Aku duduk memeluk lutut di dekat billboard neon besar dalam stasiun.
Cahaya dari billboard itu menerangi bagian kanan tubuhku. Na Jaemin tersenyum pada ratusan manusia yang lewat di depannya.
Ya, Jaemin 2 dimensi yang ada di dalam billboard.
Aku menatap fansite project itu, di permukaannya tertempel banyak sticky notes yang berisi birthday wishes untuk Jaemin.
Mungkin saja tadi dia lewat sini.
Sudut bibirku membentuk senyum lemah membayangkan Jaemin yang mungkin, tadi, tersenyum bahagia melihat semua ini.
"Hei!"
Aku tersentak dari lamunanku, Yura berdiri menjulang di depanku.
"Ngapain di sini? Mau dikira gelandangan?"
Aku berdiri, lalu menepuk-nepuk bagian belakang rok-ku.
"Cuma lagi istirahat sebentar."
"Ckckck," Yura berdecak. "Gimana? Ketemu dia?"
Aku menggeleng sambil tersenyum. Yura memutar bola matanya.
Sekitar lima belas menit yang lalu aku sampai di atasiun, lalu seperti orang hilang akal berlari mengelilingi seluruh stasiun. Seperti adegan di drama romantis, tapi kenyataannya aku mencari seseorang yang harusnya tidak kucari.
Seseorang yang dunianya berbeda denganku.
Aku tidak menemukan Jaemin dimanapun. Walaupun sudah kuduga, tapi rasanya tetap menyakitkan merasakan harapanmu pupus, kan?
Sampai akhirnya aku menyerah dan tumbang di dekat billboard birthday project-nya ㅡdan Yura menemukanku.
"Uh, sayang banget. Kayaknya telat sedikit," ujarnya.
Aku mengangkat bahu.
Kami berjalan keluar stasiun, lalu mampir ke minimarket untuk membeli minuman. Rasanya tenagaku seperti diisi penuh lagi setelah kejadian tadi.
"Nggak bawa tas?" tanya Yura sambil mengunyah kimbap.
"Masih ada urusan di sekolah," bohongku. "Kamu bolos lagi?"
Yura hanya mengangguk.
Ia bersekolah di sekolah swasta paling elit di Seoul, orang tuanya kaya raya. Tanpa sekolah pun Yura bisa menjadi seorang bos, jadi dia tidak mau repot-repot.
Lebih baik mengejar oppa ㅡbegitu jawaban Yura setiap aku memarahinya karena keseringan bolos.
"Aku harus balik ke sekolah," ucapku. "Kamu mau pulang?"
"Nggak. Mau lanjut ngikutin exo hehe," jawab Yura.
"Oke," aku mengangguk. "Kalo gitu aku pergi dulu, makasih ya buat hari ini."
"Never mind, aku berhutang banyak sama kamu kan," Yura nyengir.
Bukan padaku, tapi teman-teman hantuku.
Aku melambaikan tangan sebelum berjalan keluar minimarket, menuju halte bus terdekat. Kehampaan kembali menerpaku, dingin dan sesak rasanya.
Konyol sekali, aku tertawa sendiri.
Cuma sebagai penggemar saja aku sudah merasa tidak karuan seperti ini, bagaimana kalau misalnya Na Jaemin adalah pacarku?
Oh, maaf, itu jelas tidak mungkin. Jadi aku tidak perlu repot-repot membayangkannya.
Beberapa arwah di jalanan menatapku penasaran ㅡmereka merasakan hal yang berbeda dariku, tentu saja. Tapi aku pura-pura tidak melihat mereka.
Kadang aku penasaran, apa yang dilakukan arwah-arwah itu? Apa mereka tidak sadar kalau mereka sudah mati?
Keadaan seperti itu bisa terjadi pada beberapa arwah, semua itu membuatku makin takut pada kematian.
Kuharap Tuhan menganugerahiku kehidupan yang panjang umur dan sarat manfaat.
Aku kembali ke sekolah naik bus.
Setelah sampai, aku langsung menuju loker. Tempat ini mungkin tampak sunyi untuk orang-orang seperti kalian, tapi bagiku loker benar-benar bising. Rasanya seperti ada di taman bermain bagi para arwah.
Aku mengabaikan mereka, secepatnya mengambil tasku lalu keluar.
SRATT
Langkah kakiku tertahan saat sesuatu yang asing sepertinya lewat di belakangku.
Bukan arwah yang tinggal disini, begitu kata firasatku.
Ah, masa bodoh.
Aku mengedikkan kepalaku, lelah.
Terserah lah, selama mereka tidak menggangguku, I'm fine.
Aku mendongak melihat spanduk kelulusan yang baru saja dipasang di depan gerbang saat melangkah ke luar bangunan.
Secercah harapan mengembang di hatiku, setidaknya besok aku akan bertemu Mark. Ada beberapa hal yang ingin kutanyakan padanya. Dia lebih friendly daripada Lee Jeno.
Sampai di rumah, aku langsung menghenyakkan diri di kasur. Orang tuaku belum pulang bekerja, jadi aku bisa tidur sore dengan tenang tanpa mendengarkan pertengkaran mereka yang membuatku terancam tuli muda.
***
Fuck you~
Fuck you very, very much~
'Cause we hate what you do
And we hate your whole crew... 🎶
Aku terbangun gelagapan mendengar bunyi dari ponselku.
Bukan telepon rupanya, tapi alarm ㅡternyata aku men-set alarm untuk ulang tahun Jaemin.
Kekonyolan macam apa lagi ini?
Aku menertawakan diriku sendiri, lalu kembali berbaring di kasur.
Ya ampun, aku sudah tidur hampir enam jam.
Seperti yang semua orang lakukan saat bangun tidur, aku langsung mengecek handphone, membuka semua socmed.
Entah kenapa aku tidak lapar, atau sebenarnya malas saja turun ke dapur.
Orang tuaku pasti belum pulang, kalau sudah pulang aku akan mendengar keributan mereka.
DEG
Aku terperanjat melihat layar handphone-ku.
Sulit dipercaya, tapi aku yakin ini nyata. Update dari SM entertainment, tentang ulang tahun Jaemin.
Aku tidak mudah mengekspresikan apa kurasakan, tapi yang jelas aku merasakan beban menguap dari dadaku saat melihat Na Jaemin tampak baik-baik saja di dua foto yang diunggah.
Jaemin tampak berbeda.
Ia lebih kurus dari terakhir aku melihatnya di sekolah. Rambutnya juga lebih panjang dari biasanya. Tapi yang penting dia baik-baik saja, itu lebih dari cukup.
Tidak.
Entah kenapa aku merasakan sesuatu yang ganjil.
Kalau memang Jaemin sudah sehat, kenapa ia tidak pergi ke sekolah?
Kenapa dia tidak ikut comeback dengan NCT Dream?
Kenapa kemarin Mark hanya menyebut 6 anggota?
Apa benar ada yang tidak beres?
Ah, tapi tadi siang Jaemin katanya ada di sekitar SM building kan?
Katanya.
Kenyataannya aku tidak melihat langsung.
Rasa senang dalam hatiku bercampur dengan sedikit kegelisahan yang mengganggu. Aku tidak yakin, tapi tetap saja kurasa ada sesuatu yang ganjil.
Sesuatu yang ditutup-tutupi.
Holy shit.
Aku benci merasakan teka-teki seperti ini.
Kalau besok Jaemin tidak muncul di sekolah, kurasa aku benar-benar harus mencecar Mark besok. Ya, saat perayaan kelulusan.
Walaupun mungkin dia tidak datang... Tapi besok juga pembagian nilai akhir semester.
Jadiㅡ dia tidak mungkin tidak datang, kan?
ㅡtbc