When A Meet A

De kimhye15

16.6K 932 312

Started: 28 Januari 2018 Aerilyn memulai karir dengan menjadi barista di sebuah kedai ice cream karena, suatu... Mais

🍦Meet All The Cast🍦
Prolog
1. Flashback
3. Pulang dengan Pacar Baru?
4. Nama, Dia? dan Pengakuan
5. Terungkap dan Handphone Pecah
6. Ketakutan
7. Surat
8. Kedai Es Krim
9. Tanpa Kabar
10. Selingkuh?
11. Penguntit
12. Tak Jadi Putus?

2. Ospek

1.3K 85 34
De kimhye15

Akhirnya Lyn sampai di universitas. Kegiatannya di sini, akan ada ospek sebagai calon mahasiswa dan mahasiswi.

"Thank you, Pa." Lyn mencium kedua pipi Leo. Leo yang dicium oleh Lyn tersenyum, kemudian ia mengusap kepalanya dengan sayang.

Inilah awal dari kehidupan seorang Aerilyn Bellvania Hermawan.

-🍦-

Wanita yang menginjak umur remaja mengikuti arahan senior di sini. Hingga, ia terduduk di lapangan luas dan Lyn melihat seorang lelaki remaja yang seumuran dengannya. Mengapa dia bisa tau?

Karena, lelaki itu duduk di lapangan bersama dengan Lyn. Tetapi, bukan hal itu yang menarik perhatianku. Yang menarik perhatianku itu adalah gelang yang dipakainya sama dengan 'dia'.

Teman Lyn yang dulu ia panggil dengan sebutan 'Azy', Lyn menjadi mengingatnya tetapi, ia berusaha mengenyahkan pikirannya itu. Sebenarnya Lyn hanya tau namanya 'Azy' saja. Tak lebih. Banyak gelang seperti itu Lyn dan Azy udah lama pergi. Lyn pun tak tau bahwa Azy sekarang, apakah tinggi? Pendek? Jelek? Tampan?

Wanita yang menginjak dewasa itu menatap sang lelaki terus-menerus. Lelaki itu yang merasa ditatap oleh Lyn, segera menoleh ke arahnya, dan ia menaikkan sebelah alisnya. Lyn yang ditatap balik segera menggelengkan kepala dan kembali menatap ke arah senior. Dia menghampiri Lyn. Lyn yang dihampiri jadi salah tingkah, tetapi ia berusaha menyamarkan sikapnya yang jadi salah tingkah ini.

"Hai, boleh gue tau nama lu?" Dia bertanya kepada Lyn.

"Eng, boleh," jawab Lyn dengan sengaja ia belum menyebutkan namanya.

"Siapa nama lu?" tanyanya kembali.

"Ah--Aerilyn Bellvania." Lyn menyebutkannya dengan sangat cepat dan ia sengaja tak menyebut nama belakang Leo; papanya.

"Hah? Aer--? Yang buat mandi?" Dengan tindakan yang refleks Lyn memukul bahu lelaki itu. Enak saja namanya disamakan dengan air. Memang, dia kesulitan menyebut nama Aerilyn. Dan rata-rata orang yang baru mengenal Lyn sangat sulit untuk menyebut nama yang membuat lidah terbelit. Tetapi, nggak seperti dia juga yang asal cablak.

"Enak aja. Nama gue itu A-e-r-i-l-y-n. Lo bisa manggil gue Lyn," jawab Lyn dengan gemas. Ia hanya menganggukkan kepalanya tanda ia paham. Lyn tak tanggung-tanggung akan memukul lelaki itu jika memanggilnya dengan sebutan 'Aer' lagi.

Lyn menjadi ingat dengan Azy. Hanya dia yang terus diingatkan untuk tak menyebutkan dengan dengan nama 'Aer' tetapi, dia tetap memanggil Lyn seperti itu.

Flashback On.

"Hai, kamu tetangga baru?" tanya Lyn kecil ketika aku kelas 3 Sekolah Dasar. Lelaki di depanku hanya menganggukkan kepalanya.

"Namamu siapa?" tanya lelaki kecil itu. Lyn menunjuk dirinya sendiri, lagi-lagi lelaki itu hanya menganggukkan kepalanya.

"Aerilyn Bellvania," ucap Lyn.

"Aer? Yang biasa Azy minum?" Oh ternyata namanya Azy. Dia tau aer itu buat minum soalnya kita tinggal di tanah betawi; tepatnya di ibu kota Indonesia sendiri, yaitu Jakarta.

"Bukan, A-e-r-i-l-y-n. Azy bisa panggil Lyn." Aer mengeja namanya dan menyarankan agar memanggil namanya dengan sebutan 'Lyn'.

Tetapi, Azy menggeleng, dan berkata,"Azy maunya manggil kamu Aer. Titik! Lucu sih namanya."

Flashback Off.

Lamunan masa lalu Lyn buyar ketika salah seorang senior cantik sayangnya, tampang judesnya yang membuat ia mencibirnya.

"Heh! Nggak liat temanmu yang lain sudah sibuk mencari tanda tangan tetapi--" Ucapannya terpotong ketika lelaki di sebelahnya tadi menarik tangan Lyn.

"Siap, Kakak Cantik," kata lelaki itu sembari mengedipkan sebelah matanya. Senior perempuan yang dikedipkan matanya terbengong-bengong.

"Ayok, sebelum dia sadar." Tangan Lyn ditarik lelaki itu untuk mencari tanda tangan.

"Emang dia pingsan apa. Eh? Kertasnya--" Dia menyodorkan kepada Lyn sebuah kertas beserta daftar nama yang harus kami cari. Untungnya di sini mudah mencari orang-orangnya, kita bisa melihat dari name tag yang dipasang di bajunya.

"Punya pulpen, kan?" tanyanya.

Pletak!!!

Lyn memukul kepalanya dengan pulpen yang telah diambil dari saku kemejanya.

"Sakit tau. Ngapain, sih, lu pukul kepala gue," dumelnya, ia mengusap-usap kepalanya yang dipukul oleh Lyn.

'Hahaha, sukurin lu. Lagian, sih,' batin Lyn. Tetapi, tiba-tiba tangannya ditarik oleh lelaki itu ke sebuah tempat. Ternyata, lelaki tau aja mana yang bening dan mana yang tidak. Lelaki yang sedamg bersama Lyn itu menarik tangan Lyn ke seorang wanita cantik. Kemudian, tangan Lyn dilepas oleh lelaki itu dan ia pun mendekati senior cantik.

"Permisi, Kakak Cantik. Bolehkah saya meminta tanda tanganmu?" tanya lelaki itu sembari memancarkan pesonanya. Senior cantik yang melihat adik kelasnya yang tampan segera memasang wajah angkuhnya. Tetapi, wajah itu hanya bisa dilihat oleh Lyn. Mungkin, dipandangan sang lelaki senior cantik sangat imut di matanya. Tetapi, entahlah--

"Boleh, kok. Sini kertasnya," jawab sang senior.

WHAT?!

Lyn menganga lebar. Jadi--semudah itukah ia bisa mendapatkan sebuah tanda tangan?!

Jika hanya dengan cara seperti itu. Lyn juga bisa. Dengan segera Lyn memasang wajah manisnya. Kemudian, ia mendekati senior cantik tadi.

"Ekhem. Kakak yang manis, bolehkah saya meminta tanda tangan?" tanya Lyn sembari menyodorkan sebuah pulpen dan kertas yang berisi kolom untuk tanda tangan. Senior itu menoleh dengan sarkas.

"HAH?! LYN GUE DITOLAK?" batin Lyn. Dirinya sangat terhina. Tetapi, Lyn tak menyerah hanya sampai di situ, ia tetap memasang wajah manisnya.

Tak lama Lyn kembali berkata dengan sarkas, "Kakak, menolak saya untuk mendatangani kertas ini? Adakah sebuah alasan kakak menolaknya?"

"Alasan?! Cih, lu itu perempuan. Gue nggak akan mau menandatangani punya, Lu," ucap senior itu kasar. Terlihat namanya di name tag yang menggantung di bajunya, tertulis Osella Judith Avariella.

"Oh, jadi namanya itu--pantas saja di jahat gitu. Namanya aja seperti itu," batin Lyn sembari mengumpat perlahan dengan menundukkan kepalanya.

"Jadi, saya harus melakukan apa agar kakak mau menandatangani kertas ini?" tanya Lyn dengan manis, ia tak gentar dengan model orang seperti itu. Orang seperti itu memang patut di lawan.

"Nyatain cinta ke orang yang berada di bawah pohon itu!" perintah Sella sembari menunjuk seseorang yang terlihat oleh Lyn sangat tampan parasnya. Tak ada kekurangan satu pun, hanya saja ia terlihat begitu sulit disentuh. Tetapi, Lyn berpikir. Menyatakan cinta?! Boro-boro cinta, suka aja tidak.

"Saya menolak. Suka saja tidak, masa saya harus nyatain cinta. Tak adakah cara lain?" tanya Lyn dengan menggebu-gebu.

"Cara lain--? Tidak ada, intinya jika lu mau tanda tangan gue harus nyatain cinta sampai orang itu bilang 'iya' jika tidak--JANGAN HARAP DAPAT TANDA TANGAN GUE," kata Sella dengan berpikir. Tak ada salahnya kan apabila ia mengerjai juniornya. Tahun lalu saja ia dibegitukan walau tak separah dirinya. Sella tersenyum licik. Lagipula seseorang di bawah pohon itu; Xavier, orangnya sangat sulit disentuh karena sesuatu yang pernah menimpanya. Sella berpikir juniornya yang satu ini cocok untuk membuat Xavier menjadi yang seperti dulu lagi.

Sesungguhnya--Sella rindu Xaviernya yang dulu--sahabatnya. Sella tersadar dari lamunannya dikarenakan suara yang mengganggunya siapa lagi kalau bukan juniornya yang tengik.

"Oke, saya terima tantangan kakak. Kita buktikan saja nanti," ucap Lyn dengan lantang. Lelaki yang bersama Lyn kaget atas jawaban Lyn yang tak terduga.

Lyn berjalan ke arah lelaki senior yang berada di bawah pohon. Entah--ia sedang apa, Lyn juga bingung.

"Permisi, Kak. KAKAK AKU SUKA SAMA KAKAK. KAKAK HARUS BILANG 'IYA', AKU NGGAK TERIMA PENOLAKAN. Karena, aku di suruh dengan tak wajar. Apa-apaan tantangan seperti ini," tutur Lyn dengan keras, ia sengaja karena senior cantik itu masih memperhatikan Lyn dari kejauhan. Tetapi, di akhir kata ia seperti mengutarakan apa yang ada di pikirannya, tak lupa dengan caci maki yang cukup wajar menurutnya.

Xavier melihat ke arah senior cantik itu; Sella, sahabatnya yang satu itu tak pernah berubah. Kemudian, Xavier pun terkekeh pelan yang masih bisa dilihat oleh Sella. Tak lama Sella tersenyum tipis dari kejauhan.

Lyn melihat lelaki itu terkekeh pelan. Apa-apaan coba?! Ia tidak sedang melawak.

"Kak, gue nggak lagi ngelawak, ya. Nggak usah ketawa begitu, deh. Gue bukan badut," kata Lyn asal. Mulutnya yang satu ini memang suka lost control, asal dirinya bahagia ia tak peduli apa yang dirasakan orang lain.

"Hahaha--lucu banget, sih mulut lu. Rasanya mau gue cium tuh bibir," tutur Xavier sembari memegangi perutnya karena, kebanyakan tertawa. Lyn bingung apa yang patut ditertawakan hingga seniornya yang bernama Xavier itu hingga terkikik kencang.

"Jadi, kakak respon apa dari perkataan gue tadi." Lyn tak mempedulikan Xavier yang mendadak menghentikan tawanya.

"Lu jadi pacar gue sekarang, ya." Xavier merangkul bahu Lyn.

Lyn ternganga, melihat secara spontan ke arah Xavier, dan ia berteriak, "APA?! LU NGGAK BERCANDA, KAK?"

-🍦-

To Be Continue.


Continue lendo

Você também vai gostar

3.4M 280K 62
⚠️ BL Karena saking nakal, urakan, bandel, susah diatur, bangornya Sepa Abimanyu, ngebuat emaknya udah gak tahan lagi. Akhirnya dia di masukin ke sek...
2.6M 143K 63
"Walaupun وَاَخْبَرُوا بِاسْنَيْنِ اَوْبِاَكْثَرَ عَنْ وَاحِدِ Ulama' nahwu mempperbolehkan mubtada' satu mempunyai dua khobar bahkan lebih, Tapi aku...
1.8M 129K 50
Aneta Almeera. Seorang penulis novel terkenal yang harus kehilangan nyawanya karena tertembak oleh polisi yang salah sasaran. Bagaimana jika jiwanya...
1.5M 132K 61
"Jangan lupa Yunifer, saat ini di dalam perutmu sedang ada anakku, kau tak bisa lari ke mana-mana," ujar Alaric dengan ekspresi datarnya. * * * Pang...