A Perfect Brother

Od Srisun22

80.1K 2.8K 148

Kau itu sempurna ... Tidak, kau hanya terlalu sempurna untuk diriku ... Dan perasaan itu, akhirnya muncul... Více

Prolog
SATU
DUA
TIGA
EMPAT
LIMA
ENAM
TUJUH
DELAPAN
SEMBILAN
SEPULUH
SEBELAS
LEBARAN
TIGA BELAS
EMPAT BELAS
LIMA BELAS
ENAM BELAS
TUJUH BELAS

DUA BELAS

3.2K 132 0
Od Srisun22

Ellina memandang langit-langit kamarnya. Kebiasannya saat ia tidak bisa tidur. Ia tak sabar untuk nanti malam. Dimana ia akan memakai gaun berwarna biru yang ia pilih sendiri. Gaun itu begitu indah dengan warna biru langitnya. Gaun itu menjuntai kabawah hingga mata kaki di bagian belaangnya. Sedangkan di bagian depannya hanya sepanjang lutut dan tanpa lengan. Biasanya Ellina tak akan suka gaun dengan tanpa lengan, tapi entah kenapa ia seperti sudah jatuh cinta pada gaun itu.

Omong-omong soal gaun, entah kenapa saat Ellina mencoba gaun itu di tubuhnya dan meminta pendapat Vanno, ia malah terdiam beberapa saat hingga akhirnya menjawab dengan kata "bagus". Ellina berpikir apa ia aneh jika memakai gaun itu ? Tapi ia merasa baik-baik saja. Akhirnya Ellina memilih berendam dengan air hangat agar menenangkan pikirannya.

---

Vanno Pov

Aku sedang menunggu Ellina bersiap. Seperti biasa, aku menunggunya di depan rumah sambil bersandar pada kop depan mobil. Entah kenapa aku merasa gugup. Mengingat Ellina yang saat itu mencoba gaun yang ia pilih saja sudah membuat jantungku berdebar.

Awalnya aku terkejut saat Ellina sendiri yang bilang kalau ia akan menjadi pasanganku pada saat prom nanti. Karna setauku aku belum memintanya. Aku senang ? Tentu saja. Aku bahkan sudah menyiapkan sesuatu untuknya.

Tanpa sadar aku melamun dari tadi hingga tepukan di pundakku menyadarkanku. Aku mendongak melihat siapa gerangan. Lalu ...

Sepasang mata hazel sedang menatapnya dengan alis berkerut. Wajahnya yang sudah dihias make up membuatnya tampak semakin cantik. Bulu matanya yang panjang dan lentik, pipinya yang kemerah-merahan, dan bibirnya yang berwarna pink itu. Ia sangat cocok dengan dandanan sederhananya itu. Dengan rambut yang diikat di bagian atasnya. Gaun biru yang melekat di tubuhnya dan flat shoes berwarna serupa dengan gaunnya.

Aku bahkan lupa untuk bernapas saat melihatnya. Hingga goyangan di pundakku menyadarkanku lagi. Aku segera menampilkan senyumku lalu menggandengnya untuk masuk ke dalam mobil.

---

Tak ada yang berbicara di dalam mobil. Keheningan menemani mereka.

Vanno berusaha untuk menahan rasa gugupnya dan menetralisir detak jantung yang berlebihan itu. Sedangkan Ellina, ia bingung untuk memilih topik yang akan dibicarakan dengan kakaknya. Tidak mungkin kan langsung bertanya "apa kakak ada masalah ?". Lagipula biasanya Vanno akan bicara walau hanya sekedar bertanya hal yang umum. Tapi ini, ia tak berbicara apapun.

Berkali-kali Ellina membuka mulutnya hendak bersuara, tapi ia urungkan hingga mobil yang dikendarai Vanno sampai pada parkiran sekolah.

Seperti biasa, Vanno akan keluar dahulu lalu membukakan pintu untuk Ellina. Vanno mengulurkan tangannya, dan Ellina menerimanya. Tapi ada yang membuat Ellina merasa janggal, kakaknya dari tadi hanya menunduk, matanya terus saja melihat kebawah tak tau kenapa.

Sadar akan hal itu, Ellina tak bisa membiarkannya saja. Ia lalu menarik tangan Vanno memberhentikan langkahnya. Sontak Vanno menatapnya. Terlihat Ellina dengan wajah khawatirnya. Padahal yang seharusnya khawatir disini adalah Vanno, bagaimana dia bisa menenangkan jantungnya yang menggila ini.

Tangan Ellina terulur menyentuh pipi kakaknya, "Are you okay ?"

Vanno hanya tersenyum, "I'm fine."

Lalu mereka berjalan ke tempat utamanya. Sekolah mereka kini sudah di dekor dengan sangat indah. Tidak terlalu mewah namun elegan. Makanan dan minuman juga sudah tertata rapi diatas meja beralaskan kain putih. Berterima kasihlah pada panitia osis yang mengurus semua kepentingan pada acara ini. Makanannya begitu menggiurkan, membuat Ellina segera menghampirinya membuat Vanno mengikutinya.

"Acaranya belom mulai kan ? Kita makan dulu aja." Ellina mengambil kue cokelat dengan bentuk yang lucu dengan berbagai toping. Di sampingnya, Vanno hanya tersenyum. Ia tahu Ellina pasti akan menyukai kue cokelat itu. Tanpa Ellina tahu, sebenarnya Vanno lah yang mengusulkan makanan manis itu pada acara ini.

Ellina mendecak kagum pada kue cokelat itu. Rasanya enak sekali. Kue itu menggunakan dark chocolate tapi tidak terlalu pahit. Dan saat dimasukkan ke mulut kue itu langsung buyar memenuhi indera perasanya. Lalu ia menyuapi kue itu ke Vanno yang langsung diterima oleh Vanno.

Melihat Vanno, Ellina jadi teringat tujuannya. Kakaknya sedang tak baik-baik saja, Ellina tahu itu. Baru saja ia hendak bersuara suara lain sudah menginterupsi memberitahukan bahwa acara sudah dimulai.

Ellina duduk di kursi yang telah disediakan. Tempat duduk ini dipisahkan menjadi dua bagian. Yang satu untuk para wanita dan yang satu lagi untuk yang lelaki. Kelasnya bercampur antara kelas sepuluh dan sebelas, kecuali untuk kelas dua belas mereka punya tempat sendiri.

Ia belum menemukan Vanya sedari tadi, ia terus saja celingak celinguk mencari sahabatnya itu sampai tepukan di bahu Ellina menyadarkannya. Dan ternyata itu adalah kak Sara.

"Sendirian aja nih." Kata Sara sambil duduk disamping Ellina.

"Iya nih kak, Vanya gak tau kemana. Dateng sama kak Chelyn kak ?"

"Iya. Tuh orangnya." Kata Sara sambil mengedikkan dagunya ke arah Chelyn. Chelyn itu sudah kelas dua belas, makanya duduknya terpisah.

Ellina memandang di depannya dengan bosan. Penyambutan kepala sekolah, wakil kepala sekolah, wakil kesiswaan, semua penyambutan itu membuatnya jengah menatap ke depan. Ellina menengok ke sampingnya, terlihat kak Sara yang tersenyum antusias melihat ke depan. Ellina bingung, apanya yang menarik. Ia lalu mengeluarkan gadget nya dari tas kecil yang ia bawa-bawa.

Saat asik dengan dunianya, Ellina tersentak karna sorakan kagum dari anak-anak, bahkan kak Sara pun ikut bersorak.

Ellina membulatkan matanya. Didepan ada kak Vanno yang sedang berbicara dengan mic. Bukan itu yang membuat Ellina terkejut, melainkan apa yang dilakukan Vanno selanjutnya.

Di depan. Vanno sedang duduk. Memegang gitar. Dan bersiap bernyanyi.

Ellina mengingat-ingat, sejak kapan kakaknya bisa bernyanyi. Vanno membawakan lagu dari James Arthur yang berjudul Say You Won't Let Go. Ellina tersenyum. Itu adalah lagu kesukannya. Dan ternyata suara kakaknya enak di dengar membuat Ellina mendecak kagum. Sorakan dari para siswi pun tak berhenti membuat Ellina sedikit menutup telinganya.

Pandangan Ellina kembali ke depan dimana kakaknya sedang bernyanyi. Entah kenapa ia menjadi seperti di film-film. Mendadak semuanya sunyi hanya suara Vanno yang terdengar. Lagi-lagi Ellina tersenyum. Tak bisakah kau tidak mempunyai keahlian satu saja kak. Kau itu hebat, tidak kau terlalu sempurna.

Ellina berpikir, pantas saja para siswi di sekolah tergila-gila padanya. Dengan wajah yang tampan, otak jenius, jago olahraga, latar belakang orang kaya, dan lagi sikap dinginnya membuatnya terlihat cool. Kalaupun Ellina bukan adiknya, pastilah Ellina sudah tergila-gila pada seorang Elvanno Anderson Joseph.

Entah hanya perasaan Ellina saja karna sedang memikirkan Vanno atau memang benar Vanno menatapnya saat setelah selesai menyanyi. Mata kelam Vanno bertemu dengan mata hazel milik Ellina. Setelah beberapa detik terkunci oleh tatapan itu Ellina mengerjap. Vanno yang melihat itu hanya tersenyum dan detik itu juga teriakan para siswi yang melihat Vanno tersenyum makin menjadi saja. Membuat telinga Ellina pengang dibuatnya.

---

"Sejak kapan bisa nyanyi ? Kakak gak pernah bilang sama aku tuh."

Vanno hanya terkekeh. Saat ini mereka sedang berada di aula sekolah yang dijadikan tempat berdansa. Hal inilah yang Ellina tunggu-tunggu.

"Baru-baru ini aja kok."

"Aku suka." kata Ellina yang membuat Vanno melengos ke samping karna senang bercampur malu.

Tiba-tiba Ellina memeluk Vanno, membuat pemuda itu menelan ludahnya susah.

"Kakak kalo ada masalah cerita sama aku, jangan ngediemin aku gitu aja. Tau gak akhir-akhir ini kakak jarang ngomong sama aku. Aku bingung, aku punya salah apa sama kakak sampe kakak bahkan selalu menghindar  aku. Aku gabisa jauh dari kakak. Hati aku sakit kalo kakak ngehindar mulu dari aku. Aku tuh ..."

Ucapan Ellina terhenti saat Vanno membalasnya pelukannya dengan erat sambil menggelengkan kepala.

"Enggak. Kamu gak salah apa-apa. Aku gak bakal ngehindar dari kamu lagi. Aku gak akan biarin kamu sakit hati lagi. Maaf rare maaf."

Benar. Seharusnya Vanno memikirkan dampak yang terjadi pada Ellina kalau ia menjauhi adiknya itu. Niatnya ingin membuang perasaan yang tak seharusnya ini, tapi malah Ellina merasa sakit karna perlakuannya. Tidak, Vanno tak akan membiarkan itu terjadi lagi. Ia tak akan menghindar hanya karna degupan jantungnya itu. Ia tak akan lagi membuat Ellina sakit hati karna perlakuannya. Ia tak akan lagi melakukan itu hanya untuk membuang perasaannya, masih ada cara lain. Ia sudah tak perduli lagi pada perasaannya pada adiknya ini, ia tak perduli. Asal ia bisa terus bersama Ellina, asal Ellina bahagia bersamanya akan ia lakukan. Untuk saat ini ia tak ingin memikirkan perasannya. Biarlah cinta itu tumbuh. Ia tak perduli, asalkan bersama Ellina, itu saja sudah cukup. Setidaknya untuk saat ini. Ya, saat ini.

.

.

.

.

.

Tentang warna mata Ellina saya ganti ya. Tadinya kan warna hitam saya ganti jadi cokelat. Soalnya menurut saya lebih cocok kalo warna mata Ellina cokelat.
Keep reading ya guys. Lap you ^_^

10 Juli 2017

Pokračovat ve čtení

Mohlo by se ti líbit

669K 69.5K 41
"Jangan lupa Yunifer, saat ini di dalam perutmu sedang ada anakku, kau tak bisa lari ke mana-mana," ujar Alaric dengan ekspresi datarnya. * * * Pang...
6.3M 143K 40
"Mau nenen," pinta Atlas manja. "Aku bukan mama kamu!" "Tapi lo budak gue. Sini cepetan!" Tidak akan ada yang pernah menduga ketua geng ZEE, doyan ne...
619K 22.8K 50
"Gue tertarik sama cewe yang bikin tattoo lo" Kata gue rugi sih kalau enggak baca! FOLLOW DULU SEBELUM BACA, BEBERAPA PART SERU HANYA AKU TULIS UNTUK...
437K 28.2K 53
JANGAN DISIMPAN, BACA AJA LANGSUNG. KARENA TAKUT NGILANG🤭 Transmigrasi ke buku ber-genre Thriller-harem. Lantas bagaimana cara Alin menghadapi kegi...