Feeling✔

By Rintiaanjani

2.1K 184 25

[COMPLETED] Kolaborasi bersama @rosniawati. Perasaan tidak bisa ditebak dan kepada siapa dia jatuh. Perasaan... More

1. Meet Barbie idiot.
2. Hukuman.
3. Senjata makan tuan.
4. Dibandingkan.
5. Tetangga sebelah.
6. Tiang listrik menyebalkan.
7. Saran orang asing.
8. Thanks, Tiang listrik.
9. Alasan pindah.
11 rasa rindu
10. Keputusan sang Mama
12. Momen bersama Angga.
13. Pergi
14. Ketahuan.
15. Awal pagi yang buruk.
16. Pergi tanpa pesan.
17. Kenyataan.
18. Cemburu.
19. Dia, membawa perasaan baru.
20. Perasaan.
EXTRA PART

21. AKHIRNYA?

132 8 0
By Rintiaanjani

"Han tunggu napa," tutur Genta. Dia berjalan cepat menyusul Hanny yang pagi itu berniat pergi ke sekolah sendiri. "Kita kan udah jadian, jangan main tinggal-tinggal aja dong,"

Tanpa melirik kebelakang Hanny menyahut. "Lebay banget sih lo, ini gue nggak mau telat. Gue mending pake taksi aja deh, nunggu lo lama,"

"Han,"

Hanny berhenti berjalan tepat di ambang pintu, ketika matanya melihat mobil pribadi barusaja parkir dipekarangan rumah. Tak lama seseorang yang dia tebak adalah supir keluar, lalu membuka bagasi, disusuli dengan pintu kanan penumpang terbuka. Menpilkan wanita paruh baya yang wajahnya selalu hadir didalam mimpi, yang selalu dia rindukan.

Hal itu membuat Genta bergegas menghampiri. "Han, lo kenapa?"

Belum Genta sampai didekat Hanny, Hanny berlari keluar rumah sambil berteriak. "Mama,"

Hanny langsung menghambur ke pelukan Rose. Bibirnya tersenyum bahagia. "Mah, mama, Hanny kangen,"

Tak lama kemudian, pintu kiri penumpang, dan pintu kiri didepan terbuka, menampilkan Ghina dan Gibran.

Hanny bergumam dipelukan Rose saat Ghina dan Gibran tersenyum padanya. "Tante, Om,"

"Idiot lo jangan tinggalin gue elah, apa perlu gue panggil sayang biar berangkat bareng,"

Suara itu terdengar bersamaan dengan siluet Genta yang baru saja muncul dari balik pintu. Hal itupun membuat Rose melepaskan pelukannya. Dia menatap Hanny. "Udah sayang-sayangan?" tanyanya dengan senyum jahil.

Hanny hanya tersenyum, sebelum dia memilih menghampiri Gibran dan Ghina dan menyalimi keduanya.

"Genta sini," teriak Gibran. "Bantuin papi masukin koper nih," katanya sambil tertawa.

Barulah, Genta bergegas menghampiri, menyertakan dirinya disana. Sesampainya, Ghina langsung saja memeluk Genta. "Mami kangen sama kamu, sama Ginny juga," pelukannya dilepas, Ghina menatap Genta. "Mana kakak kamu?"

"Pagi-pagi dia udah berangkat, katanya dia ada jadwal piket hari ini,"

"Nah kalian kenapa masih disini?"

"Astaga," Hanny menepuk jidatnya. "Kita kan tadi lagi buru-buru berangkat sekolah,"

Hanny langsung buru-buru mengucapkan salam. "Mah, Tante, Om, Hanny berangkat dulu ya," setelah itu Hanny berlari, nantinya dia kan menggunakan taksi menuju sekolah.

Melihat itu Genta berdecak. "Tuhkan, main tinggal-tinggal aja tuh orang,"

Gibran terkekeh. "Yaudah kejar sana yayang nya,"

"Udah siang lo Ta,"

"Tante titip Hanny ya disekolah,"

***

Pacar ❤ : hai, Han.

Hanny akan mengetikkan balasan, ketika dia mulai ingat sesuatu dia menggelengkan kepalanya. "Enggak han,"

Dia tidak membalas, melainkan mengganti nama kontak tersebut. Setelahnya dia baru mulai membalas pesan itu.

Hanny : hai,

Angga💔 : lagi sibuk? Boleh aku vc? Aku mau bilang sesuatu,

Hanny : aku lg lumayan sibuk sekarang. Kalo kamu mau bilang soal kita, lupain aja Ga, aku baik-baik aja. Kamu nggak perlu merasa bersalah,

Angga💔 : syukurlah kalo emang kamu baik-baik aja, tapi Han, ada yang mau aku bilang ke kamu, sesuatu yang selama ini aku rahasiakan.

Hanny : aku tunggu kamu liburan ke Indonesia ya, Bye..

Ini cukup menggores hati Hanny, dia seperti dipaksa bernostalgia tentang rasa sakitnya kemarin, bisa dikatakan kemunculan Angga dengan pesannya membuat Hanny merasa sesak ketika dia mengingat bagaimana usahanya untuk mencoba melupakan. Meskipun begitu, Hanny tidak bisa menampik bahwa dia tidak merindukan Angga, jujur didalam hatinya dia ingin memeluk Angga, mempertanyakan kepergiannya dan membuat dada bidang itu basah oleh tangisnya,

Hanny ingin, tapi dia hanya ingin memeluk Angga saja tanpa mepertanyakan penyebab kepergiannya. Hanny hanya ingin melampiaskan rindunya, bukan perasaannya.

Anggap saja, Hatinya belum lelah dan masih memiliki kekuatan untuk menerima perasaan lain. Dia seakan membuat Hanny, merasakan bahwa bukan Angga satu-satunya, masih ada orang lain, masih ada Genta.

Ya, dia Genta.

Perasaan itu kini berporos pada seseorang yang sama sekali tidak terpikirkan, akan bersamanya.

Satu pesan kembali muncul. Kini dari Genta, Hanny cepat-cepat membukanya.

Tiang Listik❤ : kemana lo, dikelas kok gak ada? Jangan bilang bolos!

Hanny : kepo. Gue lg sbk!!!!

Tiang Listrik❤ : dimana sih? Udah deh bilang aja, ini gue udah beliin pelet ikan, lo kan belum sarapan td pagi.

Hanny : gila. Gue di halaman belakang sekolah!!

"Hanny,"

Hanny mendongak dengan sorot tajamnya. "Apa sih, ganggu aja sih lo,"

Bayu berdecak. Dia menatap Hanny. "Main hp nya nanti aja, sekarang selesain dulu hukumannya." Bayu menunjuk rumput-rumput liar disamping Hanny. "Itu tuh, masih banyak rumbut liarnya. Ayo cabutin,"

Hanny menggeram. "Iya-iya bawel lo," poselnya dia masukan kedalam sku, kemudian melanjutkan aktivitasnya yang sempat tertunda.

Hanny jadi menyesal, kenapa pagi tadi dia memilih naik taksi ketimbang berangkat bersama Genta dengan motornya. Dia kena macet, dan alhasil dia harus capek-capek berjongkok dan merusak kuku-kuku cantiknya dengan cara mencabuti rumput liar.

"Sial, gue musti kesalon siang ini," Hanny menyenggol seseorang dismpingnya. "Nanti pulang sekolah anter gue ya, kesalon, sekalin juga gue traktir lo buat tampil cantik,"

"Tapi kak,"

"Udah deh jangan nolak mulu,"

"Hanny, Anin, ayo kerja jangan ngobrol mulu," seru Bayu.

Hanny menghela nafasnya. Dia merasa lama-lama kakinya pegal, kesana kemarin, jalan jongkok, mencabuti rumput liar, ditambah seragam ketat nya yang membuat dadanya terasa sesak.

Ingatkan dia untuk tidak memakai seragam ketat itu lagi.

Hanny mengedarkan pandangannya, melihat siswa lain yang dihukum sepertinya, kemudian matanya tidak bergerak sama sekali ketika dia melihat siluet tubuh itu.

Dia duduk dikursi tua, tepat disamping Bayu yang nampak tengah mengawasi. Kemudian mata Hanny beralih melihat sesuatu yang memenuhi kedua tangan kokoh itu.

Ditangan kiri, ada kantong plastik yamg berisi roti dan sesuatu yang dibungkus kertas nasi. Sedangkan tangan yang lainnya memegang sebotol minuman.

"Bohong banget kalo dia beliin gue pelet ikan,"

***

Nasi bungkus.

Maksudnya, apa yang Hanny lihat yang dibawa Genta adalah nasi bungkus.

Ada banyak stand yang menyediakan makanan siap saji, seperti burger yang bisa dimakan dengan mudah. Kenapa harus nasi bungkus?

"Kenapa, nggak suka gue bawain makan?"

Hanny diam. Menatap nasi bungkus di pangkuannya yang sudah Genta bukakan untuknya.

"Makan sana, lo kan belum makan,"

Hanny memperhatikan Genta. Laki-laki itu tengah memakan roti, tanpa menawari Hanny. Jika boleh memilih, Hanny lebih tertarik memakan roti daripada nasi bungkus.

Bukannya tidak suka. Lauk yang Genta belikan untuknya lumayan enak, tapi ada yang kurang.

"Sendoknya?"

Genta berhenti mengunyah, menatap Hanny. "Oh iya, gue lupa. Yaudah makan pake tangan aja,"

Hanny mengangkat tangannya. "Gue kan abis cabut rumput, jadi kotor."

Roti yang tinggal sedikit langsung Genta lahap habis. Dia beralih pada nasi bungkus dipangkuan Hanny, memindahkan kepangkuannya. Genta mencampur nasi dan lauk dengan tangannya kemudian diarahkan ke pada Hanny.

"Ayo makan, gue suapin." Genta mengangkat alisnya. "Ayo, tangan gue bersih kok."

Meski ragu, Hanny membuka mulutnya dan Genta memasukan nasi ditangannya kedalam mulut Hanny.

Genta tersenyum. "Kunyah sampe hancur lalu telen,"

Hanny makan dengan tenang, tidak mengeluarkan satu patah katapun sampai suapan kelima dia menahan tangan Genta.

"Kenapa, udah kenyang? Atau lo mau minum?"

Hanny menggeleng. Dia menelan ludahnya. "Kenapa lo nembak gue?"

Awalnya Genta diam. Tapi kemudian dia berbicara. Dia menatap Hanny. "Karena gue sayang sama lo."

Giliran Hanny yang diam.

"Gue emang nggak pernah pacaran, gue nggak pernah suka sama cewek tapi, gue yakin sama perasaan gue ke lo." Genta menghela nafasnya. "Apa lo ragu?'

Hanny menggeleng. "Gue yakin, tapi kenapa? Pertama kita ketemu lo kelihatan nggak suka sama gue, dan kenapa sekarang?"

"What wrong?" Genta menggenggam tangan Hanny dengan tangan kirinya. "Gue emang nggak suka sama lo, gue benci cewek yang dramatis, bengal kayak lo. Gue salah, mengambil kesimpulan tanpa mengenal lo lebih dulu,"

"Tapi Han, setelah gue mengenal lo, mencoba memahami lo, perasaan itu datang." Genta melepaskan genggamannya. Kemudian tertawa terbahak-bahak melihat ekspresi datar wajah Hanny. "Kenapa, gue lucu ya kalo romantis gini?"

Hanny mendecih. Kemudian mengarahkan tangan Genta kemulutnya, dia kembali makan tanpa memperdulikan tawa Genta.

Genta sama sekali tidak lucu.

Hanny diam karena dia tidak percaya.

Genta yang menertawakan dirinya saat terjatuh dikoridor.

Yang bertemu dengannya di toilet.

Yang menyebutnya Barbie Idiot.

Yang membuatnya hampir jatuh dari sepeda.

Yang membuatnya harus menanggung malu karena mengepel di lantai kantin.

Yang pernah mengatakan bahwa 'cara berteman dia buruk,'

Genta yang menyebalkan.

Tapi,

Genta pernah menemaninya saat dia terluka.

Menghapus air matanya.

Membawanya ke pantai.

Membuat jantungnya berdetak kencang.

Mengubah cara pandang orang lain terhadapnya.

Hanny tidak percaya, bahwa orang menyebalkan seperti Genta bisa mengatakan sesuatu yang manis. Yang membuat dia sendiri tidak sadar, bahwa dia memiliki perasaan yang sama.

"Gue baru sadar," kata Hanny tiba-tiba. "Bahwa, feeling buat lo udah gue rasain sejak pertama kita ketemu,"

Genta diam. Detik berikutnya dia tersenyum manis sambil menyodorkan lagi nasi ke arah mulut Hanny. "Makan yang banyak, buat diri lo kuat dari sekarang. Supaya, apapun yang terjadi nanti didepan sana, ketika masalah datang dan kita mulai renggang, jangan buat diri lo lemah. Gue mau lo tetap jadi Hanny yang gue kenal galak ketimbang jadi Hanny yang cengeng,"

Genta tersenyum dan melanjutkan. "Gue akan jadi cowok brengsek kalo gue buat lo nangis, jadi Han. Gue janji nggak akan buat lo rasain sakit yang lo rasain kemarin. Gue sayang sama lo, my barbie."

"Agh," Hanny memeluk Genta. "Gue juga tiang listrik,"

Ending..

Yaaaaah udahan :( tapi nggak bikin greget? Maaf ya :')

..

"Jangan menilai seseorang jika sebenarnya kamu tidak mengenalinya,"

"Jangan mengambil kesimpulan sebelum memahami,"

"Cinta datang bukan karena terbiasa, tapi di pahami. Dikenali,"

"Cinta tidak egois."

"Perasaan. Kalimat yang mudah diutarakan, namun sulit dijelaskan darimana dia datang. Tapi, dia datang ketika tatapan mata kita bertemu,"

FELLING NGADAIN Q&A!!

BUAT;

GENTA

HANNY

ANGGA

SELLIN

YOGI

ANINDITA

Bakal kita jawab di EXTRAPART atau PART TAMBAHAN mendatang....

Continue Reading

You'll Also Like

239K 8.1K 59
Cerita Pendek Tanggal update tidak menentu seperti cerita yang lainnya. Berbagai tema dan juga kategori cerita akan masuk menjadi satu di dalamnya.
60.6K 1.9K 53
Kisah ini menceritakan tentang kisah seorang santri bernama Hanna yang mengagumi Gusnya. Namun apalah daya, kekaguman, bahkan rasa cintanya terpaksa...
126K 942 13
one-shot gay ⚠️⚠️⚠️ peringatan mungkin ada banyak adegan 🔞 anak anak d bawah umur harap jangan lihat penasaran sama cerita nya langsung saja d baca
89.7K 13.3K 32
Jennie mengalami trauma psikologis akibat dari sebuah peristiwa traumatis yang menyebabkannya amnesia. Jennie mengingat semua keluarganya kecuali se...