Siren's Tides ㅡvkook

By homojeon

361K 58.1K 19K

[Mermaid] Mereka tidak memiliki sisik yang indah. Rambut mereka yang berwarna putih saat di daratan, akan k... More

King's Cage
The Beginning
Caught
Belonging
A Story
Who is He?
Yours truly,
Just Slightly
A Lil' Piece
What You Know
Oh, So it's You
And So, I Believe in You
A Glimpse of You
Well then I realize that when my heart skips a beat,
It Has Always Been You, All Along
I am yours. Forever, and always.
And oh, those little stolen kisses
It is home, we are home!
A Faith that I will Always Keep,
Heat Seeking
I love you, finally!
Another Interruption?
of unspoken promises to be yours truly;
yellow?

Seriously, Who is He?!

18K 2.9K 1.3K
By homojeon


Halo, coba tebak bagaimana kabar gue setelah ujian kemarin? :')

Dan yah, selamat sore! Apa kabar?

・・









"Situasi ini seperti dongeng ya, Park?" Taehyung terkekeh. Berjalan begitu perlahan menghampiri pemuda lainnya yang masih membuang muka.

Sekalipun matanya dengan jelas memandang, bagaimana kedua tangan terlatih itu kini tengah mengepal begitu erat di atas pangkuan.


Ia tersenyum tipis, "Bagaimana kabarmu, ngomong-ngomong?" Ia menggaruk tengkuknya canggung. Perlahan, mengambil duduk di seberang ranjang dimana Jimin tengah terduduk bisu, "Apa nanti, kami akan mendapat imbalan karena tengah mengembalikan pangeran? Ah, kau tau, di dongengー"

"Aku tidak pernah mendengar dongeng seperti itu. Jadi, berhentilah berbasa-basi, Kim."



Di saat itu, senyuman Kim Taehyung sukses terhapus. Tepat ketika nada dingin serta raut tanpa ekspresi itu menatapnya begitu datar.


Ada yang aneh, memang.

Dan begitu, ia hanya menghela nafasnya lelah, seraya menggumam,








"Bukannya takdir itu begitu lucu, Park? Bagaimana bisa, kita dipertemukan dengan cara begini?"










.
.
.
.
.
.















Kembali lagi pada laut,




Biru, tenang, luas, dan jugaーtak tersentuh?






Yah, intinya, pagi hari ini begitu cerah. Ombak juga tenang. Burung camar berkicau riang, terbang menari mengitari tiang pengintai di kapal bajak laut kecil yang terlewat santai.






Santai?









"Eh?! Kapten tadi bilang apa?! Cedrus?!"





Taehyung mengangguk kalem. Matanya mengerjap polos menatapi Namjoon dan Hoseok yang memandangnya kagetーsekaligus bingungーsecara bergantian,

"Memangnya kenapa?"

"Kau lupa, Cedrus itu daerah seperti apa? Atau perlu kuingatkan lagi padamu, huh?" Hoseok berteriak beringas sembari menjambak rambutnya sendiri, "Itu bagian dari kerajaan Albadia, Taehyung!"

Pemuda Kim itu hanya menaikkan sebelah alisnya cuek, "ーLantas?"

"Artinya, sedetik kita berlabuh disana, sedetik itu pula kita akan ditangkap!" Hoseok memekik lagi, kali ini sembari menunjuk Taehyung yang hanya balas menarik muka untuk menghindari telunjuk ramping yang nyaris menusuk ujung hidungnya,

"Kau mau kita diarak keliling kota dengan telanjang  atau apa sih?!"

"Berlebihan," ujarnya sembari memutar mata, "Kita ini bajak laut, Hos. Perompak. Bukan pelaku pencabulan."

"Tapi tetap sajaー"

"Pokoknya Cedrus. Titik. Toh, juga kita belum berbalik arah, 'kan? Tidak ada salahnya kok."

Hoseok menggeram. Menghentak kakinya kesal seraya berjalan menjauh kembali ke menarag navigasi, "Terserahlah, bos. Aku ikut, tapi yang jelas, aku tidak mau diarak!"



Jungkook yang sedari tadi melihat perdebatan antara Kim Taehyung dan Jung Hoseok hanya mampu mengerjap bingung. Alisnya mengerut lucu, seraya menoleh ke arah Namjoon yang hanya memijat pelipis dengan raut tertekuk,

"Namjoon hyung?"

"Kapten itu kebiasaan," pria bersurai hijau itu menghela nafas seraya menggeleng. Kedua tangan dibiarkan di pinggang, "Kalau sedang kumat, keluar sudah semua kebiasaannya yang selalu berpikir belakangan."

Jungkook mengernyit, "Memangnya kenapa dengan Cedrus?"

Namjoon melirik, tersenyum meringis, "Yah, bisa dibilang negara itu anti bajak laut."

"Anti bajak laut?"

"Yea, mereka mengawasi bajak laut dengan ketat." Angguknya, "Dan hubungan kami semua dengan negara itu juga buruk."

"Jadiー"


"Oh, ratuku sayang, tidak usah dipikirkan, okay? Namjoon hyung, urus dulu Hoseok di menara navigasi sana. Sebelum dia merubah haluan untuk kembali ke Fiz. Shoo shoo," ujarnya dengan tangan yang melambaiーgestur agar Namjoon menjauh, yang dibalas decihan sengit dari yang lebih tua,

"Sopan sedikit, kapten. Aku lebih tua. Kau kira aku anjing."


Taehyung hanya tertawa polos. Tapi, pada akhirnya Namjoon menurut juga untuk menyingkir.

Tahu diri, lebih tepatnya. Si kapten Kim itu cuma mencari celah agar bisa berduaan dengan mermaid kesayangan.





Halah.



"Tae," Jungkook mengamit jemarinya pelan, "Berbalik saja, yuk?"

"Loh loh, kenapa, ratuku sayang?" Taehyung balas menggenggam kedua tangannya erat. Kemudian dengan perlahan, membawa punggung tangannya untuk dikecup hati-hati sekali.  Mengabaikan eksistensi awak kapal lainnya, serta debaran jantung Jungkook yang begitu kentara ketika tubuh mereka saling menempel,


Taehyung tersenyum tipis disini.



"Cedrus ituー"

"Memangnya kau tidak mau jalan-jalan, hm?" Taehyung berujar halus, "Itu kota asing bagimu, lho. Memangnya tidak penasaran?"

"Penasaran sih."

"Nah, terus?" Kim Taehyung menatapnya lekat. Dan hanya mendapati pemuda manis itu terdiam, dengan bibir yang mengerucur gemas.

Kalau bukan karena alasan bahwa ia sangat menghormati keberadaan Jungkook, mungkin sedari awal, ia sudah mencuri satuーdua kecupan pada bibir merekah alami yang terlihat menggoda itu.



"Jungー"

"Kenapa kita harus singgah ke kota macam itu, Tae? Memangnya tidak takut kalau akan tertangkap?"





Taehyung menggumam pelan. Entah sejak kapan kedua lengannya melingkar pada pinggang ramping milik Jungkook. Mendekapnya erat  dari belakang, seraya mengistirahatkan dagu pada perpotongan bahu sempit yang lebih muda.





Toh, yang punya juga tidak protes. Malah semakin membiarkan dirinya tenggelam dalam dekapan yang lebih tua. Hangat.





"Hmm, bagaimana bilangnya yah," ia melirik pada Jungkook yang masih menatapnya penasaran, "Singkat cerita karena Jimin."

"Jimin hyung?" Jungkook menaikkan alisnya penasaran, "Apa hubungannya?"

"Ia berasal dari Cedrus. Jadi perlu kita kembalikan, hehe."








Dan disitu, Jungkook termangu.




Jadi, secara tidak langsung, artinya,






"ーini salahku?"






















.
.
.
.
.
.
.

Jungkook duduk dengan wajah mengerut. Bibirnya mengerucut, dengan kedua tangan menopang dagu. Posisi bersila di atas salah satu box kayu pada geladak.

Entah apa isinya, ia tidak mau tahu.

Yang jelas, hatinya terasa dongkol setengah mati. Bahkan, ciuman kecil yang dilayangkan si kapten Kim padanya dari puncak menara pengawas tidak diindahkannya.
Lebih memilih menatap awak kapal lain yang tengah sibuk dengan kegiatannya masing-masing.


Sekali lagi, ia merasa asing.


"Kim Taehyung bodoh." Ia menggumam kesal, "Bodoh!"

Semakin dilihat, rasanya semakin kesal.

Berakhir, ia mengacak rambutnya sendiri dengan helaan nafas gusar, menjambak surai putihnya yang terurai bebas dengan erangan frustasi,

"Habis, aku yang menyelamatkan orang itu." Ujarnya lirih, pada diri sendiri seraya menepuk kedua pipi, "Memang sih semua membelaku. Tapiー"



Jungkook reflek memejamkan mata, kala tubuh rampingnya yang ringkih itu limbung di tiup angin yang lumayan kencang. Membuatnya sedikit oleng dan nyaris saja jatuh berdebam menimpa lantai geladak,


Kalau bukan karena sepasang lengan kokoh, juga dada yang bidang menjadi penopang tubuhnya dari menghantam lantai.



"Ouch, hati-hati."

Suaranya begitu lembut. Dan Jungkook reflek terkesiap ketika menoleh, "Eh-oh, J-Jimin hyung?"

"Yea," ia mengangguk kalem, "Angin disini lumayan kencang. Tubuhmu ringkih, kalau belum terbiasa, lebih baik jangan banyak bergerak."

Jungkook mendengus sebal, "Aku tau." Kemudian melirik sedikit ke arah Jimin yang menatapnya datar, "Lukamuーsudah sembuh, hyung?"

Jimin mengangguk, "Sudah."

"Syukurlah," ia menghela nafas lega, "Kata Taehyung, nanti kau bisa pulang, hyung!"

Pemuda itu hanya balas mengulum senyum tipis. Dengan perlahan berjalan mendekat, kemudian menyandarkan diri pada box kayu tempatnya duduk semula. Sembali menyilangkan lengan, ia menatap Jungkook lekat,

"Menyesal sudah menolongku, Jungkook-ah?"

"E-eh?" Jungkook mengedip, bingung. Kepalanya dimiringkan, gestur ingin tahu yang jujur, terlihat luar biasa manis di netra amber milik Jimin yang memindainya dari ujung kepala hingga kaki,
"M-Menyesal?"

"Iya, menyesal." Jimin mengangguk, "Kau sudah dengar tentang Cedrus. Tidak ada untungnya kalian kesana. Malah menambah masalah," ia mendengus, "Yah, mungkin lebih baik kalauー"

"Aku tidak menyesal, kok."

"Hm?"

"A-aku tidak menyesal karena sudah menolongmu." Jungkook berkata gugup, "M-Memang sih awalnya aku ragu, t-tapi aku tidak pernah menyesal karena sudah menolong orang!"


Memang benar, sih.

Ia memang sempat menyesal ketika mendengar perihal hubungan antara Cedrus dan kapal yang dipimpin oleh Kim Taehyung.

Tapiー




"Lagipula, Jimin hyung," pemuda manis itu berbisik lagi. Kali ini, sembari berdiri menatap pemuda Park itu dengan tatapan serius, "Taehyung juga menyelamatkanku dari raja. Dan dia tidak menyesal." 

Pemuda itu masih tetap bungkam. Pandangannya tidak terbaca. Tapi Jungkook, dengan senyuman lembut, menepuk halus kedua pipinya seraya menyahut,  "Terima kasih untuk yang tadi!" Serunya, sebelum berlari menjauh.




Disitu, Jimin sempat tertegun walau sesaat.





"Matanya hitam sekali," bisiknya seraya tersenyum miring, "Cantik."


Benar saja.

Karena sedari tadi, kedua matanya sibuk memindai visual seorang mermaid kerajaan yang begitu memukau.

Dengan surai putihnya yang terurai bebas, tekstur kulit yang begitu halus, mata yang berkilau cerah penuh rasa ingin tahu, juga;


Dua lapis bibir yang begitu merah, juga begitu berkilau. Cantik sekali.
Maafkan, tapi sedari tadi, ia memang total salah fokus.


"Jungkook ya." Ia mengangguk, "Cantik sekali. Tapiー" menoleh sesaat, kini ia sibuk menelisik pemuda manis itu yang tengah sibuk mencoba mengangkat tumpukan karung. Dan reflek terkekeh begitu melihat tubuh rampingnya itu nyaris limbung kembali, dan berakhir pada tangkapan Kim Taehyung yang hanya mendesis kesal.






"ーNaif sekali."
















.
.
.
.
.
.
.

"Hah, rasanya tenagaku terbuang percuma."

Jungkook mendesah lelah. Menenggelamkan wajahnya pada lipatan lengan, dengan tubuh yang bersandar pada pinggiran kapal.

Angin dingin menusuk hingga tulang. Tapi Jungkook terlalu lelah untuk peduli. Dan lebih memilih membalut tubuhnya dengan sepotong kain flanel, dan membiarkan diri terkelungkup menyedihkan menghadap birunya laut di malam hari,



"Kau itu tidak berguna, Jungkook." Gumamnya lesu, "Mau mengangkat barang malah terjatuh. Giliran menarik tali, malah diri sendiri yang tersangkut. Bodoh." Kemudian ia melirik bekas luka kapalan pada telapak tangannya sendiri, "Sampai begini, tapi tidak ada hasil."

"Apanya yang tidak ada hasil?"



Jungkook terkesiap. Menoleh ke kanan kiri, mencari sumber suara yang ia yakini adalah Kim Taehyung, namun nihil.

Hanya ada dia sendirian. Pada tengah malam menjelang dini hari.
Seluruh awak kapal jelas tengah tertidur malam ini, karena jangkar dipasang rapi di dasar laut.

Jadiーsiapa?


"T-Taehyungー?"

"Diatas sini," suara itu berujar lagi. Dan Jungkook reflek mendongak. Menatap Kim Taehyung yang tengah tersenyum kotak ke arahnya, melalui menara pengintai di atas sana, "Mau naik?"

Jungkook terdiam ragu sesaat, "Tapiー"

"Tidak apa. Anginnya tidak kencang seperti tadi siang, kok. Naik saja pelan-pelan," ujarnya seraya terkekeh, "Atau mau kugendong seperti putri?"

"B-berisik! Apanya yang putri?!" Jungkook memekik, "A-aku naik! Tapi kalau jatuh, kau yang tanggung!"

Begitu, Kim Taehyung hanya tertawa.

Dan sementara ia berkonsentrasi pada tiap langkahnya, berusaha menyeimbangkan beban tubuh dengan hembusan angin malan yang sedikit menusuk kulit, samar-samar ia bisa mendengar tuntunan halus Kim Taehyung yang memberinya intruksi perlahan.




Hati-hati,

Pelan-pelan,

Selangkah demi selangkah,



Dan pipinya reflek menghangat, ketika dengan satu tarikan, Kim Taehyung langsung menangkap tubuhnya dalam pelukan hangat, disertai elusan halus di punggung, dan tepukan lembut pada pucuk kepala,

"Begitu. Kau pintar, ratuku."




Blush,



"P-pintar." Ia berujar gugup. Menahan tubuh Kim Taehyung dengan kedua tangannya yang bersarang pada dada bidang pemuda Kim, serta wajah yang berpaling dengan semburat merah di pipi, "M-Memangnya selama ini kau pikir aku udang?"

Taehyung mengedip bingung, "Lho? Bukannya mermaid?"

"Ya memang mermaid."

"Lalu kenapa udang?"

"Habis kau tadi bilang begitu."

".....Aku bilang apa memangnya?"



Ah, sudahlah. Berdebat dengan Kim Taehyung jelas hanya akan memperpendek umur.


"Bodoh," Jungkook menepuk dadanya pelan. Dan reflek tangannya dicekal halus, sebelum jemari kurusnya ditautkan dengan milik Taehyung yang sedikit lebih besar, "Seharusnyaー"

"Tanganmu kenapa, ratuku?" Taehyung sedikit mengernyit begitu melihat guritan kasar menghiasi telapak tangan Jungkook yang semula halus, "Ini bekas apa?"

Jungkook menghela nafas. Spontan menarik tangannya menjauh, "Bekerja."

"Bekerja?"

Jungkook mengangguk,

"Kenapa?"

"Aku mau menjadi berguna, Taehyung." Ujarnya parau, "A-Aku tidak mau diperlakukan sebagai tamu."

"Siapa yang bilang kau itu tamu?" Taehyung memutar mata dengan kekehan jahil, "Kau kan ratuku."

"Bukan yang begitu!"

"Terus apa?"

"Ituー," Jungkook menarik nafasnya sekilas, "Aku mau bekerja juga, Taehyung. Yang lain sibuk, dan aku hanya berdiri seperti patungー"

"ーDan menjadi cantikー"

"Diam dulu!"

"Okay, maaf. Lanjutkan, sayang."

Jungkook mendecak kesal, seraya melipat lengannya di depan dada, "Setidaknya aku mau melakukan pekerjaan serius seperti yang lainnya!"

"Kau kan melakukan pekerjaan serius!"

"Coba sebutkan apa!" Jungkook balas menaikkan nada, "Dan jangan coba-coba berkata 'menjadi cantik', karena itu sangat sangat dikecualikan!"

Taehyung mendengus. Bibirnya mencebik. Namun kedua lengannya, kembali secara natural melingkari pinggang yang lebih muda, seraya menghapus jarak di antara mereka.

Dimana Jungkook berakhir merunduk malu, ketika mendapati Taehyung menatapnya begitu lekat, hingga nafas mereka membaur, dan ujung hidung mereka bersentuhan,

"T-Taehyungー"

"Kau itu bisa mencuci, memasak, bersih-bersih juga lumayan, walau tidak sering." Ujarnya, "Itu pekerjaan penting lho, jangan dianggap hal kecil."

Jungkook merengek, "Tapiー"

"Di kapal ini, isinya semua laki-laki. Jelas pekerjaan sentimentil seperti itu terabaikan, sayang." Ujarnya lembut seraya mengapit dagu Jungkook dengan telunjuk dan ibu jari, "Sekarang, kami bisa  mengganti baju dengan yang lebih bersih, makan dengan teratur dan enak, juga menghirup udara bersih di ruangan yang kedap. Seokjin hyung juga terbantu. Mungkin aku terlambat bilang, tapi, terimakasih banyak, ratuku."

Dan,



Cup,




Keningnya dicium. Halus sekali.
Hingga Jungkook membiarkan kedua matanya terpejam. Menikmati gestur halus sarat akan kasih sayang yang dibubuhkan Taehyung, disertai elusan halus pada pinggang.

Dan sekali lagi, menyesap aroma laut yang hangat dari tubuh pemuda Kim yang serasa sekali melindunginya erat,


"Tau? Aku merasa senang sekali."

"Senang?"

Taehyung mengangguk,

"Aku berlayar sudah lumayan lama, lho. Tapi, baru kali ini aku merasa tidak sendiri."

Jungkook menaikkan sebelah alis, seraya menatap Taehyung bingung, "Maksudnya?"

"Aku seperti punya istri di dalam kapal, tau." Kekehnya, "Ada yang menyiapkan makan, menyiapkan baju, membersihkan kamarー"

"Itu istri atau pembantu?"

"Aku belum selesai, sayang. Dengar dulu," Taehyung memutar mata kesal, namun kembali tersenyum, "Tiap malam, saat tidur juga ada yang kupeluk. Dapat ciuman selamat malam pula."





Blush,





Pipinya memerah lagi.

Ciuman selamat malam?

Well,





"I-Itu kan cuma basa-basi!" Pekiknya, "J-Jangan terlalu berharap!"

"Iya, tau. Kau mahal. Tubuhmu, hatimu. Semua mahal. Tau." Taehyung terkekeh. Namun ketika mendapat delikan dari yang lebih muda, buru-buru ia menambahkan, "Makanya aku mau pelan-pelan berusaha mencuri hatimu. Permata termahal saja bisa, apalagi hati seorang mermaid kerajaan paling cantik yang pernah ada? Mungkin susah. Tapi pasti aku dapatkan, kok. Tunggu saja."

"Tau, kok. Terserah. Keras kepala. Jangan terlalu sombong, kapten." Jungkook berujar dengan nada jengah. Namun rautnya yang melembut, serta senyuman manis yang tersungging jelas tidak bisa bohong, "Aku tunggu. Nanti, kalau kau berhasil dapat hatiku, baru aku mau menjadi istrimu."

"Deal."  Taehyung mengangguk, "Oh ya, ngomong-ngomong, aku ada hadiah."

Jungkook memiringkan kepala. Beralih menatap sang kapten yang sedikit sibuk mengobrak-abrik satu kotak berisi penuh perkakas yang baru ia sadar ada di atas sana, "Hadiah?"

"Yup," Taehyung mengangguk, "Ini."


Dan Jungkook termangu,


Belati?



"Taehyung, iniー?"

"Iya, belati." Taehyung terkekeh, "Memang sih, tidak seberapa. Tapi lumayan kan, untuk membela diri? Anggap saja jimat. Karena aku tidak terpikir kalau akan ada waktunya untukmu mengayunkan pisau begitu."

Jungkook menggeleng, menggenggam belati itu dalam genggamannya erat, "Bukan begitu, Taehyung." Gumamnya, "Kau bilang ini hadiah. Hadiah apa?"

"Hadiah ucapan yang sedikit terlambat," ia tersenyum. Dan kini, seraya mencakup kedua pipi gembil Jungkook, ia berbisik, "Selamat datang di Queen Salacia, ratuku."





Tau?

Rasa-rasanya, tidak butuh waktu lama untuk Kim Taehyung, si perompak kelewat santai itu untuk mencuri hatinya.






















.
.
.
.
.
.
.
.

"Itu Cedrus!"

"Yep."

"Di luar dugaan, ternyata kota yang biasa-biasa saja."

"Memang biasa saja," Hoseok yang berdiri di sebelahnya berkacak pinggang, "Makanya aku menolak. Lagipula, disini tidak ada gadis cantik yang bisa dirayu."

"Maaf deh kalau disini tidak ada gadis." Jimin menginterupsi. Yang dibalas decakan oleh Hoseok, "Apa?"

"Kau itu, tamu. Lebih baik diam." Hoseok mendecih kesal, "Lagipula, ini juga demi kau pulang. Kalau tidak, kenapa juga harus susah-susah kemari."

"Ya maaf juga sudah membuatmu susah." Jimin menghela nafas. Intonasinya luar biasa tenang, dan berkesan dingin. Namun, berhasil membuat Jungkook terkesiap ketika pemuda itu menoleh ke arahnya, "Pinjam Jungkooknya sebentar."

"Hei hei, ijin dulu pada kaptenー"

"Aku bukan barang, Hoseok hyung." Jungkook merengut sebal, kemudian menoleh pada Jimin, "Hyung ada perlu apa?"

Pemuda bersurai kelam itu menatap keduanya bergantian, "Aku perlu waktu berdua."

Jungkook mengangguk, sebelum mengamit tangan Jimin untuk menariknya menjauh,

"Hei-hei, Jungkookー"

"Sebentar saja, Hoseok hyung. Ayolah, jangan seperti Taehyung!" Gerutunya, "Ayo, hyung?"

Jimin mengangguk. Membiarkan dirinya di tarik oleh yang lebih muda, ke arah bagian timur geladak yang lumayan lapang untuk memberi keduanya ruang.

"Mau bicara apa, hyung?"

Jimin terlihat sungkan sesaat. Sebelum berjalan mendekat. Menyengkeram pinggang Jungkook erat, hingga empunya terkesiap,

"E-eh, hyungー"

"Ini kotaku, Jungkook." Ia berbisik, "Sebelum berpisah, aku ingin mengucapkan beberapa hal padamu."

Disini, Jungkook hanya menatapnya bingung, "ーApa?"


Park Jimin terkekeh. Senyumnya miring.
Dan entah kenapa, hal itu justru membuat Jungkook sedikit bergidik.


Dimana pemuda pendiam yang beberapa hari lalu baru saja diselamatkan?


"Pertama, Jungkook-ah. Kau itu cantik. Cantik sekali. Mungkin, makhluk terindah yang pernah kulihat." Ia terkekeh. Mendekatkan wajah mereka berdua. Membiarkan hidungnya menelisik aroma manis alami yang menguar dari tubuh ringkih dalam dekapannya,

"Kedua, kalau boleh, aku mau berterimakasih. Karena sudah menolongku, dan mempertemukanku dengan Kim Taehyung, tanpa aku perlu bersusah payah."




Okay,

Jungkook jelas merasa ada yang ganjil disini.





"Ketiga," Jimin kembali berbisik. Kali ini, semakin merapatkan tubuh mereka berdua. Dengan telapak tangan yang menggerayangi bagian pinggul belakang, serta ujung hidung yang menelesak pada ceruk leher.

"J-Jimin hyungーh,"

"Kau itu, naif."






Sedetik kemudian yang ia tahu,

Jungkook kini tengah dikunci dalam dekapan Park Jimin.

Dan bukan dekapan hangat seperti yang Taehyung berika untuknya semalam.
Melainkan dekapan mengunci dari belakang. Ditambah sebuah belati; yang merupakan hadiah dari Taehyung, yang ia selipkan di balik kantung celananya di belakang dalam maksud sebagai jimat pelindung,

Kini malah ditodongkan secara berbahaya pada lehernya.




Apa?



"J-Jimin hyungー"

"Oi, Kim Taehyung!" Serunya. Dan sukses mengambil alih seluruh awak kapal dan Kim Taehyung yang mendadak beku di tempat,

"O-Oi bangsー"

"Pertama, rapatkan kapal ke pelabuhan, Kim." Jimin menyeringai, "Setelah itu, biar kapal ini aku yang ambil alih, dan kauー" tunjuknya dengan dagu, pada pemuda Kim yang justru balas menatapnya bengis, "Ikut denganku."



Jungkook yang menatap keduanya tengah berpandangan sengit, meronta. Berusaha menarik lepas kuncian Jimin pada tubuhnya, yang sialnya berakhir sia-sia.



Sialan,




"J-Jimin hyung," pekiknya, "K-Kenapaー"

"Park Jimin brengsek."

Taehyung mendecih. Sebelah tangannya kini menarik mata pedang yang tersemat pada celananya di sebelah kiri, "Ini jelas berbeda dengan janjimu, bangsat."

"Apa aku pernah berjanji, Kim?" Jimin terkekeh, "Aku bukan tipe pria, yang suka membuat janji, tapi tidak bisa kupenuhi."




"Apa maksudー"












"Ikut denganku, maka Jungkook, akan kulepaskan."

.
.
.

***

Halo, halo hai?

Yak, belom terjawab juga siapa Jimin di chapter ini HAHAHA *ketawa jahanam*
Iya, nanti chapter selanjutnya bakal ketahuan kok siapa wkwk

Btw, gue ngakak lho seriusan di chapter sebelumnya. Ternyata banyak yang terguncang gara-gara si raja :'')

Iya, ngakak, iya. Gue juga. HAHAHA yalord. Si kakek legend yang selalu menang banyak. Sekarang juga dapetnya mermaid cantik .g

Anyway, menjawab kebingungan kalian;

Rambut Jungkook itu panjangnya sepunggung ya. Bukan sebahu ((maafkan karena gue sering goblog salah ngetik mulu)).
Namanya mermaid, rambutnya mahal. Si raja mana mau motong WKWK

Nah ya terus, banyak yang ngira mermaid disini itu ikan?
Nope,
Seperti yang udah dijelasin sebelum2nya, mermaid disini bukan
makhluk bersirip.

Mermaid itu special, yes. Tapi istimewa karena rambut mereka yang berwarna putih. Bukan makhluk bersirip. Makanya bisa lahir di kalangan manusia normal. Jadi, desa yang dimaksud itu emang desa biasa. Bukan desa bikini bottom :'')

Ciri-ciri istimewa mermaid :
1. Rambut putih, yang kalo kena air laut berubah ke warna asli (jungkook pink)
2. Berkulit halus, tanpa bulu
3. Wanginya, mau gimana pun juga, pasti khas dari satu ke yang lain. Disini, seperti biasa gue mendeskripsikan Jungkook, wanginya itu segar kaya sakura dan manis kaya vanilla :3
4. Kulit mereka lembut, dan sangat gak tahan udara kering.

Udah, itu aja HEHEHE
Selebihnya, mungkin dijelaskan di chapter-chapter selanjutnya~

Oya, buat yang nanyain,
"Kak, Restricted sama Within Temptation di unpub ya?"

Jawabannya, iya. Gue unpub.
Nanti gue repub lagi, tapi gue jadiin satu. Kumpulan oneshot bottomkook :3

Alasannya?
Simpel. Biar gak melulu gue dideskripsikan sebagai penulis bokep HAHAHA
((Padahal diri q itu suci lho gengs. Ciyus))

Okey! Until then, see you!
♡♡♡

Continue Reading

You'll Also Like

462K 8.5K 13
Shut, diem-diem aja ya. Frontal & 18/21+ area. Homophobic, sensitif harshwords DNI.
1M 84.6K 29
Mark dan Jeno kakak beradik yang baru saja berusia 8 dan 7 tahun yang hidup di panti asuhan sejak kecil. Di usia yang masih kecil itu mereka berdua m...
311K 23.7K 108
"Jadi, saya jatuh dan cinta sendirian ya?" Disclaimer! Ini fiksi nggak ada sangkut pautnya di dunia nyata, tolong bijak dalam membaca dan berkomentar...
78.3K 5.1K 68
Why did you choose him? "Theres no answer for choosing him, choosing someone shouldn't have a reason." - Aveline. ------------ Hi, guys! Aku kepikir...