Crazy Bunny Coaster ' VKOOK '...

By YOI-TE

241K 16.7K 3.6K

Jeon Jungkook baru saja menamatkan kuliah tahun ini. Jungkook sangat ingin mencoba sesuatu yang baru sebelum... More

Jika Ingin Maka Korbankan Lah! 'PROLOG'
Chapter 1: Iseng-Iseng Berhadiah
Chapter 2 : Awal Mula
Chapter 3 : Aku Mengutuk Segala Perasaan Cinta
WARNING (Permohonan Maaf) 。・゚・(ノД')・゚・。
Chapter 4 : Aku Berusaha Memahamimu, Bodoh!
Chapter 5 : Bukan Kegelapan yang akan Menyelimutiku
Maaf, Bukan Updatean Hanya Salam Sapa
Chapter 6 : Tumpah Tindih
Chapter 7 : Desa yang Hilang
Chapter 8 : Di Tengah Kabut Bersamamu
Chapter 9 : Langkah Ringan Masih Jauh
Chapter 10 : Cerita Cinta yang Sedih
Chapter 11 : Untaian Benang yang Kusut
Chapter 12 : Seberapa Besar Rasa Sayangmu?
Warning!!!
Chapter 13 : Laut Indah dan Luas yang Menjadi Ibu Bagi Umat Manusia
Chapter 14 : 念 -Nenriki- [Tekad]
Chapter 15 : Bunga Sakura yang Berguguran [Part.1]
Attention, please
New Publish
Advertisement

Chapter 16 : Bunga Sakura yang Berguguran [Part.2] END

13.4K 721 352
By YOI-TE

Crazy Bunny Coaster

( Travel Light )

Chapter 16 : Bunga Sakura yang Berguguran [Part.2] END

Cast :

Kim Taehyung

Jeon Jungkook

Min Yoongi

Park Jimin

Kim Namjoon

Kim Seokjin

Jung Hoseok

Lee Chan

(VK, YM, NJ, HC)

|||

Hyuk tidak tahu bahwa bunyi dering ponsel bisa membuatnya mati mendadak. Bak salah satu pembalab F1. Ia menyerbu rumah sakit tempat Taehyung di rawat tengah malam. Dengan gerakan cepat ala ninja. Ia melihat kamar Taehyung gelap tak berpenghuni. Hyuk membuka pintu kamar dengan dua kawat. Ini sudah keahlian Hyuk. Ia bukan peretas seperti Yoongi, Hoseok dan Chan . Tapi, pembuka kunci pintu kemana saja. Dengan senyum senang Hyuk membuka pintu. Ia mencari tombol on lampu kamar. Untuk kedua kalinya, Hyuk bisa mati mendadak. Sebuah pistol menodong pelipisnya. Hyuk menghadap orang di sampingnya.

"Kau rupanya Hyuk?" Tanya Taehyung menjauhkan pistolnya.

Hyuk berjalan mundur perlahan. Keringat bercucuran deras. "HANTUUUUUU!!!"

"Diam!!!!" Teriak Taehyung terbatuk-batuk. Ia memegangi lehernya merunduk.

"Kau sadar Taehyung. Astaga!" Ucap Hyuk bersorak riang gembira. Taehyung tersenyum kecut. "Dimana Jungkook dan yang lain?"

"Seongsan... Aku harus ke Seongsan" Kata Taehyung perlahan. Ia mendudukkan diri di sofa yang biasa Hoseok dan Chan duduki. "Namjoon Hyung memberikan spam keberadaan Jungkook dan yang lain di grup. Aku rasa mereka baru sampai atau sebentar lagi akan sampai. Bukan mereka sudah sampai. Mau kah kau membantuku?"

"Oh, tenang dulu Bung." Serbu Hyuk mencoba menenangkan. "Dengar Taehyung, kau baru sadar. Aku harus mengadiri pengadilan besok."

"Kirimi saja file kepada Namjoon Hyung. Semua beres. Kau harus mengantarkanku" Ucap Taehyung pelan.

"Tidak bisa. Aku tidak bisa. Bagaimana jika kau menganggu?" Tanya Hyuk mencari alasan.

Taehyung memberikan tablet. "Aku memasangi alat penyadap di catatan Jungkook. Kau harus membantuku dan kirimkan bantuan. Dengarkan ini" Taehyung memutarkan rekaman yang disadapnya

"Tapi... baiklah. Hanya saja kau harus bertemu dengan kakak iparku yang menjadi salah satu Dokter di sini" Ucap Hyuk akhirnya mengalah. Ia mencari ponsel di saku celana jeans gelap. "Halo, Yesung Hyung. Bisa bantu aku? Tolong ke kamar 157. Ada temanku yang baru siuman.... Baik, ok Hyung... Cepat...."

Taehyung mengerang saat meperbaiki duduknya. Punggungnya nyeri. Hyuk kembali menelpon teman-teman dari divisi lain agar mengirimi bantuan.

"Kenapa kau sekeras kepala ini?" Tanya Hyuk lagi membantu Taehyung duduk.

Taehyung memandangi full moon di jendela kamar. Hyuk ikut memandangi juga. "Jungkook..."

"Jungkook?" Tanya Hyuk berpaling melihat Taehyung.

"Aku mendengarkan Jungkook menangis. Dia sepertinya salah paham. Aku juga baru selesai mendengar video perpisahan darinya. Jungkook datang ke sana untuk mati" Balas Taehyung memperlihatkan video lagi.

Hyuk melihat Jungkook yang duduk dengan latar belakang dinding kamar rumah sakit. Juga sofa yang mereka duduki. Ia melihat Jungkook yang menangis. Selama seminggu kemarin memang hanya 2-3 kali Hyuk berkunjung kemari. Ia tahu seberapa buruknya keadaan Jungkook. Bagaimana bisa Jungkook menghadapi medan perang, bahkan emosi menurun drastis.

"Aku rasa Jungkook akan depresi" Ucap Taehyung kepada dirinya sendiri. Hyuk hanya mendengarkan. "Pilihanku salah rupanya"

"Salah dan benar. Seperti ujian saja" Tawa Hyuk mencoba menenangkan Taehyung. Tapi, tidak mempan.

"Sinar rembulan semakin terang" Taehyung terdengar seperti mengigau.

Sreeet...

"Hyuk?!" Tanya Pemuda manis bermata sipit dengan kulit putih. Ia berjalan masuk.

"Yesung Hyung, bantu kami. Hyung harus mengecek si bodoh ini. Kami akan menjemput mempelainya yang diculik" Ucap Hyuk dengan wajah memelas.

"Astaga! Siapa yang tega-teganya menculik mempelai orang" Kata Yesung mengajak Taehyung berbaring di kasur. "Aku akan memeriksamu. Tunggu ya"

Hyuk menunggui dari luar. Ia ragu. Apakah harus memberi tahu yang lain atau tidak. Tapi, melihat keadaan Taehyung tadi. Hyuk mengurungkan niatnya. Bantuan. Aku harus mengirimi bantuan. Hyuk mengirimi keadaan darurat untuk mencari Ketua Woobin dan sebagian untuk tetap berjaga di pos masing-masing. Yesung membuka pintu kamar. Hyuk menatap kalut Yesung.

Yesung menghela nafas. "Kondisinya sudah semakin membaik. Tapi, kau harus berhati-hati jangan sampai dia terluka. Mengerti?"

"Baik Hyung" Seru Hyuk lega. "Aku akan mengawasinya"

"Apa itu Kim Taehyung putra mahkota yang hilang?" Tanya Yesung berbisik.

Hyuk menganggukkan kepala. "Iya, Hyung. Aku bahkan sudah berteman sebelum fakta itu menyebar"

"Apa dia akan memimpin kita setelah semua ini?" Tanya Yesung lagi menggebu.

Hyuk melirik Taehyung yang sedang berkemas. "Aku juga kurang tahu Hyung. Yang pasti jawaban ada pada permaisuri"

"Dia sudah punya permaisuri? Bagus dong kalau begitu. Cepat jemput permaisuri. Jangan sampai terluka." Balas Yesung tersenyum tenang. "Telepon aku langsung, kalau ada apa-apa. Langsung balik ke sini ok?"

"Baik, Hyung!!!!!!"

Taehyung keluar dari kamar. Melihat Yesung sejenak. Kemudian, memberi salam dengan membungkukkan diri. Yesung balik membungkuk juga. Hyuk berjalan duluan diiringi Taehyung. Mereka menyusup keluar rumah sakit agar antek-antek Dokter Cha tidak menyadari pergerakan mereka. Tidak sesulit yang dipikirkan Hyuk. Mereka lolos begitu saja. Taehyung tidak banyak berbicara. Ia terlihat seperti memikirkan sesuatu.

Mereka sampai ke parkiran. Hyuk melempar helm untuk Taehyung. Kemudian menyalakan mesin. Taehyung naik dibelakang Hyuk masih diam.

"Pegangan yang erat Taehyung" Kata Hyuk mencoba ceria. Taehyung hanya mengangguk kepala. "Kita akan kemana Taehyung?

"Seongsan sunrise park" Balas Taehyung tenang.

"Oh, daerah seperti mangkuk terbalik dekat pantai?" Tanya Hyuk lagi mengingat-ingat.

"Iya, aku ingin kau membawaku ke tepian pantai paling utara" Jawab Taehyung mengecek ponselnya.

"Kenapa?"

"Karena Jungkook ada di sana. Bisa ngebut tidak?"

"Apa kau gila?"

"Cepatlah, kita tidak punya waktu"

Di Tempat Lain

Pertarungan semakin menjadi-jadi. Bantuan yang dikirim Hyuk dan Namjoon juga sudah datang. Ketua Woobin nyaris meregang nyawa. Jika Taekwoon tidak melakukan hal licik. Seperti, menyerang dari belakang. Kawasan Seongsan kembali berdarah seperti saat kudeta yang dulu terjadi. Daerah ini akan menjadi angker di masa depan. Lautan darah. Banyak mayat yang hancur karena pukulan, tebasan pedang atau pun tembakan. Peluru yang tak habisnya menggerogoti mayat. Chan bahkan tersedak ingin muntah. Kaki Hoseok pincang, akibat petarungan membabi buta tadi. Jaehwan berusaha mengevakuasi anak buah yang bisa di sembuhkan.

Taekwoon menyerbu dengan prajurit yang tersisa dan bala bantuan yang datang untuk menyerang lokasi set dua. Taekwoon dengan hebatnya menyerang mereka. Ia memang terkenal sebagai dewa perang. Bahkan teknik memedang Taehyung adalah berkat hasil latihan dari Taekwoon.

Taekwoon mengumpat. Jika ada Taehyung di sini. Semua akan menjadi mudah. Taehyung tipikal penyerang cepat tanpa memberi waktu kesempatan pada lawan. Contohnya saja perlawanan dengan Raja. Taehyung hanya butuh mengatur emosi. Sebenarnya bagus menjadikan kelemahan sebagai kekuatan. Tapi, ini juga tidak salah. Pilihanmu tidak salah Taehyung, batin Taekwoon memikirkan apa rencana selanjutnya Belial.

Ini jelas terlalu memaksa. Tidak seperti gaya Belial yang selalu menghindar atau menghilang. Belial sengaja membuat anggotanya berada di sini. Belial bertaruh. Apa dirinya yang akan menang atau kalah telak. Taekwoon terkejut. Ketua Woobin menyeringai. Ia berlari cepat masuk ke dalam pintu gerbang set dua.

"Ini terlalu aneh...." Ucap Taekwoon pelan berhenti melangkah. Kembali melihat ke belakang. Ia kembali menyerang dua orang anak buah Belial yang mengepungnya.

Ketua Woobin berjalan memasuki ruang set kedua. Kosong. Tidak ada pergerakan apapun. Ia memasuki ruangan yang di dalam ada tiga bilik aneh. Ketua Woobin memencet tombol off. Ketiga bilik terbuka. Paling kanan ada Sehun dan paling kiri ada Zitao yang sama-sama menodong senjatanya pada Ketua Woobin.

"Apa yang terjadi?" Tanya Ketua Woobin dingin.

Zitao dan Sehun menghala nafas serentak.

"Kami diberikan clue seperti ini." Ucap Zitao memberikan kertas yang ditulisnya sendiri. "Jungkook berhasil menjawabnya dan hilang"

"Tapi, sayang Ketua. Kalau pun Ketua bisa menjawabnya. Sistem telah dimatikan" Kata Sehun melihat monitor dan tombol yang tidak berfungsi pada bilik Jungkook.

Ketua Woobin menahan seringainya. Sepertinya, kita harus berkorban Dokter Cha.

"Jadi, bagaimana ini Ketua?" Tanya Sehun lagi.

"Kita tidak bisa melakukan apa-apa" Balas Ketua Woobin enteng. "Banyak yang membutuhkan kita di luar."

"Tapi Ketua, Jungkook terancam di luar sana" Ucap Sehun meninggi mencoba menghadang Ketua Woobin.

"Dengar Sehun, jangan coba-coba membantah. Kalian seperti mantan pengkhianat bagiku" Kata Ketua Woobin dingin.

Zitao semakin kesal. "Tetap saja ini tidak adil Ketua. Jungkook sendirian"

"Apa bedanya dengan dulu?" Tanya Ketua Woobin mengalihkan pembicaraan.

"Beda, Ketua. Jungkook sendirian." Tandas Zitao semakin kesal.

"Belial juga sendirian. Pasukan kita sedikit. Sebaiknya kita membantu yang lain" Ucap Ketua Woobin menarik kedua bawahannya.

Dengan berat hati Zitao dan Sehun mengikuti Ketua Woobin. Mereka juga tidak tahu Jungkook ada dimana. Tapi, mereka curiga Ketua Woobin tahu. Saat mereka keluar dari gedung masih banyak yang bertarung. Tapi, jumlah mereka lebih sepadan daripada yang tadi.

"Aku tahu kalian kesal padaku." Kata Ketua Woobin membuka pedang dari sarungnya. "Tapi mengertilah akan namanya pengorbanan. Walaupun kalian tidak suka." Ketua Woobin berlari ke arah pasukan Belial. Menebas mereka.

"BRENGSEK!!!!" Teriak Zitao dan Sehun serentak ikut memukul pasukan Belial.

* * *

Belial berjalan mengitari Jungkook. Siap menembak. Sedangkan Jungkook ikut berjalan menghindari Belial kapan saja.

Akan ku bunuh kau jungkook!!!!! Bagaimanapun caranya! Akan ku buat Taehyung menyesal seumur hidupnya, batin Belial Tersenyum mengerikan.

"Kau tahu bagaimana rasanya sakit Jungkook?" Tanya Belial menatap datar. "Aku bangun dengan kesepian yang menghampiriku. Bagaimana denganmu? Apa menyenangkan melihat Taehyung hanya terbaring untukmu? Terbujur kaku"

Jungkook mencoba tenang agar tidak terpancing. Ia menenangkan diri, walaupun itu sulit.

"Diam berarti iya, ya? Kau benar-benar rendahan. Dasar penjilat! Raja Hyun adalah milikku begitu juga dengan Taehyung. Taehyung itu milikku. Saat kau mati di sini. Aku akan menyuruh orangku untuk menghabisi Taehyung. Menyingkirlah dari hidupku!!!!!" Teriak Belial mengila. Ia sengaja membuat hati Jungkook tersayat agar semakin menyenangkan membunuhnya. "Oh, tidak! Tidak! Tidak. Taehyung akan ku buat untuk menjadi milikku sendiri. Pengganti Hyunie. Bukankah Taehyung adalah raja selanjutnya? Jangan harap bisa bahagia Jungkook. Setelah Taehyung siuman. Apa dia akan menyukaimu lagi?"

Jungkook menelan saliva kasar. Tulang menggigil. Tangannya bahkan tak sanggup memegang pistol.

"Setelah apa yang kau lakukan? Membohonginya, menyakitinya, merusaknya. Kau menghancurkan karier Taehyung sebagai detektif. Karena telah membunuh Hyun-ku yang tidak bersalah. Hyun-ku adalah Raja dan Taehyung pasti akan diasingkan. Hari ini pengadilan kerajaan. Kau pikir Taehyung akan tetap menyukaimu. Seokjin saja tahu jawabannya. Makanya ia pergi. Kim bersaudara tak sedarah itu punya tipikal yang sama dan kau sama bodohnya dengan Seokjin!"

Jungkook nyaris menjatuhkan pistolnya sendiri. Ia mencoba menenangkan dirinya. Mengirimkan pikiran positif. Jungkook berusaha terus bertahan.

"Kau hanya diam saja, huh?! Benar-benar kurang ajar!!!!" Bentak Belial menembaki lengan Jungkook.

Jungkook yang masih mencoba menguasai diri. Terkejut dengan tembakan di lengan kirinya. Lagi-lagi lengan. Ia menghindar bersembunyi untuk sementara. Peluru menembus ke lengan Jungkook. Ini bahaya aku harus mengakhiri rasa sakit.

Jungkook lari mundur. Ia memasuki jurang bersemak-semak. Mencari tempat sembunyi. Ia terus memegangi lengan yang terluka. Jungkook bersembunyi di balik semak.

"Jung~Kook~Aku~datang~untuk~membunuhmu~dan~mengambil~hadiahku~" Belial bersenandung seperti orang gila yang haus untuk membunuh. "Jangan harap Taehyung menyukaimu lagi rendahan!!!!! Penjilat!!!"

Tae-Hyungie maafkan aku!!! Sakit Hyung.... Batin Jungkook memejamkan mata bersembunyi di semak-semak dekat pohon pinus.

Taehyung mendengar suara tembakan. Hyuk memegangi erat helmnya. Taehyung berlari secepat kilat.

"TAEHYUNG!!!!" Teriak Hyuk tidak kalah panik. Untung Hyuk tahu jalan pintas menuju Seongsan. Terima kasih kepada Kakeknya yang seorang adventure. Hyuk bisa membawa Taehyung tepat waktu. Kalau tidak ia tidak tahu apa yang terjadi. Selama di perjalanan. Taehyung hanya diam memperhatikan ponselnya. Apa yang kau pikirkan tentang Jungkook sekarang?

Taehyung berlari memasuki hutan belantara. Ia akan menebas habis semak yang tidak bisa di lewatinya. Pikiran Taehyung berkecamuk.

Jungkook pasti salah sangka lagi. Kalau lama-lama berinteraksi dengan Belial. Kenapa dari dulu meyakinkan seorang Jeon Jungkook sangat sulit. Apa karena misi berbohongnya dari Dokter Cha? Jadi, dia ketakutan. Bertahanlah Jungkook. Barang sepersen pun rasa sayangku tidak akan menghilang. Kau bahkan tidak berselingkuh dengan orang lain. Seharusnya aku berterima kasih pada Dokter Cha. Karena telah memilihmu untuk menjalankan misi. Aku bisa dekat denganmu lagi setelah berapa tahun mencoba yakin bahwa kematian sahabat kelinciku adalah mimpi buruk. Bahwa kau tidak pernah mati. Sehingga aku tidak bisa tidur dengan baik. Bagaimana aku akan membencimu? Maafkan aku, Jungkoook. Aku yang salah. Batin Taehyung berkecamuk. Ia bahkan tidak sadar meloncati jurang yang lumayan membuat Hyuk ngeri. Hyuk terpaksa berhenti dan mengambil ancang-ancang untuk meloncat. Taehyung tidak tahu, ia kemana. Hanya keberadaan Jungkook yang terus dikejar melalui salah satu aplikasi ponselnya.

Jungkook berlari menghindari tembakan Belial. Ia sengaja melakukannya agar Belial kehabisan peluru. Jungkook bisa melihat Belial sengaja memancingnya agar goyah. Tidak, Jungkook tidak akan goyah demi hidupnya. Dokter Cha adalah salah satu pembaca masa depan dengan persentase benar tertinggi. Jungkook akan membunuh Belial di sini. Ia kembali menghindar terus menghindar membiarkan peluru Belial terbuang sia-sia. Jungkook bukan petarung jarak jauh.

"Kau takut, bodoh! Kau takut! Dimana kau?!" Teriak Belial menembaki apa saja yang mencurigakan. "Taehyung tidak menyayangimu! Ia akan menyesal telah melindungimu, Jungkook! Dia akan meludah tepat di wajahmu! Taehyung akan membunuhmu dengan kapak. Apa yang kau lakukan pada jasad kedua orang tuanya, huh? Dasar manusia menjijikkan!!!!"

Air mata Jungkook lolos begitu saja. Pandangan matanya berembun. Kenapa Belial selalu bisa membaca pikiran negatifnya. Kepala Jungkook sakit seketika. Tidak, aku tidak boleh depresi dulu... Tuhan.... Jungkook mengikat kedua sisi luka tembak di lengan agar tidak terjadi pendarahan. Tubuhnya masih bergetar. Ikatan simpulnya berantakan.

"Bahkan tubuh dan nyawamu tak akan bisa membuat Taehyung memaafkanmu. Jungkook terima saja kematianmu. Biarkan aku yang mengisi ke kosongan hati Taehyung" Ucap Belial tersenyum mengerikan. Ia sangat kesal Jungkook selalu menghindar. Belial nyaris kehabisan akal. Lepas kendali dengan rencana awal. Belial bersumpah akan membunuh Jungkook di sini. Ia tidak sadar bahwa ucapannya sendiri yang akan mengantarkan kepada kematian.

Jungkook membiarkan air matanya lolos begitu saja. Ia melemparkan batu ke arah yang berlawanan dengan tempatnya bersembunyi. Jungkook terpancing dengan ucapan Belial. Terbakar api cemburu. Belial berlari ke arah bunyi yang mencurigakan. Di belakang Jungkook siap menendang pungung Belial. Pistol yang dipegangnya terlempar, akibat tendangan yang tak terduga. Ia mematahkan leher Belial. Jungkook bersumpah tidak akan membuat Belial hidup bersama Taehyung. Belial tersungkur. Jungkook menendang Belial agar berbalik. Ia menendang perut dan wajah Belial. Jungkook ingin menghancurkan wajah, tapi orang tidak bisa mengidentifikasi nanti. Belial menarik nafas. Seluruh tubuhnya sakit. Jungkook mengambil pistolnya.

Belial mengambil pistol di dalam saku menembaki perut Jungkook. Tapi, Jungkook sempat tersadar dan menghindar. Peluru menyerempet pinggang Jungkook. Jungkook terduduk. Lengan dan pinggang berdarah lagi. Jungkook menembaki kening Belial, sebelum menghindar dari tembakan Belial lagi. Jungkook berhasil membolongi kening Belial. Ia mengambil botol air berisi bensin yang diberikan Tao. Jungkook menyirami tubuh Belial dengan bensin. Jungkook mengambil mences di sakunya. Ia menghidupkan mences.

Tubuh Jungkook roboh seketika. Ia menggigil. Jungkook frustasi. Ia ketakutan tak bisa melihat tubuh Belial akibat ulahnya. Jungkook terpancing dengan kata-kata Belial. Jungkook menggenggam erat mences yang menyala. Air matanya menetes. Semua berakhir. Hidupnya berakhir. Jungkook gagal menjadi psikolog. Ini melanggar kode etik. Seharusnya Jungkook tidak membunuh calon pasiennya. Lalu, apa bedanya Jungkook dan Belial sama-sama melakukan hal yang bersebrangan dengan Taehyung dan kawan-kawan. Jungkook menangis semakin keras. Pantas saja Dokter Cha mengatakan untuk kebahagiaan di kehidupan selanjutnya. Karier Jungkook tamat. Karena membunuh seseorang yang harusnya bisa ditangani tanpa membunuh. Ia tidak bisa bertatap muka dengan Taehyung. Karena ia sama dengan Belial sama-sama pembunuh.

Jungkook mundur ke belakang. Memori Taehyung yang terbaring di ranjang rumah sakit menghantuinya. Jungkook pernah mengalami stres dan depresi sebelumnya dan sekarang penyakit itu datang tanpa aba-aba. Makanya dulu orang-orang mengatai Jungkook yang pantas jadi pasien bukan psikolog. Karena riwayat hidupnya. Jungkook dicibir. Sekarang, ia melakukan kesalahan besar. Jungkook meratapi diri sendiri. Tidak bisa hidup dengan cibiran.

Tidak bisa hidup terus-terus meratapi tubuh kaku Taehyung. Apa yang dikatakan Belial benar? Bagaimana kalau semua itu benar? Taehyung membencinya. Apa yang bisa membuat Jungkook hidup? Taehyung membencinya atau tidak bangun-bangun saking benci. Lalu, keruntuhan bagi cita-citanya. Ia tidak punya apa-apa lagi. Jungkook meniup api mences tanpa tahu apa tujuan. Mengganti mences dengan pistol tadi. Jungkook membuka mulutnya. Sudah waktunya untuk berpisah.

Sebisa Jungkook menenangkan diri tadi. Ia semakin tenggelam ke dalam laut hitam. Seperti dementor yang menghisap kebahagian. Jungkook kosong dengan wajah pucat. Ia mengarahkan pistol ke dalam mulutnya untuk meledakkan otaknya sendiri yang semakin menggila.

DOOOORR!!!!

Bunyi pistol yang memekakkan lagi. Kepakan sayap burung-burung riuh. Tapi, Jungkook tidak merasa sakit atau kehilangan kesadaran. Tangannya digengam oleh kehagatan yang dirindukan. Tubuh Jungkook bergetar saking syoknya. Bahkan darah di pinggang tidak dihiraukan Jungkook. Juga peluru di lengan yang mati rasa. Ia tahu perasaan hangat ini. Wajah kekasih setelah sekian lama tidak menatapnya lagi muncul. Berdiri menatap Jungkook dari atas. Taehyung mengecup dahi Jungkook sayang. Menjauhkan pistol dari tangannya. Melempar pistol ke arah Hyuk yang panik menangkap. Taehyung membalikkan tubuh Jungkook dan memeluknya erat.

"Kerja yang bagus, sayangku" Ucap Taehyung berbisik dengan suara serak.

Jungkook menangis semakin menjadi-jadi. "TAEHYUNG!!! TAE-HYUNGIE!!!! TAE-HYUNGIE!!!!" Jerit Jungkook pilu.

Taehyung membiarkan Jungkook histeris dalam pelukannya. Setidaknya Jungkook bisa melepaskan rasa sesak. Taehyung mengelus surai Jungkook lembut. Membiarkan calon pasangan menangis dan menjerit ketakutan. Telinga dan hati Taehyung terkoyak mendengar ratapan Jungkook. Ia semakin memeluk erat Jungkook. Hanya ucapan penenang yang bisa diucapkan Taehyung."Tenang ya, Jungkookie. Aku di sini. Tenang ya"

Jungkook menggelengkan kepala, entah apa maksudnya. Taehyung menghapus air mata Jungkook lembut. Mencium bibir Jungkook yang semerah muda bunga tulip. Menyalurkan ketenangan. Taehyung mengecup kedua belah bibir kekasihnya. Jungkook membiarkan Taehyung menguasainya. Ia hanya bisa berserah diri. Merasakan kembali Taehyung yang hidup.

"Aku akan mengeluarkan peluru di lenganmu." Ucap Taehyung menenangkan Jungkook. Ia menatap Jungkook intens. Jungkook menganggukkan kepala pelan.

Hyuk memberikan peralatan kesehatan dari Yesung kepada Taehyung. Taehyung melakukan operasi lokal dadakan. Terima kasih kepala koleksi buku medis dari Jaehwan Hyung. Ia harus mengeluarkan peluru yang menyarang lengan Jungkook agar tidak membusuk. Kemudian memberikan pertolongan pertama agar Jungkook tidak kehilangan banyak darah. Taehyung bersyukur peluru tidak sampai menempus atau tenggelam ke tulang. Tapi, hanya tersangkut di daging lengan belakang Jungkook. Setelah selesai, Taehyung mengendong Jungkook yang tidak sadarkan diri. Sebelumnya Hyuk telah menelpon temannya untuk membawa mobil.

Taehyung meratapi dirinya sendiri. Aku melakukan kesalahan, batin Taehyung sakit melihat keadaan Jungkook. Ia mengendong Jungkook. Hyuk ikut memapah Belial.

"Pagi ini akan ada rapat dari kerajaan. Apa kau akan datang?" Tanya Hyuk berusaha mengejar langkah Taehyung.

Taehyung menggeleng. "Aku tidak akan datang. Biarkan saja Hyungdeul yang mengurusnya."

"Jungkook bagaimana?" Tanya Hyuk lagi melihat Jungkook yang tertidur di bahu Taehyung.

"Dia tidak apa-apa. Aku lebih takut kepada luka psikologinya" Balas Taehyung menatap jauh. "Full Moon yang bersinar terang"

"Lihat Taehyung!!!!" Teriak Hyuk saking senangnya. "Di sampingmu bunga sakura berguguran. Pemandangan yang indah"

"Sayang aku tidak bisa berfoto dengan keadaan begini"

"Ya, padahal malam sangat bagus untuk berfoto pasangan muda"

Di Gerbang Seongsan Sunrise Park

Ketua Woobin, Taekwoon, Zitao dan Sehun masih melakukan perlawanan terhadap prajurit Belial. Taekwoon berpikir pasukan Belial memang sengaja melakukan perlawan untuk menahan mereka di sini. Sehingga tidak ada yang menganggu pertarungan Belial dan Jungkook. Jaehwan terkejut melihat Hoseok dan Chan yang menyusup ke pasukan mereka. Pertarungan masih saja terjadi. Jaehwan menyuruh Chan untuk membantu memberi perawatan terhadap pasukan agen detektif. Jaehwan menyuruh Hoseok bersandar di pohon agar mudah membersihkan luka di pahanya.

"Kenapa kalian bisa sampai di sini?" Tanya Jaehwan membersihkan luka Hoseok dengan alkohol. Karena rifanol sudah menipis.

Hoseok meringis. "Kami mengikuti kalian, Hyung"

"Lalu, bagaimana dengan Taehyung?" Tanya Jaehwan lagi pura-pura menyembunyikan keterkejutannya.

"Jungkook sudah mengunci kamar Taehyung" Jawab Hoseok meringis untuk kesekian kalinya. Chan datang memegangi tangan Hoseok.

"Kami mengirimi pesan kepada Hyuk untuk menunggui Taehyung" Balas Chan mencoba tenang. Padahal, ia ikut merasa ngilu.

"Semoga mereka baik-baik saja" Balas Jaehwan tersenyum mulai memperban luka Hoseok.

Chan ikut tersenyum melihat pertarungan di matanya. Ia tanpa sengaja melihat lampu kelap-kelip bewarna merah-hitam di ikat pinggang salah satu lawan Taekwoon. Angka 01:00 mulai berjalan mundur menjadi 00:55.

"AWAS HYUNGDEUL!!!! ADA BOM DI SABUK LAWAN KALIAN!!!!" Teriak Chan keras nyaris air matanya keluar.

00.45

Jaehwan secepatnya berbalik melihat Taekwoon. "TAEKWOOOON HYUNG!!!!!!"

00.40

Taekwoon menghindar dari beberapa kepungan lawan. Melihat Jaehwan yang bercucuran air mata. Taekwoon berlari ke arah Jaehwan.

00.30

Zitao memeluk Sehun dari belakang secepat kilat. Mereka menghindar menjauh.

"MENJAUH!!!!! SEMUANYA MENJAUH!!!!" Teriak Zitao murka. Sehun membiarkan dirinya diseret kemana saja oleh Zitao.

00.20

Begitu juga dengan agen detektif yang lain-lain ikut mendengarkan pekikan Chan.

00.10

Ketua Woobin menendang lawan agar menjauh beserta bala bantuan yang masih memiliki nyawa.

00.05

00.04

00.03

00.02

00.01

DUAAAAR!!!!!!!!

Mereka meledak serentak. Bahkan beberapa kepala terlempar ke arah Chan. Hoseok menarik tangan Chan agar mendekat. Chan ketakutan bersembunyi di leher Hoseok. Jaehwan nyaris terkena serangan jantung. Jika Taekwoon tidak memeluk dirinya. Satu kepala menggelinding mendekat ke arah bokong Jaehwan. Sebelum Jaehwan melihatnya, Taekwoon menendang kepala mesum bak pemain sepak bola. Banyak daging-daging terlepas dari kerangkanya. Sehun muntah melihat kejadian di depan matanya. Zitao menggosok punggung Sehun cemas. Ketua Woobin malah tersenyum senang. Zitao melirik Ketua Woobin heran. Ketua Woobin menelpon seseorang. Tapi, Zitao tidak bisa menajamkan fokus. Sebab Sehun muntah mengeluarkan isi perutnya. Zitao memberikan tisu dan air minum di tas pinggang. Sehun memerah. Zitao mengelus surai Sehun masih memerhatikan gerak-gerik Ketua Woobin.

"Siapa yang ditelpon Ketua Woobin?" Tanya Zitao kepada dirinya sendiri. Sehun ikut melirik ke arah Zitao sambil meminum air. Ia menggelengkan kepala pusing.

* * *

Namjoon tidak bisa menahan kepanikannya. Seokjin masih tinggal di salah satu rumah sakit milik Dokter Cha bahkan Namjoon juga ikut menginap. Seokjin melihat Namjoon yang tidak henti-hentinya memijit batang hidung mancung. Ia memijit pelipis Namjoon agar merasa baikan. Sedangkan Namjoon menyuruh Seokjin duduk di pangkuannya. Masih asyik memijat kening Namjoon. Seokjin berhenti sejenak, mengambil secangkir teh earl gray. Namjoon menerima sambil tersenyum.

"Ada apa Namjoonie?" Tanya Seokjin masih memijit pelipis Namjoon.

Namjoon menghela nafas. "Tadi tengah malam Hyungdeul menyerang Belial. Aku harus menggantikan Ketua Woobin untuk rapat pagi ini"

"Rapat? Rapat dengan siapa?"

"Rapat dengan kerajaan, Seokjin Hyung"

Seokjin menundukkan kepala. Namjoon mengelus punggung Seokjin. "Apa ada yang bisa ku bantu?" Tanya Seokjin mencoba menatap mata Namjoon.

Namjoon menggelengkan kepala. "Aku ingin kau tetap di sini Jinie Hyung. Biar aku yang mengurus ini semua. Atau ingin bertemu dengan Taehyung dan Jungkook? Mau pindah kamar?"

Gantian Seokjin yang menggelengkan kepala. "Aku di sini saja Namjoonie"

"Baiklah, aku harus bersiap-siap untuk rapat" Ucap Namjoon menurunkan Seokjin duduk di sofa. Mengecup surai Seokjin. "Aku mandi dulu, Hyung"

"Kau mengikuti cara Taehyung" Kata Sekjin merona. Namjoon melihat Seokjin kaget. "Jadi, diri sendiri juga tidak apa-apa. Aku tidak masalah"

"Kalau Taehyung kebiasaan mencium kening Jungkook, bukan rambut. Tenang saja, kita akan mengawali semuanya. Saling mengerti, ok" Balas Namjoon menurunkan egonya sekali lagi.

"Terima kasih, Joonie" Ucap Seokjin semakin merona. Ia merunduk malu, merasa bodoh.

Namjoon hanya geleng-geleng kepala masuk ke dalam kamar mandi.

Di Kerajaan

Yoongi dengan wajah sedatar tembok putih kerajaan menatap penasihat kerajaan. Sedangkan Jimin malah menguap santai menyandarkan kepala di bahu Yoongi. Mereka datang terlalu cepat. Karena pasangan ChanBaek menjemput menanyakan keberadaan Zitao dan Sehun. Makanya mereka berakhir duduk manis di depan penasehat beserta antek-antek kerajaan. Chanyeol masih asyik dengan berkas-berkas. Baekhyun malah melakukan sarapan yang tertunda. Selanjutnya, Namjoon datang sambil menepuk punggung Yoongi.

"Akhirnya kau datang juga Hyung" Ucap Jimin sebagai perantara Yoongi untuk berbicara.

Namjoon menghela nafas. Wajahnya seperti ikan baru ditangkap nelayan. "Kalian harus tahu dini hari Ketua Woobin bertemu dengan Belial. Aku harus menggantikannya datang. Bagaimana dengan Dokter Cha?"

"Si tua bangka belum juga datang" Tandas Yoongi kesal.

"Tunggu dulu Hyung, bukannya Belial sudah kita tangkap?" Tanya Jimin bingung bercampur panik. "Maksud bertemu bagaimana?"

"Belial kabur" Ucap Namjoon meninggi saking antusiasnya. Semua terdiam bahkan Chanyeol dan Baekhyun melihat ke arah Namjoon.

"APA?!" Sengit Yoongi. Jimin nyaris menyumbat mulut Yoongi. Kalau tidak gara-gara Namjoon yang menyuruh memelankan suara.

Chanyeol dan Baekhyun merapat ke arah Namjoon mengambil kursi yang menganggur.

"Apa maksudnya ini?" Tanya Chanyeol seperti mengancam. Baekhyun masih saja asyik memakan mochi. Jimin jadi ngiler.

"Tenang, jangan marah. Berjanji padaku, kita harus menyelesaikan rapat kerajaan ini bersama-sama dengan cepat." Ucap Namjoon menatap serius keempat temannya. Mereka mengangguk bersamaan. "Tadi malam, Hoseok dan Chan mengirimi aku pesan. Hoseok bilang Ketua Woobin, Taekwoon Hyung, Jaehwan Hyung, Zitao Hyung, dan Sehun berkumpul di depan kamar Taehyung tengah malam. Hoseok dan Chan pulang ke markas sore hari untuk mengambil keperluan Jungkook dan Taehyung. Saat mereka datang tengah malam. Mereka tidak sengaja melihat Ketua Woobin dan yang lain. Kemudian, Jungkook keluar dan di bawa pergi" Yoongi mengumpat. Jimin berhenti makan mochi. Wajahnya berubah murung. Chanyeol dan Baekhyun masih serius mendengarkan. "Hoseok dan Chan tidak tahu mereka akan kemana. Jadi, mereka mengikuti. Lalu, sampai di Seongsan dan sekarang aku putus kontak dengan mereka."

"Astaga!" Ucap Jimin panik.

"Jadi, berjanji padaku bahwa kalian akan ikut menyelesaikan rapat ini. Kita akan mencari mereka." Kata Namjoon melihat satu per satu temannya.

"Baiklah" Ucap Chanyeol singkat. Ia menggaruk-garuk rambut yang tidak gatal.

"Ekhem kita mulai saja rapatnya" Ucap Penasihat kerajaan.

"Tapi, Dokter Cha belum datang Tuan" Balas Baekhyun kembali duduk di kursinya. Chanyeol mengikuti Baekhyung.

"Tidak apa-apa. Dokter Cha sedang melakukan operasi besar-besar sepertinya tadi malam agen detektif diserang" Ucap Penasihat kerajaan tenang. "Aku hanya ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi."

Namjoon menjelaskan kronologi rencana Raja Lee Hyun. Dari pemboman lima tahun yang lalu dilakukan terhadap kerajaan. Ia juga memperkenalkan kedua saksi nenek peramal dan anaknya yang dinyatakan hilang oleh kerajaan. Yoongi juga menambahkan bahwa terjadi kudeta atas kerajaan yang dipimpin oleh mendiang Ayahnya Taehyung dengan memberikan rekaman. Sebelumnya Yoongi telah memindahkan video tersebut ke tempat yang aman. Namjoon juga menceritakan bahwa hubungan Raja Hyun dan Belial. Penasihat kerajaan mengaku bahwa dirinya belum tahu wajah Belial, sehingga membiarkan saja Raja Hyun dan Lee Min[Belial] bertunangan.

Chanyeol mengungkapkan bahwa ada beberapa pelayan yang diancam oleh Raja Hyun agar tidak menceritakan apa yang terjadi. Penasihat kerajaan malah menegur para pelayan yang masuk sebagai saksi. Mereka membela diri, bahwa Raja Hyun mengencam mereka. Baekhyun dan Jimin bergantian mengatakan bahwa apa yang mereka lakukan bukan kudeta, tapi hanya ingin mengintrogasi kejahatan dan kasus pembunuhan atas Raja lama. Tapi, Raja baru yang merasa terdesak melakukan pelarian.

Yoongi juga memberikan bukti cctv pada Penasihat kerajaan bahwa Taehyung niat awal tidak ingin membunuh Raja Hyun. Ia memberikan kesempatan kepada Raja Hyun hidup dengan membiarkan pedang Taehyung bersarang di pinggangnya. Tapi, Raja Hyun masih sempat memberikan perlawanan untuk membunuh Taehyung dengan cara mengambil pistol berada di sampingnya. Sehingga, Taehyung tertembak. Jungkook telah menembakkan peluru bius. Tapi, tetap saja Raja Hyun kehilangan nyawanya. Jimin ikut menambahkan bahwa Raja Hyun meninggal dunia karena kehabisan darah dan lamabatnya pertolongan. Bahkan Taehyung masih koma.

"Juga satu lagi Tuan, jasad Raja sudah ditemukan" Ucap Namjoon membuat Penasihat syok.

"Dimana? Dimana Raja?" Tanya Penasihat antusias.

"Uleung island" Jawab Namjoon tenang. "Bersama permaisuri"

Penasihat kerajaan langsung menyuruh anak buah dan pengawal untuk mencari jasad tersebut. "Baiklah, aku menerima tindakan kalian. Mungkin aku juga akan bertemu dengan Ketua Woobin dan Dokter Cha untuk membahas siapa yang akan memimpin kita. Tapi, untuk Taehyung. Maaf sekali, aku ingin kalian memberikan waktu bebas kerja sebulan ini"

Namjoon hanya menganggukkan kepala. Mereka pikir Taehyung belum siuman. Jadi, tidak masalah. Mereka berpamitan kepada Penasihat kerajaan menuju ke Seongsan. Beberapa jam perjalan mereka tempuh dengan ketenangan. Tidak ada yang berbicara. Mereka asyik dengan pemikiran sendiri. Tapi, pemandangan yang pertama kali mereka lihat adalah lautan darah, daging manusia yang bertebrangan, tanah gosong akibat ledakan. Kepala-kepala yang hangus dan tak berbentuk membuat isi perut bergejolak ingin keluar.

"Apa yang terjadi ini?" Tanya Namjoon tidak bisa berkata-kata. Yoongi dan Jimin mencoba berjalan memasuki daerah penuh darah untuk melihat ruang bawah tanah.

DRRRT!!!!

"Ponselmu Yeolie" Ucap Baekhyun kesal.

Chanyeol melihat pesan yang sampai.

Dari Maknae:

Hyung, kami baik-baik saja. Banyak yang patah tulang. Kemarilah cepat. Kami ada di rumah sakit tempat Taehyung dirawat.

"BERHENTI!!!!!" Teriak Chanyeol membuat semua berhenti. "Mereka sudah berada di rumah sakit."

"Tunggu dulu kami mengambil rekaman cctv" Balas Jimin ikut berteriak. Ia tidak melihat ke arah bawah sedikit pun. Yoongi bahkan meloncati genangan darah beserta daging-daging gosong.

"Aku rasanya tidak ingin makan daging dulu" Ucap Yoongi pelan. Setelah sampai di depan pintu.

"Aku juga Hyung" Timpal Jimin.

Mereka memasuki ruang bawah tanah dengan kunci yang dititipkan Raja pada notes miliknya. Yoongi memeriksa rekaman cctv, walaupun tidak bisa terlihat ke seluruhan. Tapi, terjadi pertikaian yang jumlah tidak seimbang. Lalu, di akhiri dengan mereka yang meledakkan diri mereka sendiri.

"Kenapa mereka meledakkan diri sendiri Hyung? Bukannya jumlah mereka masih banyak" Tanya Jimin mengintrupsi Yoongi.

Yoongi berpikir sejanak. "Bom bunuh diri. Tapi, alasannya belum kita ketahui. Ayo, sebaiknya kita cepat. Baekhyun Hyung pasti sudah memuntahkan sarapannya tadi"

Mereka beranjak keluar setelah mengambil rekaman cctv. Betul apa yang dikatakan Yoongi. Baekhyun sudah seperti mamud [mama muda]. Chanyeol tidak henti-hentinya menggosokkan punggung Baekhyun.

"Maaf Hyung, kami lama" Ucap Jimin datang membantu memberikan minum kepada Baekhyun. Baekhyun menggelengkan kepala bahwa dia baik-baik saja.

"Ini benar-benar gila" Ucap Namjoon tidak habis pikir. "Ayo, Hyung kita pergi"

Dengan langkah berat Baekhyun duduk di samping Chanyeol yang kembali menyetir berangkat menuju salah satu rumah sakit milik Dokter Cha.

* * *

Seminggu kemudian, organisasi Baal hilang di telan bumi. Semua rahasia organisasi ini terkubur tanpa jejak oleh kematian Belial. Ketua Woobin menyalahkan Jungkook atas tindakannya yang gegabah telah membunuh tersangka. Tapi, Namjoon membela Jungkook bahwa tindakannya bukan sebuah kesalahan. Kalau pun Belial ditangkap hidup-hidup lagi. Dia akan tetap melarikan diri dan entah apa yang akan diperbuatnya. Namjoon dan ketua Woobin sempat berdebat panjang.

Semua anggota agen detektif Bangtan Boys sudah berada di markas termasuk Kim Seokjin. Tapi, semua tidak sama lagi. Seminggu ini, Jungkook bermimpi buruk setiap malam. Kepingan ingatan kejadian saat Raja Hyun menembaki punggung Taehyung terus menghantuinya. Seperti malam ini. Tubuh Jungkook menggigil. Taehyung melihat Jungkook diam. Ia tidak bisa tidur. Takut penyakit stres Jungkook datang kembali.

"Tae...Hyung...mianhae..." Lirih Jungkook menangis dalam tidurnya.

Taehyung mendekat ke arah Jungkook. Mendekap Jungkook hangat. Ia mengecup kening, dan kedua belah mata Jungkook yang berair. Menghapus air mata kekasihnya. Taehyung benci air mata Jungkook. Hatinya sakit melihat calon pendamping menderita seperti ini. Taehyung bahkan sudah menelpon Eomma tentang keadaan Jungkook. Eomma menjawab Jungkook sering seperti itu kalau kambuh. Mana mungkin Taehyung membiarkan Jungkook begitu saja.

"Aku disini, Jungkook. Tenang ya, Baby" Ucap Taehyung kembali mengecup kening Jungkook.

Tubuh Jungkook sedikit rileks, tidak terlalu menggigil seperti tadi. Taehyung mengecup setiap inci wajah Jungkook. Mengelus surai kecokelatan pemuda kelinci lembut. Taehyung terus memberikan kata-kata penenang kepada Jungkook. Tapi, sesuatu yang aneh terjadi tiba-tiba. Jungkook menjerit pilu. Air matanya merembes deras. Taehyung syok seketika. Tubuh Jungkook menggigil kembali. Lebih parah.

"Jungkook... Jungkookie...KOOKIE!!!!" Teriak Taehyung membangunkan Jungkook.

Jungkook terbangun menghapus air matanya. "Taehyungie..."

Taehyung menghela nafas. Mengecup kening Jungkook menenangkan. Kembali mendekap Jungkook hangat. "Ada apa Baby? Aku di sini"

"Nggak mau tidur, Tae-Hyungie. Belial seperti hidup di kepalaku" Ucap Jungkook sendu menahan isakan.

Taehyung semakin mengeratkan pelukan. Kembali mengelus surai Jungkook. "Lalu, kalau tidak tidur. Mau ngapain jam segini? Masih dini hari Kookie"

Jungkook menggelengkan kepala bersembunyi di leher Taehyung. Taehyung hanya bisa tersenyum sambil menepuk-nepuk lembut punggung Jungkook.

"Hyung, aku bukan bayi" Rengek Jungkook menatap Taehyung kesal. Tapi, menggemaskan bagi Taehyung.

Taehyung mengacak surai kekasihnya. "Siapa yang bilang kalau Kookie adalah bayiku. Kookie adalah istriku akan melahirkan bayi-bayi yang tak kalah menggemaskan"

Jungkook mem-pout, memukul pelan dada Taehyung. Tatapan dibuat nyalang se nyalangnya.Tapi, tidak bisa. Jungkook menangis.

"Kenapa menangis Kookie?" Tanya Taehyung menyeka air mata Jungkook.

"Masih mau melamarku?" Tanya Jungkook balik sangsi. Taehyung menatap lekat kekasihnya yang semakin rapuh. "Masih mau bersamaku? Masih mau bersama pembunuh sepertiku? Aku...hiks...bukan Kookie yang bisa kau bangga kan lagi Hyungie... Bahkan Ketua Woobin tidak menyukaiku lagi.... Aku tidak mau melihatmu ber-partner dengan yang lain selain aku. Sakit... dadaku sakit..."

Taehyung kembali mendekap Jungkook. Mengelus punggung Jungkook yang semakin kurus. Ia tidak bisa melihat Jungkook seperti ini. Taehyung merasa bersalah, tidak bisa mengontrol emosinya. "Dengarkan aku, nee" Jungkook mengangguk pelan. Kedua mata mereka sama-sama menatap lekat pasangannya. "Aku juga pembunuh. Aku tanpa sengaja membunuh Raja Hyun. Aku yang menyakitimu Kookie" Jungkook menggelengkan kepala panik. Saat, ia ingin berbicara Taehyung meletakkan jari telunjuk ke bibir Jungkook. "Aku yang memilih pilihan ini. Aku terpancing, saat Raja Hyun menembakmu. Bunyinya sangat keras. Bahkan kau di sampingku. Tapi, aku tidak bisa melindungimu sedikit pun... Aku membiarkan betismu membiru. Membiarkan kau menangis sampai menggigil melihatku yang mengamuk. Aku yang gagal melindungimu. Aku yang membiarkanmu menanggung beban sebesar ini dan seenaknya saja aku tertidur padahal aku belum minta maaf padamu"

Jungkook kembali menangis, memegang kedua bahu Taehyung agar kekasihnya tidak pergi. "Tae-Hyungie tidak bersalah. Aku saja yang lemah"

"Jungkookie, pertanyaan tadi seharusnya aku yang bertanya padamu" Ucap Taehyung sayu. "Apakah kau masih mau bersamaku, menghabiskan waktu hidupmu denganku? Karena hanya kau masa depanku"

Jungkook menganggukkan kepala cepat. Air matanya mengkhianati Jungkook. Hatinya hangat mendengarkan kata-kata Taehyung. Selama lima hari yang lalu, mereka dirawat di ruangan yang terpisah. Bahkan Ketua Woobin tidak ingin Jungkook melihat Taehyung. Jungkook sakit hati. Dia diperlakukan sebagai tersangka. Jungkook memeohon kepada Dokter Cha agar dirinya bisa bertemu untuk terakhir kalinya dengan Taehyung. Empat hari berlalu lama seperti neraka. Jungkook nyaris mengiris urat nadinya. Ia terpukul, ketakutan, tidak tahu mau pulang kemana. Bahkan menatap anggota Bangtan Boys yang lain Jungkook tak sanggup. Jika Taehyung tidak datang. Jungkook pasti tewas di tempat.

Jungkook pikir, ia tidak pantas mendampingi Putra Mahkota yang hilang. Taehyung bahkan hanya menanyakan keadaan. Merawat Jungkook seperti tidak ada kejadian yang berarti. Padahal, Jungkook mengharapkan Taehyung bertanya seperti ini. Jungkook tidak bisa menahan air mata kelegaannya. Belial selalu berbisik bahwa Taehyung memperlakukan Jungkook baik karena merasa bersalah. Belial seperti setan yang selalu berbisik di telinganya.

Tiga hari ini mereka baru berada di markas. Tapi, Jungkook tidak mau keluar dari kamarnya. Chan, Seokjin dan Jimin bergantian mengantarkan makanan. Tapi, Jungkook tidak mau membuka pintu. Kecuali untuk Taehyung. Jungkook tidak mau dipandangi dengan kebencian. Sebelum melihat itu, sebaiknya Jungkook menyingkir.

"Kookie...." Panggil Taehyung lembut membawa kefokusan Jungkook pada dirinya.

"Tae-Hyungie berkata seperti itu tidak karena merasa bersalahkan? Tidak karena mengasihaniku?" Tanya Jungkook menggigil. Suasana hatinya cepat sekali berubah buruk.

Taehyung hanya mengasihanimu, Jungkook. Tak sedikit pun rasa cinta untukmu. Ia hanya merasa bersalah. Setelah bertemu dengan yang lebih baik darimu. Taehyung akan meninggalkanmu. Ingat Jungkook, Taehyung benci pengkhianat sepertimu. Kau benar-benar psikolog tidak sih?, bisik Belial di telinga Jungkook.

Jungkook kembali menggigil. Air matanya tidak berhenti menangis. Taehyung semakin panik melihat Jungkook.

"Jungkook dengarkan aku. Tentu aku merasa bersalah melihatmu" Ucap Taehyung membuat Jungkook semakin menangis kalut. Ia bergerak ingin lepas dari dekapan Taehyung. "Apa kau tidak ingin bertemu denganku? Apa aku menggangumu?"

Jungkook menggeleng kepalakuat. "Bukan begitu, kau tidak mengerti Tae!"

"Aku memang tidak mengerti. Kata Eomma kau sering begini saat kambuh. Bertanya-tanya aneh. Berpikir-pikir negatif. Tentu, aku merasa bersalah melihatmu seperti ini. Jika aku bisa memutar waktu. Aku ingin bisa mengontrol emosiku. Seharusnya aku beradu argumen dengan mereka berdua. Seharusnya aku bisa menghabisi mereka berdua. Bukan meninggalkanmu di tengah misi. Kau masih hijau sebagai detektif Jungkook. Bahkan kita belum setahun." Ucap Taehyung panjang lebar. Bagaimana caranya aku bisa menenangkanmu Jungkook?

Jungkook menghela nafas. "Aku sepertinya tidak stres biasa. Aku mulai berhalusinasi. Aku mendengarkan Belial berbisik padaku. Kata-kata negatif yang sebenarnya ada di dalam hatiku yang paling tersembunyi. Aku selalu meragu tentang sebuah hubungan karena keluargaku. Aku tahu, aku mulai gila. Aku mencoba untuk menenangkan diriku. Tapi, saat kesadaranku tak ada seperti tidur. Seperti sekarang baru bangun. Aku kurang bisa memngendalikan semuanya. Tekanan yang berat Taehyung. Aku harus pergi entah kemana..."

"Mau pergi dari sini?" Tanya Taehyung lembut. Kembali mendekap Jungkook.

"Pergi kemana?" Tanya Jungkook balik menatap Taehyung tak kalah lembut.

"Kita akan pergi ke tempat yang belum pernah kau kunjungi. Bagaimana? Kita akan keluar ke Korea." Balas Taehyung membelai surai Jungkook yang berantakkan. "Jadi, ini saatnya Jungkookie-ku tidur. Aku akan menyanyi untukmu agar Belial tidak berbisik padamu. Mau?"

Jungkook menggigit bibir bawahnya. Taehyung mengelus dagu Jungkook tidak tahan untuk mencium kekasihnya. Jungkook tanpa sengaja membuat celah di bibirnya. Taehyung langsung melumat bibir kekasihnya. Mengecup kedua belah bibir Jungkook bergantin. Meremas pinggang Jungkook dengan gerakan sensual. Jungkook kewalahan dengan gerakan Taehyung. Ia membiarkan Taehyung menguasai dirnya. Membiarkan Taehyung membelai lidahnya. Jungkook berusaha untuk memuaskan Taehyung. Ia ikut menjilat lidah Taehyung. Berperang sampai nafas habis.

"Taaaae~Aaaah~ Jangan di remas" Lenguh Jungkook merasa Taehyung meremas kedua bokongnya. Perut Jungkook jungkir balik seperti kupu-kupu yang bertebrangan dalam perutnya.

Taehyung melepaskan ciuman mereka. Kembali mengecup Jungkook. Ia menjilat dagu hingga jakun Jungkook. Melumat jakun kekasihnya sampai menggigit kecil. Tubuh Jungkook gemetar tanpa tahu harus bagaimana. Taehyung menggigit leher Jungkook. Jungkook melenguh keenakan. Rasanya perih tapi enak di saat bersamaan. Taehyung menyatukan kening mereka. Ia benar-benar akan kehilangan kendali. Jungkook sangat menggoda. Nafasnya, wajah sayunya, tatapannya, harumnya bahkan tubuhnya. Taehyung ingin memiliki Jungkook seutuhnya. Ini tidak baik-baik. Ia kembali menghela nafas mendekap Jungkook. Padahal, setengah dirinya telah luar biasa horny.

Nipple, aku ingin mengecup nipplenya. Brengsek!!!!, batin Taehyung kalut. Ia menenangkan dirinya.

"Tae-Hyung" Panggil Jungkook masih terengah-engah.

"Jangan panggil aku, tidurlah" Balas Taehyung dingin tapi masih memeluk perut Jungkook.

Jungkook memandang jendela kamarnya. Kembali menahan air matanya mencoba tidur. Tapi, hatinya sakit. Kau benar-benar tidak mencintaiku Taehyung. Kau hanya terbawa suasana. Aku rasanya ingin mengakhiri hidupku. Aku sekarang bahkan takut melihatmu.

Taehyung tidak tahu selama ini, Jungkook sering memikirkannya. Dulu, Jungkook memang terkesan tangguh, berani dan selalu berdebat dengan Taehyung. Tapi, sekarang Jungkook kehilangan topengnya. Jungkook yang sebenarnya muncul di permukaan. Ia merasa hancur hanya mendengarkan nada dinginnya. Membawa keputus asaan ke dalam mimpi. Taehyung melirik Jungkook yang tertidur. Ia menghapus jejak air mata calon pasangan teman hidupnya.

Maafkan aku, Kookie. Aku takut membobolmu saat kau sedang labil seperti ini. Aku tahu, kau sedang berpikir yang bukan-bukan tentangku. Tapi, percayalah little taetae sedang sakit, batin Taehyung lari ke dalam kamar mandi Jungkook untuk menuntaskan urusannya.

"Aku tahu Taehyung. Aku tahu kau hanya kasihan padaku..." Ucap Jungkook lirih. Kembali tertidur.

* * *

Pagi hari datang tanpa aba-aba. Tubuh Taehyung lesu. Ini pertama kalinya masturbasi saking inginnya mencumbu Jungkook. Taehyung bahkan bangun lebih awal dan keluar lebih awal dari kamar Jungkook. Ia bahkan telah mandi pagi, membersihkan diri. Bahkan berganti pakaian sampai membuat para member Bangtan heran. Taehyung serajin ini pagi hari. Ia bahkan sudah duduk di kursi meja makan menangih sarapan kepada Seokjin dan Jimin. Chan bahkan melongo, tidak jadi membangunkan tunangannya yang masih tertidur di pahanya.

"Kau kenapa Tae habis masturbasi?" Tanya Jimin frontal. Yoongi merasukinya.

Taehyung pucat seketika. Ia tidak menjawab hanya meminum cokelat panas buatan Seokjin yang sudah dianggap sebagai Ibunya.

"Jungkook benar-benar membuatku kacau" Ucap Taehyung menghela nafas. Ia tidak tahu Jungkook mengikutinya sedari tadi.

Jungkook menahan diri untuk masuk ke ruang kerja Bangtan Boys. Ia merasa Taehyung aneh pagi ini.

"Kacau?" Tanya Jimin masih asyik menata meja makan.

"Iya, dia sangat bagaimana ya.... membuat ku bingung. Aku tidak mengerti. Suasana hatinya berubah-ubah. Kau tahu sendiri aku tidak suka perubahan drastis. Biasanya saat aku berbicara panjang lebar. Ia akan mendengarkanku dan mencoba memahaminya. Tapi, tadi malam tidak berhasil. Bahkan malam-malam kemarin. Aku tidak tahu, apa yang dicemaskannya" Balas Taehyung mengacak surai. Jungkook hanya diam mendengarkan kata-kata Taehyung dari balik pintu.

"Apa Jungkook jadi membosankan bagimu?" Tanya Yoongi tenang. Jungkook seperti tersambar. Tertunduk menatap jari-jari kakinya yang mengerut.

Aku sudah jelek, ucap Jungkook dalam hati melihat jari-jarinya.

"HYUNG!!!!" Jerit Jimin kesal.

"Bukan membosankan, Hyung. Aku hanya tidak mengerti" Balas Taehyung menggelengkan kepala tanpa bisa melihat Yoongi.

"Kau hanya perlu bersabar, kalau begitu." Balas Yoongi lagi.

"Namanya juga Jungkook lagi stres Taehyung. Pasti jiwanya terguncang." Tambah Jimin.

"Tapi, dia psikolog kan?" Tanya Seokjin mengerutkan kening. "Seharusnya dia yang merawat Taehyung. Bukan sebaliknya, apa Jungkook lupa. Taehyung itu asperger atau autis. Apalah aku juga bingung. Tapi, dia bahkan tidak mau berubah sedikit pun"

"Seokjin Hyung jangan berkata begitu" Ucap Chan tidak enak hati.

"Apa beda denganmu?" Tanya Yoongi menyudutkan Seokjin.

"Eh? Aku? Tentu beda. Aku setelah dibujuk Namjoon berusaha untuk bangkit. Kalau Jungkook malah merengek-rengek seperti bayi besar. Kau akan memimpin kita Tae. Jungkook tidak bisa mendampingimu. Kalau tabiatnya asli begitu. Bukan aku berucap kasar. Tapi, itu nyatanya" Balas Seokjin cepat. Ia ingin semuanya selesai.

Taehyung hanya berpikir. Tak menanggapi Seokjin. Jungkook tersenyum sendu. Menyesali sikapnya. Ia memeluk dirinya sendiri.

Aku membebanimu ya, Hyung, batin Jungkook berjalan menjauh. Ia pergi kembali ke kamar. Tidak sanggup mendengar perdebatan tentang dirinya.

"Tentu beda Seokjin Hyung. Umurmu beda lima tahun dari Jungkook. Kau sudah banyak menghadapi yang belum pernah Jungkook hadapi" Ucap Taehyung membela Jungkook. "Jungkook itu selalu memasang topengnya. Ia mencoba kuat dan tangguh di sampingku. Bahkan kadang aku lupa, dia rapuh. Jungkook semasa lima belas tahun tidak punya keluarga seperti kita. Kita bersama-sama seperti keluarga. Selama kurang lebih sepuluh tahun. Jungkook hanya belum mencoba menjadi setangguhmu Seokjin Hyung"

"Aku tahu, aku tahu. Tapi, aku tidak bisa membayangkan hidup kalian. Ingat kau bisa mengamuk kapan saja. Dia juga bisa bangkit penyakit stres lamanya. Apa kalian bisa bertahan?" Tanya Seokjin sangsi.

"Padahal aku ingin membawa Jungkook menjauh dari Korea."Ucap Taehyung membuat Seokjin tidak habis pikir.

"Jangan besar kepala, Tae. Kau tidak bisa merawat dirinya. Kalau dia yang tidak bisa berubah. Sebaiknya akhiri sebelum kau sakit" Balas Seokjin menatap nyalang.

Namjoon memegangi bahu Seokjin. "Aku tahu, kau mencemaskan mereka. Tapi, jangan beri tekanan seperti ini Jinie Hyung."

"Jungkook yang harus berubah Namjoon. Setiap orang ketakutan" Sengit Seokjin. Namjoon hanya bisa menghela nafas.

"Berhentilah menyalahkannya Hyung. Aku yang salah" Kata Taehyung meremas rambutnya frustasi. "Aku yang tidak bisa melindunginya"

"Kami juga salah membiarkan Jungkook sendirian bersama Belial" Ucap Hoseok pelan. "Zitao dan Sehun sudah berusaha untuk memaksa Ketua Woobin. Tapi, Ketua Woobin membiarkan Jungkook."

"Aku masih tidak boleh kerja kan Hyung?" Tanya Taehyung kepada Namjoon.

"Ya" Balas Namjoon singkat. Tapi, ia menunggu kata-kata selanjutnya dari Taehyung.

"Aku akan keluar sebagai agen detektif" Ucap Taehyung tegas. "Aku tidak akan memimpin kerajaan. Biarkan aku menjadi putra mahkota yang terus menghilang. Aku tidak ingin ditemukan. Aku yang membuat Jungkook kehilangan kariernya. Makanya aku akan mengorbankan karierku juga"

"Kau pikir, kau bisa hidup tanpa kami?" Tanya Seokjin meninggi.

"Jungkook tidak akan sembuh. Jika tetap di Korea. Jika tetap di dunia belakang. Aku akan membawa ke tanah air mendiang Ibuku. Nenekku bahkan sudah menghubungiku" Ucap Taehyung tenang semakin membuat yang lain tercengang. "Aku tidak bisa memaksakan Jungkook, Hyung. Kau tidak mengerti. Jungkook depresi. Entah paradoks apa yang diberikan Belial padanya. Bahkan untuk mempercayaiku kembali sangat sulit baginya. Ia percaya dengan melawan pikiran negatifnya. Aku harus menunjukkan keseriusanku kepada Jungkook."

"Taehyung, Jungkook..." Ucap Seokjin terputus.

"... JUNGKOOK TIDAK PERNAH MENGKHIANATIKU!!!!" Bentak Taehyung keras sampai terdengar ke kamar Jungkook. "Dia tidak pernah mengkhianatiku selama ini. Tidak sepertimu yang pernah menyukai Hoseok Hyung padahal hatimu menjerit-jeritkan nama Namjoon Hyung!"

"Taehyung!!!" Teriak Namjoon panik.

"Jika kau ingin tahu apa isi hatiku Seokjin Hyung. Aku malah senang kekasihku membunuh Belial. Aku puas melihat kepalanya bolong di tangan kekasihku sendiri. Aku sangat bangga padanya, Seokjin Hyung. Terserah, mau perbuatanku dan Jungkook melanggar kode etik Detektif. Aku tidak peduli. Aku tidak peduli." Ucap Taehyung mengeram wajahnya berubah buas. "Kami sadar. Kami tidak bisa jadi bagian dari kalian lagi. Terlebih lagi aku"

"Sudahlah, toh Belial memang pantas mendapatkannya" Ucap Yoongi menengahi. "Kita setujui saja kemauan Taehyung"

"Dengan membiarkan keadaan mereka seperti sekarang. Kita tidak bisa melepaskan mereka Yoongi" Elak Seokjin tidak terima.

"Aku ingin kau memimpin kami Taehyung" Timpal Namjoon memijit pelipisnya.

"Aku tidak setuju" Ucap Seokjin membuat Taehyung mengeram.

"Yakh! Yakh! Seokjin Hyung, kita semua akan dewasa." Bantah Jimin panik.

"Kau tidak bisa ikut campur dalam sebuah hubungan orang lain, Hyung" Balas Yoongi seperti menyalak. Jimin mengangguk paham.

"Toh, kita semua akan berpisah dan membangun rumah tangga masing-masing Hyung." Balas Chan yang hanya diam. "Kita tidak bisa tinggal di sini selamanya. Terlalu banyak kepala rumah tangga. Kita butuh waktu sendirian. Taehyung Hyung tidak akan selamanya menjadi anakmu. Taehyung Hyung sudah dewasa."

Hoseok mengelus bahu Chan. "Chan betul Seokjin Hyung"

"Aku mengerti hanya saja aku mengkhawatirkan keadaan mereka yang terlalu labil dan membawa pergi? Itu bukan jawaban" Balas Seokjin Hyung semakin bingung.

"Tenangkan dirimu, Seokjin Hyung" Ucap Jimin menenangkan. "Kau akan pergi ke mana Taehyung?"

"Aku ingin pergi ke Kyoto tempat kelahiran Ibuku" Balas Taehyung tenang. Ia sudah menghabiskan cokelat panas.

"Lalu, di sana ada siapa?"

"Ada nenek dan keluarga Ibuku yang lain..."

"... Kau punya uang?"

"... Aku punya, Jungkook juga punya. Dengarkan aku ya... Aku membawa Jungkook ke Kyoto ada maksudnya" Ucap Taehyung tegas. "Jungkook sering berhalusinasi. Belial seperti berbisik di telinganya. Aku hanya ingin membawanya jauh dari Korea. Karena selama misi ini, aku nyaris melakukan perjalanan mengelilingi Korea. Setelah, Jungkook membunuh Belial. Ketua Woobin memperlakukannya sebagai pembunuh keji ingat? Ingatkan, kalau bukan karena aku yang bersikeras ingin bertemu dengan Jungkook. Mungkin sampai hari ini kami tidak ada di markas. Jadi, tolonglah mengerti Hyungdeul. Aku di Kyoto. Bukan ada dua pilihan antara Kyoto dan Hakodate. Di sana ada keluarga Ibuku. Aku juga minta bantuan dari Jaehwan Hyung yang punya teman di sana. Kami akan baik-baik saja. Keluarga Ibuku juga banyak yang psikolog."

"Kami setuju. Iya kan Jimin?" Ucap Yoongi. Jimin menganggukkan kepala cepat.

"Baiklah, tapi liburan saja. Jangan menetap di sana." Balas Seokjin menghela nafas. "Kami akan mengawasimu Taehyung"

"Woow!!! Senang sekali yang bisa naik pangkat" Celetuk Taehyung pergi dari ruang kerja.

"Yoongi, apa maksudmu menyetujuinya?" Tanya Seokjin menatap kesal.

"Kau gila, atau apa?" Tanya Yoongi balik menatap jengah. "Seokjin Hyung, orang yang sters butuh ketenangan. Aku bisa melihat Jungkook tidak punya muka bertatap dengan kita gara-gara Ketua Woobin. Kau ingat tidak? Ketua Woobin masih punya ambisi untuk membuat Taehyung menikahi wanita. Untuk apa kita jadi negara belakang. Kalau kita dipimpin oleh pasangan straight. Dasar gila!"

"Ketua Woobin memarahi Jungkook atas kematian Belial. Kalau bukan karena Dokter Cha, mungkin Jungkook sudah tewas bunuh diri Hyung" Timpal Jimin keras.

"Tapi, mereka labil. Jungkook stres dan Taehyung autis. Bagaimana caranya Taehyung bisa merawatnya tanpa pengawasan kita." Sanggah Seokjin tajam.

"Kau ingin mereka diawasi? Berikan saja mereka pengawal seperti di sini" Bantah Yoongi tak kalah tegas. "Seokjin Hyung, Jungkook itu orang luar bukan bagian kita. Kita bukan tempatnya pulang. Jungkook butuh menenangkan dirinya sendiri. Aku bicara begini, karena Jimin juga seperti itu dulu. Kau ingat tentang kasus pelecehan yang dihadapi Jimin. Aku bahkan harus menemaninya di rumah keluarga Park. Butuh setahun lebih Jimin kembali ke sini. Kau menganggap markas ini tempat pulang. Tapi, yang lain belum tentu. Jungkook butuh ketenangan."

"Aku tahu, kau cemas Hyung. Kau mencemaskan Taehyung dan Jungkook" Kata Hoseok mengambil jalan tengah. "Tapi, kita tidak bisa menahannya di sini. Kita coba pilihan Taehyung"

"Ok, jadi jalan tengahnya kita biarkan pengawal Cho dan bawahannya mengawasi Taehyung di Jepang bagaimana? Tapi, secara sembunyi-sembunyi. Aku masih ingin Taehyung jadi bagian kita" Ucap Namjoon mengambil suara.

"Kau semakin lambat Hyung" Tandas Jimin tenang.

"Semakin Jungkook Hyung cepat sembuh. Taehyung Hyung juga bisa tenang memikir apa yang akan di pilihnya. Lagian kata ayahku Ketua Woobin yang akan menjadi raja selanjutnya. Kita bisa membujuk Taehyung Hyung kembali lagi" Kata Chan pelan.

"Aku ragu, kalau Ketua Woobin yang akan menjadi Raja. Taehyung tidak akan kembali Chan" Balas Yoongi membuat Chan sedih.

"Habis bagaimana lagi Hyung. Namjoon Hyung tidak mau naik tahta. Kalau Namjoon Hyung mau. Mungkin Taehyung mau kembali" Ucap Chan kesal sendiri.

"Bagaimana Seokjin? Mau aku jadi Raja?" Tanya Namjoon lagi. Seokjin melirik ke arah yang lain. "Aku tidak bisa"

"Nah, Hyung saja tidak mau" Kata Jimin semakin pusing bercampur kesal.

"Aku tidak memasalahkan Taehyung mau jadi raja atau tidak. Aku hanya menyayangkan mereka pergi dengan keadaan mental seperti sekarang" Balas Seokjin masih berkeras hati.

"Lalu, Jinie Hyung mau apa?" Tanya Namjoon menatap Seokjin lembut.

Kesal dengernya, batin Yoongi dan Jimin bersamaan.

"Aku ingin Jungkook mencoba hidup tanpa Taehyung. Sehingga Jungkook mengerti bahwa Taehyung sangat penting baginya" Balas Seokjin tenang.

"Dia bukan dirimu" Bantah Yoongi. "Kau tidak ada saat Taehyung tertembak. Kau tidak melihat seberapa hancurnya Jungkook saat itu. Bahkan kau tidak memikirkan kami. Kau hanya memikirkan Namjoon." Seokjin terdiam. "Aku mengerti akan kecemasanmu Seokjin Hyung. Taehyung dan Jungkook akan baik-baik saja"

"Aku berpikir seperti ini. Karena aku merasa bersalah meninggalkan kalian. Makanya, sebisa mungkin aku ingin mengawasi mereka. Kalau mereka ke jepang. Siapa yang akan memasakkan makanan. Siapa yang akan mengingatkan mereka makan... Aku hanya khawatir... aku takut mereka semakin sakit..." Ucap Seokjin lirih memeluk Namjoon.

"Makanya kita akan mengirim pengawal tanpa mereka tahu. Yoongi Hyung akan memasang alat penyadapkan, Hyung?" Ucap Namjoon menenangkan Seokjin. Yoongi menganggukkan kepala paham.

Di Kamar Jungkook

Taehyung membukakan pintu kamar Jungkook. Ia tidak melihat keberadaan pemuda manis bergigi kelinci dimana pun. Taehyung membuka pintu kamar mandi yang kiranya terkunci dari dalam. Bunyi air shower terdengar dari dalam. Tumben-tumbennya Jungkook membersihkan diri tanpa di suruh oleh Taehyung. Karena selama seminggu ini Jungkook tidak pernah merawat badannya. Jungkook keluar dari kamar mandi memakai kimono. Ia tersenyum kepada Taehyung. Lalu, mencari baju yang lebih kasual untuk dipakainya. Jungkook kembali memasuki kamar mandi, tanpa melihat Taehyung.

Hati Taehyung semakin berkata-kata. "Baby, baik-baik saja kan?"

"Aku baik-baik saja, Chagi" Balas Jungkook sedikit keras. Beberapa menit kemudian, Jungkook keluar dengan baju kaus hitam dan celana jeans berwarna dongker.

"Kau seksi sekali, Baby" Puji Taehyung melihat Jungkook dari ujung kaki hingga kepala. "Jadi, mau berangkat bersamaku?"

Jungkook menganggukkan kepala patuh. Ia mulai menyiapkan baju dan peralatan yang diperlukan.

Aku akan berjuang, demimu Hyungie, batin Jungkook tersenyum lembut.

"Kau tidak memaksakan dirikan?" Tanya Taehyung memeluk Jungkook dari belakang. "Ada apa Kookie?"

"Aku akan berusaha melawan rasa stresku. Jadi, mohon bantuannya Tae-Hyungie" Jawab Jungkook tersenyum sendu.

"Aku akan membantumu tentu" Balas Taehyung tersenyum. Mengecup keing Jungkook sayang. "Tetap bersamaku, ya"

"Ya, Tae-Hyungie" Balas Jungkook lembut.

* * *

Taehyung dan Jungkook sampai di Kyoto. Mereka datang ke rumah mendiang Ibunya Taehyung. Nenek tua berwajah lembut menyapa kedua pemuda dengan sangat ramah. Taehyung dan Jungkook disuguhi mochi sakura dan ocha. Rumah nenek Taehyung luas terbuat dari kayu. Seperti rumah klasik bergaya jepang. Ada kolam ikan koi dengan bambu yang membantu mengaliri air. Bunyi tok...tok...tok... yang menenangkan. Jungkook melihat pemandangan halaman samping sambil tersenyum. Rasanya sangat menenangkan. Jungkook suka perasaan ini. Hanya saja.

"Ada apa Jungkookie?" Tanya Taehyung memandang lembut.

"Taehyungie maafkan aku. Rasanya seperti dikejar-kejar oleh sesuatu. Aku takut" Balas Jungkook cemas tanpa kejelasan. Taehyung sudah paham. Ia memangku Jungkook. Kekasihnya malu seketika. "Sudah mulai baikan? Tidak ada yang mengejarmu. Aku ada di sini"

"Mesra sekali cucu, Obaasan?" Tanya Nenek Hana tersenyum tulus menggoda Jungkook yang duduk dipangkuan Taehyung. Nenek berumur sekitar 70 tahun tersenyum lembut dengan rambut lurus berwarna perak diikat menggulung ke belakang. Ia menggeser kaca mata bulat ke atas. Taehyung balas nyengir kotak. Sedangkan Jungkook merunduk malu semerah tomat.

"Maafkan, Jungkook" Ucap Jungkook pelan.

"Tidak apa-apa. Katanya Taetae Chan, Jungkook sedang sakit ya?" Tanya Nenek Hana tersenyum lembut. "Kita bisa memeriksamu, jika mau"

Taehyung balik menatap Jungkook. Jungkook mengangguk pelan.

"Tapi, selama beberapa hari ini kalian boleh berlibur dulu. Kalian beruntung sekali nenek sedang ada di rumah utama pinggiran barat Kyoto. Jadi, kalian bisa melihat hutan bambu arashiyama" Kata Nenek Hana tersenyum senang. "Aku senang cucuku kembali. Aku akan menelpon Dokter Cha untuk berterima kasih. Bersenang-senang ya."

Banyak yang Jungkook lewatkan. Selama Taehyung dirawat paska perang. Nenek Hana datang ke Jepang mencari Taehyung. Selama ini nenek Hana harus tutup mulut tidak mencari Taehyung. Karena Dokter Cha menjamin keadaan Taehyung baik-baik saja. Tapi, karena peristiwa penembakan yang membuat Taehyung koma selama seminggu. Nenek Hana naik pitam. Ia berangkat ke Korea memarahi Dokter Cha. Sebab tidak becus mengurus cucunya. Sudah cukup Nenek Hana kehilangan anak bungsu. Sekarang cucunya yang paling kecil. Nenek Hana menampar Dokter Cha beserta Ketua Woobin yang menempatkan posisi berbahaya bagi cucu tersayang.

Sebelum ke Korea dan bertemu Taehyung. Nenek Hana juga mendapat informasi tentang Jungkook. Nenek Hana tidak memasalahkan hubungan mereka. Sebab di Kyoto. Pasangan minoritas bisa melakukan partnership yang telah dilegalkan hukum. Walaupun ada batas waktu perpanjangannya. Seperti pasport. Tapi, bagaimana lagi dunia tidak akan berpihak pada mereka.

"Aku tidak menyangka Nenek Hana sangat perhatian sampai Nenek menampar mereka di depan mataku" Ucap Taehyung tersenyum lembut berbisik pada Jungkook yang sedang makan mochi sakura.

"Nenek Hana menampar siapa?" Tanya Jungkook melihat Taehyung penasaran.

"Dokter Cha dan Ketua Woobin" Jawab Taehyung santai.

"Kalau soal Dokter Cha aku mengerti. Karena Dokter Cha menjamin keselamatan bagimu. Tapi, kenapa Nenek ikutan menampar Ketua Woobin?" Tanya Jungkook lagi berhadap-hadapan dengan Taehyung.

"Karena dirimu" Jawab Taehyung menunjuk wajah Jungkook. "Ingat tidak, bukannya Kookie menangis karena tidak bisa bertemu denganku. Kau memohon-mohon pada Ketua Woobin. Nenek sangat penasaran denganmu. Jadi, dia datang mengunjungimu. Saat Jungkook terjatuh dari kasur pasien mencoba menahan Ketua Woobin. Nenek melihatmu dari luar. Ia naik darah melihat dirimu yang diperlakukan kasar. Kemudian saat Ketua Woobin keluar. Nenek Hana langsung menamparnya bolak-balik wajah Ketua. Rumah sakit jadi gempar. Aku rasa nenek menahan diri selama ini. Jadinya begitu."

Jungkook tersenyum haru. Ia memeluk leher Taehyung.

"Nenek Hana menyukaimu. Katanya kau anak yang baik, Kookie. Jadi, mari berjuang bersama. Aku yakin penyakit stresmu akan hilang. Aku akan membuatmu senang dan nyaman" Ucap Taehyung tersenyum lembut.

"Aku juga akan berjuang. Tae-Hyungie pasti merasa kesulitan jika aku lemah. Aku ingin membuktikan bahwa aku bisa berubah" Balas Jungkook tersenyum ceria, walaupun air matanya mengalir tanpa aba-aba.

Taehyung menghapus air mata Jungkook dengan tangannya. Mengecup jidat Jungkook.

Jungkook mencium lembut bibir Taehyung. Tersenyum senang.

"Senyum terus Baby" Ucap Taehyung lembut. Jungkook memeluk erat Taehyung.

Nenek Hana dan Bibi Nagisa tersenyum senang melihat Taehyung dan Jungkook dari balik pintu geser.

"Jadi itu anak yang dilahirkan Takuya di Korea?" Tanya Bibi Nagisa kakak kandung mendiang Ibu Taehyung. Nenek Hana menganggukkan kepala. "Aku tidak menyangka. Anak Takuya sangat tampan. Lalu, siapa yang ada di pangkuannya Kaasan?"

"Calon menantu" Balas Nenek Hana terkikik.

"Kawaiii~ Senyumnya seperti usagi[kelinci]" Timpal Bibi Nagisa tersenyum senang. Mereka kembali pergi meninggalkan Taehyung dan Jungkook.

"Jungkookie, kita ke Arashiyama yuk?" Tanya Taehyung membujuk Jungkook. Ia ingin Jungkook merasa rileks dengan melihat hutan bambu. "Ada jembatan Togetsu, pemandangannya lebih indah daripada di sana"

"Hutan?" Tanya Jungkook gamang. Ia ingin menjadi kuat melawan penyakit stresnya. Tapi, kembali ke hutan membuat Jungkook semakin panik. Kenangan buruk menhantuinya.

"Ada sungai Hozigawa juga" Balas Taehyung tersenyum senang.

Jungkook semakin meremang. Tapi, ia balik membalas Taehyung dengan senyuman mengiyakan.

"Asik, ayo pergi. Belum terlalu capek kan?" Tanya Taehyung lagi. Menggenggam tangan Jungkook agar berdiri bersamanya. Jungkook hanya membalas dengan senyuman lembut.

Mereka berpamitan kepada Nenek Hana. Tanpa pikir panjang Nenek Hana mengizinkan Taehyung dan Jungkook pergi ke Arashiyama.

"Oh, ya Taetae. Ada seseorang yang ingin aku perkenalkan kepada kalian" Ucap Nenek Hana tersenyum.

Seorang Wanita paruh baya duduk di samping Nenek Hana tersenyum ramah. Wajahnya seputih susu dengan pipi merona. Rambut yang tergerai kecokelatan. Hindung mancung dengan keriput di sisi bawah kelopak matanya. Jungkook akhirnya mengerti. Kenapa wajah Taehyung bak pahatan dewa. Keluarganya berwajah seperti bangsawan keluar dari lukisan. Padahal waktu menggerogotinya. Tapi, aura elegan tidak meredup. Bahkan semakin bertambah.

"Perkenalkan, aku kakak dari Takuya mendiang Appa-mu." Kata Wanita paruh baya tersenyum ramah.

"Aku hanya punya dua anak Taetae. Ini Nagisa, Bibimu" Tambah Nenek Hana kembali tersenyum ramah. Jungkook bertanya-tanya apa hobi mereka tersenyum. Jungkook tidak tahu keluarga mutiara pengampunan seramah ini. "Mendiang Kakekmu adalah seorang pria keturunan Korea. Kami berpisah dipertengahan hubungan rumah tangga kami. Aku tidak bisa melawan keinginannya. Takuya dibawa oleh Ayahnya. Sedangkan aku membawa Nagisa. Itu alasan kenapa Takuya bisa berada di Korea. Boleh kan aku menceritakan kisah Appamu sebelum Taetae pergi?"

"Tidak apa-apa, Obaachan" Balas Taehyung tersenyum sendu. "Aku hanya tidak bisa membayangkan diriku bertanya tentang Appa?"

Bibi Nagisa mengulem senyum, sedikit meringis tidak nyaman. "Mungkin, rasanya aneh terlahir dari male pregnant, Taehyung-kun. Tapi, Takuya bahkan lebih cantik dan keibuan dibanding aku. Takuya sangat cantik seperti seorang lady yang pantas dipinang seorang Earl. Ia sangat dewasa, terkontrol, ramah dan kuat."

"Takuya sama seperti Jungkook. Awalnya memiliki dua organ vital yang berbeda. Tapi, saat belia. Kami memutuskan untuk membuang organ yeoja. Karena, dari luar tidak ada tanda-tanda seorang yeoja. Tapi, saat dewasa kami menemukan rahim kosong di organ dalam. Kata Dokter, itu tidak berfungsi. Namun, keputusan langit mengatakan hal yang berbeda. Takuya melahirkanmu." Ucap Nenek Hana sedih. Ia merasa bersalah tidak ada di samping Takuya. "Awalnya kami tidak tahu, sampai akhirnya aku bertemu dengan Dokter Cha di sebuah seminar luar negri. Dokter Cha yang menghubungiku. Dia mengatakan bahwa Takuya ada bersamanya. Karena mendiang suamiku meninggal dunia. Aku tidak tahu Korea memiliki peraturan yang sulit. Aku pikir mereka open-open saja. Sebab Korea selatan selalu berpanutan terhadap ajaran amerika. Kami tahu, Takuya punya orientasi yang berbeda. Tapi, tidak semua bisa disukainya"

"Itu benar" Balas Bibi Nagisa mengangguk setuju. "Takuya chan sering di taksir oleh namja dan yeoja. Semasa dia di sini. Takuya tidak pernah berhubungan."

"Maafkan, kami. Sekali itu aku melihat anak laki-lakiku tersenyum ceria. Dia sangat senang bisa menikahi Raja Kim Ryutae. Aku belum pernah melihatnya sebahagia itu. Aku ingin Taetae berpikir kalau mereka tidak mencampakkanmu. Waktu itu dunia belakang terpojok. Banyak yang dipikirkan oleh menantuku... Aku mohon padamu untuk memaafkan kedua orang tuamu" Mohon Nenek Hana bersujud bersama Bibi Nagisa kepada Taehyung. "Aku ingin Taetae merasa nyaman di sini. Sebagai permintaan maafku, tidak bisa mengambilmu dari Pak Thomas dan Dokter Cha"

Taehyung memeluk kedua wanita tua menangis dalam diam. Jungkook merasa dirinya harus berubah seperti yang dikatakan Seokjin. Walaupun, ia merasa kesal. Tapi, yang dikatakan Seokjin benar. Taehyung lebih kesakitan dibandingkan dirinya. Lebih labil dan banyak yang harus dihadapi Taehyung. Jungkook ingin menjadi pendamping sempurna untuk Taehyung. Ia ingin mendamping Taehyung dalam suka maupun duka. Maka, ia akan mencoba melawan penyakit stres dan traumanya. Bagaimana pun Jungkook adalah salah satu lulusan terbaik dari jurausan Psikologi. Percuma saja, ia belajar. Jika tidak bisa mengaplikasikannya. Nenek Hana dan Bibi Nagisa menangis dipelukan Taehyung. Jungkook mendekat untuk memeluk kedua wanita tua yang memiliki senyum menenangkan.

"Aku memaafkan Nenek, Bibi dan Orang tuaku.... Makanya aku kemari sekaligus memperkenalkan calon pendampingku. Jeon Jungkook" Kata Taehyung tersenyum senang. Ia menyeka kasar air matanya.

"Kalau soal itu Obasan tahu, dia calon pendampingmu" Goda Bibi Nagisa mencolek lengan Taehyung. "Sayangnya anakku belum pulang dari dinas."

"Eh, aku punya sepupu?" Tanya Taehyung bingung menunjuk dirinya dengan jari telunjuk.

"Tentu! Mana mungkin Bibi tahan melajang. Nenekmu ini hobi praktek sana- praktek sini." Jawab Bibi Nagisa mendumel. "Perhatikan kesehatanmu Kaasan"

"Hai' Hai' " Balas Nenek Hana mengut-mangut. "Lagian ini rumah Nagisa bukan rumahku"

"Memangnya rumah Baachan dimana?" Tanya Jungkook ingin tahu. Ia pikir rumah bergaya jepang abad shogun adalah rumah nenek.

"Rumahku di Hakodate. Ini memang rumah kami turun temurun. Tapi, sekarang Nagisa yang mengurusnya bersama Karuma" Balas Nenek Hana menjawab senang.

"Ossan dimana?" Tanya Taehyung melirik kanan dan kiri.

"Biasa masih bekerja di kepolisian. Banyak kasus yang aneh akhir-akhir ini" Jawab Bibi Hana berbisik. "Sebenarnya Karuma tidak boleh memberitahu yang lain. Tapi, akhir-akhir ini geisha sering dibunuh tanpa sebab di gang sempit daerah Gion"

Jungkook meremang. Ia memeluk lengan Taehyung tanpa sadar. Taehyung malah tersenyum senang.

"Katanya mau libur. Tapi, malah pengen bekerja." Omel Jungkook padahal takut. "Ini bukan dunia belakang. Ini jepang. Jepang"

"Ehehehe~ Baiklah" Cengir Taehyung mengotak.

Patuh sekali, batin Nenek Hana bersamaan dengan Bibi Nagisa yang tidak tahan menyembunyikan senyuman senangnya.

"Nah, selagi di sini. Kalian harus ke tempat-tempat bersejarah" Ucap Bibi Nagisa memberikan majalah kyoto travelling.

Taehyung tersenyum maklum. "Aku hanya membawa Jungkook keliling Arashiyama. Kebetulan dekat dari sini"

"Kenapa? Apa Jungkook sakit?" Tanya Bibi Nagisa lagi cemas.

Jungkook mencoba tersenyum. Ia melihat risih hutan hijau Kyoto. Jungkook menganggukkan kepala tersadar. Aku mau ke hutan berwarna-warni saja daripada harus lihat padang rumput.

"Tenang hutan bambunya bagus kok, Kookie" Sentak Taehyung membuat Jungkook sadar. "Aku sudah lihat di youtube"

"Oh, di majalah itu juga ada. Jangan lupa icip-icip jajanannya yang enak-enak. Es krim rasa matcha juga sedap. Kalau kedinginan bisa pesan Ramen atau udon" Timpal Bibi Nagisa mengambil majalah kyoto travelling dari tangan Jungkook. Ia membalik-balikkan halaman mencari daerah arashiyama. "Nah ini dia"

Jungkook memebelai halaman majalah dengan jari jempol yang terlihat indah. Bibi Nagisa balik tersenyum menyemangati Jungkook.

"Nah, bawa saja majalahnya. Ada referensi makanan dan pemandangan juga. Selagi belum terlalu sore. Ini waktu yang sangat pas berpergian" Tambah Bibi Nagisa mengajak Taehyung dan Jungkook pergi.

"Hati-hati ya, Taetae. Awasi Kookie. Jangan lirik sana-sini. Nanti Kookie ngambek" Kata Nenek Hana memperingati.

Taehyung dan Jungkook tersenyum kikuk. Melambaikan tangan. "Ittekimasu~"

"Itterasahai~" Balas Nenek Hana dan Bibi Nagisa melambaikan tangan ceria. Taehyung dan Jungkook menjauh dari rumah Bibi Nagisa.

"Apa Kookie-chan akan baik-baik saja Kaasan?" Tanya Bibi Nagisa cemas. "Dia terlihat stres dan trauma akan sesuatu"

Nenek Hana menghela nafas. "Saat Taehyung koma. Lelaki jahat itu mencuci otak Jungkook dengan paradok. Ia menanamkan kata-kata negatif. Ditambah lagi kondisi mereka yang renggang. Taehyung berhasil dari maut, karena dia bisa memperkirakannya"

"Memperkirakan?"

"Taetae chan sengaja membiarkan punggungnya terluka agar Jungkook terlindungi beserta nyawanya...."

"Astaga!"

"....Posisi Taehyung yang mengikuti gaya gravitasi. Membiarkan peluru bersarang di tubuhnya agar tidak kehabisan darah. Juga bantuan Jungkook yang cepat tanggap membungkan Raja bodoh. Semua Taehyung yang merencanakannya...."

"Siapa yang menceritakan pada Kaasan?" Tanya Bibi Nagisa horor bercampur syok.

"Taetae sendiri. Di saat aku bertemu dengannya empat hari yang lalu. Dia bercerita semua termasuk apa yang menimpa Jungkook. Aku menduga Jungkook yang punya riwayat penderita stres pada usia dini. Kembali stres dengan tambahan trauma yang baru. Hanya satu cara, jangan sampai Jungkook depresi. Aku tidak ingin melihat mereka hancur."

"Tapi, kalau dilihat Kaasan. Jungkook sama seperti kita seorang psikolog. Kookie chan berusaha untuk bangkit dan melawan traumanya. Memberi perhatian bahwa dia baik-baik saja"

"Ya, aku mengerti. Hanya saja, jangan sampai Jungkook terlalu memaksakan diri. Bisa menimbulkan penyakit lain" Kata Nenek Hana menghela nafas dalam.

"Jadi bagaimana caranya?" Tanya Bibi Nagisa antusias.

Nenek Hana tersenyum tenang. "Biarkan Jungkook berdamai dengan dirinya sendiri. Mensyukuri hidupnya. Perlihatkan padanya bahwa banyak orang yang menyayanginya. Taehyung, kita dan teman-teman Koreanya"

Bibi Nagisa balas tersenyum senang. Menganggukkan kepala paham. "Yokatta nee~"

* * *

Taehyung dan Jungkook menyusuri jalanan sepi keluar dari komplek perumahan Bibi Nagisa. Mereka masih berpegangan tangan. Jungkook ingin melepaskan genggaman Taehyung. Tapi, Taehyung tidak membiarkan. Terserah apa kata orang. Bagi Taehyung, ia ingin memperlihatkan kepada dunia bahwa Jungkook adalah miliknya. Tidak tahukah Taehyung bahwa Jungkook merona dan malu. Bukan masalah malu dalam artian yang lain. Jungkook tidak bisa menghentikan bunyi detak jantung yang amat meriah dibandingkan festival matsuri.

Sesampai di jalan utama, Taehyung terus menarik Jungkook ke arah kerumunan turis lokal dan luar lokal berbaris. Mereka mengantri masuk ke hutan bambu Arashiyama. Dari luar saja, Taehyung bisa melihat sekumpulan pohon bambu yang menari-nari. Pemandangan yang tenang dengan kibasan angin. Serta bunyi bambu yang bergesekan satu sama lain. Semakin menambah ketenangan. Ditambah lagi semua ini gratis. Tidak ada pembayaran seperti mengambil karcis masuk. Jadi, double ketenangan. Uang di dompet dan pemandangan yang memanjakan mata. Mereka berdua masuk ke gerbang arashiyama bersama pengunjung yang lain.

Jungkook tidak bisa menahan senyum. Ia pikir akan melihat seperti padang rumput lapang, semak-semak belukar, jurang dan bunyi ombak yang mengerikan serta pemandangan malam sunyi senyap. Jungkook trauma dengan segala jenis tempat menyerupai Seongsan. Berbeda dengan Arashiyama. Mereka menelusuri jalanan jalan setapak yang tidak sempit. Setiap langkahnya diiringi oleh bambu-bambu hijau yang tumbuh menjulang tinggi. Warna kehijauan sejuk dan asri ditambah angin sepoi-sepoi yang memainkan surai kecokelatan Jungkook. Taehyung mengelus kedua pipi Jungkook gemas. Rambut Taehyung tak kalah acak-acakkan. Sebab angin dingin datang menyapa pertanda selamat datang. Kedua pemuda nyaris sama tinggi itu tertawa senang seperti bermain dengan sang angin. Para turis lokal dan luar negri yang melihat mereka dari belakang ikut tertawa bersama.

Jalanan arashiyama seperti terowongan bambu. Walaupun jalanan panjang, tapi tidak membosankan. Karena relaksasi tersendiri yang diberikan. Ditambah suhu dan suasana yang tidak terlalu terik. Setelah puas mengelilingi hutan bambu dan berfoto-foto selfie. Taehyung mengajak Jungkook menuju jembatan Togetsu. Ia mengambil foto Jungkook dari samping. Taehyung terkikik melihat Jungkook yang kaget. Ia sangat suka memotret Jungkook. Saat kekasihnya tidak menyadari. Jungkook sangat indah bagi Taehyung. Belum pernah ada sosok seindah dan semenarik Jungkook.

Menurut Taehyung, Jungkook bukan seperti novel drama remaja. Taehyung seperti membaca karya puisi sastra yang indah tapi sulit dipahami. Banyak yang menduga salah, tapi banyak juga memahami dan memuja. Taehyung tidak tahu bahwa kekasih kelincinya sedang asyik diam-diam mengambil foto Taehyung. Wajah Taehyung sangat sempurna. Abaikan sikap aneh, kaku dan konyolnya. Jungkook menyukai apapun sifat Taehyung. Ia suka diperlakukan lembut oleh Taehyung. Juga suka melihat intuisi Taehyung bekerja, menambah keseksian kekasihnya. Walaupun, Jungkook takut saat Taehyung mengamuk pertama kali padanya. Tapi, tetap saja untuk ke berapa kalinya Jungkook selalu jatuh cinta dengan Taehyung. Terserah dengan penyakit mental yang dibawanya dari lahir. Jungkook tidak peduli. Ia hanya peduli, bagaimana Taehyung bisa menyukainya lagi-lagi seperti dirinya. Walaupun sulit.

Jungkook terlalu merendahkan diri, padahal Taehyung yang selalu di sisinya sangat mengangumi ketangguhan Jungkook.

"Kookie!" Panggil Taehyung mengalungkan lengan di bahu Jungkook. "Icip-icip yuk~"

Jungkook tersenyum senang. "Bahasamu semakin bagus Hyungie"

"Sungguh? Tidak sekaku dulu?"

"Hu'um!!! Tidak sekaku dulu"

Taehyung mengenggam tangan Jungkook lagi melihat stand makanan yang ingin dibeli. "Mau kroket?" Jungkook menganggukkan kepala. "Tunggu di sini..."

Sreeet....

"Ikut, jangan tinggalkan Kookie" Ucap Jungkook lirih dan malu. Ia menyembunyika pipi semerah tomat. Melihat ke arah lain dengan cepat.

Taehyung nyengir kotak. "Manjanya kekasihku ini"

Beberapa menit kemudian, mereka duduk di bangku taman sambil memakan kroket dan es krim soda. Jungkook memilih menjilat es krim soda yang telah dipatahkan Taehyung sebelumnya. Karena kroket isi daging ayam mereka masih panas. Mereka melihat orang-orang yang berjalan hilir mudik.

"Ah, aku lupa. Kita bakal tinggal lama di Jepang loh!" Kata Taehyung tiba-tiba. Ia sudah menghabiskan tiga per empat es krim soda. Kemudian, dengan sekali gigit Taehyung hanya menyisakan stik es krim. Ia bergumam mendapatkan satu es krim gratis lagi. "Kalau kita tinggal di Jepang. Di sini tidak ada pernikahan yang sah untuk pasangan aneh seperti kita. Ya, kita bisa mengadakan pesta sendiri. Tapi, tidak ada upacara gereja-gerejaan. Hanya saja kita di akui secara hukum dengan melakukan partnership. Yah, sedih juga sih kita terlihat seperti pasangan apa gitu harus memperpanjang surat nikah setelah sepuluh tahun kemudian. Emang pasport. Tapi, setidaknya hukum mengakui kita. Punyamu adalah punyaku. Begitu juga sebaliknya sama seperti dengan rumah tangga para straight"

"Tunggu, maksudmu Hyung?" Tanya Jungkook semakin bingung.

"Begini... aku kemarin dicari-cari oleh pihak kependudukan Jepang. Tidak dicari juga. Aku yang berkonsultasi. Mereka memberikan pilihan bahwa ingin menjadi warga negara Korea atau Jepang. Sekarang aku masih memikirkannya. Nenek juga memberi tahu bahwa kaum minoritas seperti kita bisa diakui oleh hukam di jepang dengan melakukan program partnership. Kita ke kantor mereka. Isi formulir. Mengaku kaum minoritas. Aku lupa syaratnya, kalau tidak salah cinta dan kepercayaan. Pokoknya gitu." Jawab Taehyung lugas. "Mau pilih di sini atau Hokkaido. Tapi, Hokkaido baru melakukannya. Aku juga tidak tahu seberapa fleksibilitas hukum mereka" Jungkook masih terdiam memikirkannya. "Yah, setidaknya jepang masih lebih bagus kan. Kalau amerika harus menunggu untuk jadi warga situ dulu baru boleh married. Kalau di sini kan aku masih bisa memilih"

"Hukum dunia belakang bagaimana?" Tanya Jungkook melihat Taehyung ragu.

"Tidak seribet di sini. Lagi pula, kalau pun aku jadi orang jepang. Kita tetap bisa ke dunia belakang. Hukum dunia belakang hanya memisahkan orintasi kita. Mereka hanya berpusat kepada orientasi kita saja. Seperti pengasingan" Jawab Taehyung serius mencoba membaca kemauan Jungkook.

"Apa pendidikan sekolah dunia belakang bagus?" Tanya Jungkook lagi. Seperti menimbang sesuatu.

"Bagus, kita bisa memasukkannya kepada yayasan keluarga Chan. Mereka keluarga bangsawan terpandang yang bergerak dalam akademik. Lebih bagus dari sekolah perbatasan kita." Balas Taehyung lagi. Ia tersenyum kepada Jungkook membiarkan sang pendamping memilih dan memberi saran yang tepat.

"Aku...aku ingin tinggal di sini sampai anak kita lahir. Bagaimana pun aku ingin melahirkan dengan dibantu nenek Hana dan Bibi Nagisa yang telah berpengalaman. Aku bisa panik, kalau melahirkan di markas." Ucap Jungkook mengapit kedua pahanya malu. "Kalau Hyung mengambil kewarganegaraan jepang, kita masih bisa balik ke dunia belakang kan?"

Taehyung tersenyum tenang mengacak rambut Jungkook. Ia menatap dalam calon pendampingnya. "Di dunia belakang kita sudah di tandai. Kapan saja boleh kembali. Karena kita tidak ada hak lagi tinggal di dunia depan. Jika telah menikah." Jungkook balas tersenyum senang. "Jadi mau melahirkan di sini atau Hakodate?"

"Hakodate saja"

"Heeee? Kenapa?"

Jungkook tersenyum malu. "Nanti Hyung kecantol geisha di gion"

"Astaga! Kookie~ Kookie~" Ucap Taehyung tidak habis pikir. "Masih mau jadi pendampingku kan?"

"Iiish!!! Tentu saja aku mau Hyungie. Kenapa bertanya-tanya aneh" Jerit Jungkook kesal. Mem-pout-kan bibir kissable miliknya.

Taehyung menahan diri. "Sudah mulai baikkan?"

Jungkook mengangguk pelan. Duduk di pangkuan Taehyung dengan berani tanpa melihat pengujung yang menatap mereka gemas, heran bahkan geleng kepala tak habis pikir. "Terima kasih, sayangku. Tae-Hyungie sabar sekali menghadapiku. Aku akan berjuang agar trauma dan stresku berangsur hilang. Bukan malah makin naik level.

"Iya, baby~ Terima kasih sudah mau menggantikan posisiku selama misi. Aku bangga padamu, Jungkookie. Kau tangguh saat semua terjadi. Aku tahu, Kookie menahan diri dan membiarkan semuanya membebanimu. Sesekali bagi kesulitanmu padaku. Apa yang kau takutkan? Apa yang kau sembunyikan? Karena rasa suka bukan sekedarnya. Aku menyayangimu" Taehyung mencium bibir Jungkook dalam.

"Aku juga menyayangimu, Tae-Hyungie. Jangan buang aku. Jangan tinggalkan aku lagi. Aku sempurna karena ada dirimu di sisiku." Balas Jungkook menciumi lembut Taehyung balik.

"Will you marry?" Tanya Taehyung memberikan cincin berlian kepada Jungkook.

Jungkook mengangguk cepat. Mata berkaca-kaca saking harunya. Taehyung memasangkan cincin di jari manis Jungkook.

Mereka kembali tersenyum riang. Jungkook memeluk erat leher Taehyung. Hanya saja getaran ponsel Taehyung mengintrupsi aktivitas mereka.

"Siapa Tae?" Tanya Jungkook ikut mencuri lihat.

"Bibi, katanya kita disuruh pulang sebelum matahari terbenam. Ia membuatkan masakan special untuk kita." Jawab Taehyung tersenyum senang. Berimbas kepada kekasih manisnya yang ikut tersenyum senang.

"Masakan apa?"

"Jigoku Ramen"

"Heeee?!"

"Hyakuu~"

Taehyung menarik tangan Jungkook berjalan pulang ke rumah. Untung kroket dan es krimnya sudah habis. Kalau tidak Jungkook semakin kepayahan mengikuti Taehyung. Jungkook senang melihat senyum Taehyung lagi. Seperti mimpi Taehyung hidup dan berada di sampingnya lagi. Jungkook masih memperhatikan punggung Taehyung. Ia berdoa agar semua baik-baik saja ke depannya. Taehyung melirik Jungkook sebentar.

"Ada apa, Kookie?" Tanya Taehyung mengelus pipi tembem semerah muda kekasih kelincinya. "Dari tadi melamun saja?"

Jungkook menggelengkan kepala imut. "Aku hanya tidak menyangka saja"

"Menyangka?" Tanya Taehyung menghadap ke Jungkook. Segala intensitas berpindah sejenak. Ia masih menggenggam tangan Jungkook. Tak mau pisah rasanya sepi.

"Tae-Hyungie siuman. Kita bisa melanjutkan hidup lebih nyaman" Jawab Jungkook tersenyum menampakkan bunny teeth.

"Kenapa tidak menyangka? Bukannya... ah sudahlah... kau terlalu cemas, Baby"

"Bagaimana caranya aku tidak cemas. Hyung koma seminggu. Setelah bertemu saking syok-nya. Aku pingsan. Bangun-bangun aku kena ceramah dan super duper tekanan ancaman tidak boleh bertemu denganmu. Hingga nyaris dua sampai tiga hari. Padahal aku sangat ingin melihatmu"

"Sekarang sudah lihat aku kan Baby Kookie. Jadi jangan cemas~" Ucap Taehyung mengacak surai Jungkook.

Jungkook hanya tersenyum senang. "Tanpa sadar kita sudah di rumah Bibi saja"

"Ayo masuk!!!" Seru Taehyung mengangkat tangan mereka yang masih bergenggaman. "Tadaima~"

"Okairi~"

Bibi Nagisa membuka pintu masuk. Lalu, menyuruh Taehyung dan Jungkook berganti baju menjadi pajama. Di ruang makan telah duduk Nenek Hana, Suami dari Bibi Nagisa bernama Karuma. Sekitar lima menit Taehyung dan Jungkook masuk ke ruang tamu. Nenek Hana mengajak Taehyung dan Jungkook makan bersama. Taehyung bahkan tidak menyangka mereka akan memakan udon tempura. Padahal, ia hanya ingin makan manis-manis seperti dessert. Jungkook menyipitkan mata imut memberi isyarat kepada Taehyung untuk memakan saja. Setelah makan bersama dan berbincang-bincang. Nenek Hana meminta Jungkook masuk ke dalam ruang praktek konsul. Nenek Hana dan Bibi Nagi adalah seorang psikolog. Nenek Hana membangun geduk praktek konsulnya di samping rumah agar mudah di akses. Kecuali bagi pasien yang sudah parah dari awal.

Jungkook disuruh duduk rileks di bangku yang telah Nenek Hana sediakan. Bibi Nagisa menyuruh Taehyung menunggui Jungkook di luar.

"Nah, Jungkook perkenalkan aku Hana." Ucap Nenek Hana berbeda dari biasanya. Ia sangat profesional. Nenek Hana benar-benar menganggap Jungkook adalah salah satu pasien yang akan berobat. Sedangkan di sebelah Taehyung diperiksa oleh Bibi Nagisa tentang sindrom yang dideritanya. "Aku ingin menanyakan apa yang terjadi selama beberapa hari ini. Apa ada yang mengganggumu?"

Jungkook menghela nafas. Mencoba tenang. "Akhir-akhir ini setiap malam. Bukan setiap pikiran burukku datang. Aku mendengar bisikan Belial. Padahal aku sangat tahu, Belial sudah mati. Aku pembunuh Nyonya Hana. Aku membunuh Belial dan perasaan aneh. Aku merasa pantas membunuh Belial. Bukan Belial masalahnya"

"Lalu, apa Jeon san?"

"Aku.... Belial mengatakan hal selalu jadi pikiran bagiku. Hal tentang Taehyung. Aku sangat takut dibenci Taehyung. Belial mengorek kelemahanku. Bahkan di hatiku yang paling dalam aku meragukan diriku sendiri. Karena Taehyung penyandang asperger. Makanya aku mudah dimaafkan. Mungkin bagi seseorang aku sangat beruntung. Tapi, tidak semakin mudah dimaafkan semakin membuat ku takut. Tapi..."

"Tapi?"

Jungkook menangis terisak dalam kepala yang tertunduk. "Tapi, saat Taehyung mengamuk. Marah kepada ku. Aku lebih ketakutan. Aku ingin berteriak, tapi tak sanggup. Aku merasa pantas mendapatkannya. Tapi, aku juga tidak mau diperlakukan seperti itu. Bukan aku yang ingin berbohong pada Taehyung. Kalau aku tahu, aku akan mencintai Taehyung sedalam ini. Mana mungkin aku mau membohonginya. Sebelum semua selesai dengan baik. Aku kehilangan Taehyung. Lalu, trauma dan stres yang aku derita bangkit lagi"

"Sekarang bagaimana perasaanmu?" Tanya Nenek Hana memandang Jungkook tenang. Membaca prilaku dan gerak-gerik Jungkook.

"Perasaanku baik-baik saja. Karena aku tidak ingin membebani Taehyung. Aku berusaha berdamai dengan diriku untuk Taehyung. Aku tidak boleh lemah. Karena kami sama-sama namja. Kami ingin saling melindungi. Aku tidak ingin jadi beban. Aku ingin cinta kami baik-baik saja. Kalau aku tidak bisa melengkapi Taehyung. Aku akan kehilangan poros hidupku" Balas Jungkook tersenyum damai.

"Psikolog berbakat. Aku yakin kau bisa." Kata Nenek Hana mengelus surai Jungkook. "Nenek akan berikan obat anti depresan. Tapi, gunakan sesuai aturan, ok?"

"Baik, Nek"

"Mari kita lanjutkan tes medisnya"

Taehyung menunggui Jungkook di luar setelah tes medis tentang penyakit sindromnya. Bibi Hana mengatakan hasilnya akan di kirim ke rumah Taehyung di Hakodate. Sebenarnya Taehyung ingin melarikan diri dari Korea. Ia tidak ingin jadi Raja. Rasanya seperti orang bodoh. Dulu dirinya dibuang, sekarang malah diminta aneh-aneh saja. Namjoon baru saja menelponnya. Taehyung masih menolak dengan lembut tentang pengangkatannya sebagai Raja. Alasannya Taehyung ingin menyembuhkan trauma Jungkook. Sangat klise sekali. Tapi, Taehyung tidak peduli.

Yoongi dan Jimin melakukan video call. Taehyung tidak menyangka pemeriksaan Jungkook lama juga.

"Oiii!!!! Bagaimana kabarmu adik alien?" Tanya Yoongi menyapa sambil melambaikan tangan bersama Jimin.

"Kau baik-baik saja kan? Kami merindukanmu" Timpal Jimin tersenyum ceria.

"Kalian akan datang mengunjungiku kok." Balas Taehyung tersenyum puas. "Dua minggu lagi aku akan melakukan partnership dengan Jungkook"

"Kau jadi mengambil kewarganegaraan Jepang?! Benar-benar ingin melakukan di sana? Kenapa tidak di sini? Di sini lebih mudah aturannya" Ucap Yoongi keheranan.

"Apa ini soal Jungkook?" Sambar Jimin tak sabar.

"Aku sudah membicarakan pada Jungkook. Sepertinya, ia kangen suasana keluarga. Aku rasa Jungkook sedikit trauma dengan Korea. Selama misikan kami melakukan perjalanan yang jauh. Tadi saja diajak ke hutan bambu saja tubuhnya gemetar ngeri. Tapi, dasar bunny yang pandai bersembunyi. Jadi, tidak banyak orang yang tahu" Kata Taehyung menatap kedua saudaranya. Mereka ikut mengangguk-angguk paham.

"Cepat balik kemari" Kata Yoongi dan Jimin bersamaan.

"Tahu tidak siapa yang akan menjadi Raja dan Ratu?" Tanya Jimin tersenyum aneh.

Taehyung memangku dagu menunggu lanjutan kata-kata Jimin.

"Taekwoon Hyung dan Jaehwan Hyung" Sambung Jimin sendiri.

Taehyung menatap datar. "Baguslah kalau begitu"

"Kau tidak merasa sedih?" Tanya Jimin balik.

Taehyung menggelengkan kepala. "Kenapa?"

"Tenang saja, toh gelar bangsawanmu tetap Taehyung. Penasihat kerajaan tetap memberikanmu gelar bangsawan seperti keluarga Chan." Tambah Yoongi santai.

"Baguslah, rencana aku ingin memasukkan anakku ke akademik yayasan keluarga Chan" Timpal Taehyung antusias membuat kedua pasangan mini tidak habis pikir.

"Kau benar-benar melanjutkan hidup" Ucap Yoongi lirih.

"Kau juga Hyung harus. Klaim cepat pasanganmu" Seru Taehyung menyemangati Yoongi. Jimin merona dibuatnya. "Kita harus tetap hidup. Pertahankan cintamu, sebelum berpaling. Kalau prinsipku jangan buat dia berpaling. Tapi, buat dia semakin jatuh cinta berulang kali kepada kita Hyung"

"Iya-iya alien" Balas Yoongi tak sanggup menanggapi. Taehyung benar-benar menjunjung perasaannya. Bagaimana pun Taehyung yang terakhir dapat jodoh. Bahkan anggota lain sampai menyangka Taehyung tidak niat dengan hal seperti itu.

Sang Hades yang telah bertemu dengan Persephone miliknya. Terserah dunia akan kemarau. Taehyung nyaris lebih egois dibanding Hades.

"Mana Jungkook?" Tanya Jimin mengalihkan topik.

"Pemeriksaan kesehatan bersama nenekku" Jawab Taehyung santai.

"Hati-hati ya, kami sedang menyiapkan pemindahan markas. Divisi kita naik level. Kita sekarang sudah jadi pagoda." Ucap Yoongi berbisik melihat kanan-kiri.

"Balik ke sini cepat, supaya Namjoon Hyung membrimu rumah juga." Timpal Jimin tersenyum lagi."Jin Hyung datang!"

"Bye" Tutup Yoongi cepat. Padahal Taehyung ingin menyapa sebentar kakak angkat yang sudah dianggapnya Ibu. Ia hanya ingin meminta maaf. Mungkin besok.

"Taehyung" Bisik Nenek Hana melambaikan tangan ke arahnya. "Kookie chan tertidur~ Gendong dia ke atas ya"

"Baik" Balas Taehyung tersenyum maklum. Bibi Nagisa mengiringi Taehyung yang mengendong Jungkook ala bridal. Paman Karuma cekikikan melihat wajah istrinya yang panik. Sesampai di kamar Bibi Nagisa langsung membukakan pintu. Paman Karuma melempar selimut ke arah istrinya menjahili. Taehyung menahan tawa melihat pasangan cat and dog. Ia menutup pintu. Menyiapkan pakaian untuk ke Hakodate esok hari.

* * *

Keesokkan harinya, Jungkook bangun terlebih dahulu. Ia melihat wajah kekasihnya yang sedang tertidur. Jungkook masuk ke dalam kamar mandi terlebih dahulu. Taehyung yang pura-pura tidur membuka mata. Ia berpikir bagaimana caranya agar Jungkook bisa tidur nyenyak tanpa mimpi buruk. Taehyung harus menanyakan perihal ini kepada Nenek Hana. Tidak sampai beberapa menit Jungkook keluar dari kamar mandi dengan pakaian rapi. Taehyung tersenyum masuk ke kamar mandi. Pemuda kelinci balik tersenyum. Ia memperhatikan dua koper dan satu tote bag -yang biasa Jungkook isi dengan camilan manis Taehyung- telah tersusun rapi. Jungkook tersenyum lagi, mencoba menenagkan hati. Perasaan seorang yang stres tidak bisa diceritakan secara lugas kepda orang biasa. Apalagi yang belum pernah merasakannya. Bagi penderita stres termasuk depresi. Mereka akan merasakan ketakutan tak beralasan. Rasanya seperti di kejar-kejar oleh sosok yang menakutkan. Jungkook berusaha untuk menenangkan dirinya agar baik-baik saja. Setidaknya dalam keadaan sadar Jungkook tidak mendengar bisikan aneh-aneh. Sebuah kemajuan.

Bibi Nagisa mengajak Jungkook untuk sarapan bersama. Jungkook mengangguk kepala tersenyum menunggu Taehyung selesai mandi. Beberapa menit kemudian, Taehyung keluar dengan rambut yang basah. Ia duduk bersila di atas lantai mengambil kemeja di atas kopernya. Taehyung memasangkan kemeja dengan rambut setengah basah. Jungkook mengambil inisiatif untuk mengeringkan rambut pemuda yang mencuri hatinya. Taehyung tersenyum lembut sambil melirik Jungkook sebentar.

"Ayo ke bawah Hyung. Semua sudah menunggu kita" Ucap Jungkook masih mengeringkan rambut Taehyung.

"Astaga, iya ayo. Kita harus berpamitan." Ucap Taehyung cepat menarik tangan Jungkook keluar kamar.

Taehyung dan Jungkook menuruni anak tangga menuju ruang makan. Nenek Hana dan Paman Karuma sudah duduk di bangku masing-masing. Bibi Nagisa tersenyum sambil membawa sepiring besar karage.
"Ayo Taehyung kun dan Jungkook chan mari makan bersama" Ajak Bibi Nagisa kepada Taehyung dan Jungkook.

Taehyung dan Jungkook tersenyum menanggapi. Mereka makan bersama-sama. Setelah, selesai makan. Paman Karuma membuka pembicaraan.

"Kami akan menyusul kalian lusa nanti. Jadi kan acara resepsinya di percepat Kaasan?" Tanya Paman Karuma meminta tanggapan. Padahal, ia tahu bahwa nenek Hana sengaja melakukannya.

Nenek Hana menganggukkan kepala. "Aku sudah menghubungi Ibumu secara pribadi. Lusa nanti Ibumu akan datang ke rumah kalian di Hakodate."

"Tapi...." Ucap Jungkook gugup. Jantung berdebar kencang. Senang dan gelisah bercampur jadi satu. Namun, karena genggaman tangan dari Taehyung. Rasa gelisah dan takut menghilang.

"Tenang saja, Jungkook. Kami sudah biasa menyiapkan resepsi pernikahan." Ucap Bibi Nagisa ramah. Ia menuangkan ocha ke cangkir suaminya.

"Sudah lama juga... Rasanya seperti bernostalgia." Celetuk Paman Karuma.

Jungkook bergerak gelisah. "Apa kami tidak aneh?"
Mereka bertiga saling menatap bingung.

"Tidak2 kalian tidak aneh. Lagian anak kami ada yang seperti keadaan kalian." Balas Paman Karuma enteng.

Bibi Nagisa tersenyum keibuan. "Dulu aku sempat menolak... Tapi, melihat kesungguhan dan rasa cinta Yuuto kepada Ryou. Aku jadi tidak bisa menolak"

"Lagipula, Kenzo sudah memberikan cucu kepada Nagisa. Kami sudah paham masalah kalian. Ibarat kata sudah biasa. Jadi, jangan merasa canggung Jungkook. Karena kita semua keluarga" Ucap Nenek Hana senang. "Oh, ya rumah nenek yang di Hakodate sebenarnya untuk Takuya. Makanya, aku turunkan kepada Taehyung. Pilihan yang bagus, Jungkook"

"Tapi, nenek masih tinggal bersama kami kan?" Tanya Jungkook antusias. Nenek Hana menganggukkan kepala.

Mereka bertiga di antara oleh Paman Karuma dan Bibi Nagisa ke bandara Kyoto. Anak Paman Karuma dan Bibi Nagisa ada dua orang laki-laki. Si sulung bernama Kenzo. Ia tinggal bersama istrinya di Kyoto juga. Sayangnya Kenzo sedang dinas di luar kota. Sedangkan si bungsu bernama Yuuto tinggal di Hakodate. Mereka sengaja tinggal di tempat itu agar bisa mengawasi orangtua. Si sulung mengawasi ibunya dan si bungsu mengawasi neneknya.

Bibi Nagisa memeluk Taehyung dan Jungkook bergantian. Mereka janji akan membawa keluarga Kenzo juga untuk membantu resepsi pernikahan TaeKook. Selama di perjalanan Nenek Hana santai saja seperti sudah sering berpergian. Malahan Taehyung dan Jungkook yang mengikuti kemana orangtua itu pergi. Jungkook benar-benar bangga dengan nenek Hana yang masih aktif di usia 70 tahun. Pantas saja, orang Jepang terkenal dengan umur panjang. Bahkan nenek 70 ini tidak ketinggalan zaman. Nenek Hana bahkan booking online tiket pesawat mereka. Jungkook tidak bisa berkata-kata.

"Nenek benar-benar keren!!!!" Puji Jungkook. Ia akan bertepuk tangan, jika tidak berada pada kerumunan orang banyak.

"Jangan bilang Yuuto Niisan yang mengajari ini semua pada nenek?" Kata Taehyung antara bertanya atau memberikan pernyataan.

Nenek Hana tertawa lepas. "Siapa lagi kalau bukan Yuuto. Dasar anak itu benar-benar sabar mengajari orangtua renta"

"Yuuto Niisan benar-benar sabar" Ucap Taehyung geleng kepala. "Apa Yuuto Niisan juga seorang psikolog?"

"Iya, dia adalah penerusku. Kenzo lebih mirip Ayahnya." Jawab Nenek Hana tersenyum. " Kenzo seorang Detektif polisi"
"Nah, ayo cepat kita masuk" Kata Nenek Hana sambil meletakan koper dan barang bawaan mereka.

* * *

Taehyung, Jungkook dan Bibi Hana sampai ke bandara Hokkaido. Sopir pribadi Bibi Hana datang menjemput mereka. Jungkook baru pertama kali ke Hakodate. Begitu juga dengan Taehyung. Mereka bisa melihat pemandangan yang indah. Hakodate percampuran budaya barat dan timur. Karena sudah memasuki musim gugur. Suhu Hakodate semakin menunrun. Jalan-jalanan yang rapi. Nyaris sepanjang tahun Hakodate bersalju.

"Pemandangan yang indah ya, Jungkook" Ucap Taehyung di samping Jungkook. Mereka berdua melihat ke arah jendela. Jungkook menganggukkan kepala.

Siang itu hari hujan. Mereka akhirnya sampai di rumah. Nenek hana mengajak cucu masuk. Ia menelpon juru masak untuk datang ke rumah. Taehyung dan Jungkook meletakan koper di ruang tamu.

"No, no masuk ke kamar. Kamar kalian di lantai dua. Nanti nenek panggil kalian, kalau makanan sudah siap" Kata Nenek Hana menunjuk lantai atas.

"Baiklah, baasan~" Balas Taehyung menggandeng Jungkook.

Jungkook dengan kesusahan mengikuti Taehyung membawa koper. Taehyung masih tersenyum melihat Jungkook yang kepayahan.

"Taehyung tunggu...." Ucap Jungkook terdengar merengek bagi Taehyung.

"Ayo cepat Chagi" Balas Taehyung menarik tangan Jungkook di atas tangga.

Langkah kaki mereka menggema di rumah klasik percampuran budaya jepang dan eropa. Dari luar rumah di disain bergaya eropa, tapi saat masuk ke dalam sangat berbeda. Bagian dalam rumah apalagi ruang tengah dan kamar-kamar di lantai atas bergaya jepang klasik. Ada tatami, kotatsu dan lukisan bunga sakura juga deburan ombak. Tangga yang di naiki Taehyung dan Jungkook hanya seluas satu orang lebih. Makanya Jungkook kesusahan menarik koper dan tote bag dengan satu tangan. Sedangkan tangan yang lain digenggam Taehyung.

Mereka berdua masuk ke dalam kamar yang telah di sediakan Nenek Hana. Jungkook membuka kedua koper yang isinya akan disusun ke dalam lemari. Taehyung mengambil camilan manis untuk dimasukkan ke dalam kulkas mini di pojok kamar. Ia melihat Jungkook yang asyik mengatur baju-baju mereka. Taehyung memeluk Jungkook dari belakang tersenyum bersama.

Hari-hari berlalu dengan cepat. Taehyung dan Jungkook akhirnya bertemu dengan Yuuto dan Ryou yang telah mengangkat anak laki-laki berumur dua tahun bernama Sora. Yuuto mengajari Taehyung bagaimana mengurus surat pernikahan partnership. Sedangkan Ryousuke membantu Jungkook berias dan melakukan hal-hal yang manis. Padahal Jungkook belum pernah melakukannya. Jungkook juga sering melakukan konsul dengan Nenek Hana.

Hari fitting baju pernikahan datang. Nenek Hana meminta bantuan Ryou untuk mendisain baju cucunya. Ryou sangat senang sekali. Ryou uke-nya Yuuto dengan senang hati membantu Jungkook. Esoknya pasutri Nakajima Karuma dan Nagisa datang beserta keluarga Jungkook. Ibunya Jungkook, inspektur Jongdae dan sersan Minseok. Mereka juga membantu persiapan booking hidangan. Bahkan hari ini juga anggota Bangtan Boys datang membantu persiapan resepsi pernikahan TaeKook.

Sehari sebelum TaeKook menikah. Jungkook di sembunyikan oleh nenek Hana. Taehyung harus menginap di rumah Yuuto bersama Yoongi, Namjoon dan Hoseok.

"Aku tidak menyangka. Kau mendahului kami semua" Ucap Namjoon meminum ocha.

"Kau saja yang kelamaan Namjoon." Elak Yoongi mengejek.

"Hei, aku tinggal menunggu sebulan lagi tau. Aiiish~ Kau kapan?" Tanya Namjoon balik mengejek.

"Sudahlah Hyung" Ucap Taehyung menengahi. "Yang hebat itu Hoseok Hyung. Baru selesai menikah langsung membantu kami. Padahal, aku tidak bisa datang"

"Tidak apa-apa Taehyung. Lagian kalian juga sedang sibuk. Kalau kami kan sudah mempersiapkannya dari lama. Hanya terganggu oleh misi kita." Kata Hoseok santai.

"Benar juga" Ucap Taehyung mengangguk kepala paham.

"Hayoooo, jangan mengajak mempelai pria begadang." Ucap Ryousuke menginterupsi mereka. "Masuk kamar Taehyung-kun"

"Pengen Kookie" Rajuk Taehyung pura-pura merengek.

"Tidak! Besok saja ketemu Jungkooknya di altar" Elak Ryousuke seperti seorang ibu yang melarang anaknya main ps sampai larut malam.

"Kookie~" Taehyung masih merengek dengan wajah kakunya. Yuuto datang membawa sebungkus cookies choco chips. Ia memberikan ke tangan Taehyung. Taehyung menatap bingung. "Boleh juga" Taehyung langsung masuk ke kamar.

"Astaga!!!! Yuuto!!!! Aku kan sedang mendisiplinkan Taehyung soal camilan manis." Bentak Ryousuke kesal pada suaminya. Yuuto lari kabur.

"Seperti Seokjin Hyung punya saingan" Ucap Hoseok ngaur.

"Saingan apa?"
"Saingan menjadi seorang ibu"

Ryousuke adalah orang yang baik. Ia sangat easy going dan mau berbaur dengan Taehyung juga Jungkook. Karena ia merasa sama-sama uke. Ryousuke menjaga dirinya. Ia lebih banyak bercengkrama dengan Jungkook. Begitu juga Yuuto. Mereka berdua menjaga kepercayaan adik-adiknya beserta menjaga komitmen.

Di tempat lain, Jungkook masih membuka jendela menatapi sang rembulan. Nenek Hana mengetuk pintu masuk.

"Bagaimana perasaanmu, Kookie Chan?" Tanya Nenek Hana duduk di balkon kamar TaeKook.

Jungkook tersenyum penuh arti. "Rasanya tidak bisa terbayangkan, Baachan. Rasa deg-degan, gelisah, senang dan haru bercampur jadi satu. Aku...." Jungkook menitikkan air mata haru.

Nenek Hana memeluk calon menantunya. "Semua orang yang akan menikah merasakan itu"

"Aku senang sekali, Baachan. Bahagia yang luar biasa tak terkira" Ucap Jungkook bergetar menahan air mata. "Baasan kan tahu sendiri aku sedang stres"

"Lalu sekarang apakah bangkit lagi?" Tanya Nenek Hana menatap Jungkook.

Jungkook menggelengkan kepala pasti. "Tidak, Baasan. Hanya saat aku tidur saja"

"Merasa baikan?"
"Sangat, Baasan"

Nenek Hana melihat Jungkook serius. "Boleh nenek bicara?" Jungkook mengangguk cepat. " Saat hamil nanti jangan sampai stres. Kau bisa gila. Kalau kita sudah pernah stres. Sebisa mungkin hindari apa yang akan membuatmu sakit hati. Jadilah, kuat Jungkook. Maka anakmu akan kuat juga. Male pregnant sangat rentan saat melahirkan. Jadi, jangan biarkan dirimu bersedih dan sakit hati. Semua akan baik-baik saja"

Jungkook menganggukkan kepala paham.

"Apa pun yang terjadi ke depan. Kau harus tersenyum dan bahagia. Mengerti?" Tanya Nenek Hana lagi.

"Mengerti Baachan" Balas Jungkook berjanji.

Siang tadi juga nenek menasehati Taehyung agar bisa melindungi dan membahagiakan Jungkook. Karena komitmen harus dijaga selamanya. Jangan tergoda dengan kenikmatan semu. Taehyung mendengarkan wejangan nenek. Ia menyayangi nenek tua seperti orangtua sendiri.

Malam harinya, Jungkook masih bermimpi buruk. Di dalam igauannya, ia memanggil nama Taehyung. Nenek Hana yang tidur di kamar sebelah merasa terusik. Hanya satu yang dipikirkan oleh Nenek agar Jungkook tidak mimpi buruk. Caranya adalah Taehyung harus menyanyi untuk Jungkook.

Hari-H datang. Taehyung mulai merasa deg-degan sekarang. Ryou mulai merias Taehyung terlebih dahulu. Secepat kilat ia pergi ke rumah nenek Hana untuk merias Jungkook. Untung rumah mereka hanya beda gang saja. Jadi, Ryou tidak merasa capek. Yuuto dan yang lain membawa Taehyung ke gedung yang telah dipesan untuk acara.

Seokjin menyuruh Jungkook memakai jas yang mereka pilih dengan warna seputih salju yang sama dan senada. Ryousuke data tepat saat Jungkook selesai memakai satu steel pakaian. Ryou tersenyum, kemudian menuntun Jungkook duduk di kursi. Setelah memasang riasan. Ryou juga menata rambut Jungkook. Ia menyuruh Jungkook berdiri. Kemudian dengan gerakan elegan Ryou memasangkan Semi-Cathedral Veil di kepala Jungkook.

Jungkook seperti menggunakan jubah transparan. Panjang veil sampai ke lantai. Sehingga stelan jas putih tidak terlalu terlihat. Jungkook sangat cantik menggunakannya. Seokjin bahkan memotret Jungkook untuk referensi pernikahan. Ryou menjelaskan banyak jenis veil yang bisa di aplikasikan. Awalnya Ryou bingung mau memilihkan Chapel Length Veil atau Semi-Cathedral Veil. Tapi, akhirnya pilihan jatuh kepada semi cathedral veil. Itu menambah kesan manis di tubuh Jungkook.

Nenek Hana dan Eommanya Jungkook tersenyum berseri-seri melihat kecantikan Jungkook. Mereka mengantarkan Jungkook sampai ke gedung. Di altar Taehyung telah menunggu bersama Pastor yang dibawa Yoongi dari dunia belakang. Inspektur Jongdae menggantikan posisi ayah Jungkook. Ia menuntun Jungkook ke arah Taehyung. Jongdae memberikan tangan Jungkook kepada Taehyung.

"Aku titipkan adikku padamu. Jaga dia" Kata Jongdae tegas dan lugas.

Taehyung tidak bisa berhenti memandang Jungkook sejak masuk ruangan. Jungkook sangat cantik dan ia bersyukur menjadi pendampingnya. Janji yang mereka sebutkan dengan ketulusan hati dan komitmen yang terlindungi. Tanda kesetiaan menempel lekat dikedua bibir yang tak terpisahkan. Saling memasang cincin bergantian sebagai penanda keseriusan. Taehyung dan Jungkook resmi menjadi pasutri baru. Tepukan riuh dan hangat menyambut mereka. Bahkan ada yang menangis haru. Ibunya Jungkook tidak bisa menahan air matanya.

Awal saat ia tiba di Hakodate. Ibunya Jungkook berpesan pada Taehyung agar setia dan melindungi Jungkook. Jungkook sebenarnya rapuh di dalam, tapi dia memperlihatkan sisi kuat setiap menghadapi apapun. Sekarang Taehyung tahu semuanya.

Acara resepsi pernikahan sangat meriah. Para anggota Bangtan Boys berpelukan. Membagi haru bersama. Mereka juga sama-sama melakukan dansa dan tarian acak sampai tengah malam.

"Astaga, kalian berdua masuklah kamar. Kami tidak apa-apa" Ucap Yoongi melihat kedua pemuda yang sudah di anggap adiknya sendiri. "Tidak ada yang berubah. Kita masih sama-sama Bangtan, ya kan Namjoon?"

"Tentu, Hyung" Balas Namjoon cepat. "Aku menunggu kalian sebagai salah satu pengisi pagoda"

"Maafkan aku, Taehyung dan Jungkook" Timpal Seokjin tersenyum sendu. "Aku hanya khawatir"

"Tidak apa-apa Hyung. Terima kasih mau jauh-jauh datang ke sini" Balas Jungkook tersenyum.

"Tapi, kami belum bisa pulang cepat" Jawab Taehyung pelan.

"Tidak apa-apa, kami maklum kok" Balas NamJin serentak.

Yoongi dan Jimin tersenyum bersamaan.
"Jaga diri dan komitmen kalian." Ucap Jimin masih terharu.

"Cepat-cepat menyusul Hyung" Balas Jungkook membuat Jimin jadi salah tingkah.

"Kontrol emosimu, Jungkook jadi nomor satu sekarang Taehyung" Kata Yoongi tegas. Taehyung mengiyakan. "Titip adikku yang payah, Jungkook. Sabar-sabar menghadapi alien ini" Jungkook menganggukkan kepala tersenyum ceria.

Hoseok langsung memeluk mereka berdua. "Astaga, aku tidak menyangka kalian akan menyusul kami. Ini waktunya kita memperlihatkan kehebatan kita, Taehyung"

"Ok, Hyung" Balas Taehyung tersenyum kotak.

"Jaga kesehatan ya, Hyung. Jangan lupa sering-sering hubungi kami" Ucap Chan menangis haru.

Jungkook menganggukkan kepala menangis haru bersama Chan. "Maaf ya, tidak bisa datang ke acara pernikahanmu"

"Tidak apa-apa, Hyung. Aku mengerti. Jangan menangis, Hyung. Aku jadi pengen nangis" Balas Chan dengan mata berkaca-kaca.

"Jangan menangis, Kookie. Ini hari bahagia kita" Bisik Taehyung pada Jungkook.

Hoseok mengacak rambut Chan menghangatkan suasana. Dari kejauhan Ibunya Jungkook dan Nenek Hana memperhatikan.

"Aku tidak menyangka, kita bisa berbesan Nyonya Hana" Ucap Ibu Jungkook tersenyum tenang. "Maaf aku tidak banyak membantu. Aku..."

"Aku tahu, tidak apa-apa." Balas Nenek Hana ramah. "Suamimu memang tidak akan ikut serta"

"Jungkook sudah dibuang sejak kami menikah. Jungkook hanya diberi biaya makan dan pendidikan. Aku hanya bisa melihat sesekali. Jungkook memang ada di rumah mansion kami awalnya. Tapi, saat sma dia sekolah di asrama dan saat kuliah Jungkook aku belikan apartemen oleh uang tabunganku sendiri. Aku tidak punya apa-apa" Jelas Ibu Jungkook lirih.

"Kau tahu apa arti dari sebuah pernikahan. Tidak hanya anak kita yang bersatu menjadi sebuah keluarga. Tapi, kita juga. Jungkook sudah aku anggap sebagai cucuku sendiri. Seperti Taehyung. Kita melakukan kesalahan di masa lalu dan sekarang waktunya melihat mereka bahagia. Kita harus jadi kekuatan bagi mereka" Balas Nenek Hana tersenyum ramah.

Ibu Jungkook tidak bisa menahan air mata. Ia memeluk erat Nenek Hana. "Terima kasih. Terima kasih atas segalanya. Terima kasih mau menerima Jungkook sebagai bagian dari keluarga nenek"

Nenek Hana balas memeluk Ibunya Jungkook. Bibi Nagisa dan Paman Karuma beserta Yuuto dan Ryou tersenyum bersama.

* * *

Mereka berdua masuk ke dalam kamar. Mereka berganti pakaian menjadi pajama. Jungkook berbaring di atas kasur ketiduran, karena kecapekan. Taehyung ikut ketiduran di samping Jungkook. Ia hanya bisa tidur setengah dari waktu normal manusia tidur. Hari masih pukul tiga dini hari. Taehyung mengucek matanya. Ia melirik kedua buah jendela yang berada dibalik tembok kanin kiri. Seperti di kelilingi pemandangan malam. Taehyung meregangkan tubuhnya. Ia melirik kekasihnya yang sudah mulai kembali sintal. Kemarin-kemarin berat badan Jungkook menurun drastis. Taehyung terus menanyainya tentang camilan sampai dimarahi sang masa depan. Jungkook mengernyitkan kedua alis matanya. Taehyung sudah tahu seperti malam-malam sebelumnya. Jungkook bermimpi buruk. Taehyung mendengkap Jungkook. Belum sempat dipeluk. Jungkook sudah terisak-isak menahan kesakitan. Taehyung memeluk Jungkook erat. Ia meletakkan dagunya di kepala Jungkook. Membiarkan kekasih manisnya bersembunyi di ceruk lehernya. Taehyung menepuk-nepuk punggung Jungkook agar berhenti menangis.

Ah, Taehyung hampir lupa pesan nenek. Kalau Jungkook menangis di mimpinya. Jangan dibangunkan. Berikan nyanyian penenang. Jika semakin parah baru dibangunkan. Taehyung mengambil nafas masih menepuk-nepuk punggung Jungkook. Ia membuat kepala Jungkook sedikit tinggi darinya. Taehyung berbisik menyanyikan alunan hanya untuk kekasihnya.

어느 날 달에게

Eoneu nal dalege

Suatu hari

길고긴 편지를 썼어

Gilgogin pyeonjileul sseosseo

Kutulis sebuah surat yang panjang, panjang, kepada rembulan

너보다 환하진 않지만

Neoboda hwanhajin anhjiman

Takkan seterang dirimu,

작은 촛불을 켰어

Jageun chosbuleul kyeosseo

namun kunyalakan lilin kecil

Taehyung mengelus surai Jungkook, masih memeluk sang kekasih. Ekspresinya semakin melunak. Berharap Jungkook bisa mendengarkan suaranya. Taehyung berharap alunan nyanyiannya menembus alam bawah sadar Jungkook.

어스름한 공원에

Eoseuleumhan gongwonhe

Pada suatu taman yang remang-remang

노래하는 이름모를 새

Noraehaneun ileummoleul sae

Seekor burung tanpa nama yang berdendang

Where are you

Di mana kah dirimu

Oh you

Oh, kau

Ia bertanya-tanya pada dirinya sendiri apakah mimpi buruk Jungkook bisa hilang dengan suaranya. Taehyung mengelus sebelah pipi Jungkook. Ekspresi Jungkook mulai tenang.

왜 울고 있는지

Wae ulgo issneunji

Mengapa kau menangis?

여긴 나와 너 뿐인데

Yeogin nawa neo ppuninde

Hanya kau dan aku yang ada di sini

Me and you

Aku dan kau

Oh you

Oh, kau

Taehyung semakin mendekap erat Jungkook, bahwa tidak ada yang harus ditakuti. Karena Taehyung selalu ada di sisi Jungkook. Bahkan untuk berpisah saja tidak terpikirkan. Semua kesalahannya, hanya karena Taehyung tidak bisa mengontrol emosinya. Taehyung masih mempertahankan suara agar tidak terisak.

깊은 밤을 따라서

Gipeun bameul ttaraseo

Mengikuti larutnya malam

너의 노랫소리가

Neoui noraesseoriga

Suara nyanyianmu

한 걸음씩 두 걸음씩

Han geoleumssik du geoleumssik

Membawakan pagi yang merah

붉은 아침을 데려와

Bulgeun achimeul deryeowa

Selangkah, demi selangkah

Taehyung kembali bernyanyi dengan sepenuh jiwa. Kenangan bersama Jungkook merasukinya. Ia kembali menepuk-nepuk bagian atas pinggang Jungkook. Memandangi wajah pemuda kelinci. Jika Jungkook membuka matanya. Ia bisa melihat keseriusan Taehyung selama ini.

새벽은 지나가고

Saebyeogeun jinagago

Fajar berlalu

저 달이 잠에 들면

Jeo dari jame deulmyeon

Dan kala rembulan itu terlelap

함께했던 푸른빛이

Hamkkehaessdeon pureunbichi

bayangan biru yang bersamaku kemudian

사라져

Sarajyeo

lenyap

Taehyung memejamkan matanya masih menyanyikan lagu nina bobo untuk Jungkook. Tangisan Jungkook mereda seiring lagu yang dinyanyikan Taehyung. Ia sangat bersyukur Jungkook tidak menjerit-jerit seperti malam-malam kemarin. Taehyung kembali mendekap Jungkook. Memberikan belaian lembut di surai berwarna sama dengan miliknya.

어스름한 공원에

Eoseureumhan gongwonhi

Pada suatu taman yang remang-remang

노래하는 이름모를 새

Noraehaneun ireummoleul sae

Seekor burung tanpa nama yang berdendang

Where are you

Di mana kah dirimu

Oh you

Oh, kau

왜 울고 있는지

Wae ulgo issneunji

Mengapa kau menangis?

여긴 나와 너 뿐인데

Yeogin nawa neo ppuninde

Hanya kau dan aku yang ada di sini

Me and you

Aku dan kau

Oh you

Oh, kau

Taehyung kembali mengulang nyanyiannya. Berharap Jungkook bisa terlelap dengan tenang tanpa gangguan.

깊은 밤을 따라서

Gipeun bameul ttaraseo

Mengikuti larutnya malam

너의 노랫소리가

Neoui noraesseoriga

Suara nyanyianmu

한 걸음씩 두 걸음씩

Han geoleumssik du geoleumssik

Membawakan pagi yang merah

붉은 아침을 데려와

Bulgeun achimeul deryeowa

Selangkah, demi selangkah

새벽은 지나가고

Saebyeogeun jinagago

Fajar berlalu

저 달이 잠에 들면

Jeo dari jame deulmyeon

Dan kala rembulan itu terlelap

함께했던 푸른빛이

Hamkkehaessdeon pureunbichi

bayangan biru yang bersamaku kemudian

사라져

Sarajyeo

Lenyap

Terus bernyanyi tanpa hentinya. Ia memperhatikan ekspresi kekasihnya yang mulai berubah nyaman. Jika ingin memilih Taehyung ingin selalu melihat wajah senang Jungkook. Senyum dan tawanya.

새벽은 지나가고

Saebyeogeun jinagago

Fajar berlalu

저 달이 잠에 들면

Jeo dari jame deulmyeon

Dan kala rembulan itu terlelap

함께했던 푸른빛이

Hamkkehaessdeon pureunbichi

bayangan biru yang bersamaku kemudian

Setelah nyanyian Taehyung selesai. Ia mencium bibir Jungkook. Menghapus jejak air mata Jungkook. Kembali mendekap dan tertidur bersama.

Keesokkan Harinya

Jungkook terbangun dengan wajah damai. Semalam ia mendengar alunan nyanyian yang belum pernah didengarnya. Tapi, Jungkook yakin itu adalah suara milik suami. Kim Taehyung. Jungkook memberi kecupan di kening Taehyung. Ia ingat sekali, Taehyung selalu mencium Jungkook di kening. Apalagi kalau Jungkook merasa ketakutan. Jungkook tidak tahu maksudnya apa. Tapi, rasa tenang, terlindungi dan nyaman datang tanpa jeda. Ciuman di bibir memang terasa menyenangkan dan seksi. Tapi, ciuman di kening dari Taehyung punya efek lain bagi tubuh Jungkook. Ia sungguh bersyukur mendapatkan Taehyung. Wajah Jungkook bersembunyi di leher Taehyung manja. Memeluk gemas kekasihnya.

Taehyung hanya pura-pura tidur. Ia sudah bangun dari puluhan menit sebelumnya. Taehyung hanya ingin melihat tingkah Jungkook. Ia bisa mendengar suara Jungkook yang mengulang nyanyian Taehyung. Hanya sebait yang teringat oleh Jungkook dibagian reff.

Taehyung mengecup surai Jungkook. "Sudah bangun tsuki[Bulan]?"

"Tsuki?" Ulang Jungkook bingung. Taehyung hanya tersenyum penuh arti. Jungkook terpesonan untuk kesekian kalinya.

Taehyung menghapus jarak wajah mereka berdua. Menyelipkan lidah di celah bibir Jungkook yang menggoda. Jungkook melenguh merasakan pertemuan lidahnya dan tambatan hati. Taehyung memperdalam ciuman mereka. Jungkook memejamkan mata merasakan nikmat yang diberikan pemuda miliknya. Taehyung memperhatikan Jungkook dalam kukungan. Indah sangat indah. Itu adalah sang takdir. Lidah mereka menari. Hingga seutas saliva entah milik siapa mengalir di tepian bibir Jungkook. Taehyung menciuminya lembut berubah menjadi menuntut. Tapi, Jungkook tidak merasa tersakiti. Karena ia juga ingin lebih dari ini.

Kedua pasang mata berbeda beda tipe menatap penuh keintesan. Taehyung kembali menggoda daun telinga Jungkook. Menjilatnya hingga tubuh Jungkook bergetar nikmat. Hanya dengan sebuah jilatan. Jungkook sudah tidak ingat dunia bagaimana kalau mereka menyatu. Taehyung yang memasukinya. Jungkook tidak tahu rasa apa yang membanjirinya.

Taehyung menuruni jilatan ke leher Jungkook yang putih. Leher kekasihnya seputih susu yang diberi madu. Taehyung tidak bisa mengontrol dirinya. Terus menjilat, melumat hingga menggigit leher Jungkook. Suara Taehyung berubah menjadi eraman. Jungkook menjerit merdu memenggil nama Taehyung. Kedua nipple Jungkook dicubit gemas oleh Taehyung. Merobek pakaian Jungkook menjadi dua. Ia melumat nipple sebelah kanan Jungkook. Menggoda nipplenya.

"Taaaae~ Aaaah~"

Suara Jungkook seperti alunan menaikan libido si suami. Taehyung melepaskan baju kaus yang dipakainya. Ia membuka resleting celana Jungkook. Menurunkannya hingga ke bawah lantai. Taehyung menggoda milik Jungkook dengan nafasnya. Wajah Jungkook berubah merah sayu dan sensual. Tanpa aba-aba Taehyung membuang bokser Jungkook entah kemana. Meremas milik Jungkook. Kemudian mengulumnya sampai kekasih lupa dunia. Tubuh Jungkook bergerak nikmat. Dada membusur naik ke atas melawan gravitasi. Jungkook tersenyum seduktif. Melepaskan kulumannya yang berakibat cairan percum Jungkook keluar.

"Taaaaae~ Aaaah~ Oh, lord~"

Taehyung mengarahkan dagu calon pendamping ke miliknya yang sangat besar. Jungkook benar-benar terhipnotis. Ia menyerah kepada kepuasan yang diberikan Taehyung. Jungkook menjilat penis Taehyung yang hanya bisa masuk setengah. Astaga. Jungkook belum pernah merasakan hal ini terjadi. Bahkan ketakutan tak menghinggapinya. Jungkook hanya ingin memuaskan pasangan, pendampingnya. Wajah Taehyung puas menikmati kuluman pemuda miliknya. Saking enak Taehyung menghentikannya.

"Kita lanjutkan intinya, Baby" Bisik Taehyung membawa tubuh Jungkook telentang. Ia menyuruh Jungkook mengulum jari-jarinya. "Sudah, baby"

"Taaaaehhh~"

Taehyung tersenyum sensual membuat Jungkook merasa tersengat. Ia menjilat lubang Jungkook. Penis Jungkook kembali bergetar entah kenapa. Rasanya nikmat. Taehyung terus menjilat-jilat lubang Jungkook. Lalu, berganti dengan jari telunjuk. Jungkook menjerit lengking. Ia memanggil nama kekasihnya berulang kali. Air mata turun begitu saja. Rasa sakit yang ingin membuat Jungkook pusing. Taehyung menambahkan jarinya. Ia mencium dalam Jungkook agar kesakitan berkurang. Jungkook mengalunkan lengan di leher Taehyung tenang hanya karena sebuah ciuman . Ia lupa lubang serasa terbelah dua. Taehyung menggerakkan jarinya hingga menusuk sweet spot Jungkook.

"Aaaah~Aaaah~"

"Mggggh~"

Taehyung mengeram tidak sabaran. Ia menatap wajah Jungkook yang yummy. "Aku masuk baby~"

Jungkook mengangguk pasrah. Ia ingin merasakan yang lebih. Dengan sekali gerakan Taehyung memasukkan big dick ke dalam hole sempit Jungkook. Jungkook tertohok. Dada membusur ke atas. Taehyung menciumi Jungkook lagi seiring dengan hentakkan di lubang pasangannya. Jungkook hanya memanggil nama Taehyung dengan suara merdu. Taehyung terus menghentak lubang Jungkook tanpa jeda. Kepala Jungkook kosong. Taehyung menggeram melepaskan ciuman mereka menatap Jungkook keenakan.

"Nikmat sayanghhh~?" Tanya Taehyung tersenyum seksi. Oh, tuhan Jungkook bahkan tidak bisa menjawab saking nikmatnya. Ia mengangguk cepat.

"Fasterhh~ Taedy~ Deeep~" Racau Jungkook entah kerasukan apa. Ia ingin mengeluarkan air mani secepat mungkin.

Taehyung menatap puas wajah seksi dan seduktif Jungkook. Tak ada beda dengan wajahnya. Dengan gerakan cepat Taehyung menghajar sweet spot yang ditemuinya. Taehyung melumat nipple Jungkook sambil mengocok penis kekasih kesayangannya bersamaan. Tubuh Jungkook benar-benar diobrak abrik oleh kenikmatan dunia. Dengan bersamaan Taehyung menarik tubuh Jungkook dipangkuannya. Penis Taehyung mengacung ke atas dalam lubang Jungkook. Cairan di penis Jungkook keluar membasahi perut Taehyung

"Aku datang, baby~" Taehyung menggeram bersamaan dengan carian berlomba-lomba keluar di lubang Jungkook.

"Nyaaaah~ Taeaah~ Aaaah~" Jungkook meracau lagi saking nikmatnya. Lubangnya penuh dengan cairan cinta Taehyung. Mereka sama-sama mencapai puncak yang sama.

"Cepat mengandung, Baby~" Kecup Taehyung di setiap detil wajah Jungkook. Nafas Jungkook masih ngos-ngosan. Perutnya berasa penuh. Taehyung kembali menyentak lubang Jungkook yang mengetat tiba-tiba selanjutnya sampai beberapa ronde mereka lupa matahari sudah berada pada puncaknya dengan berbagai gaya.

Jungkook tidak tahu hari sudah jam berapa. Apakah mereka ribut atau tidak. Pagi tadi memang mendung sampai matahari tak nampak. Taehyung tertidur di samping. Penis Taehyung masih bersarang di lubang Jungkook. Ia belum pernah tertidur dengan posisi di atas Taehyung. Taehyung terlalu melindunginya. Tanpa Jungkook sadari Taehyung memperhatikan kekasihnya. Taehyung memeluk Jungkook erat.

"Maaf" Ucap Taehyung pelan. Jungkook tersentak. Taehyung mengeluarkan penisnya dari Jungkook. Jungkook melenguh tertahan. Taehyung mencium dalam Jungkook lagi. "Jangan marah, aku... memasuki tanpa bertanya"

"Tidak apa-apa. Toh aku sudah jadi milikmu" Ucap Jungkook tersenyum.

"Terus, bersamaku Jungkook" Kata Taehyung tersenyum lembut mendekap Jungkook hangat.

Jungkook balas tersenyum menggemaskan. "Tentu, Tae-Hyungie. Aku akan terus bersama. Kau juga harus terus bersamaku"

"Of course baby"

Cinta datang tanpa kau prediksi
Aku mengagumi sedahulu kala
Apakah kau tahu
Aku menunggumu datang

Hati yang membeku selama ku hidup
Kau datang dengan caramu
Membuatku ragu dan luluh
Apakah kau tahu, kau tlah memiliki hatiku tanpa meminta

Ribuan anak panah mendera jantungku melihatmu terbujur kaku adalah kematian yang nyata
Bisakah aku berharap kepada langit

Aku bersyukur kau selalu melindungiku dan menyayangiku
Aku sempurna karenamu

-KTH x JJK-

|||

END

|||


Author Corner:

HALOHAAAA!!!!!
Yang nungguin terima kasih banyak. Yang vote dan komen apalagi. Maaf nggak bisa update kemarin. Karena laptop kena musibah. Lubang charger kendor karena sering aku colokin #abaikan
Maaf ya chapter kemarin banyak amet typo.

Berarti tinggal special chapter alias epilog. Kalian bakal nunggu lama. Soalnya dua bulan kedepan aku sibuk. Doain aja akhir bulan depan bisa. Tapi, ni dah beneran end kok. Gak suka opera sabun hehehe #kidding

Soalnya lagi ngerjain ff project bareng. Aku bakal publish di akun ini. Biasa genre nggak jauh dari CBC. Misteri dan detektif-an. Tapi, lebih serial killer rival TaeKook. Udah deh spoilernya.

Kecut bgt ya NC buatanku. Ini yg kedua kali aku nulis. Yang pertama oneshoot tapi nggak mau publish wkwkwkwk
Sumpah demi apa buat nc itu melelahkan, karena harus lirik sana-sini wahahahai
Emang deh kalau ff nc banyak yg lebih jago, seductive dan heat daripada punyaku. Ini pengalaman yang astagana bgt.

Soal jenis veil yang dipakai Kookie pas wedding. Aku terinspirasi dari manga yaoi my royal fiance. Aku dah pernah liat video pasangan yaoi yang married. Dari ada yg pake gaun ampe jas. Tapi, aku mikir gimana caranya mempelai yg uke alias neko tetep cantik dengan jas dan ada sentuhan beda. Kalau pake jas dengan warna beda itu agak gimana aja menurut aku. Jadi, keputusan pakai veil. Sumpah milihin veil buat Kookie bikin bingung. Semua cantik. Tapi, aku lebih suka versi semi cathedral veil. Chapel Length veil bagus juga. Panjang tapi nggak kayak jubah. Biasanya cuma di gantung ke sanggul bride. Aku pengen jas Jungkook tersamarkan ma veil. Tapi, nggak pengen panjang amat. Makanya pilihan jatuh ke semi cathedral veil. Kalau yang cathedral veil lebih panjang lagi wkwkwkwk
Daripada bingung aku kasih gambar dari manga tersebut. Tampak depan yang rambut hitam ya

Tampak keseluruhan

Tampak samping

Hihihi, sebaiknya baca aja

Dan ini versi Kookie

Kalau buat kalian yang yeoja. Chapel length veil dah bagus. Cantik apalagi rambut ditata gitu. Cantik deh. Apalagi ya, itu aja deh. Aku tunggu vote dan komen~

Ditunggu ya~

Komentar kalian ibarat benefit bagiku...

See you~

Salam Hangat

yoite_TaeJung

[09.09.17]

Continue Reading

You'll Also Like

379K 22.2K 46
"Waktu memang selalu memiliki jawaban atas semua rasa sakit dan penderitaan. Waktu membawa semuanya kadang terasa berat dan baik baik saja. Mungkin s...
201K 14.1K 40
"saranghae hyung.." --- "gomawo.." --- "aku milikmu... Seutuhnya..." --- Vkook vs Jikook Rate dapat berubah kapan saja Boys x Boys 9/9/2016
117K 10.7K 25
Kehidupan si manis dari awal kelas 10 sampai sekarang tidak ada yang berubah. Tidak pernah tenang bahkan sampai murid baru yang menjelma jadi tunanga...
24.7K 2K 17
[ ғɪɴ ] Seperti ada yang hilang di dalam kehidupan seorang Jeon Jungkook tapi dia tidak tau apa? ©тαкσσ-уαкι !End 03/03/20 ️WARN! mistery, psycho, l...