Good Time ✔️

By Kelamkari

163K 11.3K 552

Cloudy Alfonso. Bayi berusia dua tahun berjenis kelamin laki-laki, penyuka bebek. Sama dengan Gio, Cloudy sa... More

[one] to [one]
[one] to [two]
[one] to [three]
[one] to [four]
[one] to [five]
[two] to [two]
[two] to [three]
[two] to [four]
[two] to [five]
[two] to [six]
[two] to [seven]
[two] to [eight]
[two] to [nine]
[two] to [ten]
[two] to [eleven]
[three] to [one]
[three] to [two]
[three] to [three]
[three] to [four]
[three] to [five]
[three] to [six]
[three] to [seven]
[three] to [eight]
[three] to [nine]
[three] to [ten]
[Cloudy] to [Marvell]
[Cloudy] to [Gio]

[two] to [one]

6.9K 469 3
By Kelamkari

"Ain, Jio!"

Teriakan demi teriakan membuat kepala Gio pusing. Selama sehari, Gio disibukkan oleh kegiatan-kegiatan yang benar-benar menguras tenaga. Kegiatan-kegiatan yang super sibuk atas perintah Reon.

Kepulangan Theressa mengakibatkan kelinglungan Gio. Kenapa bisa begitu? Itu dikarenakan Theressa mulai jatuh cinta dengan Gio sebelum wanita itu pamit pulang.

Peristiwa dua hari yang lalu, Theressa meyakinkan Gio bahwa dia akan datang lagi. Bukan untuk Reon, tetapi demi Gio yang senantiasa menolongnya.

Padahal Gio hanya membantu lewat titah sahabatnya, walau itu terpaksa. Bukan dari isi hati. Hati Gio masih bergelut pada pesona indah dari Adora Alfonso. Cinta pertamanya.

Untuk hari ini, selama Reon pergi, Gio mesti menjaga Cloudy. Menuruti kemauan Cloudy, dan tak membuatnya menangis apalagi menolak bantahan.

Sementara Acer mesti menyibukkan diri untuk kesehatan Cally yang agak mulai membaik. Mungkin ketidakhadiran Theressa menekan Cally untuk terus sembuh. Semenjak kemunculan Theressa akhir-akhir ini, Cally tak mampu beristirahat. Namun, kehadiran tamu tak asing bisa jadi memicu kewaspadaan bagi Cally.

Sedangkan Jollie harus membantu, dengan membersihkan tata ruang tamu yang nanti ditempati tamu tak disangka-sangka.

Sekarang ini, Gio menemani tuan muda kecilnya di sebuah halaman peternakan. Dari jarak ini, pandangan Gio bisa menempuh jarak di mana villa Alfonso yang lain terlihat dari sini.

"Jioo!" Teriakan Cloudy menyentak Gio ke dunia.

"Yes, Young Master," sahut Gio sembari menarik napas perlahan.

"Ain! Pay!"

"Play," ralat Gio, tersenyum.

Pipi Cloudy menggembung, tanda tak suka diserobok. Meski begitu, Cloudy hanya cengengesan berikutnya. Gio pun tak marah akan kecemberutan Cloudy, pria kecil kesayangannya.

"Yok!" Cloudy meraih tangan besar Gio, mengajaknya bermain di halaman peternakan. "Ain," katanya lagi.

Tak mendapat kesempatan untuk menolak, Gio pasrah ditarik Cloudy menuju perkampungan para hewan peliharaan bocah laki-laki itu.

Tidak apa-apa buat tuan muda kecilnya, ujar Gio dalam hati.

***

Sebelum Reon menuju bandara yang jarah tempuh mencapai 10 kilometer, pria itu mendapatkan pesan. Pesan itu mengatakan untuk tidak menjemput mereka di bandara sekaligus meminta Reon menunggu di halte dekat peternakan.

Tak ingin kekesalannya terulang lagi, karena sebuah permintaan dari sang tamu, Reon membawa adik perempuan. Tak lain tidak bukan adalah Adora.

Perempuan itu menampilkan gaya yang anggun. Layaknya seorang putri. Lembut ditambah baik hati. Meski masalahnya terus bermunculan secara mendadak, tetapi aura dimiliki Adora tak pernah lepas.

"Kenapa mereka lama sekali?" gerutu Reon sembari mengintip jam di pergelangan tangan kirinya. "Astaga, kita sudah menunggu di sini lebih dari satu setengah jam?"

Adora berjalan menghampiri Reon, mengelus pundaknya. "Sabar," katanya.

Reon menolehkan kepala, melihat Adora yang tersenyum menenangkan. Terutama raut wajah menunjukkan kepedihan mendalam, Reon langsung mendekap Adora.

"Apa semua baik-baik saja?" tanya Reon khawatir.

"Baik," sahut Adora sambil menganggukkan kepala.

"Dia datang?"

"Aku tidak tahu."

Reon mengurai pelukan, lalu menunduk. "Bagaimana bisa kamu bertahan sekuat ini? Aku pun tidak menerima laporan dari Thalia tentang rapuhnya kamu."

Menangkap kalimat dan menyebut nama wanita yang sudah lama bersamanya, barulah mata Adora berkaca-kaca. Menghempaskan diri ke dada Reon, membenamkan isak tangis begitu memilukan. Genggaman pada kain dikenakan Reon memadukan kebingungan dan kesedihan.

Kecupan lembut di ubun-ubun Adora dan memeluknya erat dengan melingkarkan seluruh lengan ke tubuh wanita kecilnya, menumpukan pipi di kepala Adora. Wanita tersayangnya bersamaan dengan Cally dan Jelice.

"Jangan menangis." Reon kembali mengecup pelipis Adora, tanda sayang. "Semuanya akan baik-baik saja."

Keterdiaman itu membuat keduanya saling mendekap erat satu sama lain. Tak peduli deru kendaraan yang melewati halte,  sebuah mobil menepi di dekat halte dan derap dua pasang kaki otomatis terhenti sejak turun dari mobil.

"Oh, beginikah caramu menyayangi wanita-wanitamu, Reon?"

Tersentak mendengar suara familier, Adora dan Reon melepas pelukan walau lengan dia masih melingkari bahu adiknya. Keduanya menoleh. Dengan mata membulat, Reon tetap tak urung melepas adiknya.

"Ternyata Adora. Kenapa bisa kamu ada di sini, Nak? Apa perselisihan antara suamimu sudah selesai?"

Remasan di punggung kakak laki-lakinya mengencang begitu pula tangan yang berada di bahu Adora. Sepasang mata dua saudara itu menatap tak suka.

"Well, tidak usah menatap saya begitu, Nak. Saya tidak ingin memancing keributan." Wanita itu bersedekap angkuh. "Apa perlu saya menarik kalian untuk pergi dari sini? Halte ini terkesan jorok di mata saya. Udara pun rasanya terlalu panas. Saya dan wanita sebelah saya mungkin gerah menunggu kalian berpanas-panasan di tempat ini."

Mengepal tangan begitu keras hingga jemari memutih, Reon menghela napas kasar. Untung ada Adora menenangkan dengan elusan di punggung, jika tidak Reon memastikan akan mengusir wanita angkuh ini dari peternakannya walaupun wanita itu sangat terhormat.

"Bisa kita pergi?" tanya wanita itu.

Reon melepas rangkulan di bahu Adora, kemudian turun menuju tangan dan ditariknya ke mobil sedan kesayangan Reon. Namun, langkah mereka terhenti kala pernyataan wanita angkuh tersebut.

"Kamu ingin saya duduk di mobil itu?" Wanita menunjuk kendaraan Reon penuh kerutan kening. "Tidak ada pilihan lain? Astaga, Azzorra kasih makan apa kamu hingga memiliki kendaraan yang tidak pantas disebut mobil? Lebih baik saya ke mobil pilihan Azzorra."

Pintu mobil sedan panjang melebihi kendaraan Reon, terbuka kemudian tertutup sangat elegan. Perkataan wanita itu berpengaruh pada Reon yang langsung menendang ban mobilnya.

"Wanita itu-----"

"Sabar, Kak." Adora mengusap pundak Reon berusaha meredam amarah Reon. "Jangan emosi. Kita masih jauh dari villa. Aku tidak mau kecelakaan di tengah jalan."

Mengatasi kemarahan di dalam dada, teringat akan Cloudy, Reon mampu meredakan emosi yang sangat kental. Paru-parunya tak lagi bergelora. Dadanya pun bisa bernapas dengan normal.

"Ayo, kita pergi." Adora melirik mobil milik Azzorra. Kakek mereka. "Kenapa mobil itu bisa berada di sini?"

"Urusan si tua bangka itu, bukan urusanku!"

Reon meloncati pintu dan duduk di depan kemudi. Sementara Adora setengah berlari menuju pintu penumpang. Atap mobil itu terbuka, walaupun Adora tetap membuka pintu penumpang dengan gayanya yang lembut.

Mereka berdua memasang seat belt. Dan Reon menekan pedal gas, setelah menurunkan persneling. Mengemudikannya menuju villa mereka, tak diacuhkannya mobil sedan panjang itu mengikuti.

Di dalam mobil setara dengan limusin, seorang wanita mengumpat. "Anak itu benar-benar tidak tahu sopan santun. Ada orang tua datang, tapi kelakuannya tidak patut dicontoh."

Perempuan di sebelah wanita itu, kelihatan menepuk pundaknya. "Madam, jangan terlalu cepat marah. Kedatangan kita di sini untuk bertemu dengan Cloudy, bukan? Aku juga ikut denganmu karena ingin mengetahui siapa-siapa saja mengelilingi anak sepupuku itu."

"Penuturanmu hebat, Sayang." Wanita itu mengelus rambut abu-abu perempuan manis tersebut. "Selanjutnya kamu akan jadi perempuan terhormat di keluarga Alfonso."

Perempuan itu tersenyum, mendorong dirinya memeluk lengan wanita itu. "Dukung aku ya, Madam."

"Tentu, Nak."

***

Selepas energi, Gio membawa pulang Cloudy yang masih merengek. Badan Gio remuk setelah Cloudy meminta pria itu menangkap beberapa hewan untuk dipelihara. Ya, meskipun begitu Gio minta bantuan Daud untuk mencarikan tempat-tempat yang cocok bagi binatang-binatang itu.

Tak heranlah Cloudy menyuruh dirinya menangkap serangga, cacing, cicak dan segala binatang yang ada di peternakan ini. Cloudy juga mengajak Crescencia, anak Adora, yang tinggal di villa lain peternakan ini.

Tanpa kehadiran Adora di villa, Crescencia ikut ke mana arah Cloudy dan Gio pulang. Crescencia tak ingin sendirian di villa itu.

Deru mobil dari arah sebaliknya membuat Gio, Crescencia dan Cloudy yang seketika berhenti merengek, memandang mobil merah tersebut. Cloudy pun membawa tubuhnya turun dari gendongan Gio.

Cloudy bertepuk tangan sambil melompat-lompat riang. "Yeay! Daddy uyang."

"Mam juga pulang," ujar gadis kecil berusia enam tahun ini.

Gio tersenyum melegakan. Kegiatan menjaga Gio dan Crescencia hari ini selesai. Namun, pandang mata biru laki-laki itu menangkap siluet mobil setara limusin. Gio memicingkan mata, menepis cahaya matahari menusuk netranya.

"Yeay! Yeay! Yeay!" Cloudy berlari kencang saat mobil itu memarkirkan ke tempat seharusnya. Anak kecil menggemaskan itu menerjang Reon ketika Reon merentangkan kedua tangannya lebar-lebar.

"Rindu Daddy?" Kesekian kalinya, Reon mencium pipi berkulit mulus milik Cloudy.

"Indu Daddy!" jawab Cloudy girang sembari melingkarkan lengan kecilnya ke leher Reon.

Sementara itu, Crescencia melangkah kecil menuju Adora, lalu memeluk sepasang pahanya. Betapa rindunya Crescencia setiap kali Adora meninggalkannya di villa.

"Kenapa aku tidak kamu ajak, Mam?" Pertanyaan Crescencia membuat Adora terkesiap. "Aku kesepian di rumah. Tidak ada Thalia dan Aunt Jelice."

Adora membungkukkan badan, memeluk kepala Crescencia. "Maafkan Mommy, Queen. Mommy banyak salah padamu."

"It's okay, Mam."

Lewat pemandangan menyentuh hati, Gio tersenyum senang bahwa Adora masih memperhatikan Crescencia. Mungkin sekali-sekali dalam setiap hari, Gio akan mengajak Crescencia jalan-jalan. Berdua dengan Adora di villa itu membuat Gio empati.

"Memalukan. Tidak di halte, tidak di sini. Selalu saja ada drama yang tidak patut dilihat secara gamblang."

Gio mengamati tamu yang tak asing lagi. "Madam Marinka? Dan ...." Gio melongo. "Mirip sekali dengan Nyonya muda," gumamnya tak percaya.

Pria itu menoleh ke sahabatnya yang kelihatan geram atas perkataan wanita tua itu. Tak tahu bagaimana menghentikan kemelut perseteruan antara Reon dan wanita disebut Madam Marinka tersebut.

Reon berdiri, lalu mengangkat Cloudy dan menggendongnya. Ditatap Gio yang bersitatap dengannya sekaligus terpaku. Mungkin dia sudah tahu arti keberadaan perempuan di sebelah Marinka.

Adora menarik tangan Crescencia ke arah pintu villa, di mana Acer mematung beserta Jollie. Mulut Acer terkatup rapat sedangkan Jollie berbalik badan seakan melindungi Cally di kamarnya.

"Villamu bagus juga. Tapi, saya enggan tinggal di tempat ini. Sediakan villa untuk saya sementara waktu."

Perintah Marinka membuat Reon menatapnya terbeliak. Mendengkus. "Kami telah menyiapkan kamar untukmu, Marinka. Tidak baik menolak kesiapan kami dalam menyediakan kamar terbaik untukmu."

"Berani melawan saya, Reon?" Marinka bersedekap dengan dagu terangkat wibawa. "Apa daya kamu tinggal di tempat ini yang nyatanya tak mampu kamu beli di tangan Azzorra."

Remuk redam hati Reon yang diinjak-injak oleh kalimat Marinka kelewatan pedasnya. Cloudy merasakan keresahan ayahnya, menolehkan kepala.

"No!" Cloudy marah. "No Daddy. No cay."

Gio dan Acer tersenyum tipis melihat keberanian Cloudy.

Tepukan di kepala Reon menandakan Cloudy mengetahui kemarahannya yang tersimpan dalam hati. Cloudy juga mengetahui seberapa sulitnya menghadapi wanita tua itu.

"Cry, Cloud." Reon menangkup pipi chubby Cloudy dan menciumnya. "Daddy tidak menangis."

Angguk-angguk adalah balasan verbal Cloudy. Ditolehkan kepala mengarah pada Marinka yang memandangnya tak acuh. Bahkan sekadar untuk peduli.

"Oma, no no no!" Cloudy menggoyang-goyang jari telunjuk, memperingatkan. "Oma," panggilnya.

"Jangan panggil saya Oma!" Marinka membentak Cloudy. "Meskipun kamu adalah anak dari Oceana, saya tidak sudi menganggapmu cucu saya."

Barusan Cloudy tersentak kaget akibat bentakan dilontarkan Marinka. Namun, ekspresi itu tak menampakkan kesedihan atau tangisan. Walaupun dekapan erat dari lengan Reon, tak bikin Cloudy lantas menangis.

Cloudy tertawa. "Yeay!"

Gelakan Cloudy menimbulkan kebingungan Marinka dan perempuan itu. Gio, Acer dan Reon sangat tahu watak Cloudy yang tak terpengaruh. Anak kecil seperti Cloudy seakan menerima tantangan dari Marinka?

Tbc

***

04 Desember 2017

Continue Reading

You'll Also Like

Segalanya💞 By xwayyyy

General Fiction

62.6K 9.7K 33
hanya fiksi! baca aja!
368K 18.5K 22
Sesama Single Parents mereka saling ribut hanya karena masalah sepele? Sampai akhirnya mereka saling jatuh cinta? Bagaimana ceritanya?
35.8K 2.8K 17
Ini adalah sekuel dari Mengapa Dia Ayahku? Kehidupan Haris, Danila, dan kedua anak mereka juga Davina setelah semua yang disembunyikan selama bertahu...
2.8K 290 16
[Spin off Dia, Adnan]. Jika ditanya mengapa pada akhirnya Adthia memilih menekuni bulutangkis, maka ia akan menjawab bahwa ia mencintai olahraga itu...