Ksatria )
Chapter 17 : Blooming ( Berbunga )
Chapter 18 : Princess ( Putri )
Chapter 19 : Deep ( Dalam )
Chapter 20 : Oh Prince ( Oh Pangeran )
Chapter 21 : Thump ( Berdebar - debar )
Chapter 22 : Jealousy ( Kecemburuan )
Chapter 23 : Hide ( Bersembunyi )
Chapter 24 : Honesty ( Kejujuran )
Chapter 25 : Wind Blow ( Tiupan angin )
Chapter 26 : The Queen ( Sang Ratu )
Chapter 27 : Fallen Night ( Malam telah tiba )
Chapter 28 : Dilemma ( Dilema )
Chapter 29 : The Knight To Do ( Yang harus di lakukan oleh sang Ksatria )
Chapter 30 : Princesses ( Para Tuan Putri )
Chapter 31 : Friendship ( Persahabatan )
Chapter 32 : Try To Open It ( Cobalah Membukanya )
Chapter 33 : Untitled ( Tanpa Judul )
Chapter 34 : I Like You ( Aku Menyukaimu )
Chapter 35 : With You ( Bersamamu )
Chapter 36 : Prince's Territory ( Wilayah Sang Pangeran )
Chapter 37 : How We Call It? ( Bagaimana Kita Menyebutnya? )
Cast The Prince & His Knight
Chapter 38 : For You ( Untukmu )
Chapter 39 : Step On ( Menginjak )
Chapter 40 : Extra Chapter ( Bab Tambahan )
Chapter 41 : Prince's Battle ( Pertarungan Pangeran )
Chapter 42 : Revealing ( Menyatakan )
Chapter 43 : Boyfriends ( Para Kekasih (Lelaki) )
Chapter 45 : Be Brave part 2 ( Beranilah bagian 2 )
Chapter 46 : Knight's Battle Mind (Pertarungan Dalam Pikiran Sang Ksatria)
Chapter 47 : The Prince & The Queen (Pangeran dan Ratu)
Chapter 48 : Love Isn't Blind ( Cinta itu tidak buta )
Chapter 49 : Doubt ( Ragu - ragu )
Chapter 50 : Seharusnya hari ini menjadi hari yang terbaik
Chapter 51 : Prince Without Sin (Pangeran Tanpa Dosa)
Chapter 52 : Knight's Around (Di kelilingi Ksatria)
Chapter 53 : Broken (Hancur)
Chapter 54 : Gone (Pergi)
Chapter 55 : Lost (Hilang)
Chapter 56 : Dawn (Fajar)
Chapter 57 : Pangeran, Ksatria dan Cahaya
Berdiri Denganmu Bagian 1
Berdiri Denganmu Bagian 2
Berdiri Denganmu Bagian 3 - END
Ga Lanjut translet Book 2
Lanjut gak???

Chapter 44 : Be Brave part 1 ( Beranilah bagian 1)

1.3K 96 36
By struggle_wind

Weizhou duduk dengan gelisah di kursinya. Dia terus melemparkan pandangan ke arah kursi kosong milik Jingyu. Sekarang sudah hampir istirahat pertama dan Jingyu belum juga muncul. Dia sudah menanyakan Miss Anna tentang Jingyu, tapi Miss Anna tidak tahu apapun tentang keberadaan Jingyu.

Apakah dia sakit??

Dia hanya dapat bertemu Jingyu di sekolah. Tapi jika Jingyu tidak masuk, dia tidak punya kesempatan untuk bertemu dengannya. Weizhou menatap keluar jendela saat tiba – tiba dia melihat sosok yang familiar.

"Maaf Miss Anna... maaf... aku harus pergi ke toilet".

Weizhou berlari ke arah pintu bahkan sebelum Miss Anna memberikan ijin. Dia berlari secepatnya sampai dia menemukan seseorang yang dia lihat dari jendela kelas.

"Aaayyyaahhh....".

Weizhou berusaha mengontrol napasnya. Lelaki di depannya berbalik dan tersenyum saat melihat wajah Weizhou.

"Oh nak..... bagaimana....".

"Jingyu.... apa yang terjadi pada Jingyu, Yah??

Weizhou masih kesulitan mengatur napasnya, tapi dia tidak dapat menahan rasa penasarannya.

"Dia harus absen untuk beberapa hari. Itulah sebabnya aku datang kesini untuk meminta ijin", jawab ayah Jingyu.

"Apa?? Absen? Kenapa??".

"Kemarin dia menolong bos nya dari perampokan, tapi sayangnya....".

Ayah Jingyu berusaha mengontrol napasnya yang mulai terasa berat.

"Salah seorang dari mereka menembaknya".

"Apa?? Tembak?? Bagaimana keadaannya sekarang, Ayah? Apakah dia baik – baik saja??".

"Iya, untung pelurunya tidak mengenai bagian vitalnya. Tapi dia tetap harus banyak istirahat. Saat dia tertembak kemarin, ambulans yang di telepon oleh Tuan Lee terjebak macet. Jadi, Jingyu agak terlambat tiba di rumah sakit. Dia kehilangan banyak sekali darah, tapi sekarang dia sudah membaik".

Tiba – tiba, adegan Jingyu terkapar tak berdaya di atas sprei putih muncul di pikiran Weizhou. Matanya terasa terbakar dan hatinya terasa sakit.

"Ayah, apakah kau akan ke rumah sakit sekarang?".

"Iya".

"Tolong, tunggu aku di sini. Aku akan ikut denganmu".

"Tapi nak, kau tidak bisa meninggalkan kelas. Kau bisa datang sepulang sekolah. Aku akan memberikan alamatnya".

"Tidak!!! Mama tidak akan mengijinkanku".

"Apa??".

"Ayah, tolong tunggu aku di sini. Aku akan mengambil tasku. Jadi tolong tunggu aku di sini".

Weizhou berbalik dan berlari menuju kelasnya. Ayah Jingyu ingin pergi dan meninggalkan Weizhou karena dia tidak ingin Weizhou membolos. Tapi langkahnya terhenti saat mencapai gerbang sekolah. Dia menatap gedung sekolah lalu menunggu Weizhou untuk pergi bersamanya.

🐳🐱🐳🐱🐳🐱🐳🐱🐳🐱🐳🐱🐳🐱🐳🐱🐳

Weizhou masuk ke dalam kamar yang warnanya di dominasi warna putih. Ibu Jingyu duduk di samping tempat tidur putih, sementara Jingyu terbaring di sana. Lutut Weizhou gemetar. Tiba – tiba, tempat tidur itu terasa sangat jauh darinya. Matanya terbakar, air mata mulai membanjiri matanya, mengaburkan pandangannya.

"Jingyu....".

Weizhou berbisik pelan, tapi cukup berhasil untuk menarik perhatian Ibu Jingyu/

"Oh... kau Zhouzhou kan?".

"Iibbbuuuu....".

Tiba – tiba tubuh Weizhou merosot, Ibu Jingyu berlari ke arahnya dan memeluk tubuhnya yang gemetaran dengan erat.

"Ibu.... Jingyu....".

"Sstt... dia akan baik – baik saja. Dia hanya tidur. Dia akan bangun nanti".

Air mata membanjiri wajah Weizhou. Dia bisa merasakan kehangatan Ibu Jingyu. Dia sangat baik. Dia memeluk Weizhou dengan erat, bahkan mengusap – usap punggung Weizhou untuk menenangkannya.

Betapa aku sangat berharap mendapat kehangatan seperti ini dari Mamaku

"Ayo duduk....".

Ibu Jingyu mengarahkannya untuk duduk di sofa di dekat jendela.

"Apakah kau ingin minum sesuatu??".

Weizhou menggeleng dan memalingkan wajahnya ke arah wajah tidur Jingyu. Sangat tenang dan lembut. Ibu Jingyu menepuk kepalanya dengan lembut.

"Dia akan baik – baik saja".

Weizhou mengangguk lalu Ibu Jingyu mengusap punggungnya dengan lembut. Weizhou mulai dapat bernapas dengan normal dan lebih tenang.

"Merasa lebih baik??".

Weizhou memberikan senyum di wajah sedihnya. Ibu Jingyu mencubit pipi tembemnya lalu tersenyum lebar.

"Bisakah kau membantuku menjaganya di sini? Aku perlu membeli sesuatu".

"Iya Bu, aku akan tinggal dan menjaganya agar tetap aman".

Ibu Jingyu tertawa kecil, "Yeah... dia akan aman denganmu di sini".

Ibu Jingyu mengacak – acak rambut Weizhou lalu berdiri dan memberi ciuman kecil pada kening anaknya. Lalu dia meninggalkan kamar dan meninggalkan mereka berdua di kamar.

Weizhou berjalan menuju kekasihnya. Tangannya menyentuh wajah tidur Jingyu dengan lembut. Jingyu tidur dengan damai tapi Weizhou tidak dapat sedamai wajah tidur Jingyu. Perban putih dapat terlihat di bahu lebar Jingyu.

"Bagaimana ini bisa terjadi padamu?? Seharusnya aku membiarkanmu menonton latihanku, bukannya memaksamu pergi dan membiarkan semua ini terjadi padamu. Bodohnya aku!!!".

Weizhou mengepalkan tangannya. Dia sangat ingin mencium kekasihnya, mengurangi rasa sakit yang di rasakan kekasihnya saat ini. Tapi dia takut jika tiba – tiba Ayah atau Ibu Jingyu masuk ke kamar.

"Jingyu... aku mencintaimu...".

Air mata Weizhou mengalir dan membasahi lengan Jingyu.

🐳🐱🐳🐱🐳🐱🐳🐱🐳🐱🐳🐱🐳🐱🐳🐱🐳

Dua jam berlalu dan Jingyu tetap menutup matanya. Weizhou dan Ibu Jingyu duduk di sofa, sementara Ayah Jingyu duduk di tempat tidur.

"Zhouzhou, kau mau makan sesuatu? Ada banyak buah di sini".

Weizhou hanya menggeleng dan membuat Ibu Jingyu menghela napas.

"Kau tidak makan dan minum apapun sejak kau datang. Tapi kau menangis terus, kau bisa dehidrasi. Ini... makanlah jeruk ini...".

Ibu Jingyu memberikan jeruk itu ke Weizhou.

"Buu... ibu.....".

Suara serak Jingyu memenuhi kamar dan sontak membuat Weizhou berdiri dan berlari menuju tempat tidur, mengejutkan orang tua Jingyu.

"Aku disini, Jingyu.... aku di sini...".

Jingyu dapat mendengar suara Weizhou dengan sangat indah di telinganya.

Apakah ini mimpi??

Mata Jingyu terbuka sepenuhnya saat wajah khawatir Weizhou memenuhi pandangannya.

"Jingyu.....", Weizhou tersenyum lebar saat melihat Jingyu membuka lebar matanya.

"Syukurlah... Jingyu... apa yang kau rasakan? Kau butuh sesuatu? Mungkin air? Aku akan mengambilkannya untukmu...".

Weizhou berbalik untuk mengambil gelas yang berada di meja samping tempat tidur.

"Bisakah kau duduk? Aku akan membantumu....".

Weizhou berusaha membantu Jingyu duduk dengan nyaman, lalu membantu Jingyu untuk meminum air dari gelas tadi. Orang tua Jingyu terpaku melihat adegan di depan mata mereka.

"Merasa lebih baik??". Weizhou tersenyum bahagia, tapi Jingyu hanya memberikan senyum yang samar.

"Ehm!!!".

Jingyu berdehem untuk memberikan kode pada kekasihnya untuk menjaga sikapnya. Tapi Weizhou tetap menyibukkan dirinya untuk menghangatkan tangan Jingyu dengan tangannya. Weizhou berusaha menggapai wajah Jingyu tapi Jingyu berdehem lebih keras dan menaik – turunkan alisnya, memberikan sinyal yang lebih kuat agar Weizhou menyadari bahwa ada orang lain di dalam kamar ini.

Tangan Weizhou mengambang di udara, lalu melemparkan pandangannya pada orang tua Jingyu. Ayah Jingyu mengerutkan kening tapi Ibu Jingyu tertawa kecil.

"Temanmu lucu sekali, Jingyu. Dia sangat khawatir padamu. Imut sekali...", Ibu Jingyu mencubit pipi tembem Weizhou dan membuatnya merona.

"Dia selalu seperti itu pada semua orang, Bu".

Weizhou mengerutkan dahi, Semua orang? Aku hanya bersikap seperti ini kepadamu!!!

"Benarkah?? Dia sangat baik. Kau sangat beruntung bisa berteman dengannya, Jingyu".

Jingyu tersenyum lebar dan wajah Weizhou memerah. Lalu Ayah Jingyu berjalan mendekat ke tempat tidur.

"Apakah kau merasa lebih baik? Apa kau masih merasa sakit atau pusing?".

"Tidak. Aku hanya merasa lemah. Dan lapar....". Jingyu menyeringai seperti anak kecil, membuat Ibu nya mencubit pipinya dengan gemas.

"Ibu sudah memasak makanan lezat untukmu!!".

"Benarkah??", mata Jingyu berbinar mendengarnya dan Ibu Jingyu mengangguk dengan semangat.

"Baiklah, Ibu akan menyuapimu nanti...".

"Aku mau makan sekarang, Bu....".

Jingyu merajuk seperti anak kecil. Weizhou dan orang tua Jingyu tertawa terpingkal – pingkal. Tiba – tiba Weizhou merasa sangat nyaman berada di tengah – tengah keluarga kecil ini. Ayah Jingyu terlihat menakutkan tapi jauh di lubuk hatinya, dia sangat baik dan sayang pada anaknya. Ibu Jingyu sangat hangat. Dia orang yang berhati lembut. Dan Jingyu.... *Jingyu adalah cinta....

Betapa dia berharap dapat tinggal dengan keluarga kecil ini selamanya.

🐳🐱🐳🐱🐳🐱🐳🐱🐳🐱🐳🐱🐳🐱🐳🐱🐳

Weizhou mengendap – ngendap masuk ke kamarnya yang gelap.

"Darimana saja kau, Zhou?".

Suara mamanya memenuhi kamar gelap itu, mengirimkan kengerian padanya. Weizhou menarik lututnya yang tiba – tiba terasa berat, ke kamar mandi. Berusaha bersembunyi walaupun itu tidak berguna.

"Zhou!!! Jawab mama!!! Miss Anna mengatakan padaku bahwa kau membolos hari ini. Darimana saja kau? Zhou!!!!".

Weizhou membuka pintu kamar mandi dengan keras hingga terbuka lebar.

"Aku pergi ke rumah sakit!!". Weizhou berusaha keras untuk menahan teriakannya.

"Rumah Sakit??? Apa... apa yang terjadi padamu??".

Weizhou berjalan ke tempat tidurnya dan menyalakan lampu mejanya.

"Jingyu.... dia sakit".

"Jingyu??? Zhou!!! Bukankah aku sudah mengatakan dengan jelas padamu??? Kau TIDAK BOLEH bertemu dengannya!!! Mama melarangmu untuk bertemu dengannya!!!".

Weizhou melemparkan tas punggungnya ke tempat tidur.

"Apakah kau sudah kehilangan hatimu, Ma? Dia sakit, terbaring tak berdaya di tempat tidur!! Dan aku hanya menjenguk temanku yang sedang sakit. Apa yang salah dengan hal itu?? Apa salahnya??!!!".

"Dia bukan temanmu!!! Dan aku tahu pasti bahwa kau menjenguknya dengan alasan yang lain!! AKU TIDAK INGIN KAU MENDEKATINYA!!! DAN KAU!! HARUS MENGIKUTI PERINTAHKU!!!".

Mama Xu bernapas dengan berat, sementara Weizhou membeku dan mengepalkan tangannya dengan kuat.

"APA KAU MENGERTI!!!!".

Mama Xu berteriak sekuatnya. Akhirnya Weizhou bernapas dengan pelan, berusaha menenangkan dirinya. Dia menjatuhkan pantantnya ke tempat tidurnya yang empuk dengan memunggungi mamanya.

"Ma, aku hanya mencintai seseorang dan tiba – tiba semua menjadi salah untukmu".

"Zhou, kau ini anakku. Dan sikapmu adalah tanggung jawabku sebagai orang tua. Aku tidak ingin kau menjadi anak nakal dan berdiri di jalan yang salah dalam masyarakat. Kau anak yang baik. Anakku yang sempurna. Mama mencintaimu, tolong pahami Mama...".

Mama Xu berjalan mendekat. Weizhou membuang napasnya dengan keras dan membuat Mama Xu menghentikan langkahnya.

"Ma, hari ini aku bertemu dengan sebuah keluarga kecil dengan seorang Papa yang terlihat menyeramkan tapi memiliki hati yang baik. Dan seorang Mama yang berhati hangat. Anak mereka tidak pintar, bukan anak yang baik, bukan anak sempurna yang mereka harapkan untuk mereka miliki. Tapi mereka sungguh mencintai anak mereka. Membiarkan anak mereka mendapat cinta sebanyak yang bisa mereka berikan padanya. Melindungi anak mereka walau dengan kekurangan dan menuntun anak mereka walau dengan ketidak tahuan mereka. Tiba – tiba kau mengasihani diriku. kita dulu sangat dekat, Ma. Kau mencintaiku, aku mencintaimu... Tapi semua berubah saat kau mengetahui aku mencintai seorang laki – laki. Aku berubah menjadi seseorang yang kau harap tidak pernah kau miliki!! Aku menjadi anak nakal!! Tak bermoral!! Jadi kau harus menyelamatkanku... menarikku dari diriku sendiri!! Mendorongku untuk merobek diriku dan melempar iblis apapun yang merasuki kepalaku!! Yeah... kau menyelamatkanku... dan menghancurkanku berkeping – keping!! Kau tahu, Ma??? Aku sungguh berusaha menahan semua rasa sakit ini. Berusaha untuk menahan tangisku!! Berusaha sekuatnya untuk tidak membencimu!! Tapi aku tak bisa... aku tak bisa, Ma....".

Mama Xu bergetar mendengar curhat panjang anaknya. Dia sungguh tidak ingin anaknya membencinya, tapi dia juga tidak bisa membiarkan anaknya terjatuh ke dalam pergaulan yang salah menurut masyarakat.

"Zhou.....".

"Ma.... Jangan buat aku membencimu....".

Mama Xu membeku. Tiba – tiba dia merasa kehilangan tulang – tulang tubuhnya. Hatinya terasa sakit. Dia sangat ingin menangis tapi langsung menghapus airmata yang mulai jatuh. Matanya menjadi kering. Kering karena kedinginan yang menelan tubuhnya.

"Aku hanya ingin kau ingat, Ma...", Weizhou berusaha mengontrol napas beratnya.

"KAU MEMBESARKAN SEORANG MANUSIA, BUKAN MALAIKAT...".
(MY FAVORIT LINE !!!!)

Mama Xu sungguh ingin memanggil nama anaknya, tapi dia bahkan tidak bisa membuka mulutnya. Tiba – tiba semua terasa berat untuknya, bahkan untuk bernapas. Mama Xu menjulurkan tangannya, berusaha menggapai anaknya, tapi tak bisa, dia takut. Takut akan sesuatu yang dia tak tahu apa itu.

💖💞💖💞💖💞💖💞💖💞💖💞💖💞💖💞💖

Di chapter ini, Weizhou jadi lemah dan kuat karena cintanya ama Jingyu. And i love this chapter a lot. Expecially those last words *crying....

Bonus ⏬⏬⏬⏬

Continue Reading

You'll Also Like

PSYCHE By Just Ell

Teen Fiction

2.7K 148 10
"Helena, jika cinta adalah tentang kebahagiaan dan kesedihan. Lalu kenapa kita selalu memainkan bagian sedihnya?" Helena tersenyum samar mendengar pe...
810K 39.1K 40
Alzan Anendra. Pemuda SMA imut nan nakal yang harus menikah dengan seorang CEO karena paksaan orang tuanya. Alzan kira yang akan menikah adalah kakek...
180K 8.2K 63
Author's : Shui qian cheng (水千丞). Artists : Koowa content group. Genre : Manhua, Shounen Ai, Adult, Drama, Romance. Original Bahasa : Chinese. Transl...
1.1M 72.4K 200
Judul: 寒远 (Hán Yuǎn) Author: Chang Pei, Chi Zongcha Status: Ongoing Genre: Shounen Ai, School Life, Romance, Webtoons Official English: Bilibili Comi...