YOMIKOMI - Collection of Shor...

Por nakazawaharuka13

4.4K 237 50

Seorang gadis bernama Nakashima Miki sangat tertarik dengan kakak seniornya Kimura Aoi. Dia tampan dan juga s... Más

地球、月、太陽 (Earth, Moon, Sun)
親友との愛か。(Best friend or Love?)
マッチメイ キング (Matchmaking)
6 習慣 (The Six Habits)
オタクと人気 (The Nerd and The Popular)
私はあなたと一緒にいたいです (I want to be with you)
私は恋に落ちる (I Fall in Love)
ジャングルでロスト (Lost in the Jungle)
実際の生活の描画 (Real Life Drawing)
血の王 (The King of Blood)
私の罪のない彼氏 (My Innocent Boyfriend)
新しいパートナー (New Partner)
私だけです (Just Me)
ホーム スイート ホーム (Home Sweet Home)
私の最後の願い (My Last Wish)
理想的なカップル (Ideal Couple)

消えました (Vanished)

168 11 0
Por nakazawaharuka13

*Disarankan sambil mendengarkan lagu 夏の恋人 by SHISHAMO

Jam 07.30 pagi. Seperti biasa, aku sudah berada di stasiun menunggu kereta datang. Rumahku terletak tidak jauh dari sekolah. Hanya perlu melewati dua stasiun, sampailah aku. Aku tinggal disebuah kota kecil bernama Kirishima. Sebuah kota kecil yang mempunyai penduduk yang sedikit. Di Kirishima, tidak terlalu banyak mobil yang berlalu-lalang, dan jika ingin pergi ke suatu tempat yang lebih dekat, kalian bisa menggunakan sepeda.

Angin berhembus dengan sejuknya tetapi langit terlihat sedikit mendung, dan kereta belum juga datang. Sepuluh menit kemudian, kereta akhirnya datang. Aku menaikinya, mencari tempat yang pas, lalu berpegangan disalah satu handstrap kereta. Ketika aku sedang melihat-lihat sekitar gerbong kereta yang aku naiki, ada sebuah suara yang menyebutkan bahwa kereta akan segera berangkat. Ketika pintu kereta akan segera tutup, tiba-tiba naiklah seorang gadis yang menurutku, amat cantik. Dia kelihatan capek karena sudah lari-larian agar tidak ketinggalan kereta. Dua detik kemudian, kereta pun berjalan. Gadis itu tidak langsung duduk atau sebagainya. Dia malah berdiri, bersandar di tiang kereta.

Lima belas menit kemudian, kereta berhenti di stasiun pertama. Pintu terbuka, dan gadis itu keluar. Aku sempat berpikir, apa benar gadis itu turun di stasiun ini? Stasiun ini kan dekat dengan sekolah elit yang bernama Akademi Nagano. Yang benar saja dia bersekolah disitu, batinku, tidak percaya. Kereta lalu bergerak lagi untuk ke stasiun berikutnya, stasiun tujuanku. Ketika kereta akhirnya sampai, aku pun turun dari kereta dan berjalan menuju sekolah.

"Shironaga Ando-kun!" teriak Ichiro.

Saat ini, jam istirahat sedang berlangsung. Aku tidak sadar kalau aku sedang melamun, sambil melihat ke arah luar jendela.

"Kau ini kenapa dah? Dari tadi dipanggil-panggil kagak nyahut-nyahut. Melamun terus kayak orang abis putus cinta. Kau beneran putus sama pacarmu, ya?" katanya lagi, meledek.

"Sejak kapan sih aku punya pacar" kataku, kesal.

"Oh iya, benar juga ya. Aku sudah dekat denganmu sejak kelas enam SD. Dan dari dulu, kamu itu gak pernah tuh yang namanya dekat dengan perempuan. Payah kamu jadi cowok, ha ha ha ha" ledeknya, sambil tertawa dengan keras.

"Enak ya ngeledekku begitu" kataku, memasang wajah yang semakin kesal. "Tapi kali ini, aku tidak ingin jadi lelaki payah lagi. Hari ini aku bertemu dengannya"

"Oh, benarkah? Siapa dia? Dimana kau bertemu dengannya? Apa dia sekolah disini?"

"Di kereta dan dia, tidak bersekolah disini-"

"Hmm, sayang sekali ya"

"Dia bersekolah di, mungkin, Akademi Nagano" kataku, menyelesaikan kalimatku.

"Apa!? Akademi Nagano? Yang benar saja kau. Kau tahu kan kalau Akademi Nagano adalah sekolah paling elit dikota ini?" kata Ichiro, tidak percaya.

"Aku juga tidak tahu, tapi dia sepertinya mengarah ke sekolah itu" kataku. "Mudah-mudahan aku bisa bertemu dengannya lagi di kereta"

"Aku akan mendukungmu, kawan" kata Ichiro dengan senyum percaya diri.

Sekolah akhirnya usai. Aku membereskan semua buku catatanku dan memasukkannya ke dalam tas. Aku mengambil sepatu dari loker lalu berjalan menuju stasiun. Selama aku berjalan menuju stasiun, aku berpikir keras. Apa aku akan bertemu dia lagi? Ah, salahku aku tidak bisa mengingat wajahnya dengan baik, batinku, kesal. Akhirnya, aku sampai di stasiun dan kereta sudah berada disitu.

Pintu kereta tertutup dan kereta mulai berjalan. Aku memperhatikan apa yang terlintas selama aku didalam kereta. Sawah, rumah, pertokoan dan sawah lagi. Ketika kereta berhenti, pintu kereta terbuka, dan gadis yang aku cari, dia menaikinya. Rambutnya yang hitam, wajahnya yang manis, dan gantungan kunci berbentuk kucing yang tercantol di tasnya, membuatnya menjadi lebih imut. Perasaan apa ini yang aku rasakan? Ya, memang benar dia imut, tetapi, ada sesuatu yang menarik tentang dirinya dan aku ingin mengenalnya lebih jauh, batinku.

Keesokan harinya, di stasiun yang sama dan di jam yang sama, aku melihat gadis itu lagi. Dia benar-benar gadis yang amat manis. Sepertinya... aku memang suka padanya. Aku ingin sekali berbicara dengannya, tetapi, kenapa kakiku tidak bisa bergerak seperti batu begini? Ayo dong, Ando. Kau ini lelaki, kau harus berani, kataku berbicara pada diriku sendiri.

- -

"Ando, sudah empat hari loh, kamu pagi-pagi kerjanya bengong terus. Apa ini karena gadis itu?" kata Ichiro, yang duduk didepanku sambil memakan bentonya.

"Aku, tidak tahu" kataku.

"Kau ini... astaga. Ngomong makanya, ngomong. Bicara dengannya, biar kamu tidak penasaran begitu. Kalau sudah kenalan, kau ajak pacaran saja dia"

"Kau ini bagaimana!? Tidak mungkin aku melakukan hal seperti itu!" kataku, marah.

"Yosh, begini saja. Bagaimana kalau nanti pulang sekolah, aku ke rumahmu? Aku akan naik kereta, aku akan melihat gadis itu dan coba kita dekati dia pelan-pelan. Bagaimana?" kata Ichiro, mencoba untuk menjadi sahabat yang baik.

"Yang benar saja kau" kataku, dengan ekspresi bete.

Setelah sekolah usai, Ichiro akhirnya pulang ke rumahku. Dia membeli tiket kereta dan menunggu datangnya kereta bersamaku. Selama kami menunggu kereta sampai akhirnya kami naik kereta pun, Ichiro tidak bisa diam. Dia terus berbicara betapa penasarannya dia dengan gadis yang ku maksud. Dia selalu menunjuk-nunjuk ke setiap gadis yang ada dikereta sambil bertanya: "Apa itu dia?" berulang kali. Bisakah kau diam sebentar saja, Ichiro? Teriak batinku.

Kereta akhirnya berhenti dan gadis yang ku maksud, langsung naik ke dalam kereta. Mataku langsung tertuju padanya tanpa sebab.

"Oya oya, jadi itu gadisnya" kata Ichiro, dengan tampang jahilnya. "Coba kita duduk disebelahnya, yuk"

"Ichiro, jangan-" kataku, semakin panik.

Dan akhirnya, Ichiro berhasil duduk didekatnya dan berkenalan dengan gadis itu. Aku sungguh tidak percaya ini, batinku.

Kereta akhirnya berhenti. Gadis itu berjalan keluar dari kereta sambil memberiku senyuman. Eh, apa yang barusan ia lakukan? Batinku. Aku turun dari kereta sambil terus memperhatikannya berjalan keluar dari stasiun kereta. Aku terus berjalan sampai akhirnya aku juga sudah berada diluar stasiun kereta, terus memperhatikannya.

Sungguh, senyumannya itu... batinku.

"Tuh kan. Aku ini sahabat yang baik, jadi jangan salah paham" kata Ichiro sambil merangkulku.

"Apa yang barusan kau lakukan?" kataku keheranan.

"Aku, secara tidak langsung memperkenalkan kau dengannya," dia lalu melepaskan rangkulannya dari pundakku. "Namanya Nekona Mei. Sungguh nama yang unik, menurutku. Dia kelas dua SMA, sama seperti kita dan iya, yang kau katakan itu benar. Dia sekolah di Akademi Nagano. Gadis itu pasti anak orang kaya, makanya dia bisa sekolah disitu"

- -

Selama dua minggu ini, aku terus melihatnya di jam yang sama dan ditempat yang sama. Walaupun dia sudah tahu siapa aku dan seperti apa wajahku, tetapi tetap saja, aku tidak bisa mengobrol dengannya ataupun menyapanya. Aku belum ada keberanian untuk itu. Setiap kami sedang berada dikereta menuju sekolah, aku terus memperhatikannya. Apa perasaan ku ini benar-benar nyata? Aku tidak mau kalau ini hanya ilusi belaka.

Kereta akhirnya berhenti dan gadis itu sudah siap-siap untuk keluar. Ketika pintu kereta terbuka dan gadis itu berjalan keluar dari kereta, tiba-tiba gantungan kunci yang berbentuk kucing terjatuh dari tasnya. Aku langsung buru-buru mengambilnya dan aku pun turun dari kereta.

"Tunggu sebentar" teriakku. "Ini. Kau, menjatuhkan ini"

Gadis itu membalikkan badannya dan tersenyum padaku.

"Gantunganku. Terima kasih, kau sudah menyelamatkan gantungan kunciku" katanya sambil mengambil gantungan kuncinya dari tanganku. "Kamu, Shironaga Ando-kun, ya?"

Dia... dia menyebut namaku, batinku, kaget.

"Eh? Kenapa wajahmu langsung merah seperti itu?" katanya sambil tertawa kecil. "Gantungan kunciku, terima kasih, ya. Apa jadinya kalau kau tidak mengambil gantungan kunciku tadi, pasti akan jadi kiamat bagiku. Sekali lagi, terima kasih ya" katanya lagi, lalu berjalan menuju keluar stasiun.

Dia... dia berterima kasih padaku, batinku, tidak percaya.

"Kereta no. 24 akan segera berangkat. Untuk para penumpang..."

"Astaga, jangan sampai aku terlambat!" kataku, lalu aku langsung berlari dan naik ke dalam kereta. Jantungku, jantungku, kenapa berdetak sangat kencang seperti ini? Batinku, bahagia.

- -

Seminggu kemudian, aku terus menerus bertemu dengannya dikereta. Kami tidak berbicara sama sekali tetapi setiap aku memandanginya, dia selalu tersenyum padaku. Senyuman yang ia buat, benar-benar tidak bisa aku lupakan. Apa dia juga merasakan hal yang sama denganku? Tetapi aku tidak terlalu mementingkan hal itu. Dia tersenyum padaku saja, aku sudah cukup senang.

Dia juga selalu melambaikan tangannya kepadaku setiap ia turun dari kereta. Itu sungguh membuat hatiku senang. Aku ingin sekali bisa berbicara dengannya, tapi karena aku terlalu payah, aku selalu memendam keinginan itu. Kenapa kau jadi lelaki pengecut begini sih, Ando!? Batinku.

- -

Ketika aku mengira semuanya baik-baik saja, keanehan pun terjadi. Gadis yang selalu ada dikereta itu tiba-tiba menghilang tanpa jejak. Pada awalnya, aku hanya mengira dia hanya sakit biasa sampai ia tidak masuk sekolah, tetapi, ini sudah kelewatan. Sudah hampir dua minggu aku tidak melihatnya.

Aku dan Ichiro memutuskan untuk datang ke sekolahnya dan menanyakan kabarnya. Tanpa diduga, hampir tidak ada yang tahu siswi bernama Nekona Mei, sampai akhirnya, ada satu orang yang mengenalnya hanya karena dia adalah ketua kelasnya. Kami mendapat alamat rumahnya dan tanpa basa-basi kami langsung meluncur ke alamat tersebut.

Kami lalu ketok pintu rumahnya. Ternyata rumahnya berlawanan arah dari rumahku, batinku.

"Iya, ada apa?" tanya seorang wanita paruh baya. Pasti itu ibunya, batinku.

"Selamat sore, saya Enoshita Ichiro dan ini teman saya, Shironaga Ando. Kami berdua adalah temannya Nekona Mei-san. Kami dari SMA Iwai" kata Ichiro.

"Oh, benarkah? Saya tidak menyangka kalau Mei punya teman yang beda sekolah, karena, ya kalian tahu lah, Mei adalah anak yang sangat pemalu dan pendiam. Susah untuknya untuk bisa punya teman," katanya. 

Nekona Mei-san adalah anak yang pendiam? batinku.

"Tapi, maafkan saya. Mei sedang tidak ada dirumah. Sebenarnya... Mei sudah tidak ada dirumah selama dua minggu ini"

"Maksud anda, Nekona Mei-san hilang!?" kata Ichiro.

"Ichiro.." kataku sambil menyengol lengannya.

"Maaf" kata Ichiro.

"Tidak apa-apa. Iya benar, itu yang sebenarnya terjadi. Saya tidak tahu harus mencarinya kemana lagi. Mei tidak pernah seperti ini sebelumnya. Dia selalu langsung pulang ke rumah dari sekolah. Saya mohon, jika ada informasi tentang Mei, tolong beritahu, ya. Bantu saya cari Mei. Mei hanya satu-satunya anak saya" kata ibunya Mei yang hampir saja mengeluarkan air mata.

"Jangan khawatir, kami akan membantu anda untuk mencari Mei-san. Kami akan cari teman kami sampai ketemu. Baiklah, kami permisi dulu" kata Ichiro, akhirnya.

- -

Sudah hampir dua minggu aku dan Ichiro mencari Nekona Mei tetapi belum ada hasilnya. Pihak polisi juga tetap terus mencari Nekona Mei tetapi hasilnya juga nihil. Teman-temannya disekolah Nagano juga sudah mulai panik dengan hilangnya Nekona Mei. Awalnya, tidak masuknya gadis itu ke sekolah selama empat hari itu, karena ia sakit dan harus istirahat dirumah. Tetapi karena hampir tidak ada sama sekali kabar, pihak sekolah pun mulai curiga dan panik.

- -

"Diminum dulu, silahkan" kata ibunya Mei sambil menaruh segelas jus jeruk lalu ia duduk didepanku. "Ini pasti berat untukmu, ya? Maafkan saya sudah merepotkanmu untuk mencari Mei seperti ini"

"Ti-tidak sama sekali kok," kataku, canggung. "Sebenarnya, saya juga ingin sekali Mei bisa ditemui. Makanya, saya akan berusaha semaksimal mungkin untuk bisa menemukan Mei-san" kataku lagi, penuh semangat.

Ibunya Mei hanya bisa tersenyum. "Senangnya, ada yang benar-benar peduli dengan Mei. Mei pasti senang mempunyai teman seperti kamu. Jujur saja, saya sangat khawatir dengan Mei. Dia tidak pernah bertingkah seperti ini. Kegiatannya hanyalah belajar, pergi ke café, selalu pulang ke rumah dari sekolah jam enam sore, benar-benar tidak ada yang aneh dengan Mei. Setelah saya sadar Mei tidak pulang-pulang ke rumah seperti ini, benar-benar membuat saya khawatir"

Apa aku harus menanyakan hal ini padanya? Tetapi itu kan hal biasa, bukan? Batinku. "Maaf, kalau saya bertanya ini tapi, Mei-san sepertinya suka sekali dengan gantungan kunci yang berbentuk kucing berwarna putih, ya?" tanyaku, akhirnya.

"Oh, gantungan kunci itu? Iya benar. Mei mendapatkan gantungan kunci itu dari neneknya. Itu hadiah terakhir yang diberikan pada Mei sebelum neneknya meninggal. Waktu kecil, Mei dekat sekali dengan neneknya, makanya saat neneknya memberikan gantungan kunci itu, Mei sangat senang sekali"

"Oh begitu, terima kasih atas infonya" kataku, canggung.

Setelah ku pikir-pikir, aku benar-benar tidak tahu satu pun tentang Mei. Ini hanya karena aku terlalu malu untuk bisa berbicara dengannya. Kalau saja, aku cukup berani, pasti aku mempunyai informasi lain untuk bisa menemukan Mei.

- -

Jam sudah menunjukkan jam sembilan malam, dan tak ku sangka, waktu berlalu begitu cepat. Setelah belajar dari jam tujuh tadi, akhirnya aku mencoba untuk merebahkan tubuhku diatas kasur. Lelah juga belajar dalam posisi duduk terus, batinku. Lalu, mataku mulai mengantuk dan akhirnya aku pun tertidur. Tiba-tiba saat aku sudah hampir terlelap, hpku berbunyi, menandakan ada yang menelepon. Aku mengangkatnya...

"Hallo? Hallo, ini siapa? Ha-"

"Shironaga-kun?" kata suara ditelpon. Suara itu milik perempuan dan aku belum pernah ditelpon oleh seorang perempuan sebelumnya, kecuali oleh kakakku. Tetapi, sepertinya aku kenal dengan suara itu.

"Ne-Nekona-san?" tanyaku, akhirnya.

"Ini aku, tolong aku. Aku mohon, tolong aku" katanya dengan suara panik.

"Nekona-san, kamu dimana!? Katakan padaku, aku akan menolongmu!" kataku, tidak kalah panik.

Saluran teleponnya tiba-tiba terputus dengan sendirinya. Aku mencoba untuk menelpon nomor itu lagi tetapi tidak ada jawaban. Aku mencobanya lagi, tetapi tetap saja tidak ada jawaban. Aku benar-benar sangat khawatir jika ada sesuatu yang buruk terjadi padanya.

Keesokan harinya, aku memberitahu ibunya Mei bahwa Mei menelponku semalam. Dia memintaku untuk menyelamatkannya. Aku juga memberitahu polisi nomor telpon yang dipakai Mei untuk meneponku. Tetapi, ternyata nomor telpon itu adalah nomor telpon umum, dan pada saat kami datangi tempat telepon umum tersebut, tidak ada tanda-tanda dari Mei.

- -

Sudah sekitar sebulan, para polisi dan orang tua Mei terus mencari Mei. Aku, Ichiro dan teman-teman Mei di Akademi Nagano, tidak pernah absen untuk mencari Mei. Tetapi setelah ku pikir-pikir, sepertinya, ini sia-sia saja. Mei belum saja ditemukan dan tidak ada informasi lagi untuk bisa digali. Polisi tidak tahu lagi harus mencari Mei kemana. Teman-teman sekelas Mei juga tidak tahu harus mencari Mei kemana semenjak Mei bukanlah orang yang terbuka dan tidak banyak yang mengenal Mei.

Aku juga, tidak tahu harus berbuat apa lagi, batinku.

- -

Saat ini, aku sedang berjalan menuju rumahku setelah dari convenience store. Langit begitu gelap, angin juga berhembus kencang dan tubuhku juga terasa sangat dingin seakan sedang berada didalam lemari es. Aku berjalan dan terus berjalan, sampai tiba-tiba, aku tidak sengaja melihat seorang gadis berdiri didepanku. Aku tidak tahu siapa dia karena aku tidak bisa melihat wajahnya. Dia membalikkan badannya dan...

"Nekona... san?" kataku, akhirnya. Gadis itu hanya tersenyum ke arahku, dan itu.. aku tidak percaya ini. Itu benar-benar Nekona Mei, tersenyum padaku. "Nekona-san, kamu kemana saja? Kemana kamu pergi? Dan apa yang kamu lakukan malam-malam begini diluar?"

"Aku lagi jalan-jalan" kata Mei.

"Jalan-jalan? Semua orang mengkhwatirkanmu. Orangtuamu, teman-temanmu, Ichiro... dan... aku juga sangat mengkhawatirkanmu"

"Ini adalah terakhir kalinya aku bertemu denganmu. Terima kasih atas semuanya. Selamat tinggal, Shironaga-kun" kata Mei sambil tersenyum, dan aku bisa melihat ada sebuah air mata, jatuh dari matanya. Dia menangis.

"Tu-tunggu! Kamu mau kemana!?" ketika aku berlari menghampirinya, tiba-tiba ada sebuah sinar putih yang sangat menyilaukan mataku. Sinar putih itu berasal dari Mei sendiri. Sinar itu semakin menyilaukan dan...

"Perhatian, perhatian. Kereta no. 24 akan segera sampai di stasiun Mikazaki. Kereta no. 24 akan segera sampai di stasiun Mikazaki" kata suara dari pengeras suara, memberitahu bahwa kereta yang akan aku naiki untuk bisa ke sekolah akan tiba.

Lima menit kemudian, kereta akhirnya tiba. Aku menaikinya, mencari tempat yang pas, lalu berpegangan disalah satu handstrap kereta.

~ ~

Aku pun juga ikut menaiki kereta yang dinaiki Ando. Shironaga Ando. Lelaki yang benar-benar sudah menarik hatiku. Dia tampan dan juga, pemalu. Setiap pagi, aku selalu satu kereta dan satu gerbong dengannya. Aku tidak bisa berhenti memandanginya. Dia terlalu indah untukku. Aku ingin sekali bisa bersama Ando setiap hari. Setiap hari dan setiap pagi. Dimana udara masih sejuk, matahari masih berkilau dengan sangat indah dan betapa tampannya Ando dipagi hari.

Maafkan aku Shironaga-kun, batinku. Selama ini, waktumu sudah ku permainkan. Aku sungguh minta maaf. Aku menggunakan gantungan kunci yang diberikan oleh nenekku untuk kembali ke masa lalu. Ke masa dimana kita selalu bertemu setiap pagi, di stasiun. Semakin lama aku menggunakannya, tiba-tiba aku merasa ada yang aneh dengan tubuhku. Aku tidak bisa lagi melihat diriku sendiri dicermin, dikaca atau dimana pun. Gantungan kunciku juga sudah semakin kusam dan aku hanya bisa menggunakannya satu kali lagi. Saat itulah, akhirnya aku memutuskan tuk bertemu denganmu satu kali lagi.

Dan sekarang, lihatlah dirimu. Naik kereta ke sekolah, dan berlagak seperti tidak ada yang aneh terjadi. Aku sudah mereset semuanya. Waktu kamu mencariku, waktu kamu menerima telefon dariku dan ketika kita bertemu untuk terakhir kalinya, aku sudah mereset semua kejadian itu. Sekarang, kamu sudah tidak lagi mengingat apa-apa. Kamu akan menjalani hidupmu sebagai murid SMA biasa. Sedangkan aku, terjebak diruang kosong. Menggunakan gantungan kunci itu membuat keberadaanku didunia semakin menipis. Aku masih bisa merasakan tubuhku tetapi tidak ada yang bisa melihatku, ataupun mengetahui keberadaanku.

Waktu yang kita habiskan dikereta, melihat senyumanmu, aku benar-benar senang bisa mengalami itu semua. Shironaga-kun, aku.. aku.. aku senang sekali bisa terus bersamamu, batinku.

THE END


Ingin membaca lebih banyak lagi cerita pendek karya Nakazawa Haruka?

Klik saja ke yomikomi.weebly.com

Kalian pasti akan menemukan cerita-cerita pendek yang lebih seru, sedih, romantis dan masih banyak lagi

Jadi, tunggu apa lagi, yuk berkunjung ke yomikomi.weebly.com ^-^

Mata aimashou, minna-san~~





















Seguir leyendo

También te gustarán

6.3M 484K 57
Menceritakan tentang gadis SMA yang dijodohkan dengan CEO muda, dia adalah Queenza Xiarra Narvadez dan Erlan Davilan Lergan. Bagaimana jadinya jika...
13.3M 1M 74
Dijodohkan dengan Most Wanted yang notabenenya ketua geng motor disekolah? - Jadilah pembaca yang bijak. Hargai karya penulis dengan Follow semua sos...
131K 606 8
📌 AREA DEWASA📌