DIGNITATE

By radexn

13M 939K 230K

[available on bookstores; gramedia, etc.] [difilmkan 20 Januari 2020 // bisa ditonton di VIU] Genta Denalfian... More

01 • Hukuman
02 • Kelas Baru, Teman Baru
03 • Cari Perhatian
04 • Paksaan Keenan
05 • Gagal Paham
06 • Ocehan Pagi
07 • Hari Sial Alana
08 • Jangan
09 • Kabar Baru
10 • Selalu Tega
11 • Brengsek
12 • Genta atau Alfi
13 • Papa
14 • Tentang Dia
15 • Sepedas Cabai
16 • Bis
17 • I Love You From Thousands Feet
18 • Pulau Dewata, Bali
19 • Tak Seharusnya Bicara
20 • Mau Dipeluk?
21 • Khilaf
22 • Alfi si Bunglon
23 • Hati-hati
24 • Boys Talk
25 • Ngedate?
26 • Unguessable
27 • Kenapa Rasanya Sakit?
28 • Nggak Punya Perasaan
29 • Emosi Sesaat
30 • Dignitate
31 • Ini Malapetaka?
32 • Jelmaan Iblis
33 • Bad Info
34 • Fight
35 • Mau Tau
36 • Sedikit Terkejut
37 • Alterego
38 • Kasmaran?
39 • Merah
40 • Alfi lagi Baik
41 • Jatuh
42 • Genta Denalfian
🌹 Q&A (question) 🌹
🌹 Q&A (answer) 🌹
43 • Dia Pergi
44 • Sport Jantung
45 • Canggung
46 • Skenario
47 • Kejutan dari Deuxor
48 • Tanah Merah
49 • Bunga
[Extra Part]
Sequel Dignitate 👉🏻 SERENE
VOTE COVER DIGNITATE
DIGNITATE THE MOVIE
FILM DIGNITATE‼️

50 • Ini Bukan Akhir [END]

316K 19.3K 20.9K
By radexn

"Alana, ini buat kamu."

Sebuket bunga mawar yang dibungkus rapi dengan plastik transparan dan pita merah jambu yang manis itu disodorkan pada Alana. Alana menatap bunga itu dan beralih ke wajah lelaki yang kini berada di hadapannya.

"Maaf, selama ini baru sekarang aku bisa kabulin kemauan kamu." Regan tersenyum hangat. "Kamu suka bunganya?"

Senyuman lebar Alana terukir jelas di wajahnya yang cantik. Segera ia menerima pemberian dari Regan dan mendekap bunga itu dalam pelukannya. Ia pun kembali menatap Regan, kali ini dengan mata yang berbinar. "Makasih. Tapi, ini gede banget ...."

"Alana suka bunga, kan? Makanya aku beli sekalian yang gedenya," ucap Regan.

Lagi-lagi Alana tersenyum dan kali ini ia mengecup kedua pipi Regan yang membuat wajah Regan perlahan bersemu dengan senyuman malu yang terpampang di sana. Karena Alana jarang sekali mengecup pipinya, dan saat Alana melakukan itu, pasti jantungnya Regan akan berdebaran hebat hingga membuat wajahnya memanas.

"Aku sayang kamu," ungkap Regan, "selamat tanggal 2, ya, Sayang. Nggak kerasa kita udah tujuh bulan bareng-bareng. Maaf kalo aku sering bikin kamu kecewa."

Alana mengangguk dan nyengir hingga lesung pipi di dekat matanya terlihat semakin dalam. "Aku juga minta maaf, ya. Semoga kita bisa bareng-bareng terus sampe bulan-bulan berikutnya."

"Amin," balas Regan. Ia kemudian menatap Alana begitu dalam dan serius. Perlahan wajahnya bergerak mendekati wajah Alana, hingga akhirnya satu kecupan mendarat di bibir cewek itu dengan sekilas.

Seketika pipi Alana menyembur rona merah yang terlihat jelas. Ia menunduk malu, lalu menabok pipi Regan karena salah tingkah.

"Kamu, ih!!" Alana memberenggut.

"Astaghfirullah, khilaf ...." Regan menutup mulutnya dan menatap Alana dengan panik. Ini memang bukan yang pertama kalinya Regan mengecup bibir Alana yang selalu tidak dibalas oleh cewek itu. Tapi, Regan akan selalu merasa terkejut bila ia sudah mengecup bibir perempuan yang begitu disayanginya itu.

"Alana," panggil Regan beberapa saat kemudian.

Menoleh, Alana menyahut. "Ya?"

"Aku sayang banget sama kamu. Jangan tinggalin aku, ya? Janji sama aku, kamu bakal terus ada buat aku." Regan segera mengajukan kelingkingnya ke depan wajah Alana. Tak perlu menunggu, Alana langsung mengaitkan kelingkingnya pada kelingking milik Regan.

"Janji," ucap Alana. "Kamu juga janji, nggak bakal berubah. Tetep jadi Regan yang baik buat aku, buat semua orang juga."

Kali ini Regan hanya mengangguk disertai senyumannya yang membuatnya terlihat makin ganteng. Sayangnya, matanya sedikit merah dan wajahnya agak pucat.

Sayangnya, keharmonisan hubungan Alana dan Regan harus berubah menjadi bencana ketika Regan berubah sikapnya hanya dalam jangka waktu satu bulan. Ia tiba-tiba berubah menjadi beringas, suka marah, dan tidak pernah memberi kejutan kecil lagi pada Alana. Padahal, Regan selalu berhasil menahan diri di depan Alana. Tapi, entah mengapa pertahanan itu perlahan runtuh dan menjadikannya bagai monster di mata Alana.

"Kamu kenapa, sih?!" Alana menghardik Regan dengan mata yang sudah berkaca-kaca, alias akan segera menangis. "Kenapa kamu malah jadi kurang ajar gini sama aku?"

"Kamu tau kenapa?" Regan mendekati Alana lagi yang posisinya sudah menabrak tembok kamar. Segera Alana menghindar dengan cara berlari ke sisi lain kamarnya.

"Karna aku nggak mau kehilangan kamu!" Regan menarik tangan Alana dengan kasar, membawanya ke dekapan tubuhnya. Namun, di dalam dekapan itu, Alana meronta-ronta dan berusaha membebaskan dirinya. "Aku nggak mau kamu pergi ninggalin aku. Aku mau kamu jadi milik aku selamanya. Selamanya!"

"Aku nggak suka kalo cara kamu begini!" Alana masih berusaha membebaskan dirinya dari lingkaran tangan Regan yang membungkus tubuhnya.

"Aku sayang kamu, Alana. Aku cinta mati sama kamu!" Regan membentak.

"Kalo kamu beneran sayang, kamu nggak bakal perlakuin aku kayak begini!" Alana mulai menangis karena rasa takut yang besar telah menghantuinya. "Lepas!!!"

"Nggak!" Regan semakin mengeratkan pelukannya, membuat Alana kesulitan mencari oksigen karna rasanya pengap sekali.

"Aku benci sama kamu. Aku benci sama kamu!" Alana berteriak. Teriakannya itu berhasil membuat Regan seketika terdiam dan perlahan pelukannya mengendur hingga akhirnya Alana berhasil lepas dari lelaki itu. Cewek itu langsung berlari kencang keluar dari kamarnya sendiri dan berlari menuruni anak tangga. Dengan lincahnya Alana berlari cepat keluar dari rumah dan berhenti di pos satpam yang ada di sana.

"Neng, kenapa lari-larian?" Pak Satpam bertanya.

Alana menggeleng. Ia tidak berani untuk berkata yang sejujurnya pada Pak Satpam, takut berujung fitnah karena ia tak memiliki bukti.

"Kok mukanya panik gitu, Neng? Hayo, abis ngapain ...," celetuk Pak Satpam.

Bertepatan dengan itu, Regan datang menghampirinya setelah berlari mengejar Alana. Alana seketika membuang muka ke arah lain, sama sekali tidak mau menatap Regan.

"Alana," panggil Regan.

"Gue nggak mau liat lo. Sana, pergi." Alana menahan tangisnya lagi. Lalu kemudian ia menggertak Regan. "Pergi!!!"

"Tapi --"

"Jangan sentuh gue!" Alana menepis tangan Regan yang hendak memegang lengannya. Ia kini menatap lelaki itu dengan mata tajam dan penuh kebencian. "Mulai sekarang, lupain kalo kita pernah pacaran. Gue nggak bakal mau ketemu sama lo lagi. Ini adalah yang terakhir."

"Kenapa?" Regan yang bolot itu malah bertanya kenapa. "Aku sayang sama kamu, Na."

"Nggak peduli!" Alana melotot. "Sayangnya lo itu bohong! Pergi dari rumah gue sekarang!!!"

Pak Satpam yang mendengar dua anak itu berantem pun berlagak pura-pura tak mendengar. Ia terlihat sibuk menonton tivi yang ada di hadapannya, di dalam pos satpam, biar tidak disangka tengah menguping percakapan Alana dan Regan. Padahal, dua orang itu berujar dengan keras hingga sangat terdengar jelas oleh Pak Satpam.

"Terserah kalo lo nggak mau pergi dari sini. Intinya, gue muak liat muka lo. Gue benci sama lo!" Alana berucap penuh amarah. Ia pun kini berbalik badan untuk kembali memasuki rumahnya. Saat ia sudah masuk ke dalam rumah, segera ia menutup pintu dan menguncinya. Di dalam rumah, tangis Alana seketika keluar begitu deras dan ia berlari ke kamar sambil terus menyeka air matanya.

Rasanya sakit diperlakukan seperti itu oleh seseorang yang begitu kita sayangi. Sama seperti Alana. Ia sebenarnya sangat sayang pada Regan, bahkan ia juga tak mau kehilangan cowok itu. Tapi, perlakuan Regan terhadapnya membuatnya sangat kecewa. Ia merasa dirinya terhina dan tidak berharga.

Sejak saat itu, hubungan Regan dan Alana berakhir tanpa adanya kata putus. Walau begitu, Alana masih suka bergalau-ria tentang Regan, dan Regan pun melakukan hal yang sama. Tapi, Alana tidak akan mau kembali ke pelukan cowok itu lagi. Hingga beberapa bulan kemudian, Regan kembali dan membawa kesalahan yang sama. Namun, pada saat itu Alana telah mengenal seorang lelaki yang perlahan mampu menghapus nama Regan dari hatinya.

Genta Denalfian, yang mana merupakan adik dari Regan sendiri.

Usai bercerita tentang Regan, Alana mengerjapkan matanya dan menatap Keenan serta Alfi yang ada di hadapannya. Cewek itu menyedot milkshake stroberi miliknya dan menghela napas. Alfi dan Keenan sama-sama memandang Alana. Alfi dengan alis yang terangkat satu, dan Keenan dengan tatapan penuh rasa ingin tahu.

"Pantesan lo luluh sama Regan. Sikap awalnya manis, sih, ya?" ucap Keenan.

Alana mengangguk. "Di situ gue juga belom tau kalo dia anak geng motor."

"Dia tinggal di mana waktu itu?" tanya Alfi.

"Ngekost sama temennya," jawab Alana.

"Kenapa lo nolak diajak nganu sama Regan?" tanya Alfi.

"Ya nolak, lah! Gue lebih mentingin masa depan gue, kali." Alana mendengus.

"Katanya lo sayang banget sama dia ...," lanjut Alfi.

"Yaa itu kan dulu. Lagian juga kalo sayang nggak harus ikutin semua omongan dia, kan? Gue juga mikir kali!" Alana jadi kesal.

"Bisa mikir?" celetuk Alfi. "Lo kan tolol."

"Ish!" Alana memberenggut, lalu ia mengadu pada Keenan. "Keenan, Alfi nyebelin!"

"Yah, Al, masa pacar lo ngadunya ke gue?" Keenan memamerkan wajah sok melas.

"Pacar?" Alfi mengulang ucapan Keenan. "Botakin dulu pala lo baru dia jadi pacar gue."

"Bener, yaa!" Keenan berseru seketika. "Langsung ke pangkas rambut nih gue!"

"Nggak, lah!" Alfi kelabakan.

"Mana mungkin dia mau jadiin gue pacarnya, Nan," sindir Alana. "Hatinya keras banget, ngelebihin batu. Batu masih bisa kekikis pelan-pelan. Kalo dia mah nggak. Gue kira gue bisa kayak Shanin yang berhasil ngeluluhin hatinya Aidan, ternyata gue gagal. Gue rasanya mau nyerah aja, Nan."

"Mampus lo!" Keenan meninju lengan Alfi. "Makanya tembak, Al, tembaaak!"

Alfi malah menggedikan bahunya seraya menyedot milkshake cokelat miliknya. Ia memang pintar bahkan cerdas dalam banyak hal. Tapi, kalau bicara soal hati, Alfi angkat tangan.

"Kasih kesempatan napa, Al. Cewek sebaik Alana lo sia-siain? Nyesel lo, Bego," cetus Keenan.

"Udah, biarin aja, Nan, jangan dipaksa ...," kata Alana. "Pulang aja, yuk? Ngantuk nih, lagian udah jam empat."

Alana langsung bangkit dari duduknya dan hendak keluar dari kedai ini. Keenan juga ikutan bangkit, namun saat Alana sudah menjauh, Keenan berucap pada Alfi. "Tuh, liat. Itu namanya Alana lagi patah hati secara nggak langsung."

"Terus gue harus ngapain? Ngejar dia terus minta maaf? Bukan gue banget," ketus Alfi seraya bangkit dan jalan meninggalkan Keenan.

Keenan yang berjalan di belakang Alfi hanya bisa mendengus sambil menatap Alfi penuh rasa gregetan.

Tiba di luar kedai, Alfi dan Keenan mendekati masing-masing motor mereka. Setelah naik, mereka keluar dari area parkir dan menunggu Alana memilih untuk naik motor Alfi atau Keenan.

"Mau bareng siapa, Na?" tanya Keenan yang melihat Alana malah diam, bukannya naik ke motor.

"Lo aja," ucap Alana seraya mendekati Keenan. Usai Alana naik ke boncengan Keenan, ia langsung mengalihkan pandangannya ke kanan, menghindari matanya untuk menatap Alfi yang ada di sebelah kiri.

Keenan jalan duluan, dan Alfi jalan belakangan. Mata Alfi tertuju lurus ke arah Alana dan jantungnya mendadak berdebaran kencang. Perutnya juga jadi mules dan moodnya berubah jadi kacau. Padahal awalnya Alana naik motor bersamanya, tapi cewek itu sekarang malah pindah ke motornya Keenan.

Ada rasa sesak yang tersembunyi di balik dada Alfi.

* * *

Hari-hari berlalu. Sudah tiga hari Alana terlihat tidak bersemangat di sekolah. Kerjaannya melamun, diam, tidur, dan mencorat-coret buku tulisnya dengan tidak jelas.

Seperti sekarang ini, di jam istirahat, Alana duduk di bangkunya sambil asik menggambar sebuah lukisan yang ia buat di bagian belakang buku tulisnya dengan pensil. Ia menggambar sebuah buket bunga dengan mawar satu tangkai. Ia tersenyum getir, mengingat beberapa hari lalu Alfi memberinya sebuah bunga yang sangat indah.

"Sungguh percuma saja

Ku mencintainya tapi tak dicintai

Gerak tubuhnya seolah berkata

Tak cinta padaku dan tak suka padaku

Aku pun mulai berpikir

Ku sakit hati dan mulai ku merasa ...🎼" Alana mulai bersenandung pelan sambil tetap menggambar pada bukunya.

"Cukup tau tanam dalam diri

Tak usah ku dekatimu lagi

Ku tak mau lagi tak mau lagi

Bersamamu. Kasih ...

Cukup tau tanam dalam diri

Tak usah ku ganggu kamu lagi

Ku tak mau lagi tak mau lagi, Sayang ....🎼" Alana berhenti sejenak sembari tersenyum lagi dan mengusap gambaran yang ia buat tadi dengan lembut.

Seketika Alana tersentak kaget saat ia menoleh ke arah Alfi yang ternyata sedang memandangnya dengan mata sayu seperti orang kekurangan tidur. Alana mengernyit, lalu kembali mengalihkan pandangannya ke buku.

"Aku sadari mungkin ini suratan takdirku ...." Alfi tiba-tiba melantunkan sebuah nyanyian. "Kau dan aku tak mungkin bersatu, walau hati t'rus menangis ....🎼"

Alana lantas menoleh dan menatap Alfi. "Apasih, ikut-ikut aja."

"Kan, bales nyanyian Alana," kata Alfi.

Alana tertunduk, sedikit cemberut. Lagu yang Alfi nyanyikan tadi liriknya menyentuh hati Alana, sampai dia baper sendiri jadinya. Apalagi makna kalimat-kalimat yang ada di lagu itu. Nyesek semua.

"Kenapa, sih, lo selalu nyebelin?" Alana mendadak berucap ketus.

"Kenapa?" Alfi nanya balik.

"Kenapa lo nggak pernah mau jujur soal perasaan lo?"

"Ngomong apa, sih?" Alfi tertawa kecil, menganggap Alana sedang bercanda.

"Lo selalu begitu!" Alana memukul dada Alfi. Matanya sudah basah, hampir menitikkan tetesan air mata. "Lo nggak pernah mau jujur! Gue tau lo sebenernya mulai suka, kan, sama gue?"

"Kata siapa?" balas Alfi.

"Lo yang bilang sendiri! Lo ngomong ke gue pake bahasa Spanyol yang artinya lo mulai suka sama gue. Gue sengaja nanya ke lo arti omongan lo itu sebenernya apa. Tapi lo nggak mau ngasih tau pake alesan lo lupa. Padahal di situ gue lagi ngetest lo! Tapi ternyata lo itu tetep nggak mau jujur!" Air mata Alana turun ke pipi dan menetes jatuh ke roknya.

Alfi terdiam sejenak sambil menahan napas. Saat ia mau bicara, Alana langsung menyelaknya.

"Lo itu egois! Lo tau gue suka sama lo tapi lo sengaja ngebiarin gue kesiksa sama sikap lo yang berubah-ubah. Lo bilang lo suka sama gue, tapi sampe sekarang lo nggak pernah bener-bener nyatain perasaan lo ke gue. Lo itu nggak jelas, Al!" Alana menyeka air matanya sebelum melanjutkan. "Lo bikin gue seakan-akan nunggu lo. Lo bikin gue tiap malem nangisin lo terus dan berharap lo peka sama perasaan gue."

"Alana--"

"Lo selalu ngutamain gengsi lo, Alfi!" Tangis Alana semakin kejer, bahkan dirinya telah menjadi bahan tontonan warga kelas yang tidak pergi ke kantin. Keenan yang melihat itupun langsung tutup mulut, membiarkan mereka berdua menyelesaikan masalah itu sendiri. Walau sebenarnya waktu dan tempatnya tidak pas, sih.

"Lo ngomong sesuka hati lo, kata-katain gue, padahal lo gatau apa alesan gue sampe sekarang nggak nyatain perasaan gue ke lo, kan?" Alfi kali ini berucap tenang tanpa membabi buta seperti biasanya.

"Alesan pertama, gue masih harus fokus belajar daripada ngabisin waktu buat pacaran. Kedua, gue suka sama lo bukan berarti gue mau jadiin lo pacar. Ketiga, masih banyak lelaki yang lebih baik dibanding gue, yang nggak kasar kayak gue, yang bisa bikin lo bahagia terus." Alfi menatap dalam kedua bola mata Alana. "Nggak usah jauh-jauh. Ada Keenan yang selalu ada buat lo. Dia yang lebih peka sama semua kode-kodean lo, dia yang lebih tau segalanya tentang lo daripada gue. Buat apa lo tetep ngejar orang yang hatinya sekeras batu kayak gue?"

"Karna yang gue mau itu lo, Alfi," lirih Alana, "gue tau Keenan baik, baik banget malah. Tapi kalo hati gue lebih milih lo, lo bisa apa? Maksa gue buat suka sama Keenan? Kan enggak mungkin!"

"Tapi lo bakal sakit hati terus kalo lo tetep suka sama gue, Na ...," ucap Alfi. "Gue emang suka sama lo, tapi bukan berarti gue mau lo jadi pacar gue. Gue sayang sama lo, bukan berarti gue mau lo jadi milik gue."

Tangis Alana semakin deras dan ia dilanda sesenggukan yang hebat. Ia menutup mulutnya dengan tangan, tak mau membuat dirinya semakin menjadi tontonan asik teman-teman kelasnya. Setelah terdiam hampir duapuluh detik, Alfi yang melihat Alana menangis seperti itu segera menarik cewek itu ke dalam pelukannya yang erat dan mengusap punggung Alana dengan penuh kelembutan. Alfi memejamkan matanya, menghidup aroma rambut Alana yang wangi dan menenangkan. Pun itu malah membuat tangis Alana menjadi lebih keras lagi.

"Udah ih, jangan diliatin!" Keenan ngomel kepada semua orang yang memandang Alfi maupun Alana. Lalu ia mengusir mereka, "sana sana! Jangan masuk dulu sampe gue suruh kalian masuk lagi! Syuh syuh!!"

"Keenan kenapa sih?"

"Mau liat kali, Nan ...."

"Pelit amatsih Keenan!"

Keenan melotot galak seraya meraih sapu dari pojok kelas. "Pergi gak? Gue suruh Alfi omelin lo semua nih, ya!"

Akhirnya, mereka semua bubar dan keluar dari kelas. Walau ada beberapa yang masih berada di kelas, namun tidak peduli dengan kehadiran Alfi dan Alana. Mereka seperti Keenan, tau situasinya seperti apa.

"Udah ...," bisik Alfi seraya mengusap perlahan kepala Alana. Wajah Alana tenggelam dalam dada kiri Alfi, membiarkan air matanya terus keluar dan membasahi seragam cowok itu. Mendengar tangisan Alana yang terus merasuki telinganya, Alfi jadi ikutan sedih. Sebab, sangat sakit rasanya bila melihat orang yang kita sayang menangis karena kita.

Tak lama kemudian, Alana menjauhkan wajahnya dari badan Alfi dan memandang wajah Alfi. Alfi segera mengusap air mata yang berjejak di pipi Alana, dan mengusap kening Alana, membuat rambut-rambut yang menempel di sana jadi ke belakang.

"Maaf," gumam Alfi. "Apa lo masih mau nunggu gue?"

Alana mengangguk.

"Sampe gue bener-bener siap buat nerima lo?" lanjut Alfi.

Lagi-lagi, Alana mengangguk. Alfi tersenyum tipis sembari mengusap pipi Alana lagi. Ia memandang wajah perempuan itu dengan tatapan penuh kasih sayang dan tatapannya memberi efek mulas bagi Alana, seperti ada kupu-kupu yang berterbangan di dalamnya. Alfi memang benar-benar jatuh hati pada Alana, namun ia masih tidak berani menjadikan Alana sebagai kekasihnya. Ia merasa dirinya takut menyakiti Alana dengan sikap posesifnya, kegalakannya, emosinya yang berubah-ubah dan sebagainya. Walau begitu, Alfi bersyukur masih bisa melihat Alana sampai sekarang, dan telah berhasil melawan rasa gengsinya untuk menyatakan rasa pada Alana.

"I love you," ujar Alfi, berbisik tepat di telinga Alana.

🎉 T A M A T 🎉

YAK. JADI DIGNITATE UDAH TAMAAAAT👏🏻👏🏻👏🏻😭😭😭😭😭

gimana? puas dengan endingnya? jadi, sebenernya itu happy ending atau sad ending ya?🤔🤔🤔🤔🤔🤔

kenapa Dignitate endingnya seperti itu?
karena tadinya gue mau panjangin alurnya, tapi takut kalian keburu bosen bacanya. soooooo, gue tamatin aja deh😏 pas banget kan tamatnya di bab 50🌚🌚🌚

dan kalian semua harus kasih komentar tentang DIGNITATE DARI BAB AWAL SAMPE AKHIR. GIMANA SIH DIGNITATE ITU MENURUT KALIAN???🤔🤔🤔

btw makasih banyak yaaaa pembaca Dignitate udah nembus 1M dan votesnya udah nyampe 300k DAN COMMENTNYA 100K LEBIIIH!!!! keren ga tu😏👍🏻👍🏻👍🏻👍🏻

jangan lupain Dignitate ya👏🏻👌🏻👌🏻

SEKARANG GUE MAU NANYA 👇🏻👇🏻

1. sebenernya rela nggak Dignitate tamat?

2. butuh Extra Part nggak?🤗

3. Alfi kalo ditemuin sama Aidan jadinya gimana ya? 😂 *loh*

dah ya gitu aja. MAKASIH BANYAK YA SEKALI LAGI BUAT KALIAN SEMUA PECINTA DIGNITATE💖 rumornya nih, Dignitate mau diterbitin loh😎 terus katanya, alur sama endingnya di novel bakal beda sama yang di wattpad😎😎😎😎 kayanya makin seru tuh😎😎😎😎😎😎 soalnya gue udah berimajinasi tentang Alfi, Alana, Keenan, Regan dan beberapa wajah baru yang mungkin akan hadir😎😎😎😎😎😎😎😎😎😎

udah ya. sekarang gue ngga tau mau bercuap-cuap apa lagi di sini. huh pasti nanti gue bosen nggak mengkhayal tentang Alfi lagi:( eh engga deng, kan nanti gue sibuk revisi Dignitate biar lebih bagus lagi😏😎😎😎😛

UDAH AH CUKUP SAMPE DI SINI kisah kita jangan tangisi keadaannya .....😭 hehe. sampai jumpa di lain waktu ya kawan kawan Dignitate👋🏻👋🏻

*ps: Dignitate itu nggak ada roleplayernya kayak Shaidan & Backfire. Alfi, Keenan, Alana, Regan, dll cuma ada di dalem cerita Dignitate, berkeliaran di dunia orange aja. nggak perlu ada di instagram, twitter, facebook, line, dan sosmed lainnya. karna bukan cuma satu dua orang aja yang nawarin diri buat mainin akun pake nama2 mereka, tapi banyak. gue gabikin roleplay buat Dignitate karna terlalu sering karakter yang dimainin suka nggak pas sama tokohnya. contoh yang seharusnya judes, mendadak berubah jadi kalem. jauh bor. adminnya juga kebanyakan aktif di awal, ujung2nya menghilang tanpa jejak. ngerepotin ga tuh namanya? udah gitu terkadang ada aja adminnya yang minta dipasangin sama rp yang itu, yang ini, nggak sesuai alur ceritanya. jadi gue yang sebagai authornya kadang pusing sendiri 😂 makanya gue nggak mau bikin roleplay lagi. cukup Backfire (yang aktif kayanya cuma Bintang doang) sama Shaidan aja yang semoga adminnya baik2 terus 💕 hehe

udah ya. kayanya author notenya udah ngelebihin 500 kata wkakakak. dadaaaah

btw ada pesen nih dari Alfi👇🏻👇🏻


see you soon, my babies!

-Raden

Continue Reading

You'll Also Like

3.4K 1K 21
ONGOING *Dilakukan Revisi Berjalan* *Sorry sempet lupa pass wp ™ 17 August 2021
1.7K 1.6K 25
{𝐅𝐎𝐋𝐋𝐎𝐖 𝐀𝐊𝐔𝐍 𝐀𝐔𝐓𝐇𝐎𝐑 𝐓𝐄𝐑𝐋𝐄𝐁𝐈𝐇 𝐃𝐀𝐇𝐔𝐋𝐔} ____________________________ "𝚈𝚘𝚞 𝚊𝚛𝚎 𝚖𝚒𝚗𝚎 𝙶𝚕𝚊𝚍𝚒𝚜" ?? ___________...
9.3K 1.5K 9
Biasakan follow dan vote terlebih dahulu sebelum membaca. [ NEW COVER ] ❝ Aku menyesal pernah menyia-nyiakan dirinya. Kini aku harus menghadapi keny...
3.5M 207K 56
[USAHAKAN FOLLOW DULU SEBELUM BACA] Menikah di umur yang terbilang masih sangat muda tidak pernah terfikirkan oleh seorang gadis bernama Nanzia anata...