GALAKSI

By PoppiPertiwi

44.2M 2.7M 679K

GALAKSI by Poppi Pertiwi Bagian Pertama Galaksi : Bagian Kedua Galaksikejora [Dapat Dibaca Terpisah]❤️❤️ Dear... More

Galaksi
Kejora
1. Ketua Ravispa
2. Tantangan
3. Avegar
4. PULANG [REPOST]
5. OLAHRAGA [REPOST]
6. OLAHRAGA [REPOST] 2
7. JAS YANG SAMA [REPOST]
8. INSIDEN [REPOST]
9. BANGGA [REPOST]
10. NGAJAK RIBUT! [REPOST]
11. RAVISPA & AVEGAR [REPOST]
12. GALAKSI (SI) [REPOST]
13. BERAKSI [REPOST]
14. CHAT DARINYA? [REPOST]
15. JAKET JEANS BERLAMBANG BINTANG (1) [REPOST]
16. JAKET JEANS BERLAMBANG BINTANG (2)
17. MASA SMA [REPOST]
18. GERTAKAN [REPOST]
19. BERTEMU
20. LABRAK [REPOST]
21. SAUDARA [REPOST]
22. TENTANG KITA [REPOST] (1)
23. TENTANG KITA [REPOST] (2)
24. BERTEMU LAGI? [REPOST]
25. SORRY [REPOST]
26. TEMAN HARGA MATI [REPOST]
27. KENAPA BISA SUKA? [REPOST]
28. Analogi di Bawah Temaram Lampu Saat SMA [REPOST]
29. KALAH TELAK [REPOST]
30. MENJELANG BAZAR [REPOST]
31. BAZAR RAVISPA ANGKATAN 8 [REPOST]
32. EFEMERAL RASA [REPOST]
33. KITA YANG ASING (1) [REPOST]
33. KITA YANG ASING (2) [REPOST]
34. MUSUHAN [REPOST]
35. KEADAAN BERUBAH REPOST]
36. MASIH PEDULI (1) [REPOST]
37. MASIH PEDULI (2) [REPOST]
38. Semboyan Solidaritas Tanpa Batas! [REPOST]
39. KITA JADIAN [REPOST]
40. Ukiran Tanggal di Pohon Belakang Sekolah [REPOST]
41. LANGIT [REPOST]
42. Sirosis Hepatomegali (1) [REPOST]
42. Sirosis Hepatomegali (2) [REPOST]
43. DETAK (1) [REPOST]
43. DETAK (2) [REPOST]
44. LABIRIN CANDRAMAWA [REPOST]
45. KENANGAN LUKA LAMA (2) [REPOST]
46. SALAH PAHAM (1) [REPOST]
46. SALAH PAHAM (2) [REPOST]
47. PERMINTAAN MAAF [REPOST]
48. KITA PUTUS [REPOST]
49. MENGHAPUS MEMORI (1) [REPOST]
49. MENGHAPUS MEMORI (2) [REPOST]
50. PERSETERUAN (1) [REPOST]
50. PERSETERUAN (2) [REPOST]
51. GEMPURAN DI GUDANG [REPOST]
52. BERITA MENGEJUTKAN [REPOST]
53. LAPANGAN
54. LUKA [REPOST]
55. CERITA KITA [REPOST] [Private]
56. INTI [REPOST] [Private]
57. PERTEMANAN [REPOST] [Private]
58. RESTUNYA (1) [REPOST]
58. RESTUNYA (2)
59. SWASTAMITA (1) [REPOST]
59. SWASTAMITA (2) [REPOST]
60. Lindungi Sekolah Kita! [REPOST]
61. Kejora Ayodhya [SELESAI]
1. Extra Part Galaksi & Film Galaksi

45. KABAR (1) [REPOST]

363K 25.8K 3.1K
By PoppiPertiwi

45.1 Kabar

Saat Galaksi memasukkan motornya ke rumah. Suasana rumahnya sangat gelap, sepi dan mengerikan. 3 hal yang membuatnya penasaran. Tidak ada tanda-tanda orang di rumahnya. Setelah pamit pada Tante Zahra. Cowok itu langsung berniat pulang ke rumah. Galaksi mendongkrak motor dan mencabut kunci. Kakinya lalu melangkah menuju ke dalam. Rumahnya tidak terkunci. Galaksi saat ini terlihat seperti pengungsi karena memakai kaus biasa—dalaman baju sekolahnya tadi serta membawa tas yang penuh berisi baju juga buku-bukunya.

Semilir angin menusuk kulit. Gelap pekat menyambut ketika ia membuka pintu. Gorden-gorden panjang di rumahnya pun sudah tertutup. Rumahnya persis seperti rumah kosong berhantu yang sudah lama tidak ditempati.

"Bik? Bik Yemi?" Galaksi menghidupkan lampu. Setelah terang ia masuk lebih dalam dan tidak melihat keberadaan Bi Yemi. Galaksi lalu menaruh tasnya di sofa dan berjalan menuju dapur tapi langkahnya terhenti saat melihat Bi Yemi berlari dari dapur menuju ke arahnya.

"YA AMPUN DEN! KENAPA BARU PULANG?!" suara Bi Yemi bahkan terdengar sangat kencang. Baru kali ini Galaksi mendengarnya berbicara dengan nada tinggi bercampur takut seperti itu. "Den dari tadi sore Bibi telpon-telpon nggak diangkat-angkat! Den Galaksi kemana aja?! Bapaknya Den Galaksi masuk rumah sakit tadi sore!"

Galaksi yang mendengar kabar buruk itu langsung terkejut. Seperti ada aliran listrik yang menyengat tubuhnya. Laki-laki itu lalu dengan sergap mengambil ponselnya yang ada di kantong dan ternyata ponselnya memang di silent sehingga ia tidak bisa mendengar notifikasi apapun yang masuk.

72 panggilan tidak terjawab.

"Papa kenapa Bi? Papa masuk rumah sakit?"

Bi Yemi mengangguk. "Komplikasi jantung Den! Paru-parunya juga kata Den Nova rusak. Mending sekarang Den cepet-cepet ke rumah sakit. Udah ada Den Nova di sana. Untung tadi Den Nova pulang. Kalau nggak Bibi nggak tau harus gimana lagi." Bi Yemi terlihat sangat khawatir. "Ayo Den! Bapak dari tadi siang bolak-balik nyariin Den Galaksi udah pulang atau belum ke rumah."

Galaksi melirik jam. Sudah jam sembilan malam. Cowok itu bergegas menuju ke ruang tamu dan mengambil kunci motornya yang tergeletak di atas meja. Galaksi lalu naik ke atas motornya dan menghidupkan kendaraan beroda dua itu agar bisa keluar rumahnya. Dengan gerak cepat Galaksi tidak menyia-nyiakan waktu. Motor itu ia pacu dengan kecepatan tinggi—tidak peduli dengan nyawanya sendiri karena sekarang nyawanya seperti hilang ditelan bumi setelah mendengar berita itu. Setelah mengetahui apa yang terjadi tubuhnya seakan mati rasa karena nyatanya rasa sayang Galaksi lebih besar daripada rasa bencinya pada Ginanjar.

Kemana dia saat Papanya itu membutuhkan pertolongannya?

Satu yang Galaksi pinta; kepada langit luas bertabur bintang juga pada Tuhan agar sekarang Papanya baik-baik saja.

***

Dengan berlari Galaksi masuk ke dalam rumah sakit. Cowok itu bertanya pada salah satu perawat tapi saat mencari ruangan di mana Papanya dirawat Galaksi melihat keluarga kecilnya sedang duduk di kursi. Ada Nova dan juga Mamanya. Lalu ada Kakeknya yang sedang berdiri sambil memperhatikan ruangan ICU di dekatnya. Hanya mereka yang menjaga. Cowok itu melihat Nova yang sedang melamun duduk di sebelah Anggun yang terlihat habis menangis. Galaksi langsung menghampirinya. Cowok itu tidak peduli meski Nova akan marah besar padanya.

"Mana Papa?" suara Galaksi terdengar hampir habis karena ngos-ngosan bercampur panik. Cowok itu benar-benar takut untuk situasi seperti ini. Belum pernah ia merasa cemas berlebihan seperti ini. "Gimana keadaan Papa?"

Anggun hanya diam, tidak menjawabnya. Perasaannya sungguh tidak enak karena kejadian ini. Nova memandang Galaksi dengan tatapan bengis lalu bangkit dari tempat duduknya. Cowok itu mendekati Galaksi lalu tanpa memberi Galaksi kesempatan untuk menghindar tangan Nova langsung memukul bagian pipi Galaksi hingga terdengar suara pukulan yang membuat Galaksi jatuh ke bawah. Orang-orang di rumah sakit menatap mereka dengan pandangan ngeri. Anggun dan Kakeknya lalu mendekat untuk melerai agar Nova bisa menahan emosinya.

"Kemana lo pas Papa butuh bantuan lo, hah?!" Nova berteriak mengeluarkan apa yang sudah ia pendam sejak berjam-jam yang lalu. "Papa sekarat! Lo tinggal serumah sama Papa! Kenapa lo nggak tau kalau Papa itu sakit?!"

"Nova sudah. Nova." Kakeknya mulai bersuara. "Ini di rumah sakit."

Galaksi berdiri karena Nova sudah ditahan Kakeknya. "Gue sama sekali nggak tau, Nov." Galaksi mengaku. Ia mengusap pipinya yang terasa panas. "Papa komplikasi jantung? Paru-parunya rusak? Tolong jelasin gue. Tolong. Kakek jelasin Galaksi. Papa kenapa? Papa sakit?"

Kakeknya mengangguk. "Papa kamu itu perokok keras Galaksi. Paru-parunya rapuh karena merokok. Tekanan darah tingginya naik. Dia stress mikirin kamu sama nggak pernah istirahat. Dia kerja nggak kenal waktu kaya orang gila." Kakeknya menjelaskan pada Galaksi. "Tadi pagi dia bilang kangen sama kamu. Cari dia di dalem ruangan. Dia butuh kamu."

Galaksi termangu. Cowok itu melirik ruang ICU dan pada Nova yang masih memandangnya dengan tatapan ingin melampiaskan apa yang ia rasa. Anggun mengusap punggung Galaksi dan menyuruhnya masuk ke dalam. Galaksi melepas sepatunya. Cowok itu memandang pintu lalu masuk ke dalam lorong yang ada sedikit pencahayaan lalu kakinya membawa Galaksi masuk ke ruangan steril yang ada banyak bilik orang-orang yang sedang sakit.

Kedua mata Galaksi terpaku melihat Ayahnya yang sedang terbaring lemah di ranjang rumah sakit. Ada banyak alat bantu untuknya bernapas. Seorang perawat terlihat baru saja selesai memperbaiki selang untuknya bernapas. Galaksi tidak berani mendekat. Ia merasa hina dan juga malu pada Ayahnya.

Kenapa Galaksi baru tau di saat kondisi Ayahnya sudah separah ini?

Cowok itu mendekat tapi tidak masuk ke dalam bilik. Galaksi hanya diam melihat banyaknya alat bantu yang tidak ia mengerti membantu pernapasan Ayahnya. Wajah pucat dan lelah itu sedang tertidur—seperti menikmati istirahatnya. Dada Ayahnya bergerak naik turun dengan lamban. Galaksi hanya terpaku di tempat. Cowok itu merasa semangatnya setelah bersama Kejora tadi pudar karena kondisi Ayahnya.

"Mau masuk?"

"Boleh suster?"

"Boleh tapi nggak boleh lama-lama. Bapak Ginanjar harus istirahat penuh dulu."

"Makasi suster."

Galaksi masuk ke dalam setelah seorang suster berpakaian putih itu keluar dan membiarkan Galaksi memiliki ruang untuk berbicara. Cowok itu berdiri kaku di sebelah tubuh Ayahnya yang terlentang. Matanya menjalar pada selang panjang untuk Ayahnya mengambil napas. Mungkin itu satu-satunya yang bisa membantu Ayahnya agar tetap hidup. Dengan gerak pelan Galaksi menarik kursi dan duduk di sebelahnya.

Galaksi hanya diam mengamati. Bibirnya terasa tidak berfungsi. Tarikan napas berulang-ulang dengan sangat pelan itu membuat Galaksi sesak. Ada banyak kata yang ingin ia ungkapkan namun Galaksi tidak mengatakan apapun. Galaksi menatap selang yang ada di hidung Ayahnya—seperti hal itu sangat riskan jika dikutik sedikit saja.

Galaksi meraih tangan Ginanjar. Tangan kanannya menggenggam tangan Ginanjar penuh rasa bersalah dan sayang. Perpaduan yang membuatnya semakin ingin mengungkapkan apa yang ia rasa. Selama ini Galaksi terlalu sibuk. Sibuk dengan dunianya. Sibuk memikirkan perasaannya sendiri. Egois. Sibuk dengan hatinya yang tersakiti tanpa pernah memikirkan perasaan Ginanjar juga kesehatannya.

Sekarang kata-kata Kejora bergerumul di kepalanya. Menyatu dan terus tersambung dari kata per kata. Kejora benar. Untuk siapa lagi Ayahnya bekerja kalau bukan untuknya? Untuk siapa lagi Ayahnya bekerja keras kalau bukan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya? Lalu selama ini untuk apa Ayahnya marah dan mendidiknya dengan keras kalau bukan karena sayang padanya?

Galaksi merunduk lalu salim pada tangan Ginanjar dengan lama dan menciumnya tangan itu dalam diam, sebagai beribu ungkapan maaf yang mungkin Galaksi ingin katakan saat kedua kelopak mata itu terbuka. Cowok itu juga melihat cincin nikah orangtuanya di jari manis Ginanjar. Perasaan bersalah ini semakin menumpuk. Seperti gunung yang langsung menimpa kepalanya. Dada Galaksi terasa semakin sesak.

Sekarang sosok ulet, pekerja keras, serta pemimpin dengan sifat diktaktor ini terbaring lemah di hadapannya. Kilasan-kilasan masa lalu saat Galaksi dihukum itu satu demi satu timbul. Saat Galaksi dihukum berdiri di luar rumah, di tengah-tengah hujan badai karena ketahuan mencuri mangga tetangga sebelah rumahnya saat ia SD. Saat Ayahnya mencambuk punggungnya dengan gesper karena Galaksi ketahuan membelanjakan uang bayar SPP SMP-nya dulu. Lalu saat Ayahnya menamparnya hari itu. Saat di mana Galaksi telah berkata-kata kasar pada orang yang selama ini telah menjamin segala keperluan, fasilitas juga biaya sekolahnya.

Saat Galaksi selalu berlaku tidak baik padanya. Berkata kasar, selalu merepotkan, dan selalu menuntut ini dan itu pada Ayah dan Ibunya bahkan mencari-cari akal agar keduanya bisa memperhatikannya lebih dalam. Sejujurnya Galaksi hanya mau Ayah dan Ibunya itu memperhatikannya sama seperti apa yang mereka lakukan pada Nova.

Tapi kini tubuh tua ini sedang terbaring di depannya dengan lemah. Di mata kepalanya sendiri Galaksi melihat Ayahnya yang benar-benar sudah tua karena umur yang semakin bertambah. Rambut-rambut putih mengisi kepalanya, menandakan bahwa Ayahnya sudah tidak sekuat dulu saat mencambuknya di kamar saat Galaksi SMP. Dengan mata tertutup Galaksi terus berdoa agar Ayahnya tetap baik-baik saja. Sekarang sosok pemimpin yang selalu ia banggakan serta ia ceritakan pada teman-teman sekelasnya sewaktu ia kecil ini sedang butuh seekarat dan dukungannya.

"Papa bangun. Tolong bertahan. Jangan tinggalin Galaksi dengan cara kaya gini, Pa."

****

AN: Ada yang punya akun aplikasi karyakarsa? Kalau ada follow dulu yaa nanti aku bakal nulis cerita di sana stay tuned❤️❤️

SPAM NEXT DI SINI BUAT NEXT YA!

Hallo. Sejauh ini, bagaimana tanggapanmu tentang cerita Galaksi? Bisa ceritain aku gimana kalian suka dan nemu cerita Galaksi? (Kasi aku alasannya dong biar aku bisa evaluasi).

Team GalakKejora, team KejoraAbraham/ team KejoraRobert?

Jam Berapa Kamu Sampe Part AN ini?

SPAM NEXT UNTUK LANJUT

SPAM JUDUL (GALAKSI) SUPAYA INGET TERUS

————

FOLLOW INSTAGRAM:

POPPIPERTIWI
POPPIPERTIWISTORY & POPPIPERTIWII (TIK TOK)
POPPIPERTIWISTORY
WATTPADPI (INI WAJIB BANGET BIAR TAU INFO)
GALAKSIMOVIE (Jangan lupa follow akun ini yaa untuk info-info selengkapnya)

GALAKSIALDEBARANNN
KEJORAAYODHYA
RAVISPA
JORDANADITAMA
SEPTIANAIDAN

BAMSADNYANA
GUNTURGUTAMAA
OJIANURAGARS
NYONGBRAY
KRISHAGRID
NOVAALDEBARAN

SARAHAMERIA | MONAPRASETYAA
JIHANHALANA | LALATHALANY
FANIMALANI | FEBINAFIKAA
THALITAADIJAYA | MONAPRASETYAA
MAURENANIKLE_ | WENDABRNELA

ANGKATAN9 / SMA GANESHA:
GALANGGANESWARA | JEREMYGARENDRA
ZIDANDHYAKSA | RONALDSINAGAA | WENDABRUNELLA

BEDULADNYANA | GHEAMONIKA | FREYAANDARAAA

FOLLOW JUGA BRAND IG KITA: PAVISCOSTORE

Follow Twitter:
@PoppiPertiwi_ untuk AU Forever Bams Adnyana

Galaksialdebara
Kejoraayodhyaaa

Subscribe Youtube: Poppipertiwi (keduanya) untuk get notif trailer, chat story dllnya dari cerita-cerita Poppi Pertiwi yaa<3

****

Jemput baju Ravispa lengan pendek & panjang, novel Galaksi, Mozachiko & Septihan di shopee sini: Https://linktr.ee//novelpoppipertiwi

Salam sayang, Poppi Pertiwi Ibu Negara Ravispa & Doain Semoga Cerita Cerita Ini Cepet Update Lagi yaa❤️

MAU UPDATE LAGI KAPANNN?❤️❤️

Continue Reading

You'll Also Like

2M 109K 53
PART MASIH LENGKAP. "Lihat saudaramu yang lain! Mereka berprestasi! Tidak buat onar! Membanggakan orang tua!" Baginya yang terbiasa dibandingkan deng...
399K 32.4K 42
Rifki yang masuk pesantren, gara-gara kepergok lagi nonton film humu sama emak dia. Akhirnya Rifki pasrah di masukin ke pesantren, tapi kok malah?.. ...
RAYDEN By onel

Teen Fiction

3.3M 206K 64
[Follow dulu, agar chapter terbaru muncul] "If not with u, then not with anyone." Alora tidak menyangka jika kedatangan Alora di rumah temannya akan...
439K 45.3K 47
Rasa sakit menjadi alarm atau penanda bagi kita bahwa tubuh sedang tidak baik-baik saja. Ia memberikan sinyal kepada kita untuk lebih peduli atau mul...