Sun Flowers [END Tersedia Ver...

By MitsukiHimeChan

173K 10.8K 603

Chapter lima ke atas di privat. Tidak pernah di perhatikan, selalu di anggap bodoh, nakal dan tidak bisa di a... More

Chapter 1
Chapter 2
Chapter 3
Chapter 4
Chapter 5
Chapter 6
Chapter 7
Chapter 8
Chapter 9
Chapter 10
Chapter 11
Chapter 14
Chapter 15
NOVEL CETAK LAGI

Chapter 13

10.3K 840 83
By MitsukiHimeChan

Sasuke dan Naruto segera bersembunyi di balik pilar saat Kisame dan Hidan menghujani mereka dengan peluru panas yang membabi buta. Hinata yang bersembunyi di balik drum bekas minyak tanah terlihat sedang mengisi peluru dan membalas tembakan yang Hidan arahkan kepadanya.

Obito yang baru saja masuk sambil membawa senjata AK 47 segera berguling kearah Hinata dan ikut melancarkan serangan. Naruto membidik kepala Hidan dengan tepat dan setelah tepat sasaran ia segera menarik pelatuknya dengan tenang.

Dor!

Tapi Hidan berhasil menghindar dan bersembunyi di balik dinding ruangan.

"Shit!" umpat Naruto pelan saat melihat anak buah mereka kembali muncul, dan ia tidak berhasil menembak Hidan.

Sasuke dan Naruto memilih keluar dari tempat persembunyian mereka, dan untuk menghemat peluru. Mereka memilih untuk mengahajar semua anak buah Akatsuki yang hanya berbekal senjata tajam.

Kisame menyeringai senang saat umpannya termakan. Ia membidik kepala Naruto tapi tembakannya meleset, karena tangannya telah lebih dulu di tembak oleh Hinata, sehingga pistolnya terjatuh. Hinata bermanuver lalu menendang kepalanya dengan sangat kuat, lalu menendang uluh hatinya sekuat tenaga, hingga mampu membuatnya memuntahkan darah segar.

Sementara itu, punggung Sasuke dan Naruto saling menempel dengan posisi kedua tangan mereka yang berada di depan siap menahan atau memberikan serangan kepada anak buah Akatsuki yang memutari mereka.

"Kau siap?" bisik Sasuke pelan.

"Tentu saja." Naruto menyeringai senang .

Keduanya dengan lincah mulai menghajar mereka semua tanpa terluka sedikitpun, meski semua anak buah Akatsuki memegang senjata tajam. Sasuke memeluk pinggang Naruto dari belakang, lalu memutar tubuhnya, sehingga Naruto bisa menendang semua anak buah Akatsuki dengan cukup keras.

Hidan mengumpat pelan saat menyadari pelurunya telah habis, ia pun melarikan diri menuju lantai dua, tetapi ketika ia sudah berada di lantai tiga. Ia cukup terkejut melihat Yahiko, Konan dan tiga orang lainnya sedang turun menuju lantai satu, sambil menyeret dua tawanan mereka.

"Ada apa, ketua?" tanyanya bingung.

"Kita harus cepat pergi dari sini, dan menjadikan mereka sandera adalah hal yang tepat untuk saat ini." jawab Yahiko seraya melirik sekilas kearah Kushina dan Mikoto.

Hidan menelan ludahnya dengan susah payah, lalu mengangguk setuju dengan rencananya Yahiko. Hidan mengikuti Yahiko dari belakang sambil mengawasi kedua tawanan mereka.

oOo

Braak!

Tubuh Hinata terpelanting kearah dinding dan jatuh di atas meja yang rapuh hingga hancur saat ditimpanya. Kedua mata ametystnya menatap tajam Kisame yang menyeringai buas kearahnya.

"Kau pikir, aku tidak bisa membunuh seorang gadis, hm?" seringai Kisame semakin lebar, ia berlari mendekati Hinata dan bersiap untuk menginjak dada Hinata dengan sekuat tenaga, tetapi gadis itu dengan cepat menghindar lalu melemparkan bongkahan kayu di dekatnya kearah wajah Kisame.

Kisame memalingkan wajahnya saat kayu itu berhasil mengenai wajahnya dan Hinata tertawa puas melihatnya. "Dan apa kau pikir aku tidak bisa membunuh pria kotor sepertimu?" balas Hinata dengan seringai senang saat melihat ekspresi Kisame yang menggelap karena menahan emosi.

Keduanya pun kembali terlibat jual beli serangan dengan sangat brutal, dan Kisame akui meski tubuh Hinata terlihat lemah dan mungil, tetapi kemampuan gadis itu mampu membunuhnya jika dia tidak hati-hati dalam melawan Hinata.

Disisi lain, Sasuke terluka cukup parah di bagian lengan saat salah satu anak buah Akatsuki berhasil melukainya dengan belati yang cukup tajam. Naruto meminta Sasuke untuk melepaskan kaos yang pria itu gunakan. Lalu dengan kaos itu, Naruto melilit tangan Sasuke yang terluka dan Sasuke menutupi tubuh toplesnya dengan jaket hitam yang sejak tadi pria itu pakai.

Sasuke menyandarkan tubuhnya ke pilar sambil terus mengatur napasnya yang terengah-engah. Sedangkan Naruto sedang membidik kepala Kisame dengan senjata AK 47 yang baru saja ia ambil dari dekat salah satu mayat anak buah Akatsuki. Tanpa peduli kalau lengannya saat ini juga terluka karena sayatan pisau lipat.

"Dia milikku, Naruto!" teriak Hinata saat menyadari kalau Kisame sedang menjadi target tembakan Naruto.

Naruto mendengus kesal mendengarnya, lalu melemparkan senjata itu asal kemudian beranjak berdiri, begitu juga dengan Sasuke yang kembali bersiap dengan pistol yang di bawa.

Keduanya mengangguk pelan dan berjalan bersama menuju anak tangga agar bisa mencapai lantai teratas, tetapi langkah mereka terhenti saat melihat Yahiko dan yang lainnya telah turun bersama dengan ibu mereka.

Yahiko menempelkan ujung pistolnya ke kepala Kushina seraya menatap Naruto dingin. "Siapkan kami mobil untuk pergi dari sini, atau aku akan membuat lubang disini." ucapnya pelan.

Naruto menggenggam erat kedua tangannya dan membalas tatapan Yahiko sama dinginnya.

Braaak!

Yahiko melirik sekilas dan melihat Kisame sudah terkapar di lantai dengan tubuh penuh luka, hidup ataupun sudah mati, ia tidak peduli dengan pria itu.

"Dasar bajingan." Hinata terkekeh pelan saat melihat Yahiko sedang menatap intens kearahnya.

"Apa wanita disampingmu itu, tidak bisa memuaskanmu? hingga kau melihatku dengan liar?" tanya Hinata dengan nada menggoda dan Konan mendelik tajam kearahnya.

"Ow, sepertinya iya." Hinata tertawa senang saat melihat Konan ingin segera membunuhnya.

"Kita mundur." ucap Sasuke pelan.

"Apa maksudmu, Uchiha?!" sahut Naruto marah ketika Sasuke memerintahnya.

"Mundur!" timpal Sasuke dengan sangat tenang, kemudian mulai berjalan mundur sambil terus mengarahkan pistolnya kearah Yahiko.

Naruto mendengus kesal, tapi akhirnya mengikuti apa yang Sasuke katakan. Mereka berjalan mundur keluar dari gedung sedangkan Hinata berjalan dengan sangat tenang sambil terus melemparkan tatapan meremehkan kepada Konan.

"Aku yang akan membunuh jalang itu, Yahiko." ucap Konan geram dengan sikap Hinata.

"Hm." sahut Yahiko.

Setelah mereka berhasil keluar dari dalam gedung, terlihat tim Kakashi telah berhasil meringkus anak buah Akatsuki yang masih hidup bersama dengan Obito dan Shikamaru.

"Utakata, Kimimaro, Matsuri, Zabuza." ucap Kakashi pelan, dan empat peluru langsung melesat tanpa suara dan berhasil melumpuhkan empat orang kecuali Yahiko dan Konan. Lalu dua peluru kembali melesat, tetapi keduanya berhasil menghindar dan kedua sandra mereka terlihat sangat ketakutan dengan apa yang mereka lihat saat ini.

Konan hendak kembali menyandra Kushina atau Mikoto,tetapi kelah cepat dengan Naruto yang menembak kearahnya, namun ia kembali selamat karena cepat menghindar dan bersembunyi di balik pilar bersama dengan Yahiko.

Naruto berdiri di belakang Kushina dan Mikoto sambil menodongkan pistolnya untuk melindungi keduanya. Naruto menembak Yahiko dan Konan bergantian, begitu juga dengan yang lainnya.

Kini kedunya sudah sangat terdesak. Obito memberi isyarat kepada Naruto untuk membawa kedua nyonya besar itu untuk menjauh. Naruto mengangguk patuh, ia segera memeluk keduanya dan membawa mereka untuk menjauh.

Yahiko tersenyum sinis kearah punggung Naruto.

Dor!

Dor!

Kushina terkejut bukan main saat kembali mendengar suara tembakan dan tubuh anak gadisnya melengkung ke depan sambil memeluk ia dan Mikoto dengan sangat erat.

"Naruto." lirihnya dan Naruto memuntahkan darah.

"Naruto." panggil Mikoto lirih dengan beruraian air mata, melihat sosok gadis yang putra bungsunya cintai tampak menahan rasa sakit akibat dua peluru panas kini sudah bersarang di punggung, karena menjadi tameng untuk melindungi dirinya dan Kushina.

"Naruto!" kedua mata Sasuke terbelalak dan api amarah langsung berkobar di dalam kedua matanya.

Sasuke berlari untuk mendekati Yahiko sambil terus menghujani pilar tempat Yahiko bersembunyi dengan pelurunya. Setelah berhasil mendekat dan Yahiko hendak lari, karena kehabisan peluru. Sasuke membuang pistolnya dan menarik lengan Yahiko kuat sehingga ia bisa melayangkan pukulan hook tepat di rahang Yahiko.

"Brengsek!" teriaknya marah dan terus memukuli Yahiko dengan membabi buta.

Yahiko membalas setiap pukulan yang ia dapat dan Konan terlihat ragu saat ingin menembak Sasuke, karena sedang berkelahi dengan Yahiko, sehingga keraguannya itu di manfaatkan dengan sangat baik oleh Utakata yang segera melesatkan pelurunya hingga berhasil mengenai kepalanya, dan ia pun tumbang.

"Konan!" teriak Yahiko saat melihat gadis yang dia cintai sudah terkapar tidak bernyawa.

"Aaaarrgh!" teriak Yahiko dan membalas setiap serangan Sasuke sama brutalnya dengan pria itu.

Kakashi mengangkat tangan kanannya ke udara saat tim penempak jitu ingin menembak Yahiko. "Biarkan mereka." ucapnya dan segera di patuhi oleh mereka semua.

Mereka yang tergabung dalam tim penyelamatan itu segera membereskan lokasi, membiarkan Sasuke dan Yahiko masih sibuk jual beli serangan tanpa peduli kalau fisik mereka sudah terluka disana-sini.

Kakashi segera menggendong Naruto dan membawanya menuju mobil, di ikuti oleh kedua nyonya besar yang terlihat sangat ketakutan dengan kondisi Naruto.

Sasuke menendang kuat punggung Yahiko, hingga pria itu memuntahkan darah segar yang sangat banyak, lalu Sasuke kembali menginjak punggung Yahiko saat pria itu telah terjatuh ke lantai dengan posisi tengkurap.

"Cukup Sasuke, kau bisa membunuhnya!" teriak Obito sambil menahan Sasuke agar tidak kembali menginjak punggung Yahiko. "Kita harus membawanya hidup-hidup sebelum, dia mendapatkan hukuman mati." lanjutnya sambil menarik tubuh Yahiko yang hampir tidak sadarkan diri untuk ikut denganya, namun cukup sulit karena Yahiko sudah tak mampu untuk berdiri, maka dari itu Sai dan Toneri segera datang menghampiri untuk membantu.

oOo

Empat buah brankar sudah di siapkan di depan pintu masuk, saat mobil yang membawa tim khusus sudah sampai di depan pintu rumah sakit. Kushina dan Mikoto keluar dan segera di tidurkan di brankar, begitu juga dengan Naruto dan Yahiko.

Sasuke turun dan ikut mendorong brankar yang membawa Naruto hingga masuk ke dalam ruang UGD. Semua keluarga mereka sudah datang dan menunggu mereka semua sejak beberapa menit yang lalu.

Semua tim khusus langsung terduduk lemas di depan pintu ruangan UGD. Dan beberapa perawat serta dokter segera menghampiri untuk mengobati mereka yang terluka.

Kurama menghampiri Hinata, kedua matanya berkaca-kaca saat melihat keadaan Hinata yang sangat kacau. "Maaf, jika aku bukan pria yang bisa menjagamu dengan baik." ucapnya lirih.

Hinata tersenyum tipis mendengarnya, "Kau adalah pria yang hebat, dan kau tak perlu harus berkelahi jika ingin melindungiku." sahut Hinata lembut. Kurama terkekeh pelan dan mengelus pipi kanan Hinata, sayang. "Apa adikku akan baik-baik saja? Dan ibuku." ucapnya pelan nyaris tidak terdengar.

"Mereka akan baik-baik saja, kau tak perlu khawatir." Hinata menangkup tangan Kurama di pipinya dan membiarkan suster yang sedang mengobati luka memar dan luka sayatan dari tubuhnya.

"Sebaiknya, kau pesan kamar. Lukamu terlihat parah." Kurama segera menggendong tubuh Hinata dan meminta suster yang mengobati Hinata, untuk mengantarkan mereka ke ruang VIP, dan Hinata tidak bisa menolak karena dia sangat lelah saat ini.

Tim khusus lainnya segera di minta masuk ke dalam ruang rawat yang sudah di siapkan untuk mereka dan Sasuke masih terduduk diam karena memikirkan keadaan ibunya dan juga Naruto. Tak lama pintu ruangan terbuka, dua brankar keluar. Sasuke beranjak dan segera menghampiri brankar yang membawa ibunya. "Ibu tidak apakan? atau ada yang terluka parah?" tanyanya sambil memperhatikan wajah dan kedua tangan Mikoto. Lalu matanya tertuju ke pergelangan tangan Mikoto yang di perban.

"Tidak apa, kau jangan khawatir." Mikoto tersenyum menenangkan. Sasuke menangis dan memeluk ibunya erat. "Aku sangat menyayangimu, dan aku tidak akan bisa memaafkan diriku sendiri jika ibu sampai terluka parah." ucapnya serak.

Mikoto menangis saat mendengar kata-kata Sasuke. "Ibu, maafkan ibu, nak." Mikoto mengelus punggung Sasuke.

Kushina tersenyum sendu kearah suaminya yang juga menatap dirinya, "Naruto, dia terluka parah." Kushina menangis dan Minato dengan cepat menghapus air matanya. "Sudah, kita doakan saja dia selamat. Kau harus di bawa ke ruang rawat, aku akan menunggu Naruto disini." Kushina mengangguk pelan dan membiarkan perawat mendorong brankarnya meninggalkan koridor ruang UGD.

"Tuhan, selamatkan putriku dan izinkan aku untuk membahagiakannya." doa Minato sambil mengusap wajah kasar.

oOo

Sai meringis pelan saat Kyuubi menyentuh sudut bibirnya yang terluka, sedangkan Obito berteriak histeris saat melihat dokter hendak menyuntiknya.

"Anda akan membunuhku dengan suntikan itu!" semburnya saat dokter hendak menyuntiknya. Bayangkan saja, seorang tentara yang biasa berhadapan dengan hujan peluru, takut dengan suntikan hingga membuat Rin sedikit malu dengan sikap calon suaminya itu.

"Aish, kau benar-benar memalukan!" ucap Rin geram.

"Kau tahu, Rin. Aku biasanya di tangani oleh Naruto, dia tahu cara menyuntik yang benar agar tidak terasa sakit, tapi dia tidak tahu!" ujar Obito sambil menujuk dokter muda itu.

Rin menepuk jidatnya pelan dan meminta suntikan itu dari tangan dokter muda yang tadi merawat luka-luka Obito, "Tenang saja, aku ini asisten dokter militer." ujarnya meyakinkan dan dokter itu dengan suka rela memberikan suntikan di tangannya kepada Rin.

Rin tersenyum misterus dan "Kyaaaaaaaa! Kau mau membunuh calon ayah dari anak-anakmu, Rin!" teriak Obito histeris dan Sai segera melemparkan kotak tisu yang berada di atas meja nakas kearah kepala Obito yang di perban.

"Brengsek kau Shimura!"

"Manusia jadi-jadian!" umpat Sai kesal dengan sikap Obito yang membuatnya ingin memuntahkan makan siang yang baru saja masuk ke dalam perutnya.

Kyuubi tertawa pelan melihatnya dan kembali fokus memperhatikan wajah suaminya. "Aku, hanya bisa berdoa saat ini, kalau kakak akan baik-baik saja." katanya pelan sambil memainkan jari-jari tangan kanan Sai yang sejak tadi ia genggam.

"Sebaiknya kita keruang rawat ibumu, kita harus melihat keadaannya." sahut Sai yang segera di setujui oleh Kyuubi.

Mereka berdua keluar dari ruangan rawat untuk tim khusus dan berjalan bersama dengan bergandengan tangan menuju ruangan VIP yang ada di lantai tiga rumah sakit.

"Sai."

"Hm?"

Langkah kaki Kyuubi terhenti dan menatap intens kearah suaminya, "Apakah, kau masih menyukai Hinata-san?" tanyanya pelan.

Sai tersenyum tipis, dan menggengam erat tangan kanan Kyuubi dengan kedua tangannya. "Tentu saja, aku menyukainya sebagai sahabat baikku."

"Benarkah?"

Sai mengangguk.

Kyuubi menundukan pandangannya untuk sejenak dan kembali bertanya, "Apa kau menyukaiku?" tanyanya lirih.

"Tidak."

Kedua mata Kyuubi terpejam erat saat penolakan dari Sai kembali ia dapatkan. Dia hanya gadis lemah, dan ia tak pantas bersanding dengan pria itu. Dan soal gadis, dia memang masih gadis sampai saat ini. Selama ini memang Sai memperlakukannya dengan baik, tapi Sai tidak pernah menyentuhnya seperti suami pada umumnya lakukan kepada istri mereka.

"Aa..." Kyuubi mengangguk-anggukan kepalanya tanda mengerti.

"Tapi aku sangat mencintaimu, Shimura Kyuubi."

Kyuubi mendongkan kepalanya cepat saat mendengarnya pernyataan barusan dari Sai. Ia terdiam seribu bahasa sambil memandangi wajah Sai yang sebagian penuh luka goresan dan lebam.

Sai menghapus jarak di antara mereka dan segera merengkuh Kyuubi ke dalam dekapannya. "Maafkan aku, Kyuu. Maafkan aku." lirihnya. Kyuubi membalas pelukan Sai dan menangis dalam diam, karena akhirnya cintanya kepada Sai, terbalaskan.

oOo

Obito terus memasang wajah kesakitan dan tatapan kesal, karena Rin menyuntiknya dengan kekuatan penuh, sehingga ia benar-benar menjerit kesakitan tadi. "Kau kejam." ucapnya ngambek dengan kedua mata berkaca-kaca seperti anak kucing yang kelaparan.

Rin mendengus pelan dan membalas menatap Obito dengan pandangan penuh intimidasi. "Ingat usia, Obito!" ejeknya sebal dan beranjak untuk keluar dari dalam kamar.

Utakata dan Kimimaro tertawa garing sambil berhigh five melihat ketua mereka yang sedang bad mood karena suntikian cinta dari Rin. "Kau tahu, wanita memang mengerikan. Untung aku masih single." celetuk Utakata.

"Ah! Kalau kamu itu bukan single tapi jomblo dan memang gak ada yang mau sama kamu." Kimimaro tertawa keras dan Utakata menatap tajam kearahnya.

"Tidak sadar diri." Utakata mencibir.

"Oh ya, kita belum melihat keadaan Naruto." ujar Shikamaru membuat gelak tawa Kimimaro terhenti.

"Dia masih di ruang operasi." jawab Obito sambil menghela napas pendek.

"Sebaiknya, kita melihatnya. Lagi pula kita hanya luka ringan." ucap Utakata.

"Kau benar." sahut Kimimaro yang dengan segera beranjak berdiri dan membawa botol infus miliknya.

"Kami akan duluan, Obito." ujar Shikamaru saat melihat Madara baru saja datang dan berdiri di depan pintu kamar inap mereka.

Obito menoleh kearah pintu, mengikuti arah pandangan Shikamaru lalu mengangguk mengerti kepada ketiga teman-temannya yang langsung keluar dari dalam kamar inap, meninggalkan dirinya dengan Madara yang sudah duduk di pinggir kasur tempatnya duduk.

"Apa kau terluka parah?" tanya Madara dengan nada pelan dan sayang, sambil memegang bahu Obito lembut.

Obito tersenyum sekilas, "Aku tak apa." jawabnya smabil memalingkan wajah untuk sejenak.

"Syukurlah." Madara mengangguk-anggukan kepalanya pelan dan melepaskan bahu Obito.

Setelah pembicaraan singkat itu, tidak ada lagi pertanyaan atau jawaban yang keluar dari keduanya. Mereka terdiam dengan pikiran masing-masing, bingung ingin berkata apa dengan lawab bicara mereka saat ini, dan Obito memilih untuk mengatakan kabar bahwa dia akan menikah untuk mencairkan suasana yang begitu dingin.

"Aku akan menikah." ucapnya pelan sambil menatap intens wajah ayahnya itu.

Ekspresi Madara terlihat sangat terkejut, ia membalas tatapan Obito dengan penuh tanda tanya. "Menikah dengan siapa?" tanyanya.

Obito tersenyum tipis, "Namanya Rin. Dia dari sebuah negeri di Timut Tengah, Suna." jawab Obito seraya membayangkan wajah Rin yang selalu menatapnya malu, ketika di Suna dulu.

"Kau sudah mengurus semua surat-surat gadis itu?"

Obito mengangguk.

Madara tersenyum sendu, dia sudah melewatkan banyak hal tentang Obito. Ia tidak tahu, apa yang Obito sukai dan tidak sukai, dia tidak tahu bagaimana awal mula Obito bisa menjadi seorang tentara, atau kenapa Obito bisa mencintai gadis asal Suna itu. Selama ini, ia selalu berusaha menjauhkan Obito dari keluarga besar Uchiha karena malu, dan mengingat ia pernah mengusir Obito. Madara sangat menyesal, ia bisa melihat ekspresi terluka dari Obito saat itu.

Obito menghilang entah kemana sejak saat itu, ia mencari dan terus mencari tetapi tidak dapa menemukan putra bungsunya itu. Obito menghilang seperti debu yang tertiup angin, dan beberapa tahun kemudian, ia di kejutkan dengan Obito yang sudah menjadi ketua tim pasukan khusus tentara angkatan darat, Jepang. Saat mengetahuinya, ia ingin menemui Obito dan memeluk Obito sambil berkata 'ayah menyesal, dan maafkan ayah' tapi, itu tidak mungkin, karena Obito sudah pasti sangat membencinya. Dan dirinya hanya bisa melihat Obito dari kejauhan.

Ia mengirim seorang mata-mata khusus hanya untuk mengikuti kemana Obito pergi, dan memfoto setiap kegiatan Obito agar ia bisa melihat seperti apa putranya.

"Hmmm... Apa anda akan datang di pernikahanku?"

Deg!

Kedua mata Madara terbelalak untuk sejenak lalu kembali meredup karena Obito tidak lagi memanggilnya ayah. Ia pun hanya bisa mengulum senyum sendu dan mengangguk pelan. "Berikan aku undangan terbaik darimu." ucap Madara lirih.

"Ayah."

Deg!

Madara terdiam membisu.

"Maafkan aku."

Air mata Madara akhirnya jatuh juga, ia tidak menjawab. Melainkan langsung memeluk Obito erat. "Akulah, yang seharunya meminta maaf kepadamu, maafkan ayah, Obito."

Obito ikut menangis dan membalas pelukan ayahnya, "Ayah tidak bersalah, akulah yang tidak pernah mengikuti semua perkataan ayah." sahutnya lirih.

Sementara itu, di depan pintu masuk kamar inap tim pasukan khusus, Rin tersenyum bahagia dengan beruraian air mata haru.

oOo

Pintu ruang UDG akhirnya terbuka, dan dua brankar di dorong keluar. Minato beranjak mendekati brankar yang membawa Naruto, ia bisa melihat putrinya terbaring lemah dengan selang infus di tangan kanan dan selang berisi cairan darah di tangan kiri, masker oksigen pun terpasang, menutupi hidung dan mulutnya, kepala Naruto juga di perban.

Minato menangis dalam diam melihat keadaan Naruto yang cukup parah, "Apa dia baik-baik saja?" tanya Minato lirih kepada dokter yang baru saja keluar dan memberi intruksi untuk membawa Yahiko keruangan khusus di ikuti oleh agent Konoha yang akan menjaga ruangan Yahiko agar tahanan negara itu tidak bisa kabur.

"Putri anda, mengalami pendarahan yang cukup hebat dan untunglah kami punya persedian darah yang cocok untuknya, selain itu, ia juga mengalami luka goresan pisau di lengan serta benturan di kepala. Saat ini putri anda, sangat kritis." ujar sang dokter menjelaskan.

Minato mengusap wajahnya kasar dan segera meminta para suster membawa Naruto menuju ruang rawat, yang saat ini juga di tempati oleh Kushina dan Mikoto. Setelah sampai di depan pintu ruang rawat, para tentara bersenjata lengkap segera membungkukkan badannya singkat kearah Naruto yang terbaring dan kepada Minato, kemudian membukakan pintu agar para suster bisa membawa brankar Naruto masuk.

Kushina menangis pelan saat melihat keadaan putrinya.

Sasuke beranjak dari posisi duduknya lalu menggodong tubuh Naruto untuk di pindahkan ke ranjang rumah sakit, lalu para perawat dan dokter segera memasangkan alat-alat penunjang kehidupan di tubuh Naruto yang kaku.

Setelah semua suster dan dokter keluar, Sasuke duduk di kursi yang kosong sambil terus menggenggam erat tangan Naruto. "Maaf, aku tidak bisa melindungimu." bisik Sasuke lirih dengan kepala tertunduk.

Mikoto semakin merasa bersalah karena dirinya Sasuke dan Naruto selalu saling menjauhi, hingga pada akhirnya saling menyalahkan.

Minato menepuk pundak Sasuke pelan, hingga pemuda yang mencintai putrinya itu menoleh, "Doakan dia selalu, agar dia cepat bangun." ucapnya pelan kemudian pergi ke luar ruangan karena tidak sanggup melihat keadaan Naruto.

Sasuke mengelus pipi Naruto sambil tersenyum tipis, "Cepatlah bangun, Naruto." gumamnya nyaris tak terdengar.

Bersambung~

Maaf ya lama upnya, karena lagi sibuk untuk persiapan ospek dan maaf karena fanficnya sangat kependekan, chapter depan insya Allah adalah endingnya. Makasih yang selama ini sudah menunggu dan membaca Sun Flowers.

Instagram : bellamitsuki

AN : Doakan hari senin nanti, penerbit menerima karya Mitsuki, karena mereka akan mengkonfirmasinya hari senin :')

Continue Reading

You'll Also Like

173K 10.8K 15
Chapter lima ke atas di privat. Tidak pernah di perhatikan, selalu di anggap bodoh, nakal dan tidak bisa di atur membuat Naruto lelah akan hidupnya a...
408K 18.6K 9
Tentang pacar yang sangat posesif kepada pacar nya.!!
4.7M 609K 62
Entah kehidupan kedua atau penglihatan yang diberikan Tuhan padanya, ia menghindari kematian, berjanji akan membalas semua kepedihan yang pernah ia d...
299K 41K 35
[ 𝐒𝐚𝐬𝐮𝐡𝐢𝐧𝐚 ] Hinata mendapati seluruh anggota klan-nya dibantai tepat di depan matanya. Tak ada yang tersisa selain para wanita, semuanya ter...