Nowhere ; na jaemin ✔ [revisi]

By pinkishdelight

5M 921K 186K

was #1 in angst [part 22-end privated] ❝masih berpikir jaemin vakum karena cedera? you are totally wrong.❞▫no... More

☁ preface ☁
01. 9th months
02. fresh trace
03. birthday surprise
04. lie
05. S hotel no. 721
06. na jaeyoon
My Na Jaeyoon
07. the lost soul
08. the lost soul (2)
09. sleepover
10. scandal
11. dispatch
12. seo herin
13. sm ent
14. sm ent (2)
15. pain
16. runaway
17. change
18. ji hansol
19. one week
20. surprise?
CARA MEMBUKA CHAPTER PRIVATED
21. hi, again
22. escape
23. warning sign
24. astral projection
25. l?
26. incheon
27. chaotic
28. hospital
29. black byun... ward?
30. stuck
31. full moon
32. further
33. lucifer
35. plan
36. closer
37. salvation
38. double trouble
39. double twin
40. fate
41. life and death
42. remember? [END]
✨GRAND GIVEAWAY AND ANNOUNCEMENT✨
ㅡepilogue
NOWHERE BOOK VERSION
💗 BUKU FISIK + PEMENANG GIVEAWAY 💗
ㅡgot tagged

34. black byuns

88.3K 18K 4.5K
By pinkishdelight






"Nak?"

Suara ayahku yang pertama terdengar saat aku pertama kali membuka mata.

Begitu tenang, hanya terdengar suara pelan mesin-mesin yang terhubung dengan tubuhku.

Wajahku terlalu lemah untuk terkejut saat menyadari bukan hanya ayahku yang sekarang menunduk di atasku ㅡtapi juga Na Jaemin.

Dia tersenyum tipis.
Bisa-bisanya dia sesantai itu setelah berbuat seenaknya beberapa hari yang lalu?

Ohㅡ bahkan aku tidak tahu sekarang hari apa dan dimana. Ruang ICU, mungkin ㅡdilihat dari baju khusus yang dipakai ayahku.

Aku tidak merasa sakit, hanya lemas dan luarbiasa lelah.
Rasanya seperti baru berlari jarak jauh, padahal yang kulakukan hanya berbaring entah sudah berapa lama


"Appa," panggilku parau. "Ini tanggal berapa?"

Ayahku menghela nafas.
"20 November," jawabnya. "Gimana? Sebelah mana yang masih sakit?"

Aku berpikir sambil merasakan tubuhku sendiri. Rasanya semua normal.
"All is well," ujarku. "Tapi rasanya nggak punya tenaga."


Ayahku mengangguk lega. Lalu menyentuh dahi, leher dan pergelangan tanganku.
Aku melirik Jaemin yang masih diam di tempat, setengah berharap ayahku segera pergi supaya aku bisa mengomeli anak menyebalkan itu.

"Aku koma?" tanyaku tenang seakan-akan koma adalah hal biasa.

"Enggak, cuma tidur karena efek obat ㅡkatanya."

"Berapa lama?"

"Dua hari, tadi kan kamu udah tanya tanggal, nak."

"Sorry, lupa," ujarku.


Ayahku berdeham, suaranya bergema di ruangan yang sunyi ini. Caranya menatapku seperti sedang menyiapkan kalimat penting.

"Alice," ujar ayahku serius.

"Ya?"

"Flash drive hitam yang di ruangan kamu sebelumnya, itu punya siapa?" tanyanya.


Flash drive?

Flash drive apa maksudnya?


"Flash drive yang mana?" tanyaku jujur.

Ayahku merogoh saku celananya. Ia mengeluarkan benda yang kukenal, lempengan logam hitam aneh yang diberikan Mark padaku.

"Ini," ayahku mengangkat benda itu. "Punyamu? Atau pacarmu si... siapa sih, Magu?"

"Mark," aku mengoreksi sambil memutar bola mata. "Temen, bukan pacar."

"Yahㅡ terserah, yang penting ini punya siapa? Soalnya banyak sidik jarimu."

"Emang itu apa sih? Flash drive?" tanyaku penasaran.

"Iya, nak," dengan tidak sabar ayahku melakukan sesuatu pada benda itu sampai bagian tengahnya terbelah lalu muncul bagian dengan gurat-gurat.

Aku terperangah seperti melihat pertunjukan sulap.


Itu memang sebuah flash drive!

Kenapa aku tidak menyadari itu sebelumnya?


"Alice," panggil ayahku. "Kamu tau ini isinya apa?"

Aku menggeleng.
"Bahkan aku baru tau kalau itu flash drive. Apa isinya?"

Ayahku menarik nafas dalam. Ia tampak keberatan memberi tahuku lebih banyak.

"Appa," rengekku. "Please?"


"Black Byun," ucap ayahku pelan. "Ada hubungan apa kamu dengan gangster itu?"


Perutku terasa mual mendengar nama itu.
Otakku langsung mencerna kalimat-kalimat ayahku; flash drive dan Black Byun.

Apa artinya flash drive itu berisi informasi tentang mereka?


"Jawab, nak," kata ayahku tegas.

Sayangnya, sifat keras kepalaku adalah keturunan darinya.
"Kasih tau dulu, isinya apa."

Ayahku menghela nafas sambil memijat pelipisnya.
"Oke," dia setuju. "Isinya silsilah keluarga dan struktur organisasi Black Byun."


Apa?

Darimana Ten mendapatkan semua itu?


"Seriously?"

"Sekarang jawab, ini dari siapa dan apa urusannya sama kamu?"

"Ng..." aku tergagap. "Aku... itu... ada seseorang, kenalanku. Dia hilang, udah lama. Ini baru dugaanㅡ tapi kayaknya kasus itu ada hubungannya sama mereka."

Jaemin membelalakan mata transparannya, tidak percaya aku baru saja membongkar rahasia kami pada ayahku.

Sementara itu ayahku menatapku tidak mengerti sambil menimang-nimang flash drive di telapak tangannya.

"Cuma itu? Siapa yang menangani kasusnya?"

"Nggak ada," jawabku bodoh. "Ini cuma penyelidikan amatir."

Lagi-lagi ayahku seperti menahan kesabaran.
"Jadi ini penyebab akhir-akhir ini kamu jadi aneh?"

Bibirku bergerak-gerak mencari alasan, tapi aku sadar aku memang salah.

"Maaf, nggak ada pilihan lain," ujarku tanpa menatap ayahku.


"Alice, nak," ayahku menggenggam tanganku. "Appa ini polisi senior. Harusnya kamu cerita semuanya, bukan bergerak sendiri."

Aku menatap ayahku, terharu.
Selama ini aku memang tertutup pada semua orang, bahkan orang tuaku.

Tapi tetap saja, ayahku tidak akan mengerti. Ini semua sangat rumit.


"Appa, aku lapar," akhirnya aku berimprovisasi supaya ayahku tidak menginterogasiku lebih lanjut.

Ayahku langsung agak panik, dia mencari tombol panggil suster ㅡtapi sepertinya tidak berhasil menemukannya. Ia menggerutu lalu berdiri.

"Sebentar," ucapnya. "Appa baru ingat, harusnya langsung lapor dokter jaga begitu kamu siuman."

Ayahku keluar, pikiranku langsung tertuju pada flash drive di atas nakas. Untung saja ayahku melupakan benda itu.


"Handphone..." gumamku. "Aku butuh handphone."

Jaemin dengan sia-sia menahanku saat aku oleng karena duduk tiba-tiba. Dia tidak bisa menyentuhku lagi.

"Jangan terlalu memaksakan diri," kata Jaemin.

"Shut up," ujarku galak. "Aku masih marah, ya."

Dia langsung tutup mulut, menyadari dirinya tak berguna, dan membiarkan aku membuka satu persatu laci.
Aku tidak menemukan ponselku, tapi ada ponsel ibuku. Dia punya dua ponsel, kurasa yang ini ditinggalkan bukan karena baterainya habis.

Aku segera mengambil ponsel itu lalu memasukkan flash drive ke slot yang ada di bawah ponsel dengan berdebar-debar. Jaemin menempel di sampingku, menatap layar ponsel penuh antisipasi.


Terbuka.



Ada sebuah bagan yang dibuat dengan rapi, aku tidak tahu ini buatan Ten atau bukan ㅡisinya menyebut nama-nama dengan berbagai marga yang dengan mudah kutebak sebagai orang-orang penting di organisasi mereka.

Keluarga Shim, Cho, dan Eun, dan nama marga asing seperti Tan, Xin, Yamazaki, Palazzo.
Aku tidak bisa membayangkan sebesar apa organisasi mereka.

Aku hanya membaca-baca sekilas karena ayahku bisa datang kapan saja.

Selanjutnya ada bagan lain, silsilah keluarga kurasa ㅡkarena banyak marga Byun disini.

Byun Daeyi, di bagian paling atas. Byun Daemi, adiknya ㅡdan nama suami atau istri mereka.

Ah, nama yang kudengar dari ayahku kemarin ㅡByun Daesik. Di fotonya wajahnya tampak sangat elegan, tipikal playboy.

Dan tak jauh dari foto Byun Daesik, Byun Livia.
Dia sangat berbeda dengan yang ada di dalam mimpiku saat itu. Dia terlihat sangat biasa, tidak seperti orang jahat. Tapi tatapannya tajam dan garis-garis wajahnya angkuh.
Ayahnya adalah Byun Daemok, menikah dengan mafia Italia bernama Margareth Vallentin.

Pantas saja Livia dan adiknya, Lucifer Byun tampak tidak seperti orang Korea.


Sebentar.



Aku merasa pernah melihat anak ini sebelumnya, Lucifer Byun.
Walaupun masih kecil, wajah Lucifer sama angkuhnya dengan kakaknya.

Dimana aku pernah melihatnya?

"Jadi itu ya Livia Byun?" gumam Jaemin. "Kayaknya sih aku belum pernah ketemu."

Aku menoleh padanya.
"Masa? Apalagi aku," ujarku. "Tapi... anak ini, malah kayaknya aku pernah liat."

"Lussipeor..." eja Jaemin. "Kamu nggak liat ya? Nih baca, dia udah meninggal sepuluh tahun yang lalu."

Aku membaca tulisan kecil yang ditunjuk Jaemin. Benar, Lucifer sudah mati.

"Ah iya, mungkin cuma deja vu."

"Ah aku lupa, saking tegangnya," Jaemin menepuk jidat.

"Apa?"

"Kamu... sama sekali nggak inget?" tanya Jaemin.

"Inget apa?"

"Tadi," ucap Jaemin. "Arwah kamu keluar dari tubuh."

Aku terdiam sejenak sebelum tertawa lemah.
"Bukan waktunya bercanda, Na Jaemin."

"Aku serius!" seru Jaemin. "Kamu sendiri yang ngotot aku harus kasih tau semua ini kalau misalnya kamu lupa."


Aku menatapnya tak percaya, tapi dia memang tidak seperti sedang berbohong.

"Kamu... serius?"

"Iya, Alisseu," ujarnya. "Kamu tadi keluyuran ke seluruh rumah sakit, terus katanya kamu tau dimana aku sekarang..."

"Maksudnyaㅡ raga kamu?" aku memotong tak sabar.

Dia mengangguk.


"Dimana?!"

"Lantai tiga belas. Kamu cuma bilang itu."

"Cuma itu?" tanyaku kecewa. "Aku... beneran nggak bilang apa-apa lagi?"

"Enggak," jawab Jaemin. "Habis itu kita..."

"Apa?"

"Enggak hehe, nggak ada ㅡhabis itu arwah kamu masuk lagi. Iya, cuma gitu," ucap Jaemin mencurigakan.

Aku mengerucutkan bibir menatap dia yang cengar-cengir tidak jelas, lalu aku mengacak rambutku sendiri karena ㅡkenapa aku begitu mengecewakan?

Apa hanya itu yang kutemukan?







"Mungkin ada clue lain di flash drive itu," kata Jaemin. "Petunjuk dari kamu udah cukup berguna kok."

Aku menarik nafas dalam-dalam.
"Ya, seenggaknya sekarang kita tau kamu ada dimana."

Dia mengangguk.
"Maaf," ujarnya. "Soal kemarin..."

Aku menatapnya sinis.
"Awas aja kalo diulangin sekali lagiㅡ"

Omelanku terputus karena ayahku datang bersama sekelompok dokter dan suster. Aku langsung berbaring dan pura-pura tak berdaya.

Na Jaemin mengatakan 'maaf' tanpa suara lalu menyingkir ke sudut yang kosong.

Dengan sok ramah, aku menyapa para dokter dan membiarkan mereka memeriksa keadaanku.









Aku harus segera pulih.
Semua sudah sangat dekat, tinggal selangkah lagi!

Selain itu, waktu yang Jaemin punya semakin menipis...
.
.
.
.
.
ㅡtbc

Continue Reading

You'll Also Like

3.7K 140 18
Beberapa puisi bebas yang akan menemani waktu luangmu. ©2021 sherly veronica
7.8K 666 13
Sena and Asa are strangers, but who would have thought that they would both be interested in each other?
482K 87.9K 68
[FICTOGEMINO SERIES #1] ❝when he doesn't know the real or it just a dream.❞ . . . start february 2021 © FORTUNECOKIEE
94K 10.5K 43
Setelah kepergian jennie yang menghilang begitu saja menyebabkan lisa harus merawat putranya seorang diri... dimanakah jennie berada? Mampukah lisa m...