A Perfect Brother

By Srisun22

80.1K 2.8K 148

Kau itu sempurna ... Tidak, kau hanya terlalu sempurna untuk diriku ... Dan perasaan itu, akhirnya muncul... More

Prolog
SATU
DUA
TIGA
EMPAT
LIMA
ENAM
TUJUH
SEMBILAN
SEPULUH
SEBELAS
DUA BELAS
LEBARAN
TIGA BELAS
EMPAT BELAS
LIMA BELAS
ENAM BELAS
TUJUH BELAS

DELAPAN

3.4K 114 6
By Srisun22

Ellina Pov

"Nona ... Bangun nona, sudah siang. Anda akan telat jika tidak bangun juga! Nona!"

Suara bi Nari yang disertai dengan ketukan pintu membangunkanku dari tidurku. Aku membuka mataku dengan malas. Ah, aku lelah sekali.

Aku mendudukkan diriku di kasur. Ku lihat diriku yang masih menggunakan gaun yang semalam. Aku baru ingat, semalam aku ketiduran di mobil kak Elvan.

Suara bi Nari yang sedari tadi memanggilku sedikit menggangguku.

"Iya bi aku bangun. Emang sekarang jam berapa ? Alarmku aja belum bunyi bi", aku sedikit berteriak agar bi Nari yang diluar sana bisa mendengarku.

"Alarm nona sudah bunyi 3 kali nona, dan sekarang sudah jam setengah delapan"

"Ah baru setengah delapan ..."

1 detik ...

2 detik ...

3 detik ...

"WHAT ?!!"

Aku segera melesatkan diriku ke kamar mandi. Jam pelajaran akan dimulai setengah jam lagi. Dan sekarang aku harus extra cepat agar tidak terlambat.

Dua puluh menit kuhabiskan untuk mandi dan bersiap-siap. Tentu saja mandi yang ecek-ecekan. Biarlah, yang penting tidak telat. Setelah selesai, aku membuka pintu kamarku dengan sedikit keras karna terburu-buru. Saat kulihat sebelah kanan, kak Elvan sudah rapi dengan pakaian kerjanya. Mau kemana dia ?

--

Elvanno Pov

Suara Sekretaris Lee membangunkanku. Aku membuka mataku lalu melihat jam. Jam 7 pagi. Tak biasanya Sekretaris Lee datang pagi-pagi.

Aku membuka pintu kamarku dan sudah ada Sekretaris Lee di depanku.

"Maaf membangunkan anda tuan muda, tapi sepertinya anda harus ke kantor hari ini. Kami membutuhkan anda"

Sudah kuduga, pasti masalah kantor. Sebenarnya menjadi CEO seperti ini dan di usia semuda ini bukanlah kemauanku. Ini semua perintah dari ayah. Meskipun ayah sedang entah ada dimana, ia selalu menugaskan Sekretaris Lee untuk mengerjakan sesuatu, seperti halnya memintaku -atau lebih tepatnya memaksa- untuk menjadi CEO di perusahaan ayah.

Aku tidak mau, dan aku tidak suka dipaksa. Alhasil, aku hanya pergi ke kantor seminggu sekali dan jika ada masalah yang sangat membutuhkanku. Sebenarnya sekarang pun aku tidak perlu melanjutkan sekolah SMA. Bahkan setelah lulus dari SMP pun aku sudah bisa menjadi mahasiswa karna kejeniusanku ini. Tapi aku tidak mau dan memilih untuk melanjutkan ke SMA. Alasannya sederhana. Aku hanya ingin menikmati masa mudaku. Karna aku berjanji -lebih tepatnya ayah yang memaksaku untuk berjanji- pada ayah kalau selesai aku lulus sekolah aku harus benar-benar mengurus perusahaan yang akan menjadi milikku itu. Sungguh masa muda yang mengenaskan untukku.

Aku menganggukkan kepalaku kepada Sekretaris Lee. Menutup pintu lalu berjalan ke kamar mandi dan bersiap untuk ke tempat yang penuh dengan orang-orang licik yang hanya memikirkan uang, kantor. Ah, untung saja aku ini cerdik sehingga mereka tidak bisa begitu saja menyingkirkanku.

Aku memikirkan tentang apa yang akan kulakukan di kantor. Pasti ada rapat dadakan. Dan aku akan melihat wajah-wajah licik mereka. Tau benar aku jika mereka ingin menyingkirkanku dan merebut semua aset dan saham perusahaan ayah. Cih, mentang-mentang aku masih muda dan mereka pikir mereka bisa menyingkirkanku dengan cara liciknya itu ? Aku tidak sebodoh itu. Memikirkan mereka pun membuatku tersenyum sinis. Betapa menyebalkan orang seperti itu, batinku.

Aku sudah selesai bersiap-siap. Tinggal berangkat. Aku membuka pintuku, sedikit membenarkan lengan bajuku. Dan tiba-tiba,

Brak !

Kulihat Ellina keluar dari kamarnya dengan terburu-buru. Pasti dia telat. Dia pasti kelelahan karna dinner semalam.

"Kakak mau kemana ? Ke kantor ?"

Aku hanya mengangguk sebagai jawaban.

"Sarapan dulu gih, nanti aku anter ke sekolah", kataku.

"Enggak. Ga keburu, aku naik ojek aja"

"Enggak! Ke sekolah sama aku. Pake motor biar cepet. Makan rotinya di motor aja, udah disiapin sama bi Nari di meja"

Ia hanya mengangguk lalu segera turun ke bawah. Aku mengambil kunci motorku lalu ke bawah. Saat di bawah, kulihat Sekretaris Lee menungguku.

"Aku mau nganter Ellina ke sekolah dulu"

"Biar saya saja tuan muda, anda-"

"Tidak. Aku yang akan mengantar"

Kudengar Ellina yang memanggil namaku. Lalu dia datang dengan mulut yang penuh dengan roti.

"Ayo berangkat kak, udah telat nih"

Dia menarik tanganku dan membawaku keluar. Aku memakai helm lalu naik ke motor. Ellina juga sudah siap dengan helm di kepalanya.

"Pegangan"

Ia langsung memeluk pinggangku. Aku tersenyum. Kenapa rasanya bahagia ? Kalau tau begini setiap hari saja aku berangkat bersamanya menggunakan motor.

"Kak cepet jalan!"

"Iya iya"

Kulajukan motor dengan agak cepat, mengingat Ellina sudah terlambat. Kalau tidak, sudah kupastikan aku akan sengaja berlama-lama.

Jalanan di pagi ini sudah ramai lebih tepatnya macet. Dibelakang Ellina terus saja menggerutu dengan kemacetan ini. Memang kalau sudah siang seperti ini akan macet.

Setelah mengalami macet yang berkepanjangan, akhirnya motorku sampai di depan sekolah tercinta.

Ellina turun dari mobil. Aku melepaskan helmku. Setelah selesai, kulihat Ellina yang marah-marah tidak jelas karna helm yang dipakainya macet dan susah dibuka. Aku terkekeh, lucu juga. Dengan senang hati aku membukakan helm yang dipakainya.

"Aku masuk dulu kak. Daah!"

"Tunggu Ell"

Ia sudah masuk tanpa mendengar panggilanku. Where is my morning kiss ?!, batinku.

--

Ellina Pov

Aku terlambat. Oke, pasti aku dihukum. Astaga, ini hari yang menyebalkan.

Aku terus menyusuri koridor sekolah dengan terburu-buru. Saat sudah sampai di kelasku yang ada di lantai dua, aku segera masuk dan ...

"Terlambat nak ?"

Dan aku lupa kalau pelajaran pertama adalah pelajaran fisika yang diajarkan oleh Bu Beti. Ia terkenal galak dan tak segan-segan menghukum murid yang melakukan kesalahan. Habislah aku.

"I iya bu, maaf"

"Berdiri di luar! Kamu tidak akan mengikuti pelajaranku hari ini!"

"Baik bu"

Ini benar-benar hari yang menyebalkan. Seumur-umur aku tidak pernah telat seperti ini. Mana ini hari kamis, nanti akan ada pelajaran olahraga, pasti melelahkan.

Wait, KAMIS ?!!!

Kurasa ini adalah hari sialku. Aku lupa membawa baju olahraga. And you know what ? Aku lupa membereskan buku untuk hari ini ?!! Jadi buku yang kubawa adalah mapel kemarin ?! Astaga Ellina kau ceroboh sekali. Dan yang lebih buruknya Vanya masih belum masuk, dan siapa yang akan menolongku nanti ?!!

Rasanya aku ingin pulang saja. Tau begini tidak akan aku masuk hari ini.

Jam pelajaran fisika sudah selesai. Cukup sudah aku meratapi nasibku yang malang ini. Pasti aku kan dihukum oleh Bu Beti. Tak lama setelah itu Bu Beti keluar dan menghampiriku.

"Jadi Ellina, alasan apa yang akan kau pakai untuk keterlambatan ini", Bu Beti bertanya padaku.

"Aku ... Kesiangan bu, maaf"

"Ellina Eleanor Joseph. Benarkah kau adiknya Elvanno ? Elvanno ketua osis yang teladan itu ? Karna sikap kalian berbanding terbalik"

Ya, benar bu. Elvanno si ketua osis yang teladan dan yang dengan ketampanannya dapat membuat murid ibu menggila sampai melukai saya! Ingin sekali aku berteriak seperti itu jika saja aku sudah tak betah sekolah disini.
Aku sedikit bersungut mendengarnya. Kami memang tidak terlalu mirip. Karna kami adik kakak, bukan anak kembar! Tapi setidaknya bisakah jangan membanding-bandingkan ?!

"Lain kali kau harus meniru sikap kakakmu yang disiplin. Dia tak pernah ceroboh sepertimu. Kali ini kau akan ku bebaskan dari hukuman dan itu juga karna kakakmu, tapi jika terjadi lagi aku tak akan segan-segan menghukummu"

Aku tersenyum masam dan menganggukkan kepala. Kesal sekali diriku dibanding-bandingkan dengan kakaknya yang mendekati sempurna itu. Oh ayolah dirinya dan kakaknya itu bagai langit dan bumi, jadi tak perlu dibandingkan karna aku sudah tau betul.

Aku memasuki kelas lalu duduk ditempatku. Aku merogoh tasku. Dan benar saja, tidak cukup tidak membawa mapel hari ini dan baju olahraga, ia juga tak membawa dompet dan handphone. Matilah aku. Mana Vanya tidak masuk.

Menghela napas, aku memilih memandang jendela di samping kiriku. Saat ini pelajaran olahraga dimulai, dan tentu saja aku tidak ikut dengan alasan sakit. Padahal yang sebenarnya aku tidak membawa baju olahraga. Biarlah.

Waktu berlalu sangat lama hingga bel istirahat berbunyi. Perutku sudah menyuarakan sorakannya. Tapi mau bagaimana lagi, aku tak membawa dompet. Siapa lagi yang bisa kuandalkan selain Vanya yang minggu-minggu ini sedang izin. Akhirnya aku memutuskan untuk ke perpustakaan. Aku menghabiskan waktuku disana, membaca novel, dan sedikit membaca pelajaran.

Saat kembali ke kelas aku menemukan seonggok surat berwarna biru mencolok diatas mejaku. Ini sudah biasa bagiku. Sejak masuk ke sekolah ini, aku sering mendapat surat yang berisi tentang pernyataan cinta ataupun puisi ataupun seseorang yang meminta ku menemuinya dan menyatakan cintanya. Tentu saja aku menolaknya dengan halus. Aku sungguh tak mau berpacaran saat ini.

Dan benar saja, orang yang menulis surat ini memintaku untuk menemuinya di taman belakang sekolah saat istirahat kedua nanti. Aku segera menyimpannya di kolong mejaku dan mengeluarkan buku -yang tidak sesuai dengan mata pelajarannya.

Hari ini sungguh hari sial bagiku. Tak membawa mapel, baju olahraga, dompet, handphone, dan Vanya tidak masuk. Aku pun tidak konsen pada pelajaran yang sedang berlangsung. Sakit di perutku mengacaukannya konsentrasiku. Sebentar lagi istirahat kedua berbunyi. Setelah menemui orang itu, aku akan pergi ke ruang uks untuk sekedar beristirahat disana. Dan mungkin kalau beruntung akan ada penjaganya dan memberikan makannya padaku. Oh, malangnya nasibku.

Akhirnya yang kutunggu-tunggu telah tiba. Bukannya tidak sabar menemui siapapun itu yang menulis surat, tetapi untuk beristirahat di uks. Aku sudah cukup selamat hari ini karna tidak ada satupun guru yang curiga aku tidak membawa mapelnya.

Aku melangkahkan kakiku dengan gontai ke taman belakang. Perutku sudah sakit, mungkin maag nya kambuh, dan kepalaku juga mulai berdenyut. Sakit sekali. Ditambah tadi ada temanku yang bilang kalau wajahku sudah pucat, dia menyarankanku untuk pulang saja. Tapi bagaimana ? Aku tak membawa handphone untuk minta jemput Sekretaris Lee dan tak membawa dompet untuk naik taksi. Aku pun tak tau bagaimana nasibku saat pulang nanti.

Saat sudah berada di taman belakang tak ada siapapun disitu dan tiba-tiba saja ada yang membekapku dari belakang. Oh kejahatan apalagi ini. Apa aku akan mati ?

.

.

.

.

.

20 Mei 2017

Continue Reading

You'll Also Like

4.6M 248K 56
Dia, gadis culun yang dibully oleh salah satu teman seangkatannya sampai hamil karena sebuah taruhan. Keluarganya yang tahu pun langsung mengusirnya...
1.8M 101K 52
"Lihat saudaramu yang lain! Mereka berprestasi! Tidak buat onar! Membanggakan orang tua!" Baginya yang terbiasa dibandingkan dengan saudara sendiri...
GEOGRA By Ice

Teen Fiction

1.3M 54.3K 55
Pertemuan yang tidak disengaja karena berniat menolong seorang pemuda yang terjatuh dari motor malah membuat hidup Zeyra menjadi semakin rumit. Berha...
446K 23.1K 53
Bagaimana jika kalian berada dalam posisi seorang gadis bernama Auraline yang pada saat membuka matanya, dia sudah berada dikehidupan sebuah novel mi...