HANINDIA

By RaraPtri

3.1K 110 12

WARNING! Beberapa part di private! Follow dulu sebelum membaca. 17++ _____________________________ HANINDI... More

PROLOG
1.Hari yang sial
2.Dompet ?
3.Peeta mallarick
5.Terpaksa.
6.mempermalukan ya?
7.By london.
8.wellcome back to tanah kelahiran
9.Menikah ?
10.Perjanjian ?
11.Franda.

4. Di beli ?

207 7 0
By RaraPtri

"benarkah ini dirimu peet? Aku sungguh tidak percaya"

Peeta mengedikan bahunya tanda acuh tak acuh, "Ini memang diriku lantas kalau bukan diriku siapa? Kau begitu, kau tidak akan memiliki wajah tampan sepertiku" peeta tertawa di tengah-tengah pembicaraan seriusnya. 

"Yah, ku akui kau memang kelewat tampan maka dari itu banyak wanita yang menginginkanmu peet"

Peeta mengela nafas dengan sangat kasar, ia memandang kosong ke depan. Berbeda dengan verrel yang tengah menikmati hidangan.

"Dengar verrel, jika aku kembali jatuh cinta dan menyukai seorang wanita. Aku tidak akan membiarkan wanita itu mengejarku.. Tetapi akulah yang akan mengejar dan berjuang untuk mereka, aku tidak suka di kejar kodratku sebagai laki-laki adalah mengejar"

Verrel mengangguk sambil mengunyah makanan,
"Tumben sekali kau bijak seperti ini peet, biasanya otakmu selalu tidak konek"

Baru saja peeta hendak menjawab, wildan yang juga sahabatnya tiba-tiba datang bersama seorang wanita. "Hay bung.. Kau belum kembali ke jakarta rupanya" sapa wildan kepada kedua sahabatnya. 

Verrel dan peeta tersenyum menyambut kedatangan sahabat lamanya yang bernama wildan itu. 

"Wow rupanya kau sudah memiliki gandengan,siapa ini istrimu heuh? " tanya peeta.

Mendengar kata istri, verrel yang tadinya sibuk makan. Seketika berhenti mengunyah dan menelanya secara perlahan. Entah mengapa ia begitu antusias jika sudah membicarakan tentang wanita. Padahal ia sendiri jomblo abadi. 

Wildan tersenyum. "Dia calon istriku, dia tunanganku. Perkenalkan dia aulia tunangan serta calon istriku" ujar wildan dengan menekankan kata istri, pasalnya peeta dari dahulu selalu meledeki dirinya bahwa dirinya tidak laku-laku. Sekarang malah sebaliknya.

Aulia menjabat tangan peeta serta verrel secara bergantian, senyuman selalu terpampang jelas di wajahnya.
"Sayang aku ke toilet dulu yah, sebentar saja kok tidak lama" ucap aulia sambil memberikan tas kepada wildan. 

"Jangan lama sayang, hati-hati aku mencintaimu"

Seketika verrel dan peeta hendak muntah di tempat, sungguh tidak menghargai kaum para jomblo.

Verrel tersenyum ke arah aulia,aulia cantik dengan tubuh mungil dan berambut pendek sebahu.

"Mau aku antarkan aul? Sepertinya di toilet banyak orang-orang jahat"

Wildan mendelik tajam terhadap verrel, "jangan pernah menggoda calon istriku bodoh, kubunuh baru tau rasa kau"

Peeta tertawa dan bergidik melihat kedua sahabatnya yang selalu saja tidak pernah akur, tetapi mereka saling menyayangi bukan?

"Sudah-sudah kalian ini lucu sekali, bagaimana bisa aulia menerima ajakanmu rell. Kalau ia sudah cinta mati terhadap calon suaminya si pemarah wildan" tutur peeta yang mengundang tawa verrel. 

"haha,ah iya aku lupa, beruang jantan inikan Pemarah" sahut verrel.

Wajah wildan kini memerah dengan tangan mengepal di atas meja, "Bisakah kalian berhenti menggodaku bodoh?!" gertaknya.

Tawa peeta dan verrel semakin menjadi-jadi. "Apapun yang membuatmu kesal aku selalu senang dan" jawab verrel. 

"Ah tidak boleh seperti itu rell, kita sebagai sahabat seharusnya menikung bukan mendukung" sahut peeta.

Kini wildan sedang berkali-kali beristigfar, karna godaan dari sahabat-sahabat terlaknatnya ini yang ingin memancing emosinya. 

Ketika tawa mereka reda. Makananpun sudah habis dan aulia pun telah kembali dari toilet 30 menit yang lalu. 

"Hmm ngomong-ngomong kali ini siapa yang akan mentraktir jajanan kita semua? Apakah wildan,peeta atau aku? " tanya verrel. 

Wildan yang tengah bermanja dengan aulia, kini menatap sinis kepada peeta. "Tentu saja peeta, ia kan lebih kaya dari kita.. Jangan lupakan ayahnya yang mempunyai triliunan uang dengan harta yang begitu berlimpah"

Verrel tersenyum sumringah.
"Tentu saja, tetapi jangan lupakan paman dan bibimu yang mempunyai harta yang sama dengan peeta, wildan" sahut verrel. 

Nampaknya verrel ingin memojokan wildan. "Oh jangan lupakan juga keluarga additama yang memiliki harta berlimpah-limpah yang tidak akan pernah habis-habis tujuh turunan" wildan tersenyum sinis kepada verrel. 

"Jangan lup--"

Peeta langsung memotong, "Diamlah kalian semua, jika tidak ingin membayar biarkan aku yang membayar semua ini" ucapnya dengan tenang. 

Akhirnya verrel dan wildan tersenyum penuh kemenangan, memang setiap makan di restoran pasti selalu ia yang membayar. Karna teman-temanya malas membayar. Hanya karna kasirnya ganjen atau apalah padahal kantong mereka sedang kering. Namanya juga Sahabat.

Ketika merogoh celananya, peeta kini terlihat panik. Keringat bercucuran dari pelipisnya. 

"Ada apa peet, mengapa kau terlihat begitu gelisah" tanya verrel. 

"Sepertinya dompetku hilang" jawabnya, sebisa mungkin ia tetap tenang. 

"Bagaimana bisa?"

"tentu saja bisa"

Wildan langsung menengahi dengan memanggil pelayan. "Berapa total semua ini?"

Tiba-tiba peeta berteriak dengan kencang sehingga membuat wildan dan verrel beserta aulia,menatap bingung terhadapnya. 

"Oh astagaa, aku hampir lupa pasti dompetku tertinggal di rumah bordil raisa" decaknya.

                               ***

Semilir angin menerpa wajah cantik gadis mungil yang berambut pirang dan panjang, ia tidak kembali lagi ke dapur setelah menerima nasihat dari nindia. Ia tahu yang nindia lakukan ia tahu semuanya, sebenarnya ia ingin menghentikan nindia tetapi ia terlalu malas untuk melangkahkan kakinya ke kamar para pelacur, melisza malah melangkahkan kakinya ke balkon kamar yang ia tempati bersama nindia.

Derap langkah kaki begitu terdengar, menandakan bahwa akan ada manusia yang menghampirinya. Segera melisza berbalik badan,dan tersenyum melihat kedatangan nindia.

"Aku menunggumu, darimana saja kau? " tanya melisza pura-pura tak tahu. 

Dengan wajah datar tanpa ekspresi, dan terlihat santai, nindia mencoba untuk tersenyum walaupun sangat tipis seperti biasa tidak akan ada yang tahu kalau nindia tersenyum. 

"Aku habis menegakan hukum double jeopardy" jawabnya.

Melisza melongo kaget,
"Hu-hukum do-doble je--"

Dengan cepat nindia memotong, "Tidak perlau khawatir si jalang audy pantas mendapatkanya, apakah kau sedang sakit? Sehingga dirimu tidak kembali bekerja.. Kau tahukan kalau iblis medusa ngamuk bisa di jual kau melisza" cetusnya. 

Nindia merapikan baju yang tadi berantakan sebelum keluar dari kamar, "Semoga kau bisa jaga diri ketika aku pergi dari sini, aku tidak akan mungkin membawa dirimu pergi.. Karna sama saja dengan mengundang nyawamu"

"Pe-pergi?" sahut melisza.

Nindia mengangguk sebelum akhirnya ia keluar dari kamar, ketika sedang berjalan di lorong kamar. Terlihat dua body guard madam raisa yang bertubuh tinggi besar, menghalangi jalanya. Nindia sudah menduga pasti akan terjadi.

"Saya harus membawa nona ke ruang madam raisa" ucap salah satu body guard tersebut.

Ketika tangan body guard hendak menarik nindia, tetapi dengan cepat ia menepis. "Aku bisa sendiri" sahutnya datar. 

Nindia berjalan menjelajahi seluruh lorong untuk menuju ruangan madam raisa, dengan di temani dua body guard yang seakan siap menerkam nindia bila ia akan kabur.

Nindia membuka knop pintu,dan tampaklah si tua raisa, dan audy yang gemeteran melihat nindia. 

Seperti biasa raisa selalu meneguk wine saat sedang menyidang atau berbicara dengan orang lain. Raisa mempersilahkan nindia duduk dengan dagunya yang mengangkat dan menurun menuju kursi. Nindia langsung saja duduk dan menatap raisa dan audy dengan tatapan datar.

"Sudah tahu apa maksudku memanggilmu kemari?" tanya raisa santai namun terdengar mengerikan.

Sebisa mungkin nindia mencoba terlihat tenang, nindia mengangguk santai. "Mengapa kau hanya mengangguk? Seharusnya kau pikir pakai otak dimana letak kesalahanmu"

Nindia tetap diam tanpa berniat menjawab, seakan ucapan raisa hanyalah angin yang lewat.

prang!!

Raisa melempar gelas berisi wine kelantai, membuat audy terlonjak kaget tetapi tidak untuk nindia ia sudah hafal ketika si tua raisa marah pasti selalu seperti itu. 

"Oh ya, aku lupa kau tidak suka bertele-tele kan. Langsung saja mengapa kau menganiyaya audy?" teriak raisa yang menggema di ruangan tersebut.

Untungnya kedap suara kalau tidak pasti sudah ramai, para pelayan dan pelacur yang hendak mengintip.

Nindia menarik nafas pelan sebelum bicara, "Dia memang pantas mendapatkan itu, karna dia telah merendahkan temanku sebagai seorang pelayan" sahutnya dingin. 

"Tetapi aku berbicara sesuai fakta bukan? Mengapa kau terlihat marah sekali sedangkan yang ku rendahkan bukan dirimu tetapi melisza" kini audy membuka suara.

Nindia menatap tajam kepada audy.
"Berhenti berbicara atau ku patahkan tulang keringmu! Aku sudah muak mendengar suaramu jalang! "

Dengan suara bergetar audy tetap terus menjawab yang seakan-akan tidak memperdulikan ancaman nindia.

"A-aaakku pa-pantas berbi-ca--"

"DIAM!" potong raisa. 

Nindia tersenyum menyeringai, sedangkan audy menunduk takut.

"Karna kau telah melukai jalang berhargaku, aku akan menghukumu Hanindia" tegas raisa.

"Hukum saja aku tidak takut dengan hukumanmu"sahut nindia. 

Raisa menggertakan giginya, sehingga saking kerasnya gertakan giginya sampai terdengar oleh nindia dan audy. Ia mendelik tajam terhadap nindia yang selalu saja melawanya.

"Gerry bawa jalang rendahan ini ke kamar para pelacur dan dandani dia secantik mungkin, nanti malam aku akan mengadakan pelelangan!" perintahnya.

Seketika tubuh nindia menegang dan membeku, dengan badan yang gemetar ia beranjak dari kursi dan menatap raisa tidak percaya. Tetapi ia langsung menetralkan keteganganya, sebisa mungkin ia terlihat tetap tenang. "Silahkan saja raisa aku sungguh tidak takut dengan ancamanmu" sahut nindia santai.

Audy tersenyum penuh kemenangan, ketika nindia hendak berjalan menuju pintu tiba-tiba pintu terbuka menampilkan lelaki tampan yang ia lihat tadi pagi. Nindia berhenti sejenak sebelum ia pergi tetapi ketika ia hendak berjalan lagi lelaki tersebut langsung mencekal pergelangan tanganya. Membuat nindia mendelik marah kepada Peeta.

"Lepaskan tuan, saya ingin keluar!" geramnya. 

Peeta tidak mengidahkan ucapan nindia dan terus menyeretnya kembali menuju, kursi kebesaran raisa. 

Raisa langsung berdiri dan memeluk Peeta, peeta tetap menggenggam tangan nindia tanpa berniat untuk melepaskannya. Ketika nindia hendak berontak peeta selalu mengeratkan cekalanya membuat lengan nindia sakit sehingga ia hanya pasrah dan diam.

"Ada apa kau kemari tumben sekali, sore-sore kemari" tanya raisa. 

Tanpa basa basi peeta langsung menghempaskan bokongnya di soffa yang ada di pojok ruangan, langsung menyalakan lampu dan tersenyum. "Bukankah jika ruangan terang lebih enak kalau kita mengobrol raisa? " ucap peeta.

Raisa tidak bisa berkutik ia hanya tersenyum dan mengangguk, "Hmm, sebenarnya aku kesini untuk mengambil dompetku yang terjatuh di room private 01 tapi karna aku tidak menemukanya yah. Aku abaikan saja, hanya ada kartu nama dan beberapa atm-ku.. Tetapi yang lebih menarik adalah apa kau akan mengadakan pelelangan nanti malam? " tanya peeta.

Raisa tersenyum sinis kepada nindia,
"Yah betul sekali,pasti kau telah menguping pembicaraanku bukan? dan salah satu wanitanya adalah yang duduk di sampingmu"

Nindia tetap tenang dan diam,tidak bergeming sama sekali. Peeta tersenyum kepada raisa. Senyuman yang penuh mistery dan akan membuat siapa saja jatuh hati kepadanya. "Aku akan membeli wanita ini seharga $8,15 milyar" ujarnya. 

Nindia melongo dan menoleh terhadap peeta, begitu juga dengan raisa dan audy. 

Continue Reading

You'll Also Like

7.4M 227K 46
Beberapa kali #1 in horror #1 in thriller #1 in mystery Novelnya sudah terbit dan sudah difilmkan. Sebagian cerita sudah dihapus. Sinopsis : Siena...
972K 145K 49
Awalnya Cherry tidak berniat demikian. Tapi akhirnya, dia melakukannya. Menjebak Darren Alfa Angkasa, yang semula hanya Cherry niat untuk menolong sa...
3.1M 44.8K 30
Mature Content || 21+ Varo sudah berhenti memikirkan pernikahan saat usianya memasuki kepala 4, karena ia selalu merasa cintanya sudah habis oleh per...
54.6M 4.2M 58
Selamat membaca cerita SEPTIHAN: Septian Aidan Nugroho & Jihan Halana BAGIAN Ravispa II Spin Off Novel Galaksi | A Story Teen Fiction by PoppiPertiwi...