Cinta dan Rahasia (Complete)

By amelianrfdl

37.7K 5.3K 636

(Akan segera di private) Bagaimana rasanya menjadi pengganti? Bagaimana rasanya berperan menjadi orang lain? ... More

Bagian - 1
Bagian - 2
Bagian - 3
Bagian - 4
Bagian - 5
Bagian - 6
Bagian - 7
Bagian - 8
Bagian - 9
After Story
INFO!

Bagian - 10 [END]

3.8K 443 59
By amelianrfdl



"Kau ingin aku melepaskanmu, begitu?" tanya Sehun sepelan mungkin.

Krak

Sesuatu seperti sobek di dalam diriku. Aku menyerah, aku mencintai pria ini. Tapi kenapa aku harus pergi?

Kak? Itukah alasanmu membuatnya bersamaku?

"Yuri tidak pernah berhubungan denganku, Yoona. Aku terpaksa, menggunakan Yuri sebagai alibi untuk menikahimu. Aku memaksamu menikah denganku atas nama Yuri. Karna aku tahu kau akan menolakku." dia berujar frustasi. Menatapku dengan tatapan kesakitannya. "..lagipula wanita bodoh mana yang akan menikah dengan pria yang dia tahu bahwa pria itu adalah kekasih sahabatnya bukan?"

Aku terdiam dan memalingkan wajahku kearah lain

"Yuri sudah menikah dengan pria yang dijodohkan oleh ayahnya."

Aku sontak menoleh kearahnya. "Benarkah?"

Sehun mengangguk. Kemudian dia mengeluarkan sesuatu dari sakunya. Itu buku pernikahannya. Pernikahannya dengan Yuri. Lalu dia memberikannya padaku.

Dengan berusaha tidak gemetar aku membuka buku itu. Jantungku mencelos, tidak ada nama Yuri disana. Hanya ada Im Yoona. Im Yoona dan Oh Sehun.

"Ini?"

Sehun tersenyum tipis lalu mengangguk. "Sehari setelah pernikahan, aku datang ke kantor pemerintahan bagian pernikahan. Lalu aku mengatakan bahwa wanita yang kunikahi bernama Im Yoona."

Darahku berdesir. Ini bukan mimpi kan?

"Aku tahu aku bodoh. Butuh waktu tiga bulan untuk mencoba mencari tahu seperti apa perasaanku padamu. Aku mengabaikanmu, sekali lagi menggunakan Yuri sebagai alibi-ku. Namun ketika melihat Lee Dong Hae begitu mencintaimu, aku tidak rela. Yoona."

Aku menahan nafas ketika tangannya terangkat membelai pipiku. "Kau dan Yoonju memang begitu mirip. Mungkin.. bagi mereka yang tidak mengenal kalian kan mengatakan seperti itu. Tapi aku .. aku mengenal kalian. Kalian adalah pribadi yang berbeda. Yoonju.. dia begitu lembut dan sensitif.  Sedangkan kau.. kau Yoona. Begitu pemberani dan naif. Kau akan mengungkapkan apapun yang menurutmu salah, tidak peduli yang mendengarkanmu akan sakit hati atau tidak."

Kemudian dia melangkah mundur. Entah mengapa itu membuatku kecewa. 

"Kau kira aku masih mencintai Yoonju?"

Tanpa sadar aku mengangguk.

"Kau percaya cinta pertama, Yoona?" tanyanya (lagi)

Aku hanya bisa mengangguk.

"Aku jatuh cinta pada gadis kecil yang menolongku di gereja ketika aku berusia dua belas tahun. Saat itu, aku terjatuh dari atas pohon ketika aku baru saja menolong seekor kucing yang tidak bisa turun dari sana. Aku yang sedang berjalan pulang dari gereja melihat seekor kucing mengeong di atas pohon. Jadi aku.. dengan jiwa sok pahlawan yang kumiliki, aku mencoba memanjat pohon itu meski aku takut dengan ketinggian. Lalu setelah berhasil menolong kucing itu, aku tidak memiliki nyali untuk turun. Kau bisa menebak cerita selanjutnya kan Yoona?" tanyanya sambil mengerling kearahku.

Aku menahan nafas dan membantu mendengar ceritanya. 

"Aku tahu kau bisa menebaknya Yoona.." dia berujar lagi.

"Ketika dia melompat, kakinya terluka parah.. lalu.. lalu ada gadis kecil yang tiba - tiba berlari melompati tiga anak tangga sekaligus untuk menolongnya.. gadis kecil itu membawa anak laki - laki itu duduk di depan gereja.." Aku menghentikkan ucapanku ketika melihat senyum manis terpeta di wajahnya.

"Dia adalah cinta pertamaku, Yoona. Gadis kecil itu cinta pertamaku."

Aku menggigit bibir bawahku. Perasaan senang, kesal, terharu semuanya berkumpul jadi satu di dadaku. Terasa menyesakkan sekaligus menyenangkan.

"Sejak hari itu aku mencari tahu siapa gadis pemberani itu. Dan tebak apa? Nama Yoonju yang aku temui ketika mencari identitas itu. Aku berusaha terus mendekatinya, hingga aku rela untuk masuk ke sekolah biasa sama sepertinya. Namun, saat kecelakaan itu Yoonju mengatakan bahwa dia tidak pernah menolongku di gereja. Bukan dia yang menolongku."

Sehun kembali melangkah mendekatiku. Lalu dia menarikku kedalam pelukannya. "Aku mencintai gadis kecil itu hingga saat ini. Tapi aku perlu waktu untuk membuktikan bahwa aku sungguh - sungguh mencintainya atau hanya sekedar obsesi belaka. Jadi, aku mengabaikannya. Hingga membuat gadis kecil itu yang kini telah menjadi wanita cantik itu salah paham dengan perasaanku."

"Aku mencintainya, Yoona. Sampai aku sendiri tidak bisa menjelaskan sebesar apa aku mencintainya.. Yang aku tahu.. Selama bersamanya, aku seperti berada di rumah. Rumah yang seharusnya. Aku sudah berhenti, di tempat yang sudah seharusnya aku berada. Di sisimu. Bersamamu. Hingga maut memisahkan kita."

*

"Aku akan melepasmu, jika itu membuatmu bahagia. Yoona." ucap Sehun begitu pelan.

Aku mengerjapkan mataku berkali - kali. Dia tidak memelukku, dia berdiri begitu jauh dariku.

Apa - apaan ini? Di saat seperti ini, aku malah berkhayal? Sialan, Yoona. Hentikan itu!

"Kau tidak akan percaya bukan, jika aku mengatakan bahwa aku mulai mencintaimu? Bukan karna Yuri atau Yoonju. Tapi Im Yoona." ucapnya pelan. Dia mendongakkan kepalanya menatapku. Matanya basah, dia menangis. "Kau bahagia jika aku melepaskanmu?"

"A-aku.."

Tiba - tiba dia melangkah mendekatiku, meraih jemariku kedalam genggamannya. "Aku memang sudah berjanji pada Yoonju untuk menjagamu. Tapi, aku tidak berjanji akan mencintaimu. Cinta ini datang karna aku terbiasa bersamamu, Yoona."

Jangan katakan apapun. Jangan.

"Aku akan melepaskanmu. Kapanpun kau membutuhkanku, aku akan selalu ada untukmu." Dia tertawa pelan. "Lucu bukan, aku begitu lemah hanya karenamu."

Aku memejamkan mataku, berusaha menghentikan air mataku yang perlahan ingin menerobos keluar. Ini yang ku inginkan, lalu kenapa aku malah menangis?

"Yoona.."

Aku mulai terisak. Tangisku pecah ketika ia mencoba menghapus air mataku.

"Jangan menangis, kumohon. Jangan menangis."

Aku menggeleng. Tidak bisa mengatakan apapun. Tangisku semakin kencang saat Sehun menarikku ke dalam pelukannya. Begitu erat, membuat aku rindu padanya.

"Jangan seperti ini, aku melepasmu Yoona. Aku melepasmu. Jangan menangis, aku tidak bisa melihatmu bersedih, tidak bisa." bisiknya frustasi. Aku menggigit bibir bawahku mencoba meredam tangisanku.

"Sakit.. aa.. Sehun-ah.. Sakit.."

Sehun semakin mengeratkan pelukannya.

"Aku melepasmu, Yoona. Aku mencintaimu karena itu aku melepasmu. Tolong, tolong jangan buat aku merubah pikiranku lagi. Aku tidak bisa.. aku tidak bisa berkata bahwa aku akan bahagia tanpamu."

*

Aku memasukkan pakaianku ke dalam tas satu - persatu. Kini aku berada di kamar Sehun, kemarin aku meminta untuk kembali ke rumah karena aku bosan. Rumah ini begitu sepi, aku bahkan tidak melihat Ibu dan Ayah Sehun. Mungkin mereka begitu membenciku sehingga tidak ingin lagi melihat wajahku.

Tentu saja, kau telah menipu mereka. Yoona

tok - tok

Aku tersenyum tipis ketika melihat Sehun di ambang pintu. Pria itu terlihat sama mengerikannya sepertiku. Kulit putihnya membuatnya terlihat semakin pucat. Bayangan hitam di bawah matanya begitu mengganggu penampilannya.

"Kau benar - benar ingin pergi dari Korea?"

Aku mengangguk. Kemudian aku melihatnya duduk di hadapanku. Matanya menatap tegas kearahku, meski begitu aku tetap bisa melihat luka di matanya. Dan itu menyakitkan.

"Aku memang berkata aku melepasmu, Yoona. Tapi aku tidak berkata bahwa aku mengijinkanmu meninggalkan negara ini." gumamnya.

Aku menghela nafas.

"Ini demi kebaikan kita, Sehun. Aku tidak bisa berada di sini lebih lama seperti yang kuinginkan. Tapi maafkan aku, Kau, Yuri, Dong Hae, Ibuku, Kakakku, Ayahku. Kalian ada disini, tempat di mana aku merasa takdir begitu sialan mempermainkan hidupku. Aku.. aku tidak bisa melihatmu tanpa menghilangkan keinginan untuk tetap bersamamu."

Sehun menggenggam jemariku. "Kita bisa bersama, Yoona. Jika kau memberiku satu kesempatan lagi. Kita akan memulainya dari awal. Hanya kau dan aku."

Aku menggeleng. Aku.. sudah terlalu lelah.

"Aku percaya jika kau milikku, kau akan kembali padaku." bisikku pelan. Sehun mengangguk. Matanya memerah menahan tangisnya.

"Jika kita tidak bisa bersama di masa sekarang. Maka aku berjanji, di masa berikutnya kita akan bersama. Apapun yang terjadi kita akan bersama."

Sehun mencium bibirku.

"Aku mencintaimu, Yoona."

"Aku juga mencintaimu, Sehun."

Sehun kembali menarikku ke dalam pelukannya. "Aku sangat mencintaimu, Im Yoona."

*

Aku berdiri di ambang pintu kamar Sehun. Memandang setiap sudut kamarnya baik - baik. Berusaha merekam semuanya dalam memoriku. Kemudian aku berjalan menuruni tangga satu persatu. Sekali lagi merekam apapun yang bisa ku rekam. Langkahku terhenti, ketika melihat Ibu dan Ayah Sehun beserta Yuri telah berdiri di ujung tangga.

Aku melanjutkan langkahku lagi dengan perlahan menghampiri mereka. Dan berhenti tepat di hadapan mereka. Aku melirik kearah Yuri. Wajahnya memerah, dia menggigit bibirnya. Ekspresi yang selalu dia perlihatkan ketika ia berusaha menahan tangisnya.

"Yul.." panggilku.

Pertahannya runtuh, dia menarikku ke dalam pelukannya. "Kau akan pergi?"

Aku mengangguk, sambil membelai punggungnya.

"Jaga dirimu, Yul-ah." ucapku sambil melepas pelukannya. Yuri menghapus air matanya masih memandangku. "Jangan pergi, Yoong. Kau dan Sehun.."

Aku menggeleng. Pandanganku beralih pada Ibu dan Ayah Sehun. 

"Mr. Mrs. Oh, maafkan aku. Selama ini.. aku tel-"

Ucapanku terhenti karena pelukan mengejutkan dari Ibu Sehun. "Jangan bodoh, untuk apa kau pergi? Kau menantuku. Kau menantuku."

Aku meringis perih ketika mendengar ucapan Ibu Sehun. Diam - diam aku begitu menyayangi wanita paruh baya itu seperti aku menyayangi ibuku.

"Maafkan aku, Mrs. Oh. Maafkan aku."

Ibu Sehun melepaskan pelukannya dan memukul pelan lenganku. "Jangan panggil aku begitu, panggil aku Ibu. Aku sudah menerimamu, Yoona. Meski begitu sakit, tapi aku menyayangimu. Dimana anak itu? Dia bilang pernikahan kalian memang resmi. Aku sudah melihat buku nikah kalian. Nama kalian ada di sana. Tapi kenapa kau malah pergi?"

Aku mematung. Buku nikah? Apakah.. buku yang seperti ada dalam bayanganku?

"Ibu.. Buku nikah?"

Ibu Sehun mengangguk. "Sehun telah mendaftarkan pernikahannya atas nama dirimu dan Oh Sehun. Pernikahan kalian resmi."

Aku melirik ke belakang Yuri. Sehun berdiri di sana, di ambang pintu dengan senyuman kaku. Mengabaikan yang lain aku berjalan menghampirinya.

"Apa itu benar?"

Dia mengangguk.

"Kenapa kau tidak mengatakannya padaku?"

Aku memukul dadanya.

"Kenapa kau tidak mengatakannya padaku?"

Aku memukul dadanya lagi.

"Kenapa kau melakukan ini padaku?"

Kini pukulanku semakin bertubi - tubi. Aku menangis lagi. Oh Sehun dan perilaku misteriusnya. Begitu membingungkan bagiku.

"Brengsek, kau brengsek, Oh Sehun. Bagaimana.. bagaimana bisa kau melakukan hal ini padaku? bagaimana.. bagaimana bisa kau mempermainkan perasaanku.. bagaimana bisa.. kau melakukan hal itu? Aku.. sudah ingin meninggalkanmu. Tekadku sudah bulat.. meski aku mengandung anakmu.. aku berusaha tetap kuat dan meyakinkan diriku bahwa aku bisa tanpamu." Aku terisak.

Sehun menahan pukulannya. Menatapku dengan tatapan terkejut. Aku menggigit bibirku, meredam isakanku. Apa aku baru berbicara sesuatu?

"Kau mengandung anakku?"

Oh, sialan.

Aku diam.

"Yoona, jawab aku. Kau.. mengandung anakku? Anak kita..?"

Aku mengangguk kaku. Sedetik kemudian dia menarikku ke dalam pelukannya. "Ya Tuhan.. Kenapa kau tidak mengatakannya padaku bahwa kau sedang mengandung? Kau pikir kau bisa lari dariku dan membawa anak kita, Yoona?"

Sehun melepaskan pelukannya lalu mengecup bibirku. Kemudian dia menarik lenganku mendekati Ibu dan Ayahnya serta Yuri.

"Aku akan membawa Yoona pulang ke Rumah kami, Ibu."

*

"Kau berencana tidak memberitahuku, bukan?" tanya Sehun tanpa menoleh kearahku. Aku meringis pelan. "Ya."

Sehun menggeram.

"Apa, pria itu tahu soal ini?" tanyanya.

Pria?

Dia menambahkan. "Lee Dong Hae."

Aku mengangguk.

"DIA TAHU?!" Sehun memekik kencang membuatku meringis karenanya. Sialan, Oh Sehun ini.

Sehun menginjak rem ketika kami berhenti di traffic light.  Tanpa ku duga, Sehun menarik tanganku dan menggenggamnya. Aku menoleh kearahnya dan tersenyum. 

Bisakah aku memulai kebahagiaan ini, Tuhan?

Aku kembali menoleh ke depan. Jantungku berdegup cepat ketika melihat di depan kami, sebuah truk terus melaju ke arah kami. Tidak, kearah beberapa mobil yang sedang menunggu lampu merah.

Mobil itu tidak berhenti, sama sekali tidak menunjukkan akan berhenti.

Sehun mengeratkan genggamannya, saat tahu kami tidak bisa bergerak kemanapun. Kami terjebak.

Tidak kali ini kan, Tuhan?

Beberapa saat kemudian aku merasakan hantaman kuat mengenai mobil kami. Dengungan menyakitkan membuat telingaku sakit. 

Aku membuka mataku, hal yang pertama ku lihat adalah.. Sehun dengan wajah di penuhi darah. Matanya terpejam. Aku mencoba bergerak namun tubuhku begitu kaku.

"Sehun.."

Perlahan dia membuka mata dan menatapku sambil tersenyum manis.

"Tidak semua cinta saling memiliki kan Yoona?" bisiknya sangat pelan. Aku menangis. Tubuhku semakin terasa nyeri.

"Kau ingat.. kata - kataku, bukan..? Kita.. akan bersatu.. di kehidu..pan selanjutnya.." ucapnya lagi, kemudian matanya kembali terpejam.

"Sehun.."

"Bangun.. Kumohon, bangun." gumamku. Nafasku mulai terengah. Aku bahkan tidak kuat menahan mataku agar tetap terbuka lebih lama.

"Bertahanlah.. Sehun.. dokter.. akan..menyelamatkan..kita." ucapku sebelum akhirnya kegelapan merenggutku.

*


Author POV.

"Kecelakaan beruntun terjadi di daerah Daegu. Berdasarkan keterangan saksi, Truk dari arah bukit bergerak turun lalu menghantam beberapa mobil yang sedang menunggu lampu lalu lintas. Terdapat 10 korban jiwa dalam kecelakaan ini..."

Yuri segera mengambil ponselnya, menekan beberapa nomor lalu mendesah kesal. "Sial, kenapa mereka tidak mengangkat telfonnya?"

Tidak kehabisan akal, Yuri menelfon Ibu Sehun.

"Bibi ini aku, Yuri."

"..."

"Aku sedang melihat berita apakah Yoon-"

"...Berikut nama korban meninggal dunia. Kim Jae Nam, Ahn Chae Soo, dan sepasang suami istri, Oh Sehun dan Im Yoona.."

Ponsel yang Yuri pegang terjatuh begitu saja. Begitu juga dengan tubuhnya yang merosot terjatuh. Jantungnya mencelos. Yoona.. Sehun.. dua orang yang begitu istimewa di hatinya. Kini mereka pergi untuk selama - lamanya.

*

Pemakaman itu berlangsung khidmat. Ibu Sehun bahkan tidak bisa menghentikkan tangisannya, membuat Ayah Sehun dan Yuri terus saja menenangkannya.

Yuri melirik kearah pria yang baru saja datang ke pemakaman itu. Dia amat sangat mengenal pria itu. Lee Dong Hae. Setelah berpamitan pada Ayah Sehun, Yuri bergegas menghampiri pria itu.

"Kau datang?"

Dong Hae hanya melirik kearahnya. Lalu ia meletakkan bungan krisan di atas batu nisan Yoona. "Dia pergi secepat ini.. padahal, baru kemarin dia bahagia karena kehamilannya."

Yuri menghela nafas berat.

"Dia pasti sudah bahagia bersama Sehun disana, setidaknya kisah mereka Happy Ending. Meski bukan dalam arti Happy yang sebenarnya." ujar Yuri.

"Yul, dia akan memaafkanku bukan?" tanya Dong Hae. Yuri mengangguk sambil tersenyum tipis lalu mengelus punggungnya.

"Aku sangat mencintainya." ucap Dong Hae.

Yuri mengangguk.

"Aku juga mencintai, Sehun." balas Yuri. Membuat Dong Hae tersentak kaget. Yuri menoleh kearahnya dan tersenyum tipis lagi. "Tapi dia bahagia dengan Yoona. Tujuannya hidup untuk Yoona, dia pernah mengatakan itu padaku."

Yuri meletakkan foto pernikahan Yoona dan Sehun diantara kedua makam mereka.

"Kini, kisah kalian abadi. Kalian bahagia di sana bukan? Tolong awasi aku dan pria di sebelahku ini, tegur kami jika kami melakukan kesalahan, mengerti?" ucap Yuri riang. Membuat Dong Hae mendengus kesal. 

"Tolong beritahu aku Yoona, aku tidak berharap akhirnya aku akan bersatu dengannya." gerutu Dong Hae. Yuri dengan kesal memukul pundak pria itu.

"Hei, Lee Dong Hae! kau kira aku mau denganmu, hah?!" 

Dong Hae berlari menghindari pukulan Yuri, mereka berlari menjauhi makam itu. Tidak ada yang tahu apa yang terjadi hari esok. Tapi Yuri berharap, harinya akan indah. Yoona dan Sehun akan mengawasinya di atas sana, jadi dia tidak akan sendirian lagi. Lagipula, siapa tahu ini giliran kisahnya bukan?

Semua orang punya Happy Endingnya masing - masing, dan Yuri berharap Happy Endingnya akan benar - benar Happy Ending. Seperti kisah cinta abadi kedua orang penting dalam hidupnya.

Yuri menghentikan larinya, memejamkan mata meski nafasnya terengah.

"Aku menyayangi kalian. Terima kasih, terima kasih sudah mengizinkan aku menjadi bagian dari kisah kalian."

THE END


Akhirnyaaaaaa....

Itu.. coba siapa yang diem - diem mau santet saya karna ending ini? Happy End loh.. Happy End kan? Muehehe

Sampai ketemu di cerita selanjutnya.


Ketjup basah.

Mantan pacar Park Chan Yeol

Amelia

Continue Reading

You'll Also Like

2.3M 239K 46
[SELESAI] Grace tiba-tiba beralih pekerjaan dari animator perusahaan game menjadi babysitter dari anak bosnya, Johnny Suh. Namun bayi kecil itu bukan...
951K 21.9K 50
Elia menghabiskan seluruh hidupnya mengagumi sosok Adrian Axman, pewaris utama kerajaan bisnis Axton Group. Namun yang tak Elia ketahui, ternyata Adr...
81.6K 9.9K 65
Remember when Adele said: 𝑌𝑜𝑢'𝑙𝑙 𝑛𝑒𝑣𝑒𝑟 𝑘𝑛𝑜𝑤 𝑖𝑓 𝑦𝑜𝑢 𝑛𝑒𝑣𝑒𝑟 𝑡𝑟𝑦 𝑇𝑜 𝑓𝑜𝑟𝑔𝑒𝑡 𝑦𝑜𝑢𝑟 𝑝𝑎𝑠𝑡 𝑎𝑛𝑑 𝑠𝑖𝑚𝑝𝑙𝑦 𝑏𝑒...
1.5M 7.1K 10
Kocok terus sampe muncrat!!..