Nowhere ; na jaemin ✔ [revisi]

By pinkishdelight

5M 920K 186K

was #1 in angst [part 22-end privated] ❝masih berpikir jaemin vakum karena cedera? you are totally wrong.❞▫no... More

☁ preface ☁
01. 9th months
02. fresh trace
03. birthday surprise
04. lie
05. S hotel no. 721
06. na jaeyoon
My Na Jaeyoon
08. the lost soul (2)
09. sleepover
10. scandal
11. dispatch
12. seo herin
13. sm ent
14. sm ent (2)
15. pain
16. runaway
17. change
18. ji hansol
19. one week
20. surprise?
CARA MEMBUKA CHAPTER PRIVATED
21. hi, again
22. escape
23. warning sign
24. astral projection
25. l?
26. incheon
27. chaotic
28. hospital
29. black byun... ward?
30. stuck
31. full moon
32. further
33. lucifer
34. black byuns
35. plan
36. closer
37. salvation
38. double trouble
39. double twin
40. fate
41. life and death
42. remember? [END]
✨GRAND GIVEAWAY AND ANNOUNCEMENT✨
ㅡepilogue
NOWHERE BOOK VERSION
💗 BUKU FISIK + PEMENANG GIVEAWAY 💗
ㅡgot tagged

07. the lost soul

117K 22.7K 8.2K
By pinkishdelight

SILAKAN KOMENTAR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ISI CERITA ATAU TIDAK USAH KOMENTAR SAMA SEKALI :)



"Na Jaeyoon dan Na Jaemin, kembar identik."

"Dia yang difoto SM buat bohongin kalian semua kalau itu Jaemin."

"Jaeyoon itu tunawicara, nggak banyak yang tau soalnya keluarga Na emang menutup-nutupi hal ini."

"Dan kalau kamu tanya di mana Jaemin sekarang, jawabannya adalah kami nggak tau. Lebih tepatnya, nggak ada yang tau."

.

.

.

.

.

"Hoeeeek."

Makan siangku yang sudah dicerna tumpah semua ke dalam kloset.

Aku bersandar lemah di tepi kloset sementara sebelah tanganku meraba-raba mencari tombol untung menggontor muntahanku.

Kepalaku berdenyut-denyut, badanku lemas, wajahku basah oleh airmata bercampur sisa muntahan.

Semuanya mulai masuk akal.

Jaemin menghilang.

Ternyata Jaemin punya kembaran, identik, Na Jaeyoon.

Jaeyoon cacat, dirahasiakan keberadaannya.

Lalu sekarang saat Na Jaemin menghilang, dan SM menggunakan Jaeyoon untuk membohongi semua orang?

Menunjukkan pada dunia kalau Jaemin ada, baik-baik saja, tapi hanya dalam media berupa foto.

Kenapa?

Karena Jaeyoon tidak bisa bicara, ia tidak bisa berpura-pura menjadi Jaemin ㅡseutuhnya.

Aku terisak tanpa suara, meremas ujung kemejaku dengan kesal.
Memang aku merasa aku tidak berhak merasa seperti ini, tapi kenyataannya aku marah, kecewa, merasa dibodohi selama ini.

Setelah bicara panjang lebar tentang apa yang ia tahu tentang kesepakatan keluarga Na dan SM, Ten mengatakan padaku sesuatu yang membuatku merasa semakin buruk.

"Mau tau alasan kenapa Mark memutuskan buat kasih tau kamu tentang ini semua?"

"Karena menurut Mark kamu bukan suka sama Jaemin sebagai penggemar. Kamu cinta dia sebagai cowok kan, Alice Kim?"

"Dan aku setuju sama Mark. Setelah kita ketemu langsung, aku ngerti kenapa Mark bisa berpikir gitu. Kamu beda. Keliatan tulus."

Aku tertawa parau dalam isakanku.

Cinta?

Aku? Mencintai seorang Na Jaemin?

Tidak.

Aku tidak pantas.

Lagipula, aku tidak mau.
Itu terlalu mengerikan.

Jatuh cinta, secara harfiah, pada seorang idola sementara kau bukan siapa-siapa?

Kurasa cuma orang gila yang berani melakukannya.

Aku memaksakan diri untuk berdiri, melepas kemeja dan jeansku, lalu membasuh wajah dan tanganku yang lengket oleh cairan air mata dan muntah.

Setelah itu aku mengunci pintu kamar dan dengan sisa tenaga yang aku punya aku menghempaskan diri di tempat tidur, meringkuk di bawah selimut, merasakan lelah bercampur perasaan tidak karuan yang menyerangku sekaligus.

Tadi Ten belum menceritakan bagaimana tepatnya Jaemin menghilang. Ia menawariku makan malam bersama, tapi aku menolak ㅡjadi dia langsung mengantarku ke rumah.
Sekarang perutku perih luar biasa, tapi toh ada yang lebih menyakitkan.

Hatiku.

Aku kembali terisak, sekuat tenaga menyangkal kenyataan bahwa mungkin aku tak akan bertemu Jaemin lagi.

Selamanya.

Selain itu aku juga terus menyangkal kalau aku memang mencintainya, sebagai Na Jaemin, bukan sebagai seorang idol.

Tidak.

Tentu saja tidak.

Aku tidak mencintai Na Jaemin.

Tidak.

***

"Still can't get over that boy, ha?"

Aku menggeleng malas.

Sarapan bersama ibuku, dengan mata membengkak seperti ini, benar-benar ide paling buruk hari ini.

Ibuku mengangkat bahu, lalu kembali memakan toast-nya. Ia menganggapku putus dengan Mark, karena kejadian di sekolah.

Terserah lah, tidak ada pengaruhnya pada kehidupanku.
Untung saja orang tuaku tidak tahu siapa sebenarnya Mark Lee, bisa heboh kalau mereka tahu anaknya "pacaran" dengan idol.

Baru saja aku mau membawa tumpukkan piring dan gelas kotor ke dapur, bel rumahku berbunyi.

"Who the hell is that?" ibuku melirik pintu depan. "Check it out, darl."
   
   
"Language, Mam," aku menirukan nada bicara ibuku setiap aku ketahuan mengumpat.

Kemudian aku berjalan ke pintu depan. Dalam hati aku juga bertanya-tanya, siapa sih yang bertamu jam 8 pagi?
Penjaja susu?

"Hai."

Saat aku membuka pintu, di depanku sudah berdiri seorang cowok memakai kacamata bulat dan topi. Wajahnya agak tersembunyi, tapi aku tahu betul dia siapa.
Ten.
   
   
"Ngapain ke rumahku sepagi ini?" tanyaku panik. Berani taruhan beberapa detik lagi ibuku yang kepo pasti akan menyusulku.

"Sambutan yang menyenangkan," Ten menyeringai sarkastik. "Nggak inget ya udah memutuskan buat terlibat? Sekarang kamu harus ikut aku."

"Terlibat apa?" tanyaku. "Ikut kemana?"

"Ke sekolah kalian. Udah cepetan, urusanku bukan cuma ini!"

"Siapa, darl?"

Damn.
Benar kan, ibuku muncul dari dalam rumah.

"Rrr... Temen," jawabku cepat. "Tunggu di dalem aja, aku ganti baju sebentar."
  
   
Secara aneh Ten mengikutiku berpura-pura menjadi teman akrab. Ibuku menatap curiga.
   
   
"Mam, nggak mau berangkat kerja?" usirku.

"Oh," ibuku melirik jam tangannya lalu menepuk jidat. "Gotta go now, bye darl."
   
   
Setelah meninggalkan noda lipstik di pipiku, dan melambai pada Ten, ibuku pergi ke garasi. Ten mengikutiku ke dalam rumah.
Aku tidak menyangka rasanya seaneh ini kalau rumahmu didatangi seorang idol.
Aneh dan agak mengerikan.

Setelah aku berganti baju kami langsung meluncur ke sekolahku. Mataku yang bengkak mulai bereaksi lagi, pedih dan berat.
   
   
"Harusnya kalo habis nangis jangan langsung tidur, dikompres dulu," celetuk Ten.
  
  
Aku memalingkan wajahku, malu.
  
   
"Kamu pasti shock ya kemaren? Maaf ya, harusnya aku agak pelan-pelan jelasinnya."
  
 
Aku menggeleng. "Nggak apa-apa. Bukan salah kamu kok."

Ten kembali fokus menyetir sampai kami tiba di sekolahku. Karena ini hari minggu, tentu saja sekolah tutup ㅡsepi senyap tanpa tanda kehidupan.
Kami berjalan menyusuri gerbang di belakang sekolah, aku mengikuti langkah Ten tanpa bertanya. Ia berhenti di tikungan dekat jalan buntu yang agak tersembunyi dari jalan setapak.

   
  
"Sepuluh bulan yang lalu, disini terakhir Jaemin terdeteksi," ucap Ten lirih. "Habis itu nggak ada yang tau dia kemana."

"Hah?" aku menatap Ten tak percaya. "Maksudnya?"

"Ya hilang, lenyap, bam, nggak ada jejak," jawab Ten datar."

Aku tertawa sarkastik. "Kamu pikir ini serial Stranger Things?"

"Aku udah bilang dari awal kan kalau semua ini bakal nggak masuk akal?" ucap Ten. "Deal with it."

Senyum di wajahku hilang. "Kamu serius? Kamu yakin?"

Ten menghela nafas. "Sayangnya, itulah faktanya. Dan aku juga udah meragukan itu selama sepuluh bulan, tapi buntu. Cuma itu yang aku tau."
  
   
Aku merasa sedikit merinding.

Bagaimana bisa seseorang menghilang tanpa jejak?

"Jadi maksudmu Jaemin diculik atau gimana?"

"Nggak ada yang tau, nona Kim," kata Ten datar. "Beberapa hari sebelumnya emang ada hal-hal aneh yang berhubungan sama Jaemin dan SM. Tapi kita buntu."

"Kita?"

"Hmm..." Ten menghela nafas sambil menatapku. "Jadi intinya, ada dua kubu di SM ent. Nanti aku jelasin lebih lanjut, nggak disini tapi."

"Tapi... Kenapa kalian kasih tau aku?" tanyaku bingung. Like ㅡaku siapanya Jaemin?

"Mark bilang kamu yang minta," jawab Ten. "Lagipula Mark bilang kamu nggak akan menyebarkan hal ini, dan yang paling penting kamu cenayang."

"Cenayang?"
      
  
What the hell?
  
   
"Iya," dahi Ten berkerut. "Kenapa?"

Aku menyeringai, mendengus.
"Aku bukan cenayang ㅡkalau yang kamu maksud semacam orang yang bisa menerawang masa depan atau guna-guna."

"Ha?" Ten bingung. "Tapi kata Mark kamu bisa! Kamu yang nemuin handphone dia waktu ilang di sekolah kan?"

Ya, benar. Tapi itu berkat bantuan Jerry, hantu penghuni lantai 3.

"Iya, bener. Tapi aku bukan cenayang," jelasku. "Jadi kalau kalian butuh dukun, aku bukan orang yang tepat."

"God dammit!" umpat Ten.
Ia mengacak rambutnya lalu mendengus kasar pada udara di atas ubun-ubunku.
"Tapi kamu udah terlajur tau terlalu banyak, mau nggak mau kamu harus berguna."

Aku dan Ten saling menatap ㅡberusaha saling percaya, kurasa.
Entah serumit apa misteri dibalik menghilangnya Na Jaemin ini, tapi di mata Ten aku melihat keseriusan. Yang secara aneh membuatku agak gentar.

"Aku mau bantu, semampuku," ucapku akhirnya. "Tapi baikny.... AHHH!"
Angin cukup kencang berhembus, menerbangkan asap yang mengepul dari tempat pembakaran sampah ke arahku. Aku menutupi wajah dengan tangan, tapi terlambat ㅡsepertinya sekumpulan asap bercampur debu terlanjur masuk ke saluran pernafasanku.
   
    
"Ehㅡ kamu nggak apa-apa?" tanya Ten melihatku batuk-batuk.
   
   
Aku menggeleng, tapi batuk-ku tak mau berhenti sampai membuatku harus menekuk tubuh, bertumpu pada lutut.
   
   
"Tunggu disini sebentar, aku beli minum dulu di sana," Ten mendorongku mendekat ke dinding, lalu berlari ke minimarket di seberang jalan.
     
   
Seperti terracuni, tenggorokanku rasanya gatal sekali. Aku masih batuk-batuk walau tak separah tadi, sampai mataku berair.
Mataku yang bengkak terasa makin pedih dan panas.

"Alisseu?"

"Kim?"
   
   
Awalnya kukira aku salah dengar, apalagi aku masih meredakan sisa gatal di tenggorokannku.

Tapi suara itu terdengar begitu dekat dan nyata...

Na Jaemin?

Mataku membulat, kusingkirkan air mata yang membuat penglihatanku buram. Sekali lagi aku melihat ke arah sosok yang berdiri satu meter di depanku.
   
    
"J... Jaemin?" gagapku.

"Oh!" dia memekik pelan, seakan terkejut aku mengenalinya. Atau lebih tepatnya ㅡmelihatnya.
    
    
Tidak, mungkin dia Na Jaeyoon.
    
    
Bodoh.
Na Jaeyoon tidak bisa bicara.
  
  
Dan aku yakin benar tadi dia memanggil namaku. Lagipula, tidak ada orang lain di jalan buntu ini.
Berarti dia...
    
    
"N-Na Jaemin?" ulangku.

"Ya!" ucap Jaemin bersemangat, ia tersenyum lebar. "Whoa, bener kan kamu bisa liat aku?"
    
   
Apa?
   
   
Dengan mulut ternganga, aku menatap Jaemin yang sedang ber "wah""oooh" dan "yeah" seperti baru mendapat lotre.
   
   
"Woy, ngomong sama siapa?" Ten menyenggol bahuku dari samping, ia menatapku heran.
    
    
Aku terkesiap.

Kalau hanya aku yang bisa melihat Jaemin...

....berarti Jaemin di depanku ini adalah seorang arwah?

Berati seperti apa yang kuduga kemarin, Na Jaemin sudah... mati?

Mati?

   
    
    
   

.
.
.
.
.
.
.
.
ㅡtbc

Continue Reading

You'll Also Like

71.7K 3.4K 7
meskipun kau mantan kekasih ibuku Lisa😸 (GirlxFuta)🔞+++
41.9K 5.9K 46
Oceana tidak pernah menyangka seseorang yang mengantarkannya pulang ternyata teman dekat saudara kandungnya. Oceana juga tidak menyangka tempat diman...
41.2K 6.6K 51
[红] First Book of ATTACK's Series "This game is about survive or die. Never trust anyone." Berawal dari sebuah surat aneh yang membawa mereka ke dala...
1.2K 308 17
Bagaimana jadinya jika es berdekatan terlalu lama dengan matahari? Sudah dipastikan akan mencair, tapi apakah mungkin takdir Zuli Faye bisa seperti m...