ALASKA

By nisaafatm

34M 2M 190K

[SUDAH TERBIT DI COCONUTBOOKS (Bintang Media)] Alaska Tahta Wardana, cowok jangkung berwajah tampan, pandai d... More

prologue
alaska; 1
alaska; 2
alaska; 3
alaska; 4
alaska; 5
alaska; 6
alaska; 7
alaska; 8
alaska; 9
alaska; 10
alaska; 11
alaska; 12
alaska; 14
alaska; 15
alaska; 16
alaska; 17
alaska; 18
alaska; 19
alaska; 20
alaska; 21
alaska; 22
alaska; 23
alaska; 24
alaska; 25
alaska; 26
alaska; 27
alaska; 28
alaska; 29
alaska; 30
alaska; 31
alaska; 32
alaska; 33
alaska; 34
alaska; 35
alaska; 36
alaska; 37
alaska; 38
alaska; 39
alaska; 40
alaska; 41
alaska; 42
alaska; 43
alaska; 44
alaska; 45
alaska; 46
QnA
alaska; 47
alaska; 48
alaska; 49
alaska; 50
QnA with Alana
alaska; 51
alaska; 52
alaska; 53
alaska; 54
alaska; 55
alaska; 56
alaska; 57
alaska; 58
alaska; 59
alaska; 60
alaska; 61
alaska; 62
alaska; 63
alaska; 64
ALASKA EPILOG
extra chapter
VOTE COVER
VOTE COVER LAGI
Finishing Cover & Giveaway
OPEN PREORDER
Alaska Spesial 30 Juta Pembaca
Alaska Goes To Movie

alaska; 13

484K 31.7K 1.7K
By nisaafatm

"KENAPA sih lo dipanggil Tora? Padahalkan nama lengkap lo gak ada embel-embel Toranya?"

Pertanyaan itu meluncur begitu saja di bibir seorang Gandhi kala mereka sedang duduk santai di kantin. Mendengar itu, teman-temannya yang lain mulai tertarik dengan pertanyaan Gandhi sedangkan kelima teman Tora juga Adrian menahan tawa mendengar pertanyaan itu.

Sebenarnya, bukan hanya Gandhi yang kepo yang lain juga. Kecuali, yang sudah mengetahui alasannya. Setiap kali ada yang bertanya seperti itu sebisa mungkin Tora mendekati Adrian mencoba membungkam mulut ember cowok itu. Namun, kali ini, Alfret dan Chandra menahan gerakan Tora yang hendak membungkam Adrian hingga akhirnya Adrian mulai membuka aib cowok beralis tebal itu.

Jadi begini, Asal mula nama Tora itu berawal dari Adrian. Cowok itu pernah mendapati Tora sedang memakan tahu yang masih mentah saat Adrian mengunjungi rumah Tora yang notebene tetangganya. Tau apa jawaban Tora saat itu, saat di mana ia tertangkap melakukan hal menggelikan. Ia hanya menjawab, 'bodo amat yah, asal gak beracun dan halal yah gue coba, ini sebelas duabelasan sama jeli-jeli di warung.' dan dari situ Adrian yang biasanya memanggil Putra kini berganti menjadi Tora, Tofu Putra.

Suara khas tawa cowok menggelegar begitu saja, mendominasi riuh seisi kantin saat Adrian selesai menceritakan semuanya, dan Tora hanya bisa menahan malu seraya menggaruk lehernya yang tidak gatal.

"Woy! Asi sini lu!" panggil Adrian kepada seorang lelaki yang bergaya ala cewek. Nama cowok itu sebenarnya bukanlah Asi melainkan Ilario. Namun, kala itu, saat Virgo dengan sengaja mengambil susu kotak yang sedang diminum cowok itu, Ilario malah spontan marah dengan mengatakan, 'Woy! Itu susu gue.'

Yang namanya cowok, salah sedikit berkata saja pikiran mereka bisa salah jalur. Jadi yah, Virgo berserta teman-temannya malah berfikir yang tidak-tidak hingga akhirnya menetapkan nama Ilario menjadi Asi, bukannya Air Susu Ibu malah dipleseti Air Susu Ilario.

"Isshh males, gak mau di-bully gue," ujar cowok itu dengan gaya centilnya.

"Cepet ke sini, Asi."

"Stop manggil gue Asi, lo pikir gue Bu Asi apa?"

"Gue gak pikir, tapi kalo lo mikir gitu ya terserah," Gandhi menimpali.

Ilario memilih berjalan menjauh dengan menghentak-hentakkan kakinya. Gaya sok centilnya itu mampu membuat beberapa cewek maupun cowok yang melihatnya mendadak ingin muntah.

"Woy! Air susu sini lo! Awas lo kalau kabur gue karungin juga lo," ujar Tora.

"Ciee ..., mau ngarungin si Asi, mau lo apain tuh anak?" tanya Chandra menggoda yang langsung mendapat timpukan topi Regan karena muka cowok itu sangat tidak bisa dikondisikan apalagi saat mengeluarkan ekspresi seperti itu Chandra sedang berada di depan Regan.

"Cepetan sini, mau lo gue kunci di gudang, lagi?" sontak ancaman itu membuat Ilario mendekat dengan ekspresi dilebih-lebihkan. Ilario memang kapok saat itu, saat di mana anak-anak Batalyon malah mengerjainya. Ia dikunci di gudang sekolah yang penuh dengan hewan-hewan aneh nan menggelikan.

Adrian menyuruh Ilario agar memesankan dirinya Batagor, dengan syarat tanpa lama. Jikalau cowok itu membuat Adrian menunggu lama, tunggu saja bagian cowok itu, lagi.

Berbeda dengan teman-temannya yang lain, Alaska malah memilih duduk saja dan sesekali ia ikut menimpali sebab, ia tipe orang yang lebih suka mendengar cerita daripada bercerita. Cowok itu kini tengah menyimak Adrian yang sedang duduk di sampingnya seraya bertanya kepada dua cewek yang notebene teman dekat Alana.

"Cabe yang satu mana? Tumben gak bareng." Cabe yang dimaksud Adrian itu Alana. Ia merasa heran dengan kedatangan Renata dan Viona ke kantin namun, tidak menggandeng Alana seperti biasanya.

"Ohh ..., itu, kemarin dia sakit, pucett banget dari pagi sampai pulang sekolah gak makan. Belum lagi dia malah harus nunggu lama dulu baru bisa pulang untung dia gak pake acara-acara pingsan," ujar Renata dengan keras juga tak lupa nada menyindirnya. Memang di antara ketiganya Renata itu yang paling suka menyindir dan berkata-kata pedas. Mungkin saja salah satu alasan mengapa Regan memutuskan dirinya yah hal ini.

"Lohh ..., seriusan? emang dia nunggu siapa?" tanya Stephany kepo.

-oOo-

Seharusnya saat ini Alana masih di tempat tidur, seharusnya saat ini dia masih bergelung dengan selimutnya namun, setelah mendapat telephone dari guru pendamping ekskulnya bahwa hampir satu bulan ia tidak mengikuti ekskul terpaksa Alana memaksakan diri untuk pergi ke sekolah sore ini. Sebenarnya ia bisa saja tidak hadir namun, mengingat ekskul juga masuk dalam nilai raport terpaksalah ia pergi. Apalagi mengingat kata wali kelasnya saat itu, bahwa ia bisa saja tidak naik kelas kalau seperti ini terus.

Di depan pagar hitam megah rumahnya, Alana berdiri seraya memegang tali tas selempang kecilnya yang berwarna hitam. Ia tengah menunggu Viona yang hendak menjemputnya. Tadi, setelah Pak Halim menelpon dirinya bahwa harus mengikuti ekskul sore ini, Alana langsung menelpon Viona memberitahu cewek itu agar menjemputnya di sini. Viona sempat tak mau sebab mengetahui kondisi Alana yang belum begitu pulih namun, pada akhirnya ia luluh juga kala Alana memberitahu apa yang diucapkan wali kelas mereka pada saat itu kepada Alana.

Cewek berkaos putih dengan bawahan rok hitam kulit itu tersenyum senang kala melihat Viona dan motor besarnya telah sampai. Ia buru-buru mendekat kemudian tanpa disuruh langsung menaiki motor itu padahal Viona belum memutar motornya.

Cewek berjaket hitam kulit itu berdecak sebal kemudian menjalankan motornya, "Sialan! Habis sakit lo malah tambah gila." Alana menoyor kepala Viona yang terlapisi helm hitam, merasa tidak terima dengan penghinaan cewek itu.

"Enak aja, ini tuh namanya buru-buru apalagi Pak Halim nyuruh aku ke rumah Tiwi dulu mau ngambil whistle." terdengar dengusan keluar begitu saja dari seorang Viona. "Ikhlas gak ini?"

"Iya-iya ikhlas tapi gue gak tau rumahnya."

"Nanti gue tunjukkin."

"Emang kenapa Si Tiwi gak latihan?"

"Sakit."

"Loh, lo kan juga sakit kelesss." Alana berdecak, harus berapa kali sih dia jelaskan pada cewek ini kalau ia itu jarang latihan, nilai sekolahnya saja anjlok jangan sampai di ekskul malah ikut-ikutan, apalagi dia sangat dibutuhkan kali ini, mengingat akan ada perlombaan marching antar sekolah menengah atas. Tiwi juga tidak hadir bersamaan dengan Kiara yang notebene gitapati marching yah jadi Alana lah yang didesak sama Pak Halim untuk datang.

"Lo mah gak mikirin kondisi lo sendiri."

"Gue udah baek-baek kali, Vi."

"Sekarang emang lo baek tapi sentar kalau udah mutar tongkat pasti puyeng yakin deh."

"Lo mah nyumpahin. Gue udah bilang yah, kalau gue udah baekkan jangan ngomongin kondisi gue lagi, gue males dengernya."

Viona berdecak, ini yang tidak ia sukai dari seorang Alana, keras kepala. Mungkin, nantilah Alaska yang berkata barulah cewek itu menurut. Asumsi Viona.

Cewek tomboy yang sedang mengendarai motor itu mengernyit kala melihat sebuah motor hitam yang terus mengikutinya lewat kaca spion. Beberapa menit yang lalu saat ia masih berbicara dengan Alana, Viona masih sempat memperhatikan motor itu dan pergerkannya sama seakan-akan mengikuti mereka diam-diam.

Untuk urusan seperti ini Viona masih bisa bersikap tenang sebab, sekali gas juga ia masih bisa lari dari orang itu apalagi Viona cukup hapal jalanan daerah sini.

"Lan."

"Hmm."

"Pegangan yee,"

"Loh, emang napa? Lo niat bunuh diri yah?" untuk saat ini Viona tidak menjitak kepala cewek itu sebab Alana berada di belakangnya, coba saja kalau Alana yang di posisinya sudah pasti mereka masuk ke got sekarang karena Viona yang menyiksa Alana di jalan.

"Cepet pegangan!" dan setelah itu Viona menancap gas motornya dengan Alana yang menurut suruhan cewek itu.

Pacuan kencang motor Viona membuat Alana terpaksa memegang dengan keras jaket cewek itu. Sumpah ia tidak mengerti dengan anak itu sekarang, kenapa tiba-tiba aneh seperti ini.

"Kenapa sih emang?" suara Alana agak sedikit teredam dengan suara motor Viona tetapi, Viona masih dapat mendengar pertanyaan Alana.

"Gue ngerasa diikutin." Alana mendesah, kenapa hidupnya ini tak pernah diberikan ketenangan walau sedikit saja.

-oOo-

Gazebo minimalis milik Gandhi kini tengah dipakai oleh anak Batalyon untuk acara kumpul-kumpul hari ini setelah pulang sekolah tadi. Lantunan lagu yang dinyanyikan Clean bandit feat Zara larsson terdengar menguar dari speaker jbl milik Alfret.

Virgo memilih tiduran di paha Chandra yang sedang memeluk gitar hitamnya tetapi, baru saja cowok itu mendaratkan kepalanya, dengan tidak manusiawi Chandra malah menarik rambut legam Virgo hingga cowok itu memekik sakit. "Jangan ngajak homo lo njing. Gue masih suka ama yang bohay yah."

"Sialan, lo pikir gue serabies itu?"

Alaska menggeleng sebentar saat ia melirik sekilas ke arah dua cowok yang tengah duduk tak jauh darinya itu. Game mobile legend-nya lebih menarik daripada melihat pertikaian dua manusia stres macam Virgo dan Chandra.

"Wusshhh, Ska-ska masdep lo tuh." mendengar itu Alaska langsung menengok ke arah luar pagar di yang mana dua cewek yang baru saja sampai di tempat ini. Alaska mengernyit merasa tidak asing dengan dua cewek itu. Mereka terlihat bernafas legah juga cewek yang memakai kaos putih itu terlihat bergerak cepat untuk turun dari motor dan segera berlari menuju rumah kuning yang berada tepat di depan rumah Gandhi.

Alaska akhirnya dapat menyimpulkan kalau yang memakai kaos putih tadi adalah Alana sebab cewek berjaket hitam yang baru saja melepas helm-nya itu, Viona. Ia mendengus, mengapa rasanya dunia itu sempit sekali? Sampai hal seperti ini pun ia harus bertemu Alana.

Suara-suara menggoda Chandra kepada Viona membuat cewek yang berpakaian kontras dengan motornya itu berbalik dengan kesal apalagi saat melihat Chandra.

"Alaskaaa ...." teriakan Alana menggelegar saat ia baru saja keluar dari rumah Tiwi. Cewek itu tampak menggantungkan tali whistle di lehernya.

Alaska diam saja saat cewek itu memanggil namanya dari balik pagar besi rumah Gandhi, sedangkan teman-temannya yang lain malah sebaliknya. Paling ribut dan terus menggoda Alana.

"Lo kok ada di sini bukannya lo sakit?" teriak Tora.

"Biasalah," jawab Alana seadanya, malas menjawab panjang-panjang,
"Lagi acara apaan?"

"Kumpul-kumpul biasa," jawab Tora.

"Oh ya udah, Alaska ..., aku mau balik dulu, byee honey. Woy! Gue balik dulu yah." seketika cewek itu pergi begitu saja. Alaska yang mendengar perkataan cewek itu tidak berekspresi lebih walau hanya untuk berdecak atau memutar bola mata malas. Sedangkan, yang lain meneriaki cewek itu, pamitan dengan Alaska lembutnya bukan main tetapi, sama teman-teman Alaska malah kayak preman.

"Buset Alana mantep banget body-nya. Cocok kok ama loh, hehehe. Seriusan yang kayak gitu lo tolak?" tanya Chandra kepada Alaska. "Kalau gue sih langsung gue okein."

"Udah cantik, dianugrahin body goals, perhatian banget ama lo. Yah, walau otaknya rada bengkok," ujar Alfret memuji walau pada akhirnya merendahkan cewek itu. Kalau Alana mendengar hal itu sudah pasti pipi cowok itu sudah lebam sekarang juga.

"Ya elah Chan, lo mikir dikit dong, lo tau Alaska kan?" Regan memutar wajah cowok yang ia maksud ke arah enam orang cowok yang berada tak jauh darinya, "di antara kita semua, Alaska itu yang paling mendingan. Dia pintar walaupun pergaulannya kayak gini. Di mata guru dia lebih baik dari kita. Sama orang tua, lo pernah liat dia ngebantah? Terus lo mau dia sama Alana yang trouble-nya minta ampun? Coba deh lo pikir Alaska itu bisa dapet cewek yang lebih baik dari Alana," ujar Regan dengan nada kelewat tenang walau tersirat sekali rasa ketidaksukaannya dengan Alana.

"Tapi lo baru nilai dia dari luar doang Gan, gak-"

"Yang dibilang Regan itu ada benernya," ujar Alaska, memotong perkataan Tora.



TBC.

Author note:
- Komenn dong buat lanjut :v

- btw mulmed kemarin Alaska yah dan yang mulmed chap ini, cast Alana.





nisaafatm

Continue Reading

You'll Also Like

Tempat Terakhir By -

Teen Fiction

496K 20.8K 21
Berawal dari sebutan 'Bunda' dan berlanjut hingga menjadi 'Bunda' yang sesungguhnya. Sekilas kehidupan Qila sangat terdengar hebat begitu juga dengan...
6.7M 285K 59
On Going [Revisi] Argala yang di jebak oleh musuhnya. Di sebuah bar ia di datangi oleh seorang pelayan yang membawakan sebuah minuman, di keadaan ya...
9.6M 226K 8
(SUDAH TERBIT) TERSEDIA DI SELURUH GRAMEDIA -Sequel Silhouette- (ABC SERIES) "Gue terima surat cinta lo." "Hah? Kak! Tapi surat itu dari...." "Hari...
1.3M 119K 60
"Jangan lupa Yunifer, saat ini di dalam perutmu sedang ada anakku, kau tak bisa lari ke mana-mana," ujar Alaric dengan ekspresi datarnya. * * * Pang...