KILLING THE MOONLIGHT

By arief4044

130K 13.1K 899

Nadia, gadis 17 tahun yang baru saja menyelesaikan pendidikan jenjang SMA memilih mengisi liburannya mengunju... More

PROLOG
Bab 1
Bab 2
Pengenalan Tokoh
Bab 3
BAB 4
Bab 5
Bab 6
Bab 7
Bab 8
Bab 9
Bab 10
Bab 11
Bab 12
Bab 13
BAB 14
BAB 15
BAB 16
Bab 17
Bab 18
Bab 19
Bab 20
BAB 21
Bab 22
Bab 23
Bab 24
Pengenalan Tokoh Bagian 2
Bab 25
Bab 26
Bab 27
Bab 28
Bab 29
Bab 30
Bab 31
Pengenalan Tokoh Bagian 3
Bab 32
Bab 34
Bab 35
Bab 36
Bab 37
SEKEDAR INFORMASI
Bab 38
Bab 39
Bab 40
Bab 41
Bab 42
Bab 43
Bab 44
Bab 45
Bab 46
Bab 47
Bab 48
Bab 49
Bab 50
Bab 51
Bab 52
Bab 53
Bab 54
Pengunguman Hiatus

Bab 33

1.4K 158 4
By arief4044


Tubuhnya kaku, tak ada satupun yang bisa digerakkan. Pandangannya pun mulai berkabut. Yang dia sanggup upayakan melalui inderanya hanyalah menangkap bayangan aliran air yang menari-nari di dasar kolam renang. Bayang-bayang itu tercipta akibat ombak permukaan air kolam renang yang tertembus oleh sinar matahari.

Matanya terasa perih dan susah berkedip. Hidungnya mengeluarkan gelembung-gelembung oksigen. Mulutnya terbuka membeku tanpa bisa mengatup. Dia merasakan tenggorokannya terus-menerus menelan air hingga merasa lambungnya ingin meledak.

Laju tubuhnya dia rasakan perlahan melorot ke bawah, seolah ingin mencapai dasar yang tak bertepi, seakan tertarik oleh medan magnet. Lalu, deburan air tercipta. Sesosok bayangan orang dewasa tak jelas muncul mendekatinya.

Sosok itu menariknya perlahan hingga ke permukaan. Cahaya silau matahari menyerangnya saat mencapai bibir kolam. Mulutnya menyemburkan air yang sempat tertelan. Dia kesusahan bernapas. Suara-suara panik semua orang termasuk kedua orang tuanya menghinggapi gendang telinga. Yang paling jelas, tangis syukur ibunya yang tak pernah bisa dia lupakan.

"Kakak!" Seru Lili sembari menarik jaket kulit Nadia.

Nadia tersentak hebat, seolah disadarkan dari mimpi buruk. Dia memandangi Lili seperti melihat hantu. Nadia persis seperti orang yang baru beralih dari dimensi yang lain.

"Kakak sakit?" Lili khawatir.

"Eh ... aku ti ... tidak apa-apa Lili. " Nadia menghela napas.

Beberapa saat yang lalu, Nadia terjebak dalam memori peristiwa kelam semasa kecil ketika dirinya tenggelam di kolam renang. Kalau tidak salah peristiwa itu terjadi saat umurnya menginjak 8 tahun, sama seperti umur Lili saat ini. Jika melihat kolam maupun perairan yang dalam, peristiwa itu selalu menghantuinya. Bahkan, saat ini bayang-bayang kelam masa lalu itu terasa lebih menakutkan daripada desakan para zombie di luar sana.

"Syukurlah jika kamu tidak apa-apa." Andre menepuk pundak Nadia.

"Apa diantara kalian ada yang memiliki alat penerangan? Lili membutuhkan setidaknya senter untuk menyusuri lorong galian goa." Pandangan Andre tertuju ke tas punggung yang Nadia sanggul. Dia berharap Nadia mempunyai senter di dalam tas itu.

"A ... aku ada smartphone yang bi ... bisa dijadikan sen ... senter." Ucap Nadia tergagap.

Nadia merogoh saku celananya, mengeluarkan smartphone.

Andre bertanya dalam hati kenapa Nadia masih saja membawa ponsel? Seminggu yang lalu seluruh jaringan komunikasi terputus. Benda seperti itu sudah tak berguna. Kemudian perhatian Andre terfokus saat Nadia menyerahkan smartphone itu kepada Lili dengan jemari yang gemetaran. Nadia berkata bahwa dirinya baik-baik saja, tetapi Andre tak percaya. Andre merasa gadis ini sedang menghadapi entah masalah apapun dilihat dari gelagat aneh yang ditunjukkannya sedari tadi.

"Kau bisa mengungkapkan jika ada masalah. Tak perlu memendamnya sendiri di saat seperti ini." Saran Andre.

Nadia merasa perkataan Andre ada benarnya. Bodoh jika memendam terus masalahnya sendiri. Lagipula, belum tentu baik Andre maupun Lili menyalahkan dirinya akibat kelemahannya yang takut terhadap kedalaman air akan bisa mengacaukan bahkan mengagalkan rencana yang sudah Andre susun. Jadi lebih baik dia mengutarakannya, barangkali ada solusi yang lebih baik untuk mengatasinya.

"Se ... sebenarnya aku takut terha,-"

Darrrtt! Darrrt! Darrrt! Braakkk!! Blammmm!!!!

Belum sempat Nadia mengutarakan sebuah maksud, pintu masuk utama jeruji sudah mampu dirobohkan oleh para zombie.

Sontak Andre langsung melepaskan tas punggung Nadia dan melemparkannya ke lantai.

"Daripada basah saat menyelam, lebih baik aku taruh disini dulu tas itu. Barangkali ada benda berharga di dalamnya. Kamu bisa mengambilnya lagi seusai menyelam. Oh ya, untuk uneg-uneg yang belum sempat kamu utarakan, aku akan mendengarkannya setelah kita semua bebas dari para zombie itu. Yang harus diutamakan saat ini kita sukseskan dulu rencana kita jangan sampai gagal."

"Ayo!" Andre menggandeng jemari Nadia, menarikknya ke pinggir kolam.

Napas Nadia terasa berat dan jantungnya berdebar-debar saat berada di pinggir kolam. Dia ingin mengutarakan ketakutannya terhadap kedalaman air. Tetapi situasi tak memungkinkannya. Dia ingin menolak terjun ke kolam, tetapi dia tidak bisa, itu hanya akan menggagalkan rencana Andre dan membuat mereka bertiga berpotensi akan dimangsa hidup-hidup oleh para zombie. Nadia sungguh kesal. Emosinya sudah berada di ubun-ubun tidak jelas harus marah kepada diri sendiri atau orang lain. Wajahnya semakin pucat.

"Lili, nyalakan senter. Hati-hati saat berlari di dalam sana. Zombie akan melambat jika keadaan gelap. Usahakan untuk selamat!" Tukas Andre. Lili hanya mengangguk penuh keyakinan.

"Hei, ambil napas yang panjang," perintah Andre sembari memperhatikan Nadia. "Ketika aku berhitung mundur sampai angka 1, kita bersamaan terjun ke kolam!"

Andre mengambil hitungan mundur. Dia mencermati Nadia mengambil napas panjang saat dirinya berhitung. Lalu tak lama kemudian, serentak kedua orang itu terjun menyelam.

Byyuuurr!!!

Bunyi deburan tercipta dan kemudian meninggalkan genangan ombak di sekitar pinggiran kolam. Kedua orang itu sudah lenyap dari pandangan. Lili memperhatikan suasana menjadi sunyi. Kini hanya tinggal dirinya saja yang berada di area kolam.

Di dalam air, Nadia melihat Andre dengan leluasa bagaikan seorang atlet renang melaju terus tanpa hambatan menyentuh kedalaman 7 meter. Sedangkan Nadia layaknya ikan yang kehilangan siripnya⸺dirinya hanya mampu bertahan pada posisi kedalaman 3 meter saja. Itupun dirinya nampak seperti terperangkap dalam belitan jaring, bergerak-gerak tidak tentu arah. Pandangannya mulai kabur. Rasa mencekam yang pernah dia alami pada peristiwa 9 tahun yang lalu ketika dirinya tenggelam kini kembali dia rasakan. Dunia di kedalaman air adalah sesuatu yang dia hindari selama ini.

Andre mendongak ke atas. Dia melihat ada yang tidak beres dengan Nadia.

Lili sudah dalam posisi sigap sembari mengambil ancang-ancang untuk berlari jika saja kawanan zombie itu muncul. Tetapi dia mencermati lorong tangga yang menghubungkan dengan pintu masuk utama di atas sana masih belum menunjukkan adanya tanda-tanda kemunculan zombie-zombie itu. Barangkali para zombie masih berkeliling di area atas sebelum menemukan ada anak tangga yang mengarah ke area pemandian utama. Lalu tiba-tiba saja dirinya dikagetkan oleh sesuatu, bukan sesosok zombie, melain sosok Nadia yang kembali muncul di permukaan.

Byuuuurrrr!!

Deburan kembali terjadi. Sosok Nadia muncul dan bersandar pada tepian kolam. Dia terbatuk-batuk dan memuntahkan ludahnya. Matanya terlihat merah dan jemarinya bergetar hebat.

"Ka ... kakak." Lirih Lili. Dia memandangi Nadia dengan penuh rasa simpati. Kini Lili mengerti kenapa Nadia bersikap aneh saat memasuki kolam. Nadia jelas tak bisa berenang, atau mungkin dia takut dengan kedalaman air.

Byuuurrr!!!

Deburan kembali terjadi. Kali ini Andre juga ikut kembali ke permukaan. Bedanya, Andre terlihat biasa saja. Tak seperti orang kekurangan oksigen akibat menahan napas di dalam air. Lili berpikir Andre mahir berenang. Tubuh tingginya mungkin bisa dijadikan indikasi. Kebanyakan lelaki yang tinggi piawai dalam berenang dan mempunyai napas panjang di dalam air. Namun bagi Lili tubuh Nadia juga menjulang tinggi untuk ukuran wanita. Tetapi dia tak menyangka Nadia tak mampu berenang.

Andre berenang menghampiri Nadia. Dia memperhatikan ekspresi kecemasan berlebihan yang diperlihatkan oleh gadis itu.

"Kamu tak bisa berenang?" Andre menepuk pundak Nadia.

"Ma ... maafkan aku. Aku takut terhadap kedalaman air. A ... ada trauma akan kejadian di masa lampau yang terus membayangiku." Nadia nampak menyesal saat mengatakan itu. Dia paham mengutarakan kelemahannya sama saja dengan memupuskan rencana Andre, dan juga membahayakan posisi mereka semua.

"Grrrooahhhh ... groooooaahhhrggg!"

Lili mengerutkan alisnya saat menyadari derap langkah para zombie dari area atas terdengar sedang menuruni tangga. Lalu perhatiannya tertuju kepada Andre yang sedang menenangkan Nadia di pinggir kolam.

Ga ... gawat. Zombie – zombie itu sedang menuju kemari!

Bersambung....

Terima-kasih :)

24-11-2017


Continue Reading

You'll Also Like

80.6K 11.6K 9
Louise Wang -- Bocah manja nan polos berusia 13 tahun, si bungsu pecinta susu strawberry, dan akan mengaum layaknya bayi beruang saat ia sedang marah...
2.3M 183K 72
Hi guys. Ini cerita kedua saya^^ (Buat kalian yang gasuka Red flag,kalian bisa langsung tinggalin lapak ini ya☺️Kalo kalian gasuka,gaperlu komen-kome...
SAMA AKU AJA By Ry

Science Fiction

1.2M 50.6K 21
🌹 🌹 🌹 🌹 Oya. Cerita ini aku private! So, yang mau baca, bisa follow terlebih dahulu πŸ˜„ Muachhhh...
2.2M 199K 68
[FOLLOW SEBELUM BACA] Refara, seorang gadis cantik yang hidup sebatang kara. Sejak kecil ia tinggal di panti asuhan dan memutuskan untuk hidup mandir...