Feeling✔

By Rintiaanjani

2.1K 184 25

[COMPLETED] Kolaborasi bersama @rosniawati. Perasaan tidak bisa ditebak dan kepada siapa dia jatuh. Perasaan... More

1. Meet Barbie idiot.
2. Hukuman.
3. Senjata makan tuan.
4. Dibandingkan.
5. Tetangga sebelah.
6. Tiang listrik menyebalkan.
7. Saran orang asing.
9. Alasan pindah.
11 rasa rindu
10. Keputusan sang Mama
12. Momen bersama Angga.
13. Pergi
14. Ketahuan.
15. Awal pagi yang buruk.
16. Pergi tanpa pesan.
17. Kenyataan.
18. Cemburu.
19. Dia, membawa perasaan baru.
20. Perasaan.
21. AKHIRNYA?
EXTRA PART

8. Thanks, Tiang listrik.

81 10 0
By Rintiaanjani

Setelah usai latihan basket, Angga menghampiri Hanny yang duduk di kursi tribun penonton gor basket yang menjadi fasilitas di sekolah ini memang terbilang mewah dan elit.

Angga duduk tepat di sebelah Hanny,  laki-laki itu mengerenyit heran ketika melihat raut wajah pacarnya penuh dengan tatapan kosong. Entah apa yang Hanny pikirkan saat ini hingga membuat perempuan itu melamun. Tidak biasanua Hanny terlihat lesu dan tak berbobot seperti ini.

Angga menyentuh bahu Hanny pelan, membuat perempuan itu mengerjap kaget. Hanny menoleh dan melemparkan senyum cerianya ke arah laki-laki yang entah sejak kapan duduk di sebelah nya itu. Begitu mudahkah perempuan itu mengubah ekspresinya.

"Jam terakhir nanti kamu belajar gak" tanya Hanny.

"Kayak nya enggak deh, soalnya tadi pagi aku udah kasih surat dispensi ke wali kelas. Beberapa hari lagikan pertandingan sama SMA pelita Jaya," jawab Angga.

Hanny mengangguk. Perempuan itu menyodorkan satu botol air mineral ke tangan Angga yang langsung di sambut dengan senang hati oleh laki-laki itu.

"Semangat ya," ucap nya dengan senyuman lebar.

Angga mengangguk seraya membuka tutup botol air mineral yang tadi di sodorkan pacarnya, meneguk nya hingga tandas dan tak tersisa.

Laki-laki itu melirik Hanny. "Sebernarnya kamu tadi lagi mikirin apa sih?" tanya nya.

"Hah?" hanya itu respon Hanny. Kenapa pacarnya itu terlalu peka untuk menyadarinya.

Ucapan Genta barusan lah yang sebenarnya mulai menganggu pikirannya. Laki-laki itu benar, jika ia tidak memiliki satu orang teman sesama perempuanpun. Selama ini ia selalu menjadikan mama nya sebagai teman curhat. Tapi siapa yang akan rela mendengar keluh kesahnya ketika nanti dirinya sedang merasa kesal dengan mama nya? seperti yang di ketahui bahwa mamanya lebih membanggakan Dira di banding diri nya. Dia tidak punya siapa-siapa yang bisa di jadikan teman bermain ataupun teman sharing cerita kecuali orang tua nya dan Angga sebagai pacar nya.

Entah Hanny harus senang atau tidak, dia merasa jika perlakuan Angga kepada nya sangat jauh berbeda dengan mantan-mantan pacarnya yang lain. Angga bukan hanya peduli dengan status mereka, tapi Angga juga bisa menjadi pacar sekaligus teman bagi nya. Intinya dia mulai tidak bisa untuk kehilangan laki-laki itu. Sebut saja dia sudah mulai merasa nyaman.

"Kalo kamu ada masalah cerita aja sama aku ya," tutur Angga lembut.

Hanny tersenyum kemudian menggeleng, saat ini Angga membutuhkan konsterasi untuk pertandingan basketnya dan dia tidak ingin membebani Angga dengan menceritakan masalahnya. Biarlah untuk kali ini Angga tidak tahu masalah nya. Tidak selamanya pacar harus tahu segalanya. Semua orang juga kan memang butuh privasi.

"Aku nggak apa-apa kok Ga," sahut Hanny. Perempuan itu menyapu pandangannya di sekitar ruangan gor basket hingga pandangannya terhenti di suatu objek.

Sesosok laki-laki tinggi, tegap, yang akhir-akhir ini menjadi sosok familiar baginya tengah sibuk mendrible bola dan memasukannya ke dalam ring basket.

Genta, laki-laki berkaus Jersey dengan nomor 08 itu dengan lincahnya memasukan bola ke dalam ring. Disaat anak-anak basket lain nampak sedang break, tapi laki-laki itu memilih berlatih sendiri.

Hanny melirik Angga. "Jadi Genta anak basket juga ya," tanya nya.

"Kamu juga kenal dia?"

Hanny menghembuskan nafas malas dan mengangguk. "Dia tetangga baru aku," jawab nya.

"Oh Bagus dong,"

Hanny menoleh menatap Angga dengan alis yang saling bertaut. "Kok bagus sih?"

"Iyah lah bagus jadi aku bisa minta tolong sama dia buat mantau kamu," ujar Angga.

"Sekaligus jagain lo Han, kalo pada akhir nya gue harus pergi," lanjut Angga dalam hati. Ada sebersit rasa sedih saat pemikiran itu kembali menohoknya, sampai saat ini dia belum cerita dan memberi tahu Hanny tentang sebuah rahasia yang dia miliki. Tentang satu penyakit ganas yang akhir-akhir ini sering menyerangnya. Maka dari itu dia tidak yakin apakah Tuhan akan memberikannya waktu yang lebih panjang lagi untuk menikmati kebersamaan nya dengan orang yang di cintai nya. Angga bertekad di sisa-sisa hidup nya dia ingin membuat kesan yang baik terhadap orang-orang di sekelilingnya. Termasuk mengikuti pertandingan demi pertandingan basket untuk mengharumkan nama sekolah. Meskipun lama-kelamaan dia harus pasrah menerima jika perlahan-lahan kesehatannya akan menurun dan memburuk.

"Aku bukan anak kecil, jadi nggak usah di pantau juga kali. Kamu tuh yang musti di pantau supaya gak genit-genit sama cewek lain," ucap Hanny seraya mencubit lengan Angga membuat laki-laki itu meringis kesakitan.

"Aww,  sakit. Ganas banget sih kamu,  aku balas ya," ucap Angga tak tinggal diam laki-laki itupun membalas Hanny dengan mencubit pipi nya, dan aksi saling cubit pun tak dapat terhindari.

Mereka tertawa dengan aksi konyol mereka, tanpa menyadari sepasang mata yang memperhatikan mereka dari jarak yang lumayan dekat.

Genta kembali mengalihkan pandangannya dan kembali pada kegiatan berlatihnya,  untuk apa dia menyempatkan diri hanya untuk menonton kemesraan si barbie idiot dengan pacarnya itu.

"Ck, nggak penting." gumamnya acuh seraya kembali mendrible bola basket dan memasukannya ke dalam ring. Namun kedua mata dan otaknya tidak singkron, lagi-lagi dia melirik Hanny dan Angga yang masih asyik dengan canda tawanya.

"Anjir gue kenapa sih?"

***

"Ta lo mau kemana?"

Angga melangkah menghampiri Genta yang tengah memasukan sepatu olahraganya ke dalam loker.

"Gue mau pulang dulu cuy, ada yang ketinggalan," jawab Genta seraya mengunci lemari lokernya.

"Oh, kebetulan gue boleh minta tolong gak?" ujar Angga.

"Minta tolong apa?"

"Anterin cewek gue pulang ya, lagipula katanya kalian tetanggaan sekalian tuh," ujar Angga.

Genta menghembuskan nafas malas nya, sudah di pastikan bahwa si barbie idiot itulah yang memberi tahunya.

"Kenapa nggak lo aja,"

"Nah justru itu kan gue minta tolong sama lo, kebetulan juga kan lo mau pulang dulu," ucap Angga.

Dengan terpaksa Genta mengangguk. Mana mungkin dia menolak permintaan tolong Angga, sedangkan laki-laki itu merupakan salah satu sohib akrabnya di kelas. Tidak enak juga kalau dia menolak.

"Ok, nanti gue ajak balik bareng Hanny," ucap Genta setuju.

Angga tersenyum lebar seraya menepuk bahu Genta. "Thanks kawan,"

Dan Genta hanya meresponsnya dengan senyum tipis.

***

Hanny berdecak malas saat hal pertama yang di lihatnya ketika keluar dari kelas adalah wajah menyebalkan Genta. Dengan tampang cool nya laki-laki itu menyandarkan tubuhnya di dinding dekat pintu kelas dengan tangan yang dimasukan kedalam saku celana abu-abunya.

Tanpa mempedulikan Genta yang berdiri di dekat nya, Hanny memilih mengabaikan keberadaan si tiang listrik itu. Namun baru beberapa langkah tangan kokoh berotot milik laki-laki itu menahan pergelangan tangan kanannya.

Hanny mendesis kesal menatap Genta dengan raut malas nya. "Apa banget sih lo? Lepasin gak," geramnya kesal seraya menunjuk pergelangan tangannya yang di cekal Genta.

"Balik bareng sama gue"Genta tidak ingin berbasa-basi, maka dari itu dia langsung menarik Hanny berjalan menuju parkiran sekolah untuk mengambil motor nya.

Hanny berusaha memberontak, namun jelas saja tenaga nya tidak jauh lebih kuat dari Genta. maka dari itu Hanny hanya pasrah membiarkan si tiang listrik menyebalkan itu membawanya pergi.

Genta melepaskan cekalan tangannya di pergelangan tangan kanan Hanny ketika mereka sudah tiba di area parkiran sekolah.

"TIANG LISTRIK! Lo tuh kurang ajar banget sih! Gue aduin ya sama Angga kalo lo berusaha deketin gue! Lagian gue ogah pulang bareng sama lo," Hanny menyemprot Genta dengan omelan-omelan khasnya dengan tangan yang sudah berkacak pinggang.

Genta menatap malas Hanny, laki-laki itu memajukan langkah nya untuk lebih dekat dengan Hanny.

"Aduin aja, emangnya cowok lo nggak ngasih tau lo sesuatu gitu. Coba deh lo cek hp," saran Genta. Bisa-bisa nya si barbie idiot itu menyangka dirinya mendekati, oh jika boleh jujur meskipun cantik bak cinderella dan bidadari di kayangan Hanny bukan lah termasuk kriteria cewek idamannya.

Hanny mengernyit, memang benar sewaktu istirahat tadi dia sama sekali belum mengecek handphonenya yang ia atur dengan mode silent itu. Maka dari itu Hanny merogoh handphone yang terdapat di saku rok abu-abu nya.

From:

Pacar ❤ : Sayang nanti pulang nya kamu di antar Genta, aku udah minta tolong sama dia buat mastiin aja kalo kamu pulang dengan selamat.

Hanny kembali memasukan handphonenya kedalam saku rok  setelah mengirimkan pesan balasan kepada Angga.

Perempuan itu menatap Genta malas. "Oh," ucapnya singkat.

"Lagian siapa juga yang mau deketin lo, geer banget sih," ujar Genta. Laki-laki itu mengambil kunci motor di saku celananya dan mulai menyalakan motor ducati hitamnya.

Dengan ogah dia menyodorkan helm biru yang biasa di kenakan kakak nya, "nih pake,"

Hanny mengambil helm yang di sodorkan Genta dengan kasar cewek itu segera memakaikan helm itu di kepala nya.

''Ck, lama banget sih cuma masangin helm doang juga," Genta berdecak dan dengan terpaksa dia membantu Hanny memasangkan kaitan pada helm nya, sehingga tanpa sengaja tangan mereka bersentuhan dengan tangan Genta yang berada di atas tangan Hanny.

Mata mereka saling beradu dan menatap satu sama lain dengan sensasi yang tak pernah mereka rasakan sebelumnya. Sadar dengan posisi tangan mereka, Hanny buru-buru menepis tangan Genta yang berada di atas tangannya.

Hanny menatap Genta dengan pelototan tajam nya. "Nggak usah pegang-pegang,  gue bisa sendiri." ucapnya sewot.

Genta memutar bola mata malas, "serah deh," ucap nya cuek. Dia mulai menyalakan mesin motornya kemudian melirik Hanny sejenak. ''Ayo naik. GPL," suruh nya.

Dengan segera Hanny menurut dan naik ke atas motor.

"Pegangan," perintah Genta seraya melirik Hanny dari kaca spion motor nya.

Hanny mendelik. "OGAH! gue tau itu cuma modus lo doang," tuduhnya tajam.

Genta malas berbedat maka dari itu dia mulai menggas motornya, membuat Hanny berpekik kaget dan refleks melingkarkan kedua tangan nya di perut Genta.

"Anjir lo bisa hati-hati gak sih, kalo gue jatuh gimana?" semprot Hanny kesal.

"Gue kan udah bilang pegangan, dasar batu." ucap Genta enteng.

Okelah untuk kali ini Hanny akan menurunkan sedikit harga dirinya di depan si tiang listrik ini dengan melingkarkan kedua tangannya untuk berpegangan sepanjang perjalan pulang.

Hanny teringat sesuatu ia yakin Dira pasti masih betah berada di rumah nya,  cewek itu tidak akan pulang sebelum seminggu berlalu. Hanny menepuk bahu Genta.

"Heh, tiang listrik anterin gue ke rumah bokap gue," ujar Hanny. Suara bising kendaraan yang lain membuat Hanny harus meninggikan suara cempreng nya.

Dari balik helm full face nya Genta mengernyit. Barusan Hanny meminta untuk mengantarkannya ke rumah papa nya. Oke dengan seperti itu Genta dapat menyimpulkan bahwa mungkin kedua orangtua Hanny sudah berpisah.

"Kemana?"

"Banyak omong lo, ntar juga gue tunjukin kok arah jalan nya," omel Hanny. Tanpa mau repot-repot menjawab cercaan Hanny, Genta memilih mengalah dan mengikuti apa yang di perintah perempuan itu. Ingat dia mengantar Hanny bukan karena dia merasa simpatik kepada barbie idiot itu,  semata-mata ini semua hanya untuk menolong Angga. Jika bukan karena permintaan Angga mana mungkin Genta mau repot-repot mengantarkan Hanny pulang.

***

Hanny bergegas turun ketika motor yang di kendarai Genta terparkir di halaman rumah mewah bergaya victoria modern,  Hanny menyerahkan Helm yang tadi dia pakai ke tangan Genta.

"Udah cepet pergi ngapain lo masih diem di sini," Hanny mengusir Genta dengan tidak tahu dirinya.

Genta berdecak, laki-laki itu menatap Hanny dengan sebal. "Begini nih orang yang gak tahu diri, udah di anterin nggak ada terima kasihnya sama sekali. Haduh tampang boleh cantik tapi hati? Ah benar-benar gak sinkron," Hanny tahu jika Genta sedang menyindir nya.

Dengan terpaksa Hanny melengkung kan bibir nya membentuk sebuah senyuman paksa. "Thanks tiang listrik," ucapnya tak ikhlas.

"Apa? Lo ngomong apa bar, gue gak denger." ucap Genta pura-pura tidak mendengar, dengan joroknya dia sampai mengorek-ngorek telinga kanan nya membuat Hanny bergidik jijik.

"Ih jorok lo,"

"Maka nya bisa lo ulangi tadi lo ngomong apa?"

Hanny memutar bola mata malas. "THANKS, TIANG LISTRIK,"

"Oke sama-sama barbie idiot,"

Genta menyalakan kembali mesin motor nya hendak pergi sebelum suara Hanny mengintruksiknya. "Eh tunggu,"

Genta menoleh menatap Hanny dengan alis yang bertaut. "Apa lagi idiot? "

"Lo yakin cewek lo nggak marah kalo lo nganterin gue,"ujar Hanny. Ia jadi teringat cewek yang tadi pagi berboncengan dengan Genta. Dia tidak ingin pacar Genta salah paham dan menilainya yang tidak-tidak.

Genta tahu cewek yang di maksud Hanny adalah Ginny sang kakak. Oh tidak, Genta baru ingat jika Ginny berpesan pada nya tadi pagi untuk mengantarkan nya ke toko buku sehabis pulang sekolah. Ya Tuhan! Sudah di pastikan telinganya pasti akan sakit mendengar omelan-omelan Ginny nanti.

Genta buru-buru mengambil handphone di saku celananya dan mencari kontak WA Ginny dan segera mengetikan pesan kepada sang kakak.

To: kakak galak.

Genta : kak lo dimana? Anjir sumpah gue lupa ✌

Tak lama handphonenya berbunyi.

Kakak galak : TAI! Lo dimana? Gue udh di toko,buku. Udah lah dasar adik durhaka. Uang jajan lo GUE POTONG!

Genta : duh, Jangan gitu dong.

Kakak galak : Tai lo, hari ini lo bener-bener udah buat gue kesel. Pertama, lo udah ngaku-ngaku jadi pacar gue di depan pacarnya Angga. kedua, lo udah ninggalin gue gitu aja. Duit gue menipis nih gara-gara bayar Taxi. GILA LO GENTA.

Pesan balasan panjang kali lebar dari kakaknya membuat Genta malas, dia kembali memasukan handphonenya ke dalam saku celana.

"Nah loh, kenapa lo masih berdiri di sini bukan nya masuk," ujar Genta ketika mendapati sosok Hanny yang masih berdiri di depannya.

Hanny mengerjap sadar. Sialan kenapa dia jadi buang-buang waktu hanya untuk memperhatikan gerak-gerik Genta.

"Ini juga mau masuk,"ujar Hanny, perempuan itu berbalik dan berlari kecil memasuki rumah mewah di depannya.

Bersambung..

Semoga suka dan jangan lupa votmen nya.

Continue Reading

You'll Also Like

102K 498 7
Area dewasa..
1.8M 85.4K 45
Di satukan oleh keponakan crush Kisah seorang gadis sederhana, yang telah lama menyukai salah satu cowo seangkatannya waktu sekolah dulu, hingga samp...
125K 938 13
one-shot gay ⚠️⚠️⚠️ peringatan mungkin ada banyak adegan 🔞 anak anak d bawah umur harap jangan lihat penasaran sama cerita nya langsung saja d baca