The Curse Of Love

By Meiloka_Putri

316 11 5

Di sebuah kehidupan yang kemungkinan nyata, telah terjadi skenario Tuhan yang sepertinya tidak mungkin. Tapi... More

Casting
Part 1
Part 2 (Something Silly)
Part 3 (I Love You)
Part 4 (Our Time)
Something that remains a mystery I
Part 6 (I Love You So Much)
Part 7 (Welcome to Venice)
With You In CA
Meet my dear friend (Deans)
Something that remains a mistery II
Something that Remains a Mistery III
An unreasonable offer
Something I had not expected before
I'm on NY
We're In Paris
You're Belong to Me
My Doubts
I'm 23 years old (I'm Guilty)
Divali
Holi Festive
The Wedding Day My Brother
I Got You (I)
I Got You (II)
Chennai
Damn
Levon
Curse
Mrs. Lisa
Alfredo
Amazon I
Amazon II
Searching
Welcome
Meet you
Italiano
Amazon III

We had to go

7 0 0
By Meiloka_Putri

Matahari sepertinya sudah hampir berada diatas kepala ketika ku lihat waktu di arlojiku menunjukkan pukul 11.14 am. Ku lihat Anna masih tertidur pulas yang masih dengan mahkota rumput liarnya. Aku tersenyum cute mengingat kenyataan yang terjadi pada kami. Aku yang usiaku masih 18 tahun menikah dengan Anna yang berusia 24 tahun dengan pernikahan yang absurd, tanpa ada pihak keluarga dari kami yang menyaksikan. Sebenarnya bukan kendala bagiku ketika aku harus menikahi wanita yang lebih tua dariku hanya saja dengan statusku sebagai publik figure kemungkinan akan mendapat berbagai tanggapan negatif diusiaku yang masih terbilang remaja, terlebih kedua kakakku yang belum resmi memperkenalkan pasangannya pada Mama dan Papa, entah apa sebenarnya yang ada dibenak Lucas dan Lian yang sampai saat ini mereka masih menyimpan rapat hubungan dengan pacarnya.

Aku beranjak keluar, kupendarkan mata ke sekeliling tenda. Terlihat berjajar suku olyxan memandangku tidak suka, tidak seperti semalam. Aku membulatkan mataku, sungguh saat ini aku merasa takut, mungkin benar apa yang dikatakan ensiklopedi tentang suku pedalaman olyxan yang sangat menakutkan. Terdengar suara Ilha yang menggema.

"Kamu kenapa tak melakukannya semalam?" Mata besarnya menatapku.

"Maksudmu apa?"

"Kamu jangan mempermainkan kami dan bertindak bodoh seperti ini." Suara Ilha terdengar lebih menggema dari sebelumnya.

"Oh, ya.. Sorry aku belum sempat melakukannya." Aku tersenyum terpaksa.

"Kenapa?" Ilha mengerutkan alisnya.

"Karena belum sempat saja." Aku menjawab dengan jawaban bodoh sambil menggaruk tengkuk yang tidak gatal, kuharap dia mengerti jawabanku. Ketika mendengar jawabanku, mereka akhirnya menatapku biasa lagi. Untunglah aku bisa mengelabui mereka, kalau tidak tamatlah riwayatku.

Aku duduk dibatu besar yang berada di samping tenda besar sambil mengusap kasar wajahku, tak kusadari Anna sudah berada di sampingku dan memegang pundakku.

"Apa yang kamu pikirkan?"

"Terlalu sulit." Aku menyipitkan mataku.

"Apa kita harus bertahan di sini?" Anna memainkan ilalang yang tumbuh di samping batu yang kami duduki.

"Tidak, aku masih punya mimpi." Jawabku. Lalu aku ceritakan kejadian tadi. Anna sedikit terkejut mendengar pemaparanku.

"What, mereka berkata begitu?" Aku menatap mata kelabu Anna dengan senyuman sedikit terpaksa.

"Kamu pernah bilang semua indah pada waktunya." Lirih Anna sambil memegang tanganku. Aku tersenyum cute dan membalas pegangan tangannya lebih kuat.

***

Hari-hari berlalu tak terasa kami sudah berada dihutan amazon hampir sepekan, waktu yang cukup lama hanya untuk sekedar makan dan tidur tanpa melakukan aktifitas seperti yang biasa ku lakukan. Aku teringat Mama yang selalu menunggu kabar dariku disetiap harinya. Aku sengaja mematikan ponselku karena memang sudah lowbat, atau paling tidak aku bisa menghemat daya sampai aku bisa keluar dari hutan ini.

"Sampai kapan kau akan terus membiarkan Putri Anastasya seperti ini." Suara besar itu membuyarkan lamunanku.

"Ilha..." Aku menoleh padanya dengan senyuman datar.

"Kau tidak mendengar ucapanku?" Ilha menatapku tajam.

"Oh, mungkin masih belum saatnya." Jawabku.

"Aku bersama suku olyxan menunggu jawaban secepatnya."

"Bagaimana kamu tahu aku tidak melakukannya?" Aku balik menatap tajam Ilha.

"Tangara Chilensis bird itu pertandanya." Jawab Ilha sambil berlalu pergi. Aku menyipitkan mataku mengingat burung yang diucapkan Ilha.

"Burung itu pertandanya. Burung yang selalu berbunyi ketika malam tiba tepat berada diatas kepalaku. Oh tidak.. ini benar-benar tidak masuk akal." Gumamku sambil menengadahkan pandanganku ke atas. Ini memang masa yang sulit dihadapi, aku yang belum mengerti banyak tentang kehidupan hanya berharap keputusan yang kuambil akan berbuah manis.

"Logie sedang apa kau di sini?" Anna menghampiriku membawa buah apel dan memberinya padaku. Sambil memakan apel aku menceritakan apa yang terjadi.

"Menurutmu apa yang harus kita lakukan?" Mata kelabunya meredup melihatku. Aku membisikkan sesuatu ditelinganya.

"Kau yakin itu berhasil?" tanya Anna.

"You have to try it." Aku menatap dalam mata kelabunya untuk meyakinkan dia. Anna tersenyum datar.

"I will."

***

Malam menjelang, seperti biasa suara burung Tanager Dewata terdengar di atas tenda besar yang aku tempati bersama Anna. Tepat pukul 00.01 am Anna memulai mantranya dengan memejamkan mata dan mulutnya yang terkedang bergerak-gerak, entah apa yang dia ucapkan. Ya bisa di bilang mantra karena waktu sparkling fairy mendekatinya pikirannya memang tidak fokus pada pemandu, Anna malah berimaji bahwa kelak di scene film Percy Jackson selanjutnya akan ada hal-hal yang lebih fantasy semisal adanya kekuatan peri pada seorang Annabeth, alhasil kenyataannya memang ada sparkling fairy yang memberi perlindungan padanya, sampai seorang Anna menjadi sosok yang dielu-elukan oleh suku pedalaman olyxan yang terkenal menakutkan.

Benar saja segerombolan sparkling fairy berkerumun di atas tenda besar dengan kepakan sayapnya yang halus sehingga menyamarkan suara burung tanager dewata. Pada saat itu kami pun beraksi.

"Logie, sebaiknya kita pergi sekarang?" Anna melirik kearahku. Aku pun mengangguk. Kami mulai meninggalkan tenda besar seperti seorang maling yang mengendap-endap. Kami menyusuri jalan setapak yang penuh dengan semak berduri dengan pencahayaan lampu ponselku, tapi sialnya ditengah perjalanan ponselku mati, untung saja ponsel Anna masih kuat bertahan untuk waktu sekitar 3-4 jam. Jarak tempuh dari tempat suku Olyxan menuju tepi sungai amazon memakan waktu sekitar 1 jam, dan akhirnya kami pun sampai ditepi sungai amazon dengan selamat tanpa kutemui satu orang pun suku olyxan.

Aku menyeret bamboo boat ke tepi sungai amazon, lalu kami menyusuri sungai amazon yang sangat begitu panjang hanya bertenaga kayuh dari bambu, cukup menguras tenaga. Langit sudah berubah pertanda siang menjelang. [masih] di sungai amazon, Anna terlihat terkantuk-kantuk mengayuh bamboo boat.

"Lebih baik kamu istirahat, sepertinya sebentar lagi kita akan segera sampai." Aku sambil mengayuh. Sekitar 2 jam lebih lamanya, akhirnya kami sampai di dermaga tempat kami pertama kali menyusuri sungai amazon bersama kru. Terlihat di sana berderet kapal feri yang siap mengantar wisatawan menyusuri luasnya sungai amazon.

Waktu menunjukkan pukul 5.35 am ketika sampai di tepi dermaga, belum ada aktifitas di sekitar dermaga, semua nampak sepi, bahkan lampu-lampu di tempat penginapan dan cafe masih menyala. Ku lihat wajah Anna yang lelah aku memutuskan untuk istirahat sejenak di dermaga. Namun Anna menolaknya.

"Sebaiknya kita langsung pergi dari sini." Anna menoleh padaku.

"Alright." Jawabku.

Kami menunggu di halte yang cukup sepi untuk menunggu bis menuju pusat kota Sao Paolo. Sekitar dua jam lebih kami menunggu, akhirnya bis yang kami tunggu datang juga. Di perjalanan kelelahan menimpa kami dan kami pun tertidur.

Ilha Pov

"Que, cepat bangunkan Putri Anastasya. Dia harus segera makan makanan ini agar kondisi dia dan bayinya sehat selalu. Aku tahu ini awal dari kebangkitan suku olyxan dan kesejahteraan hutan amazon." Ilha menyuruh istrinya, Que tersenyum bahagia dan dia bergegas menuju tenda besar.

"Putri Anastasya..." Panggilnya pelan.

"Putri Anastasya sudah bangun, hari sudah siang. Makanannya sudah siap." Que memanggil Anna beberapa kali, namun tidak ada jawaban sama sekali dari dalam tenda besar. Lalu Que mencoba menyibakkan tirai dari kulit sebagai pintu masuk ke tenda besar. Namun apa yang dia lihat, Que terllihat syok ketika dia tidak mendapati Anna dan Logie berada di dalam tenda, semuanya kosong hanya ada tempat tidur dan baju pengantin yang di pakai Anna dan Logie. Melihat kenyataan itu, Que berlari menghadap Ilha dengan nada suara bergetar seperti hendak menangis, Que menceritakan yang ia lihat. Sontak mata besar Ilha mendadak merah, dia merasa dibohongi oleh Anna dan Logie.

Ilha benar-benar marah, dia keluar dari tendanya sambil mengucapkan mantra dengan keras, sontak para suku olyxan berkumpul membentuk formasi lingkaran mengelilingi Ilha. Ilha menengadahkan wajahnya dan mengangkat kedua tangannya yang diikuti oleh semua suku olyxan. Bersamaan dengan mantra yang diucapkan Ilha terdengar bunyi petir menggelegar berkali-kali seperti mau hujan, namun yang terjadi tidaklah hujan hanya saja suasana di hutan pedalaman amazon mendadak gelap sementara kemudian kembali seperti biasa lagi.

***

Logie Pov

Aku terperanjak kaget ketika ada seseorang menepuk bahuku.

"Hey, you've arrived." Aku menoleh padanya dengan menyipitkan mataku.

"Oh Yeah, thanks." Dia pergi dari hadapanku, lalu ku bangunkan Anna.

Kami menyusuri kota Sao Paolo dengan perut keroncongan dan pakaian yang lusuh. Aku dan Anna menyembunyikan wajah kami dari tatapan orang-orang. Semoga saja paparazzi tidak akan menemukan kami, karena jika mereka tahu aku tidak tahu harus menjelaskan apa, menurutku yang terjadi saat ini seperti skenario film, more adventure, absurd, fantacy dan mereka pasti menganggapku sudah gila. Kami mencari toko pakaian lalu menuju hotel yang tidak terlalu mewah, aku sengaja memilih yang biasa saja demi menutupi identitas kami. Setelah beres mandi dan berganti pakaian kami pun langsung meninggalkan hotel itu menuju cafe yang tidak jauh dari bandara Guarulhos.

Aku menikmati secangkir kopi panas dan burger tanpa mentimun, lagi-lagi Anna memilih salad buah dan jus stoberi. Kami menikmati sarapan menjelang siang dengan lahap, karena di hutan Amazon kami memang tidak menemukan secangkir kopi ataupun jus stroberi. Ketika kami sedang asik menikmati makanan kami kota Sao Paolo mendadak gelap dengan gemuruh petir menggelegar, biasanya jika seperti itu pertanda hujan, namun langit dengan cepat berubah cerah kembali. Aku mengerutkan alis dan menyipitkan mataku. Pertanda apa gerangan. Aku menatap Anna tajam.

"Logie, kamu yakin bisa kembali lagi ke CA tanpa harus kembali lagi ke sini?" Anna menatapku.

Aku membalas dengan tatapan seriusku.

"I don't know."

"Yeah, ku pikir saatnya kita pergi." Anna tersenyum berat seperti ada sesuatu yang mengganjal dihatinya.

_______

Mantra apa yang diucapkan oleh Ilha?

Apakah Logie dan Anna akan kembali lagi ke pedalaman hutan Amazon?

Apa yang akan terjadi pada mereka ketika meninggalkan hutan Amazon?

Tunggu kisah selanjutnya....

Tetap menjadi pembaca yang bijak yang tidak hanya sekedar membaca dan menCOPAS!!..

Continue Reading

You'll Also Like

71.1K 3.2K 49
Almeera Azzahra Alfatunnisa Ghozali seorang dokter muda yang tiba-tiba bertemu jodohnya untuk pertama kali di klinik tempatnya bekerja. Latar belakan...
48.1K 4.1K 84
#taekook #GS #enkook "Huwaaaa,,,Sean ingin daddy mommy. Kenapa Sean tidak punya daddy??" Hampir setiap hari Jeon dibuat pusing oleh sang putra yang...
1M 84.2K 29
Mark dan Jeno kakak beradik yang baru saja berusia 8 dan 7 tahun yang hidup di panti asuhan sejak kecil. Di usia yang masih kecil itu mereka berdua m...
67.5K 6.8K 20
Romance story🤍 Ada moment ada cerita GxG