ALASKA

By nisaafatm

33.9M 2M 190K

[SUDAH TERBIT DI COCONUTBOOKS (Bintang Media)] Alaska Tahta Wardana, cowok jangkung berwajah tampan, pandai d... More

prologue
alaska; 1
alaska; 2
alaska; 3
alaska; 4
alaska; 5
alaska; 6
alaska; 8
alaska; 9
alaska; 10
alaska; 11
alaska; 12
alaska; 13
alaska; 14
alaska; 15
alaska; 16
alaska; 17
alaska; 18
alaska; 19
alaska; 20
alaska; 21
alaska; 22
alaska; 23
alaska; 24
alaska; 25
alaska; 26
alaska; 27
alaska; 28
alaska; 29
alaska; 30
alaska; 31
alaska; 32
alaska; 33
alaska; 34
alaska; 35
alaska; 36
alaska; 37
alaska; 38
alaska; 39
alaska; 40
alaska; 41
alaska; 42
alaska; 43
alaska; 44
alaska; 45
alaska; 46
QnA
alaska; 47
alaska; 48
alaska; 49
alaska; 50
QnA with Alana
alaska; 51
alaska; 52
alaska; 53
alaska; 54
alaska; 55
alaska; 56
alaska; 57
alaska; 58
alaska; 59
alaska; 60
alaska; 61
alaska; 62
alaska; 63
alaska; 64
ALASKA EPILOG
extra chapter
VOTE COVER
VOTE COVER LAGI
Finishing Cover & Giveaway
OPEN PREORDER
Alaska Spesial 30 Juta Pembaca
Alaska Goes To Movie

alaska; 7

531K 33.4K 961
By nisaafatm

SANG surya mulai menampakkan wujudnya, tak ketinggalan dengan awan yang juga ikut menggantung di atas sana, embun pagi mulai menghilang entah kemana, Menyisahkan burung yang bernyanyi riang menyambut pagi.

Wanita paruh bayah dengan pandangan sayu menatap tanpa tujuan ke arah depan membuat gadis remaja yang sedang berjongkok di hadapannya sedih. Tangan halus gadis tersebut membelai halus rambut mamanya yang mulai berubah warna itu. Di bagian matanya juga sudah terlihat menimbulkan sedikit keriput tanda bahwa ia sudah bertambah tua setiap harinya. Pipi tirus yang biasanya selalu menghasilkan lesung pipit itu sudah terlihat lebih kurus apalagi dengan kantung mata yang menghitam.

Alana sedih, lima tahun yang lalu, wanita ceria di hadapannya ini selalu terlihat yang paling bersemangat di pagi hari. Entah itu sedang membuat sarapan di dapur atau membereskan rumah yang menurutnya kurang rapi. Alana rindu saat mamanya itu mengelus puncak kepalanya dengan sayang saat ia sedang dilanda masalah. Alana rindu saat mengingat kembali betapa penuh kasih sayang mamanya dulu. Sekali lagi ia rindu semua yang ada pada mamanya.

Sekarang, hanya untuk berbicara dengan Alana pun bibir pucat wanita itu seakan tak mau terbuka walau hanya sesenti. Seakan pikirannya itu mengelana jauh entah kemana. Jujur saja, setelah kejadian itu, Alana seakan terhempas sebab dunia mamanya itu seakan berputar hanya untuk papanya saja sehingga walau hanya sedetik Alana tidak terpikirkan.

Membuka penutup minyak angin tersebut kemudian mengoleskan ke dua telapak tangan mamanya. Kebiasaan Alana saat ia sedang berada di luar rumah bersama mamanya di pagi hari. Ia masih setia berjongkok, memerhatikan betapa kacaunya mamanya sekarang. Diambilnya tangan halus tersebut kemudian ditaruh di dahi Alana yang terdapat sedikit bekas cakaran.

"Mama tau gak, dulu waktu Alana luka mama yang obatin tapi sekarang udah gak lagi mama malah yang lukain Alana." wanita itu masih diam membisu dengan tatapan ke depan, "Alana gak minta banyak kok ma, cuma pengen mama balik kayak dulu biar ada orang yang sayang lagi sama Alana, biar ada yang perhatiin lagi."

Memposisikan dirinya tegap kembali kemudian mengusap tangan halus itu. "Alana berangkat ya ma, jangan lupa makan terus mimum obat, Bi Inah udah masak yang enak buat mama. Istirahat ya, jangan banyak pikiran."

'Cukup aku aja yang banyak pikiran buat kesembuhan mama dan kepekaan Alaska.' sambung Alana dalam hati.

Setelah itu Alana memilih menyalimi tangan mamanya kemudian berangkat ke sekolah dengan mobil merahnya. Menurut Alana sekolah itu bukan tempat belajar saja melainkan tempat ia menghilangkan penatnya sementara. Bertemu dengan teman-temannya, mengobrol hingga tertawa lepas, mengganggu kenyamanan Alaska hal itu cukup membuat ia sedikit melupakan masalahnya.

Karena masih pagi jalanan menuju sekolah pun tidak ada hambatan, hingga Alana dapat sampai di sekolah tepat waktu sebelum Alaska dan para komplotannya masuk ke kelas jadi ia bisa menaruh hal yang biasa ia simpan di sana.

Tidak memerlukan waktu yang cukup lama kemudian ia bergegas berjalan menuju kelasnya. Alana berjalan seraya mengibaskan rambut panjangnya yang ia cat pada bagian bawahnya berwarna sedikit keabuan, sedangkan seragamnya seperti biasa, diketatkan hingga memperlihatkan lekukan tubuhnya yang ramping juga roknya yang mampu membuat kaum adam lapar.

Dan untuk kedua kalinya ia bertemu dengan Alaska bersama ketiga temannya di tikungan menuju kelasnya, ia melempar senyuman senang kemudian dengan cepat menghadang keempat cowok jangkung itu.

"Ngapain lo disitu bitch?" Alana mendengus kesal mendengar suara berat dari seorang Stevan Regan Orlando. Alana akui cowok itu masuk dalam deretan cogan Batalyon walaupun lebih tampan Alaska, menurutnya tetapi cowok itu memiliki mulut pedas dan sifat yang sangat jutek, jadi Alana selalu kesal melihat cowok itu belum lagi di antara sahabat- sahabat Alaska, cowok itulah yang paling menetang dirinya bersama Alaska. Dan Alana benci itu. Bukan benci orangnya, hanya membenci sifatnya takut-takut kalau benci menjadi cinta.

Masih ingat saat Alana ditabrak Alaska di tikungan waktu itu, Regan memilih diam dengan memandangnya kesal tak lupa berkata tanpa suara dengan mengatakan 'Modus lo bitch.' Andai saja cowok itu bukan orang yang dicintai sahabatnya sudah pasti ia akan menarik jambul sok ganteng cowok itu.

"You know lah," Alana berkata seraya berjalan, merangkul lengan Alaska posesif. Dalam rencana Alana, agar bisa memiliki peluang untuk mendapatkan hati seorang Alaska Tahta Wardana haruslah memiliki sifat sabar dan agresif. Yah, begitulah.

Terlihat sekali jika cowok yang sedang ia rangkul itu mengeluarkan aura kesal tetapi Alana tak memusingkan itu karena sekesal-kesalnya Alaska padanya cowok itu pasti tidak akan memukul dirinya atau tiba-tiba menyeretnya bagaikan pel lantai. Palingan hanya dilemparkan tatapan tajam atau kata-kata tak suka dari cowok itu.

"Lepas!"

"Bentaran ih, kemarin-kemarin aku gak manja-manja gini karena aku kasih apa gitu ke kamu emm waktulah yah buat nenangin diri nah sekarang akunya beraksi lagi."

Chandra dan Tora hanya terkekeh melihat hal itu, sedangkan Regan hanya diam melihat tingkah laku seorang Alana. Yah, memang terakhir Alana berlaku agresif ke Alaska itu saat mereka baru saja berolahraga di lapangan outdoor.

Tercetak jelas di wajah Alana senyum senang saat ia menyandarkan kepalanya di lengan Alaska, sumpah parfumnya itu loh khas laki banget hingga Alana ingin berlama-lama bersandar di lengan kokoh tersebut. Bersandar, tertidur sebentar, melupakan sedikit masalah yang menggelayuti hidupnya.

"Bu, bu liat nih dianya nge-cat rambut, seragam gak sesuai aturan." cowok yang selalu sewot dengan Alana itu mengaduh pada guru yang tiba-tiba lewat. Dan, na'asnya adalah Bu Prita yang notabene guru BK SMA Angkasa.

"Anjeng gue salah apa sama lo sih?" kesal Alana kepada Regan yang sudah mengeluarkan smirk-nya.

Bu Prita berjalan cepat menuju rombongan itu. Chandra dan Tora berlari terbirit ke kelas karena mengetahui guru tersebut pasti akan menyeret mereka juga kalau tau mereka tak memakai seragam sesuai peraturan. Alaska dan Regan mah bebas wong mereka memakai jaket yang melapisi baju mereka yang tidak sedang memakai dasi.

"Alana!"

"E-eh iya bu, ada apa yah?"

"Pake nanya lagi, itu baju kamu kenapa? Gak lunas kamu bayarnya sampe dapat yang kurang kain kayak gitu? Rambut kamu juga, udah mau gantiin kemoceng kelas?"

Subhanallah, mulut Bu Prita mah sebelas duabelasan Regan jadi jangan salah jika sudah berhadapan seperti ini.

Menggigit bibir bawahnya, dengan tangan masih memegang lengan Alaska. "Ya elah buk, ini mah gaya modern, Ibu juga kenapa make sepatu neces kayak gitu? pasti ngikutin jaman ye kan?"

"Kamu yah selain banyak gaya, banyak omong juga sini kamu ikut ibu bersihin perpus." mata Alana seakan ingin keluar saat itu juga saat mendengar penuturan guru ber-lipstick merah menyala itu. Menghindar saat Bu Prita mencoba menarik dirinya untuk ikut ke perpustakaan. Tetapi memang dasarnya Alaska yang juga memiliki rasa kesal yang menggunung padanya, cowok itu dengan ikhlas tanpa beban mendorong tubuhnya hingga dapat digapai oleh guru tersebut.

"Ska, kok tegaaaaa," teriak Alana kepada cowok yang telah berlalu begitu saja. Tak sedikitpun hendak berbalik sekali lagi untuk melihat bagaimana keadaan Alana. Bahu gadis yang ditarik paksa itu turun dalam sedetik, kemudian mengikuti dengan pasrah langkah guru itu.

'Sesusah itu yah, Ska?'

-oOo-

Pukul setengah lima sore lebih sedikit dan Alana masih berada di dalam toilet, mengerjakan tugas yang diberikan Bu Prita padanya. Selain disuruh membersihkan perpustakaan sekolahnya Alana juga disuruh membersihkan toilet siswi. Selain merepotkan juga mencapekkan. Andai saja Bu Prita tidak mengancamnya dengan mengatakan akan menjadikan Alaska sebagai gantinya untuk dihukum sudah pasti Alana pergi dari sini.

Sekolahnya itu sudah terlihat sangat sepi, beberapa menit yang lalu malah hanya ada satu orang yang melintas itupun anak ekskul, Alana jadi berasumsi bahwa anak ekskul pasti sudah ada yang pulang sebagian.

Alana menyimpan dengan sedikit kasar alat kebersihan yang ia pakai membersihkan tadi, mengambil tissue basah di dalam tasnya kemudian membersihkan kedua tangannya itu seraya berjalan menuju parkiran.

Perjalanan melewati kelas-kelas yang sangat sepi cukup membuat Alana mempercepat langkahnya. Merasa jika ada sesuatu yang sedang mengintainya dari belakang. Jika seperti ini pikiran-pikiran Alana jadi mengelana memikirkan hal-hal aneh yang akan menimpanya terutama SMS teror yang tak pernah absen masuk di ponselnya.

Ia sedikit bersyukur saat matanya menemukan mobil merah yang terparkir sendiri di sana. Saat jaraknya mulai mendekat sorotnya itu tak sengaja melihat ban mobilnya yang kempes. Mengumpat kemudian tak lupa menendang ban mobilnya yang kempes tak tau waktu itu.

Dengan terpaksa Alana harus memesan ojek online. Berjalan lemas ke arah gerbang dengan tangan masih setia memegang ponsel. Ia mengirimi pesan kepada papanya agar dayang-dayang papanya itu lekas mengambil mobilnya.

"Kenapa baru pulang kamu? Mau nginep di sekolah?"

"Rencananya sih gitu pak."

Pak Emir yang bertugas sebagai satpam sekolahnya itu hanya bisa menggeleng kepala saat melihat Alana yang berjalan santai menuju gerbang.

Cewek dengan sorot mengantuk itu tiba-tiba melebarkan matanya saat melihat Adrian memukulkan helm ke seseorang yang sedang berada di atas motor. Tak sampai di situ, cowok yang dipukul itu pun tak tinggal diam ia membiarkan motornya kemudian memajuki Adrian hingga terjadilah pertikaian antara geng Adrian dan komplotan yang dibawa oleh cowok yang tidak Alana ketahui siapa.

Diantara mereka ada yang memakai senjata tumpul juga dengan tangan kosong, perlahan orang-orang mulai berkerumun melihat kejadian itu.

Alana ingin berteriak saat melihat Alaska memukul seseorang seperti tak ada ampunan. Tetapi sayangnya teriakan Alaska mampu membuatnya bungkam dan kaget.

"Goblok awas di belakang lo!"






TBC.
Voment juseyo :)












nisaafatm

Continue Reading

You'll Also Like

4.6M 492K 61
[BEBERAPA PART SUDAH DIHAPUS] [NOVEL DAPAT DIBELI DI CLOUDBOOKSPUBLISHING] Bagi Luna, kebahagiaan nya cuma Gerhana, cowok jutek yang selalu menolakny...
1.7K 528 59
Basket SMA Arubuana terancam dibubarkan! Elraga, sebagai ketua basket, berusaha dengan keras untuk membangun kembali pamor basket SMA Arubuana yang t...
1.7M 81.7K 61
LO PLAGIAT GUE SANTET 🚫 "Kita emang nggak pernah kenal, tapi kehidupan yang Lo kasih ke gue sangat berarti neyra Gea denandra ' ~zea~ _____________...
GAMASKALA By hay

Teen Fiction

29.6K 386 29
"Lo tau kenapa hujan melambangkan kesedihan?" Tanya Gamaskala "Kenapa?" "Lo pernah liat orang yang selalu ketawa lepas tapi ternyata hidupnya sudah m...