Nowhere ; na jaemin ✔ [revisi]

By pinkishdelight

5M 921K 186K

was #1 in angst [part 22-end privated] ❝masih berpikir jaemin vakum karena cedera? you are totally wrong.❞▫no... More

☁ preface ☁
01. 9th months
02. fresh trace
03. birthday surprise
04. lie
05. S hotel no. 721
06. na jaeyoon
My Na Jaeyoon
07. the lost soul
08. the lost soul (2)
09. sleepover
10. scandal
11. dispatch
12. seo herin
13. sm ent
14. sm ent (2)
15. pain
16. runaway
17. change
18. ji hansol
19. one week
20. surprise?
CARA MEMBUKA CHAPTER PRIVATED
21. hi, again
22. escape
23. warning sign
24. astral projection
25. l?
26. incheon
27. chaotic
28. hospital
29. black byun... ward?
30. stuck
31. full moon
32. further
34. black byuns
35. plan
36. closer
37. salvation
38. double trouble
39. double twin
40. fate
41. life and death
42. remember? [END]
✨GRAND GIVEAWAY AND ANNOUNCEMENT✨
ㅡepilogue
NOWHERE BOOK VERSION
💗 BUKU FISIK + PEMENANG GIVEAWAY 💗
ㅡgot tagged

33. lucifer

75.3K 17.9K 6.2K
By pinkishdelight

Aku masih terdiam di tempat ㅡmempertimbangkan untuk lari atau pura-pura bodoh atau meladeni arwah anak kecil yang melangkah semakin dekat ke arahku.



"Siapa kamu?" tanyanya sekali lagi. "Nggak ada yang boleh masuk ke kamar-ku."

Aku sudah biasa menghadapi berbagai jenis arwah, saat ini aku bisa merasakan arwah anak ini sangat kuat dan penuh dendam walaupun wajahnya polos.

"Jawab, tolol," katanya dingin.

"Aㅡ aku..." gagapku sambil terus mengawasi matanya yang terus menatapku. "Aku cuma kebetulan lewat. Aku... hantu baru."

Dia berdecak.
"Cih, hantu," ujarnya jijik. "Walaupun aku masih kecil, tapi aku udah mati jauh lebih lama."

"Wow," aku pura-pura terkejut. "Sorry, udah masuk kesini ㅡnggak sengaja."

Dia sepertinya tidak curiga padaku, perlahan ia mendekat lalu menunjuk Jaemin.

"Menurutmu tampangnya lumayan nggak?"

"Eh?" aku tak bisa menyembunyikan rasa terkejutku.

"Kenapa?" tanyanya dengan alis terangkat. "Udah jawab aja, nanti kamu boleh pergi dengan selamat."



Dengan selamat?

Memangnya apa yang biasa anak ini lakukan pada arwah lainnya?






"Ah, oke," aku melirik Jaemin yang tampak tenang dalam tidur panjangnya. Setengah mati aku berusaha tidak sedih melihat ia begitu nyata ada di hadapanku.
"Dia... yah, lumayan."

Anak itu menyeringai senang.
"Sebentar lagi, aku bakal hidup lagi, tau?" ujarnya santai. "Sebagai dia."









Apa?




Oke ㅡsaat ini aku benar-benar harus menjaga sikap, atau aku akan ketahuan. Jadi walaupun kaget setengah mati, aku berusaha tenang dan mengorek lebih banyak darinya.







"Hidup lagi?" tanyaku. "Emang bisa? Aku juga mau hidup lagi!"

Dia tertawa riang namun terdengar mengerikan bagiku.

"Ini cuma buat orang-orang tertentu, bukan arwah biasa macam kamu," ujarnya. "Kamu tau siapa aku?"






Aku menggeleng pelan.




Gotcha.

Dalam hati aku bersorak karena anak bodoh ini sudah membuka kartunya sendiri.






"Aku Lucifer," ucapnya angkuh. "Lucifer Byun."

Aku mengikuti jari tangannya yang menunjuk ke arah langit-langit dengan inisal L besar.







Lucifer.

L untuk Lucifer, bukan Livia.








Aku merinding.










"Oh, hai, Lucifer," ujarku canggung.

Dia menatapku dingin. Di saat yang sama aku merasa pergelangan tanganku memanas.

Astaga! Aku lupa, waktuku terbatas.




"Mm... aku harus pergi kayaknya," ucapku pada Lucifer Byun setelah melirik ke arah Jaemin. "Ini kan kamarmu, sorry aku masuk sembarangan."

Tiba-tiba dia tertawa mengerikan, wajahnya berubah menjadi... sulit menjelaskannya ㅡkehitaman dengan mata merah menyala.

"Siapa bilang kamu boleh pergi?" tanyanya.



Aku merepet ke dekat pintu dengan mata terbeliak, tapi dia dengan super cepat sudah menjegal lenganku.

"Kamu pikir aku tolol ya?" dia menyeringai mengerikan. "Kamu kenal dia, kamu tau namanya ㅡaku denger semuanya tadi."







Holy shit.



Bagaimana bisa aku tidak memperhitungkan semua itu?







"Lepas!" aku memberontak, tapi cengkeramannya semakin kuat.

"Enak aja," dia tertawa. "Nggak ada yang boleh tau semua ini, bahkan hantu. Kamu harus dimusnahkan."







Tidak!

Aku melirik Jaemin yang masih terbaring tenang di tempatmya. Tentu saja aku tidak boleh mati seperti ini.






"Lepas!" aku mengancamnya dengan bentakan galak.

Dia malah tertawa meledek, lalu aku melihat giginya berubah menjadi runcing-runcing.
"Sebentar lagi aku lepas kok, nanti kamu bebas ㅡdi neraka."








Saat ini entah aku lebih ketakutan atau marah, sementara Lucifer mendekatkan mulutnya ke lenganku. Aku tidak tahu dia mau apa, tapi perasaanku tidak enak.

Instingku mengatakan aku harus berusaha untuk meloloskan diri.

Aku tidak boleh mati, kan?







"Lepas, bocah!" bentakku keras sambil menggeliat meloloskan diri.

"Percuma," dia tertawa mengejek. "Ada kata-kata terakhir?"

"Ada," jawabku tegas ㅡentah dapat keberanian dari mana.

"Apa?"

"LEPAS!!" aku berteriak sembil memberontak sekuat tenaga.

Dalam hati aku memusatkan pikiran pada tubuhku yang terbaring di ruang ICU ㅡaku masih hidup, aku pasti lebih kuat dari si Lucifer ini!





BRAKKK





Tanpa kuduga, Lucifer terlempar menabrak lemari dengan cat lavender pucat di seberang ruangan.

Apa yang terjadi?

Apa karena aku menepisnya sekuat tenaga tadi?








"Siapa?!" suara laki-laki dewasa, manusia, menyadarkanku yang masih terbelalak melihat Lucifer menatapku penuh dendam.

Aku harus pergi. Sekarang juga!





"HEY! BRENGSEK! TUNGGU!"








Aku berlari secepat yang aku bisa tanpa menghiraukan umpatan dan sumpah serapah Lucifer. Bahkan aku menembus Byun Daesik yang berkacak pinggak di koridor ㅡrasanya benar-benar memuakkan, dam pergelangan tanganku makin panas, serbuk berkilauan di bagian atas hourglass tersisa sangat sedikit.



Aku mengumpat sambil terus berlari sekuat tenaga ke ruang ICU. Setelah berhasil lolos dari Lucifer, aku harus lolos dari penjemput kematian.

Tolonglah, Tuhan, aku tidak boleh mati sekarang!









Langkahku melambat saat ingat sesuatu.

Memori.

Mungkin saja aku tidak akan mengingat semua ini saat bangun nanti. Dan itu artinya perjalananku sampai bisa menemukan Jaemin akan sia-sia.




Bagaimana ini?





Apa yang harus kulakukan?








Aku terus berlari sambil berpikir.

Ayolah, Alice ㅡtemukan suatu cara dengan otakmu!






Na Jaemin, nama itu bergema di kepalaku.

Kalau aku bisa menemukan dia sebelum kembali ke tubuhku, aku akan memberitahu semua penemuanku. Yaㅡ cuma itu caranya.


Tapi masalahnya, dimana Jaemin?








"NA JAEMIIIIIIN," aku mulai berteriak-teriak lagi sambil terus berlari.

Ini gambling, kalau aku beruntung dia akan mendengar dan mungkin mencariku. Ohㅡ tolonglah, dia harus dengar.






Aku berteriak-teriak putus asa sementara pergelanganku terasa semakin panas. Tinggal menyusuri koridor dan aku akan sampai di tempat tubuhku terbaring, tapi Jaemin belum muncul juga.






"Alice Kim!" suara dingin yang kudengar 100 menit lalu menegurku dari belakang ㅡaku melihatnya sedang merangkul seorang nenek.
"Lima menit lagi! Cepat kembali, atau kamu akan jadi yang dijemput selanjutnya!"






Aku terperanjat mendengar kata-katanya, lalu segera berlari ke ruang ICU.





Sia-sia, semua ini percuma. Mungkin aku tidak akan mengingatnya saat sadar nanti.

Maafkan aku Na Jaemin, aku memang tak berguna ㅡtapi kamu juga sangat bodoh dan menyebalkan.

Oke ㅡsetidaknya aku harus tetap hidup. Iya kan?







Aku menembus pintu dan langsung melihat diriku terbaring tak berdaya dengan nafas naik-turun teratur. Kurasa aku harus kembali sekarang, sisa waktuku mungin tinggal tiga menit.

Aku mendekat pada tubuhku, menangkap siluet yang terhalang tirai ㅡibuku rupanya. Tapi ternyata bukan hanya dia...







"Alisseu!"

"Na Jaemin!"


Jaemin ㅡyang tadi berdiri di samping ibuku, bergegas menghampiriku.

"Kamuㅡ kok bisa?" tanyanya panik.

Aku menatapnya dengan mata mulai berair, lega sekaligus marah.
"Bodoh," umpatku. "Kamu kemana aja sih?"

"Aku... Aku nggak kemana-mana," ucapnya. "Tapi tadi beberapa kali aku denger suara kamu, makanya aku cari kamu kemana-mana."

"Aku yang cari kamu kemana-mana!" tukasku sebal.

Dia sepertinya kehabisan argumen. Aku ingat waktuku tidak banyak, jadi aku harus segera memberitahunya.

"Udah, sekarang ada yang lebih penting," aku menatapnya serius. "Aku tau kamu dimana, maksudnya ㅡtubuh kamu."

Dia terbelalak kaget.
"Dimana? Kamu yakin itu aku?"

Aku mengangguk mantap.
"Di lantai tiga belas, ceritanya panjang," ucapku buru-buru. "Mungkin aku lupa segalanya waktu sadar nanti, jadi kamu harus tau dulu ㅡbuat jaga-jaga."

Dia terdiam selama beberapa detik.
"Oke."

"Dan yang paling penting..." aku menatapnya lekat-lekat, baru menyadari kalau dia tidak tampak transparan seperti apa yang tampak dari sudut pandang mata manusiaku.

Na Jaemin tampak begitu nyata ㅡseperti saat aku melihatnya setiap hari di sekolah dulu.

Apa aku juga bisa menyentuhnya?

Aku mengulurkan tangan ke wajahnya.

"Jangan pergi lagi... please..." lanjutku lirih saat merasakan jariku bisa menyentuh pipinya.

Dia menaruh tangannya di tanganku yang masih menempel di wajahnya, lalu tersenyum.

Aku menatapnya, tangannya terasa hangat di punggung tanganku.
Gosh, ini begitu nyata ㅡsayang sekali aku akan melupakan semuanya saat sadar nanti.

Jaemin mendorongku mundur sampai kakiku menyentuh pinggiran tempat tidur dan tentunya tubuhku yang terbaring.


"Iya, aku janji," ucapnya pelan, dengan senyum yang tampak sedih dan bahagia di saat yang sama.



Aku membalas senyumnya dengan perasaan campur aduk ㅡtanda hourglass di tanganku mulai mendingin dan wajah Jaemin bergerak mendekat ke wajahku.

Aku memejamkan mata, tepat saat merasakan sesuatu yang lunak menyentuh bibirku.








Dan semuanya menjadi gelap dan damai ㅡseperti saat semua ini berawal seratus tigabelas menit yang lalu.
.
.
.
.
.
ㅡtbc

no, don't cry now.
cry later.

Continue Reading

You'll Also Like

93.8K 10.5K 43
Setelah kepergian jennie yang menghilang begitu saja menyebabkan lisa harus merawat putranya seorang diri... dimanakah jennie berada? Mampukah lisa m...
9.4K 2K 95
Raja Kim dari Tsaritsa hanya memiliki seorang putri tanpa adanya putra untuk dijadikan penerus. Kim Chaehyun yang sedari kecil sadar bila kehidupan p...
523K 90.4K 115
gimana jadinya kalo k-idols menuliskan caption pada setiap postingan foto mereka??? cekidot!!
201K 23.3K 53
[ teruntuk kamu yang berhasil membuat masa mudaku campur aduk kaya pecel. ] Jeno, oc #2-free, 29 agustus 2019 #1-smfamily, 20 agustus 2019 #4-free...