[BL] Allure (Complete)

By Rurui22

1.6M 112K 7.5K

[100718] Highest rank #1 in #gay Warning 21+ content!!! Alexander Alzelvin pria sempurna, kaya, tampan, mapan... More

Chapter 1 - Si pria iblis
Chapter 2 - Alzelvin
Chapter 3 - That girl
Chapter 4 - Perjanjian
Chapter 5 - Keputusan
Chapter 6 - Orang tua
Chapter 8 - D'Amore
Chapter 9 - Model
Chapter 10 - Lost control
Chapter 11 - Teman lama
Chapter 12 - Cemburu
Chapter 13 - Rival
Chapter 14 - Sisi lain
Chapter 15 - I love u
Chapter 16 - Kesalahanpahaman yang manis
Chapter 17 - Dengan lembut
Chapter 18 - Semut manis
Chapter 19 - A kiss
Chapter 20 - Berbagi kebahagiaan
Chapter 21 - Seorang malaikat
Chapter 22 - Jantung
Chapter 23 - Farewell
Chapter 24 - Kehilangan
Chapter 25 - Rambut merah
Chapter 26 - Nico Hart
Chapter 27 - Marah
Chapter 28 - Tidak menyerah
Chapter 29 - Kebenaran
Chapter 30 - Menemukanmu kembali
Chapter 31 - Membujuk
Chapter 32 - Samantha
Chapter 33 - Di sisiku
Chapter 34 - Bangkit
Chapter 35 - Bahagia
Extra chapter - Much love
Extra chapter - New love part 1
Extra chapter - New love part 2

Chapter 7 - Si bonsai yang bahagia

47.3K 3.4K 75
By Rurui22

Davian seketika terkesiap merasakan tangan itu bergerak membelai perut ratanya, "Tu-tuan, ingat janji anda," cicitnya takut.

Tangan itu berhenti bergerak dan seketika ruangan itu hening untuk beberapa saat.

Setelah keheningan yang benar-benar terasa mencekik Davian akhirnya terdengar kekehan Alexander, hembusan nafasnya menyapu lembut telinga Davian hingga membuatnya meremang, "sebegitu takutnya kah kau padaku?" Alexander melepas pelukannya pada Davian, berdiri disampingnya lalu bersandar pada jendela menatap Davian sambil melipat tangannya didada.

Untuk menghindari pandangan mata mereka saling bertemu Davian segera menundukan kepalanya, "aku hanya...hanya kaget," walaupun masih merasa terintimidasi oleh tatapan pria angkuh dihadapannya setidaknya Davian merasa lega karena Alexander tidak lagi memeluknya.

Alexander tersenyum miring, ia sangat tahu bahwa Davian takut padanya, reaksi pemuda itu pagi ini cukup membuatnya terhibur, "kemari, ada hal yang aku harus bicarakan padamu," Alexander beranjak dari hadapan jendela dan duduk kembali di sofa yang menjadi tempat tidurnya semalam.

Davian dengan enggan melangkah mengikuti Alexander dan duduk di sofa dihadapannya,  "ada apa?" 

"Ini tentang permintaanmu kemarin. Kau memintaku untuk membebaskanmu dari tugas-tugasmu dan membiarkanmu menjaga adikmu terlebih dahulu sampai dia keluar dari rumah sakit, tapi itu akan sangat lama jadi sepertinya itu tidak mungkin."

Davian langsung menatap Alexander begitu mendengar apa yang dikatakannya, "ke-kenapa? Apa dokter bilang keadaan adikku memburuk?" Pandangan mata Davian mulai tidak fokus dan bergetar, hatinya mulai dilingkupi rasa takut.

"Bukan seperti itu."

"Lalu..?"

"Adikmu akan dirawat dengan intensif disini, diawasi 24 jam oleh dokter, supaya kondisinya semakin membaik untuk persiapan operasi transplatasi sampai nanti donor jantungnya sudah siap dan operasi bisa dilaksanakan."

Davian akui ide Alexander sangat bagus tapi ia juga ingin menjaga adiknya secara langsung, "tapi-"

"Tidak ada tapi-tapian, aku bukan meminta izinmu tapi memberitahu keputusanku. Mau tidak mau kau harus menerima, lagipula ini tidak merugikanmu," seperti biasa, Alexander memang tidak bisa dibantah, "kalau kau disini terus menerus, kapan kau akan melaksanakan tugasmu? Jangan bilang kau mau lari dari kewajibanmu, percuma saja aku mengeluarkan banyak uang untuk ini semua. Adikmu ti-"

"Baik Tuan Alexander saya mengerti," dengan berani Davian memotong perkataan Alexander, ia tidak mau pria arogan itu bicara buruk tentang keadaan adiknya.

"Bagus," Alexander menyeringai puas lalu ia berdiri, "kau tidak perlu khawatir adikmu akan kesepian, perawat akan menjaganya secara bergantian 24 jam penuh dan aku akan menugaskan orangku untuk mengawasi," setelahnya tanpa pamit pria tampan itu pergi meninggalkan Davian yang masih termenung.

Davian menunduk dan memegang kepalanya yang terasa pusing dengan kedua tangannya, 'ini harus aku lewati demi adikku.' Davian kemudian menepuk-nepuk kedua pipinya, beberapa hari ini ia merasa bukan seperti dirinya sendiri, biasanya dalam keadaan apapun dia akan selalu ceria, kadang bertindak konyol bahkan ceroboh, teman-teman sesama office boy atau office girl di vin corp. memberi julukan padanya 'si bonsai yang bahagia' karena dia kecil dan kurus seperti bonsai[1] tapi selalu terlihat bahagia.

[1. Bonsai adalah tanaman atau pohon yang dikerdilkan di dalam pot dangkal dengan tujuan membuat miniatur dari bentuk asli pohon besar yang sudah tua di alam bebas. Penanaman (sai) dilakukan di pot dangkal yang disebut bon.]

Mengingat panggilan dari rekan-rekan kerjanya akhirnya Davian terkekeh, tubuhnya memang kecil seperti bonsai kalau dibandingkan dengan pria-pria lain apalagi Alexander tapi dia tidak seberharga dan semahal bonsai, dirinya bukan apa-apa. Dan tentang Alexander, kali ini Davian berpikir kalau pria angkuh itu seperti makhluk mistis yang bisa menyerap kebahagiaan dan hanya menyisakan kesedihan seperti yang ia tonton di salah satu film tentang penyihir (di film Harry potter, yang Davian maksud adalah dementor), dengan pemikirannya itu Davian menepuk dahinya sendiri dengan kuat bagaimana disaat seperti ini pikiran konyol itu malah menyambangi otaknya, tapi memang benar kan Alexander itu seperti makhluk itu (dementor), seolah pria itu menyerap semua kebahagiaannya sampai ia tidak bisa mempertahankan sikap cerianya seperti biasa. Walaupun Davian sendiri tidak yakin apakah dirinya punya kebahagiaan, sikap cerianya semata-mata hanya untuk melindungi dan meyakinkan dirinya sendiri bahwa ia baik-baik saja menjalani hidupnya yang semrawut.

"Daddy.."

Mendengar suara kecil yang lemah itu Davian segera memalingkan wajahnya kearah sumber suara, "sam, sudah bangun sayang?" Davian tersenyum lembut dan segera beranjak dari sofa dan duduk di kursi disamping ranjang adiknya lalu membelai rambut Samantha dengan penuh kasih sayang.

Mata Samantha menelusuri selang yang menghubungkan tangan Davian dengan infusan, itu seperti yang selalu ada pada tangannya ketika ia merasa sangat sakit, "Daddy sakit?" Mata gadis kecil itu mulai berkaca-kaca.

"Ah tidak-tidak, daddy tidak sakit. Ini hanya vitamin supaya daddy kuat menjaga Samantha," Davian buru-buru memberikan alasan, ia tidak mau Samantha-nya menangis karenanya.

"Benarkah?"

"Iya, untuk apa daddy bohong. Samantha ingat kan? Anak baik--" Davian menggantungkan kata-katanya dan menunggu Samantha untuk meneruskannya.

"--tidak boleh bohong," Samantha tersenyum menunjukan dua gigi kelincinya yang lucu dan lesung pipinya yang manis persis seperti milik Davian.

Davian terkekeh, "pintar," ia menggesek-gesekan hidung bangirnya ke hidung Samantha lalu mengecup kening gadis kecil itu, sedangkan Samantha sendiri hanya terkekeh-kekeh geli.

Setelah kedua kakak-beradik itu sedikit bercengkrama, mereka segera menyantap sarapannya setelah petugas mengantarkan sarapan ke kamar mereka setelah itu dokter memeriksa kondisi keduanya, infus Davian sudah bisa dilepas sedangkan kondisi Samantha juga membaik dan itu membuat Davian lega.

Setelah semua pemeriksaan adiknya selesai, kini Davian berbaring sambil memeluk Samantha, "Sami, setelah hari ini daddy tidak bisa menjaga sami setiap hari, daddy harus bekerja," dengan berat hati, mau tidak mau dia harus memberitahu adiknya tentang ini.

"Apa? Jadi daddy tidak akan terus disini bersama sami?" Gadis kecil itu langsung memeluk Davian erat dan menangis.

"Daddy harus cari uang buat biaya berobat sami," Davian tidak bisa menyebut dirinya sedang berbohong, perjanjiannya dengan Alexander adalah memang pekerjaannya sekarang dan berkat itu ia bisa mendapatkan uang untuk Samantha berobat.

"tidak mau! Sami mau sama daddy." Tangan kecil Samantha mencengkram baju yang Davian pakai dengan kuat seolah takut kalau Daddy-nya itu akan segera meninggalkannya.

Davian menangkup kedua pipi kecil yang basah karena air mata itu lalu mengusapnya lembut, "Sami sayang daddy kan?" Davian mendapat anggukan dari Samantha sebagai jawaban, "kalau begitu Sami mau daddy bahagia kan?"

Dengan sesenggukan Samantha menjawab, "tentu saja Daddy,"

Davian tersenyum lembut, "Daddy bahagia kalau Samantha sembuh, maka dari itu Sami harus tetap disini sampai sembuh dan Daddy harus cari banyak uang untuk itu, Sami mau kan? Setelah Sami sembuh kita bisa pergi piknik kemanapun Sami mau," Bujuk Davian.

Dengan enggan akhirnya Samantha mengangguk, "Baiklah Sami mau."

"Anak pintar," Davian mengecup kening Samantha, matanya sendiri berkaca-kaca dan dengan susah payah ia tahan supaya buliran air mata itu tidak sampai jatuh dan dilihat oleh Samantha, "nanti akan ada suster-suster yang baik yang akan menemani Sami bermain."

*********

Davian hanya menatap kearah luar jendela dari mobil yang sedang melaju dimana ia berada sekarang, semenjak ia dijemput oleh Georgio dari rumah sakit ia hanya diam, ia tahu betul ini mobil ini menuju ke arah vin corp.

Sesampainya dikantor, Davian juga masih tetap diam dan hanya mengikuti kemana Georgio membawanya mengabaikan pandangan penasaran orang-orang, orang-orang itu bertanya bagaimana seorang office boy seperti Davian bisa berjalan dengan tangan kanan kepercayaan presiden direktur mereka terlebih kedua orang itu jelas-jelas menuju kearah kantor presiden direktur. Memasuki lift VIP yang biasa digunakan untuk presiden direktur, Davian pun menghela nafas.

"Anda tidak apa-apa?" Georgio menatap Davian dengan khawatir.

"Hanya merasa sedikit tertekan," ucap Davian tanpa berusaha menyembunyikan apa yang dia rasakan.

Setelah pintu lift terbuka, mereka berdua segera menuju ruangan presiden direktur, tentu saja itu adalah Alexander Alzelvin.

Ketika Davian sampai diruangannya, Alexander melirik Davian sekilas lalu menaruh dokumen yang sedang ia baca, mengambil dompetnya lalu mengeluarkan kartu berwarna hitam dan melemparnya keatas meja, "itu kartu kredit yang bisa kau gunakan untuk kebutuhanmu," kemudian Alexander mengambil sebuah ponsel layar sentuh didalam laci dan juga menaruhnya diatas meja, "ponsel ini harus selalu aktif kapanpun aku menghubungimu."

Davian menatap kartu kredit dan ponsel diatas meja yang Alexander berikan lalu menatap Georgio, Georgio memberikan gestur dengan kepalanya supaya Davian mengambil kedua benda itu. Dengan enggan akhirnya Davian mengambil kedua benda yang diberikan Alexander.

Pandangan Alexander beralih pada Georgio, "Antar dia ke salon perusahaan kita dan lakukan perawatan penuh pada tubuhnya," perintahnya.

"Baik tuan."

"Salon? Tunggu. Aku tidak mau! Aku bukan perempuan," Tolak Davian segera, dia tidak habis pikir apa yang ada dipikiran Alexander.

Alexander dengan tenang kembali membaca dokumen dihadapannya dan berujar dengan dingin, "kau tidak dalam posisi untuk bisa menolak."

'pria ini benar-benar gila.'

To be continue..

Terima kasih buat vote dan komen yang kalian berikan sebagai dukungan itu memberiku semangat buat nerusin Allure ^^
50 vote akan segera aku lanjut, terima kasih.

Continue Reading

You'll Also Like

7.2K 563 31
•••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••• Kadang manusia harus sampai kepada titik kehilangan untuk mengerti arti sebuah kehadiran, kasi...
ROSE By GuiMin137

Historical Fiction

19.9K 1.7K 20
Ketika sebuah permusuhan mengombak kacau di antara mereka. Keraguan hati mendominasi perasaan lain, tapi semakin mereka menekan perasaan tersebut, se...
84.7K 9.3K 28
Kasta, Ya.. Jaman dulu kasta sangat berpengaruh terhadap kehidupan seseorang. Bahkan seorang raja pun harus bisa menyesuaikan diri dengan budaya sat...
3.7M 39K 32
(⚠️🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞⚠️) [MASIH ON GOING] [HATI-HATI MEMILIH BACAAN] [FOLLOW SEBELUM MEMBACA] •••• punya banyak uang, tapi terlahir dengan satu kecac...