ALASKA

By nisaafatm

34M 2M 190K

[SUDAH TERBIT DI COCONUTBOOKS (Bintang Media)] Alaska Tahta Wardana, cowok jangkung berwajah tampan, pandai d... More

prologue
alaska; 1
alaska; 2
alaska; 3
alaska; 4
alaska; 5
alaska; 6
alaska; 7
alaska; 8
alaska; 9
alaska; 10
alaska; 11
alaska; 12
alaska; 13
alaska; 14
alaska; 15
alaska; 16
alaska; 17
alaska; 18
alaska; 20
alaska; 21
alaska; 22
alaska; 23
alaska; 24
alaska; 25
alaska; 26
alaska; 27
alaska; 28
alaska; 29
alaska; 30
alaska; 31
alaska; 32
alaska; 33
alaska; 34
alaska; 35
alaska; 36
alaska; 37
alaska; 38
alaska; 39
alaska; 40
alaska; 41
alaska; 42
alaska; 43
alaska; 44
alaska; 45
alaska; 46
QnA
alaska; 47
alaska; 48
alaska; 49
alaska; 50
QnA with Alana
alaska; 51
alaska; 52
alaska; 53
alaska; 54
alaska; 55
alaska; 56
alaska; 57
alaska; 58
alaska; 59
alaska; 60
alaska; 61
alaska; 62
alaska; 63
alaska; 64
ALASKA EPILOG
extra chapter
VOTE COVER
VOTE COVER LAGI
Finishing Cover & Giveaway
OPEN PREORDER
Alaska Spesial 30 Juta Pembaca
Alaska Goes To Movie

alaska; 19

441K 31K 2.4K
By nisaafatm

SELEPAS bel pulang, Alana langsung berjalan menuju kantin sekolah diikuti dengan dua manusia yang tengah cek cok memperebutkan sesuatu. Walau sedang berjalan melewati koridor Renata dan Viona masih saja adu mulut, memperebutkan siapa yang akan menyetir dan yang akan duduk di samping kemudi.

Jelas saja untuk hal ini Renata mempertahankan posisinya, selain karena mobilnya yang akan dipakai untuk ditumpangi, memakai jasa Viona dalam hal menyetir tidaklah menjamin keselamatan. Renata juga tidak bisa menjamin keselamatan jika ia yang menyetir nanti namun ia pasti akan menyetir sebaik mungkin dan menaati peraturan. Intinya, ia akan lebih berhati-hati dari Viona.

"Gue aja yang nyetir kalkun botak," ujar Viona. Kesal, Renata menoleh dengan tatapan menguliti ke arah cewek itu.

"Heh kembaran Ilario, lo gak tau? Salah satu cara mendekatkan diri dengan maut itu yah naik kendaraan yang ngemudiin elo?" jari telunjuk dan jari tengah Renata dipakai untuk mendorong kepala Viona.

"Ya elah, gue bukan malaikat pencabut nyawa kali."

"Bisa diem gak sih lo? Mau gue lemparin ini?" Renata mengancam seraya memperlihatkan gelas kaca yang berisikan sisa jus alpukat. Sisa pesanan orang yang gelasnya belum disingkirkan dari meja kantin.

Mereka bertiga baru saja sampai di kantin. Alana sedang mencari air mineral di showcase. Sedari tadi cewek itu tidak memusingkan siapa yang akan mengemudi. Katanya, baik Viona maupun Renata ia terima-terima saja. Lagian, mati sekarang tidak ada ruginya juga, kecuali rasa menyesal karena meninggalkan Mamanya yang akan hidup sebatang kara.

Setelah meneguk air di dalam botol beberapa kali, Alana hendak keluar dari kantin namun gerakannya terhenti saat melihat si cewek berambut hitam legam bermata bola dengan kulit agak gelap. Cewek yang dulu pernah menarik rambutnya hingga Alana mengatainya habis-habisan. Walau kejadian itu sudah lewat dari beberapa hari yang lalu nyatanya Alana masih menyimpan dendam teramat sangat pada cewek itu.

Kalau tidak salah tebak cewek itu bernama Tia. Kalau Viona memanggil cewek itu dengan sebutan 'Tialan'.

Alana mendengus melihat cewek itu. Sekalipun Tia tidak mencari masalah dengannya namun Alana sudah terlanjur membencinya. Sangat membencinya. Apalagi sekarang anak PMR itu sedang berjalan bersama Kanin mereka tengah berbincang bersama dengan di selingi canda tawa. Oh sialan, mengapa hal yang ia benci sedang bergabung bersama sekarang?

"Ada Si Tialan tuh."

"Yoi, samperin yuk, tangan gue gatel pengen ngejambak."

"Gue sih oke aja, abis itu langsung kabur yah, bensin gue banyak kok," timpal Renata.

Kalau urusan seperti ini entah kenapa Renata yang paling bersemangat. Yang paling licik Alana. Dan, yang menjadi backingan adalah Viona.

Ketiga orang itu tersenyum licik. Menurut Alana ia cukup sabar. Namun, bisakah ia bermain sebentar. Tenang saja ia belum mau bermain dengan inti dari sumber kebenciannya.

"Ketemu lagi yah, mau pesan apa? Nanti gue yang pesenin."

Tia menoleh sebentar, nampaknya cewek itu terlihat tak suka dengan kedatangan Alana juga teman-temannya. Ia bahkan dengan terang-terangan memutar bola matanya juga mendengus.

"Sans aja dong mbak, sahabat gue cuma nawarin. Mata lo minta dicolok kalo kayak gitu." terlihat Kanin yang tampak sedikit takut dengan keadaan apalagi saat mendengar suara Renata.

"Kalo gue kayak gitu itu tandanya gue gak mau," ujar Tia, dan Kanin berusaha untuk menarik paksa cewek itu agar mereka bisa pergi.

"Lo kok nyolot yah! Mulut lo gunanya apa? Kalo gak mau yah bilang, emang harus banget yah mata lo, lo gerakin kek gitu?"

"Tau tuh, kayak matanya bagus aja," timpal Viona.

"Kalian kenapa sih? Sewot amat ama hidup gue."

Alana tertawa sumbang, cewek itu melipat kedua tangannya di depan dada, salah satu tangannya memegang botol air mineral yang tutupnya telah lenyap entah kemana. Ia berjalan mendekati Tia, tatapannya tak lepas dari mata cewek itu.

"Hahaha lo masih nanya kenapa gue sewot sama hidup lo? ngakakin gak yah?"

Melihat wajah Tia, entah kenapa membuat Alana geram ingin mencabik-cabik cewek itu. Ia kemudian menyiramkan wajah Tia menggunakan sisa air mineralnya tadi. "Renata, Viona" mendengar seruan Alana, Renata dan Viona ikut maju, mereka berdua memegang tangan Tia yang berusaha memberontak. Cewek itu sudah basah kuyup selain itu ia sudah tak bisa lari kemana-mana. Ia terdesak di tembok sekarang.

Sedangkan Kanin ingin berusaha lari dan mencari bantuan namun langkahnya terhenti saat Viona menarik keras cewek itu. Sekolah hampir sepi apalagi kantin. Jadi, siapa yang akan menolong mereka?

"Sekali lo ganggu hidup gue, gue gak akan pernah maafin lo. Sekali lo usik ketenangan gue, jangan harap hidup lo bakal bahagia," ujar Alana dengan nada mengancam.

Berpindah dari Tia kini Alana berbalik ke arah Kanin, Alana tersenyum, senyum yang sangat manis namun terdapat kebencian di balik itu semua. "Lo gak salah apa-apa tapi entah kenapa gue benci banget sama lo," ujar Alana seraya mengelus-elus surai hitam Kanin. Kemudian setelahnya Alana berjalan meninggalkan mereka. Viona dan Renata menghempaskan dua cewek itu.

"Saran gue sih, jauhin selagi bisa," ujar Renata penuh makna.

-oOo-

"Lan! Temenin gue ke pub dong bentar malem."

"Males, capek banget nih gue."

"Ya elah, bentaran doang, paling jam duabelasan kita balik."

"Males, Viona. Males, gue lagi mau mageran malam ini. Lagian, kenapa lo gak ajak Renata aja." cewek yang sedang menge-cat kukunya itu masih sempat-sempatnya menunjuk Renata yang tengah mengemudi.

Viona menoleh ke arah Renata sebentar kemudian melempar tatapan ke arah Alana. "Entar malem bokapnya balik, mana bisa Si Renata kabur."

"Emang bokap ama nyokab lo gak ada di rumah?" tanya Alana.

"Ada sih, tapi gue males ditanya ini-itu, diceramahin, pusing gue dengernya."

Cewek berambut terang itu menatap hasil karya pada kukunya. Warna hitam mengkilap, Alana tersenyum melihat bagaimana cantiknya kukunya itu.

"Harusnya lo bersyukur kali masih ada yang nanyain ini-itu ke elo. Lagian, mereka nyeramahin lo karena mereka masih peduli ama hidup lo. Lah, gue boro-boro ditanya, dilihat aja ogah," ujar Alana seraya terkekeh. Viona tau kalau Alana hanya menutupi kesedihannya dibalik tawanya itu.

Awal mengenal Alana, Viona mengecap cewek itu sebagai manusia gila si penebar pesona, senyuman dan tawa. Namun, semakin mengenal cewek itu ternyata dunia Alana terlalu rumit dan penuh cobaan. Mungkin, ini menjadi salah satu alasan mengapa Viona sedikit membenci Alaska sebab cowok itu tak pernah mengerti bagaimana seorang Alana.

"Yuk turun."

Mobil putih milik Renata terparkir rapi di depan sebuah toko buku. Jangan berfikir mereka akan membeli sebuah buku yang berkaitan dengan pelajaran. Namun, sebaliknya. Viona hendak membeli komik, Renata membeli novel romansa dan Alana yang memilih mengekor saja. Jujur, Alana tidak terlalu suka membaca, ia lebih suka menonton. Dengan alasan, ia lebih suka melihat pemerannya langsung tanpa harus repot berimajinasi.

Ketiganya berpencar, sibuk dengan kegiatan masing-masing. Alana berjalan mengelilingi rak-rak besar yang memuat banyak buku. Kadang kala ia mengambil sebuah buku yang memiliki cover menarik namun Alana tak berniat membeli benda tersebut.

Saat sedang berjalan, tak sengaja ia melihat seorang wanita tua bersama seorang anak perempuan. Anak itu masih memakai seragam sekolahnya, sepertinya masih SMP terlihat dari roknya yang berwarna biru. Wanita itu terasa famalier menurut Alana. Dilihat dari perawakan serta suaranya. Alana seakan mengenal orang itu.

Cewek itu meminggirkan sedikit badannya agar bisa menyembunyikan diri di rak yang tak jauh dari nenek dan cucu itu. Saat wanita itu menoleh dapat Alana lihat wajah orang itu. Seperti yang ia duga itu adalah neneknya. Nenek dari ayahnya.

Jujur saja, melihat kejadian ini cukup membuat Alana iri pada cewek yang sedang bersama neneknya itu. Mereka akrab dan dapat tertawa bersama. Berbeda dengan Alana yang tak dapat merasakan hal seperti itu.

Melihat neneknya kembali, seakan mengupas kembali kilasan masa lalu Alana. Saat di mana, ia yang masih berusia 12 tahun. Ia yang antusias untuk bertemu neneknya untuk yang pertama kalinya. Awal ia menginjakkan kakinya ke rumah besar milik wanita itu, bukannya mendapat sambutan hangat melainkan makian juga cacian untuk dirinya dan Mamanya.

Dan, dari sana Alana tau bahwa ia tak dapat diterima oleh pihak manapun. Hanya dua pertanyaan yang terlintas kala itu dipikiran seorang Alana kecil.

'Apa gue gak pantas hadir di dunia ini?'

Dan.

'Apa masih ada orang yang pengen gue hidup di dunia ini?'

Menatap sebentar kemudian memilih melangkah menjauh. Percuma ia berdiri di sana jika takdirnya tak bisa berubah.

Alana kembali berjalan, ia berhenti di mana tempat buku-buku pelajaran. Sungguh Alana tak berniat membaca apalagi menyentuhnya. Hanya berdiri saja. Siapa tau saja, setelah keluar dari tempat ini ia tiba-tiba pintar. Siapa tau kan?

Saat Alana berjalan menyamping tak sengaja dirinya menubruk seseorang. Alana menoleh begitupun dengan orang yang Alana tubruk.

"Loh, Regan?!"

"Bitch, ngapain lo di sini?"

"Emang salah kalau gue di sini?"

"Gak salah tapi tempat lo nyari buku yang salah. Lo harusnya nyari buku cerminan diri supaya bisa introveksi diri dulu kalau mau nyari pacar. Lagaknya kayak begini maunya yang kayak pangeran," Regan berujar seraya mencari buku yang diinginkan dari rak, "mikir dikit kek, Alaska tuh sukanya cewek yang lebih baik dari elo."














TBC.

Author note:

Kemarin banyak yg kecewa sm Alaska:v. Btw, perjuangan Alana itu masih panjang ya gengs, sepanjang cerita ini, wqwqwq :D

Regan on mulmed

comment for next











nisaafatm

Continue Reading

You'll Also Like

754K 66.6K 88
|SEBAGIAN CHAPTER DI PRIVAT. FOLLOW DULU AKUNNYA BARU BISA BACA| SUDAH DIBUKUKAN DAN TIDAK ADA DI TOKO BUKU OFFLINE. NURAGA SERIES 1 Sifat hangat da...
6.1M 399K 64
This is the story of two authors ............... [FOLLOW SEBELUM MEMBACA] BUKAN PLAGIAT!! ⚠PLAGIAT HARAP MENJAUH⚠ MENGANDUNG KATA KATA KASAR Alden L...
31.6K 67 150
Rekomendasi wattpad • Geng motor • Osis • Misteri • Perjodohan • Perselingkuhan • Obsesi • Psychopath • Mature 🔞 Yang lagi bingung cari bacaan bisa...
817 143 19
Ragaksara . Kehidupan perkuliahan dengan segala macam problematika nya Belum lagi kisah hati dengan segala Lika likunya . Astala Reyka Nasya Gadis ya...