Nowhere ; na jaemin ✔ [revisi]

By pinkishdelight

5M 921K 186K

was #1 in angst [part 22-end privated] ❝masih berpikir jaemin vakum karena cedera? you are totally wrong.❞▫no... More

☁ preface ☁
01. 9th months
02. fresh trace
03. birthday surprise
04. lie
05. S hotel no. 721
06. na jaeyoon
My Na Jaeyoon
07. the lost soul
08. the lost soul (2)
09. sleepover
10. scandal
11. dispatch
12. seo herin
13. sm ent
14. sm ent (2)
15. pain
16. runaway
17. change
18. ji hansol
19. one week
20. surprise?
CARA MEMBUKA CHAPTER PRIVATED
21. hi, again
22. escape
23. warning sign
24. astral projection
25. l?
26. incheon
27. chaotic
28. hospital
30. stuck
31. full moon
32. further
33. lucifer
34. black byuns
35. plan
36. closer
37. salvation
38. double trouble
39. double twin
40. fate
41. life and death
42. remember? [END]
✨GRAND GIVEAWAY AND ANNOUNCEMENT✨
ㅡepilogue
NOWHERE BOOK VERSION
💗 BUKU FISIK + PEMENANG GIVEAWAY 💗
ㅡgot tagged

29. black byun... ward?

75.5K 17.6K 1.8K
By pinkishdelight

"Alisseu..."







Tadinya kukira aku bermimpi saat mendengar suara yang sedang paling ingin kudengar sejak kemarin.

Tapi tidak ㅡini terlalu nyata.






Aku bergerak dari posisi berbaring ke duduk begitu cepat sampai kepalaku pusing, lalu mencari sumber suara itu.

"Na Jaemin?"


"Iya, aku."





Aku mengerjapkan mata yang masih buram karena tekanan darah rendah, sambil mencoba mencari sosok Jaemin.






"Na Jaemin...?" tanyaku tercekat.






"Ya," jawabnya pelan. "Untuk kedua kalinya," jawabnya walaupun aku belum literally bertanya.





Kengerian menjalar di punggungku melihat Na Jaemin sekarang bahkan sudah tidak tampak seperti arwah. Dia begitu samar ㅡseperti melihat ubur-ubur berbentuk manusia.





"Kapan... dan dimana?" aku berusaha tenang. "Dan sebenernyaㅡ kamu kemana aja sih?"

Jaemin terdiam sebelum duduk di tepi tempat tidurku.

"Tadinya aku mau pergi. Kemana aja, asal nggak ada di sekitar kamu," jawabnya. "Kamu udah berkorban terlalu banyak, ini cukup."






"Jaemin, akuㅡ"

"Iya aku tau, kamu pasti mau bilang kita udah sejauh ini atau jangan menyerah dulu. Tapi kita juga harus realistis!" mata transparannya menatapku tajam.

Aku membalas tatapannya dengan gusar, tapi toh tidak bisa berkata apa-apa.


"Aku cuma mau hidup tenang aja sebelum..."

"Aku capek, Jae," aku memutus kalimatnya. "Aku juga putus asa.

Jaemin mendengarkanku.






"Tapi aku nggak mau kamu mati."





Jaemin menatap mataku yang berkaca-kaca.
"Tapi aku nggak mau kamu sakit atau sedih lagi lebih dari ini."

"Aku cuma gastritis, bisa sembuh," sangkalku. "Tapi kalo kamu mati? Kamu nggak bisa kembali."

"Alㅡ"

"Kamu pikir aku bisa hidup normal setelah semua ini, kalo kamu akhirnya mati?"

Tidak ada jawaban ㅡtentu saja.

"Nggak bisa, Jae. Nggak akan pernah bisa," aku melanjutkan. "Jadi terserah kamu mau ngapain, tapi please, jangan mati."







Jam dinding mengeluarkan nada für elise saat jarum-jarumnya menunjuk angka pukul 3 pagi. Untuk pertama kalinya dalam hidupku aku merasa ingin waktu berhenti saja sekarang. Aku merasa tidak sanggup menghadapi hari esok.

Tiba-tiba terdengar suara ayahku seiring dengan langkah kaki yang mendekat. Aku refleks membaringkan diri dan pura-pura tidur lagi tepat saat pintu kamar terbuka dan ayahku terus mengobrol dengan seseorang.

"Pssst, pelan-pelan," ujarnya. "Anak saya lagi tidur."

Aku membuka mata lagi saat mereka sudah duduk di sisi lain ruangan. Siluet mereka terlihat di tirai pembatas ㅡayahku dan pria berbadan tegap lain. Sepertinya mereka berdua memakai seragam polisi.

"Saya rasa terlalu mencolok kalau kita spionase dengan seragam begini, pak," ucap pria itu. "Selain itu, siapa tahu mereka bisa membahayakan anak bapak."

Aku?

Siapa yang membahayakan aku?

Aku dan Jaemin saling melirik lalu memasang telinga karena sepertinya ini menarik.


"Kamu berlebihan, detektif Park," ucap ayahku santai. "Mereka memang jahat, tapi masih terkendali."

"Anda yakin, pak? Byun Daesik itu sangat licik dan licin. Kalau kita gagal menemukan bukti dan alibi yang cukup kuat dia bisa lolos lagi."

Ayahku tertawa.
"Iya, dia memang paling brengsek. Tapi kalaupun mereka tau anak saya juga sedang dirawat di rumah sakit ini, si brengsek itu pasti tidak akan gegabah."

"Menurut detektif Cho, di bangsal itu ada lebih dari satu kamar yang terisi."

"Apa?"

"Ya, ada bukan cuma Daesik yang sepertinya bersembunyi disini."

"Terus siapa?"

"Adiknya ㅡmungkin. Saya lupa namanya, tapi anak perempuan aneh itu beberapa kali datang dan pergi ke bangsal khusus dengan pengawal-pengawalnya atau sendirian."

"Ah, ya ya," ayahku terdengar mendesis seperti setiap dia sedang berusaha mengingat-ingat. "Aku juga lupa namanya. Sejauh ini dia nggak terlibat kejahatan serius mereka, sih."

"Tapi dia juga mencurigakan, pak."

"Kenapa?"

"Entahlah ㅡperasaan saya bilang begitu."






Sejak tadi aku sudah menghubung-hubungkan sambil menebak isi pembicaraan mereka.

Pertama, Byun Daesik.

Byun.

Kedua, perbuatan kriminal.
Gangster identik dengan hal itu, kan?

Ketiga, adik perempuan.
Ditambah lagi dia perempuan aneh. Well ㅡaku memang belum pernah melihat jelas seperti apa Livia Byun, tapi kalau benar dia menculik Jaemin... Kurasa memang ada ya yang aneh, kan?

Keempat, Ten melihat Livia di lift rumah sakit ini kemarin.



Dengan gelisah aku melirik Jaemin yang tampak sama tegangnya dengaku. Padahal kalaupun dia berbicara ayahku atau temannya tidak akan mendengar.


"Pokoknya terus pantau siapa yang keluar masuk bangsal itu, termasuk jam dan interval waktunya. Baru selanjutnya kita menyusup," ucap ayahku dengan nada suara lelah. "Pulanglah detektif Park, polisi juga butuh istirahat.

"Terimakasih, saya menunggu detektif Kang dulu," jawab detektif Park. "Bapak sendiri tidak pulang?"

Ayahku menghela nafas dalam-dalam.
"Besok pagi saja," jawabnya sambil menguap. "Siapa tau anak saya diganggu Black Byun, kan?"

Mereka tertawa ㅡayahku dan detektif Park. Ya, mereka hanya bercanda.

Tapi...

mereka menyebut Black Byun.
Membuat jantungku berdegup lebih cepat dari biasanya.





Aku tidak salah dengar, kan?





"Saya pamit, pak."

"Tunggu," ayahku berdiri sambil mengerang. "Saya juga ada perlu dengan detektif Kang."

Mereka berdua keluar dari ruangan.





Setelah kupastikan langkah kaki mereka menjauh, aku langsung duduk tiba-tiba seperti tadi.

"Kamu denger kan tadi?" ujarku bersemangat. "Kemarin Ten liat Livia Byun di lift, ini semua berhubungan!"

Jaemin masih menatapku kosong, seperti sedang berpikir.

"Jaemin?"

"Alisseu," ucapnya. "Untuk kedua kalinya aku kembali sesaat ke ragaku kemarin malam..."



Ya ampun, aku hampir lupa soal itu!

Harusnya hal itu yang pertama kali kutanyakan saat menyadari Na Jaemin semakin memudar.

"Terus..."

"Ada yang aneh..." Jaemin seperti mengingat-ingat.

"Apa?" tanyaku tidak sabar.

"Mereka identik sama baju hitam, kan?"

"Iya, katanya sih gitu."

"Aku liat ada beberapa baju putih."

Aku menautkan alis, bingung.
"Maksudnya gimana?"

"Ya ampun!" desis Jaemin. "Apa karena sakit kamu jadi agak bego?"

"Jangan bercanda dulu Na Jaemin!"

"Seragam putih, staff medis, rumah sakit!"

Kami saling pandang sambil memikirkan hal yang sama.

"Tadi mereka bilang kayaknya ada satu ruangan lagi yang terisi kan? Dan itu bangsal tempat anggota Black Byun..." ucapku perlahan.

Jaemin mengangguk.
"Iya," ujarnya. "Mungkin, aku disembunyiin Livia di sini."

Aku terkesiap.
Ini sungguh dugaan yang gegabah, tapi semua premis mengarah pada kesimpulan itu.

"Bagus dong!" seruku senang. "Kenapa nggak kamu cek sendiri sekarang?"

Jaemin meringis.
"Ada masalah lain..."

Oh ya ampun, apa lagi?

"Aku mulai melemah," ujar Jaemin. "Sekarang aku nggak bisa menyentuh benda-benda lagi."
.
.
.
.
.
ㅡtbc

Continue Reading

You'll Also Like

156K 6.5K 8
[✓] "Ansos kok jadi ketos?!" ©markisses, 2019. Highest rank : [20190921] #19 in osis [20191006] #20 in ketos [20191025] #8 in ipa [20200511] #5 in he...
357K 4K 82
•Berisi kumpulan cerita delapan belas coret dengan berbagai genre •woozi Harem •mostly soonhoon •open request High Rank 🏅: •1#hoshiseventeen_8/7/2...
5.2K 496 26
[HIATUS] Kehadiran Nevan memberikan warna baru bagi Pricilla, membuat gadis itu benar benar jatuh cinta. Namun saat harapan tak jadi kenyataan, apa...
7.8K 666 13
Sena and Asa are strangers, but who would have thought that they would both be interested in each other?