Sweet Revenge

By Lucifer404

247K 12.1K 411

Penculikan Haruno Sakura dirancang untuk memanfaatkan gadis itu, menggunakannya sebagai alat pembalasan terha... More

Prolog
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
12

11

9.9K 803 45
By Lucifer404

Knock knock—open the goddamn door.
.

.


Malam itu gelap dan berkabut. Langit tertutupi oleh awan sehingga menyamarkan terang rembulan. Hawa dingin datang bersama kabut, menambah kesan kelabu yang mencekam.

Vila Haruno berada di puncak, cukup terasing dari bangunan lainnya. Penjagaan daerah itu cukup ketat. Beberapa pengawal berseragam tampak mondar-mandir di luar bangunan, membawa anjing jenis Rottweiler, memeriksa daerah itu bergantian sekitar setengah jam sekali. Penjaga di gerbang masuk juga tidak kunjung tidur, tetap berjaga-jaga dengan senapan di tangan, mengawasi sekeliling.

"Sayap barat kosong," salah satu pengawal melapor pada rekannya. Dia baru saja menyelesaikan giliran miliknya. Setelah mendengar perintah untuk kembali, dia menyalakan kembali senternya, mengambil langkah kembali ke markas.

Tidak lama ketika pria besar itu meninggalkan lokasi, sekelebat bayangan tampak melompati tembok dari luar area, kini memasuki wilayah vila Haruno dengan gerakan ringan. Bayangan itu bergerak dengan sangat hati-hati, tanpa ada suara berarti selain gemersik pelan semak belukar. Mereka mengendap, merapat pada dinding vila, bergerak dengan waspada meniti pijakan.

"Aku sudah memasuki kamera," Uzumaki Naruto meyakinkan gelombang rekannya yang memasuki area Barat. Dia mengamati layar di depannya, cukup puas dengan kemampuannya meretas sistem keamanan Haruno dalam waktu singkat. Dia menonaktifkan kamera pengawas Haruno dan menempelkan cuplikan rekaman tiga menit sebelum rombongan bergerak masuk. Kamera pengawas tidak menjadi kendala saat ini. "ingat, balkon paling dekat taman adalah pintu masuk. Pengalihan akan menyala lima menit dari sekarang."

Lima orang yang menyusup itu tidak mengatakan apapun. Mereka berjalan mengendap-endap. Tidak perlu waktu lama bagi mereka menemukan balkon yang disebutkan Naruto. Balkon itu posisinya cukup rendah, mereka memanjat dinding dengan spider monkey—sarung tangan lengket, mempermudah upaya mereka bergerak naik.

"Geez, aku tidak menyangka ini bekerja," Suigetsu menatap kedua tangannya yang dibalut sarung tangan hitam ajaib itu. Dia berdecak, kagum.

"Tch, bergerak maju, idiot," Tenten menyenggol lelaki yang sedang berdiri kagum. Wanita itu mendekati pintu kaca besar berbingkai putih yang terkunci dari dalam. Di sana ada Ino yang berjongkok, membuat lubang berbentuk hati pada kaca.

"Kenapa harus hati?" Gaara tampaknya menyuarakan pertanyaan yang sama yang dipikirkan rekan-rekannya.

Ino mendelik, "aku mau meninggalkan jejak yang indah di rumah bagus ini," dia memasukkan sebelah tangan, dengan cepat memutar kunci dan membuka jendela besar itu. Ino lebih dulu masuk, disusul Gaara, Tenten, Suigetsu, dan Shuzumi.

"Mercuri in," Gaara melapor pada Naruto yang terhubung dengannya. Lima menit, mereka tepat waktu.

Ledakan berskala kecil beruntun terdengar dari area taman, seperti ledakan kembang api. Bola-bola kecil yang sebelumnya sudah dijatuhkan oleh Suigetsu satu per satu meledak, menimbulkan suara ricuh.

Naruto mengawasi kekacauan itu. Pengawal berhambur ke lokasi, wajah mereka tampak siaga, dengan senjata di tangan, mencari-cari keberadaan musuh di wilayahnya. Pengalih perhatian pertama berhasil.

Ketika penjagaan tampak terpecah, rombongan orang tidak dikenal berhasil menerobos masuk dari tembok Timur. Tim Uranium mengendap masuk, target mereka sekarang adalah ruangan Akasuna Sasori yang berada di lantai tiga.

Tidak perlu repot menggunakan pintu, rombongan itu menempel di dinding luar dan mulai memanjat menggunakan spider monkey. Rencana mereka seharusnya adalah memanjat hingga mencapai jendela ruangan Sasori, tetapi suara Naruto menghentikan niatan itu.

"Mereka menemukan kesalahan pada kamera pengawas dan ada perubahan pada kode pengaman."

Tim Mercuri yang sudah setengah jalan memutuskan untuk mengubah rencana. Sasuke merapat ke salah satu jendela yang tertutup. Dia memecahkan kaca dengan siku, menimbulkan suara pecahan yang nyaring, disusul dengan suara benturan pelan ketika dia melompat masuk ke kamar tidur yang kosong. Tidak ada gunanya menyerbu dengan diam saat ini, semua sudah tahu mereka menyusup.

"Kau, kau, dan kau," Sasuke menunjuk Kiba, Karin, dan Neji yang baru mendarat dengan kedua kaki, "bereskan lantai dua."

Karin menyipit, "jadi kau mau bersama Sakura saja?" dia berusaha tidak terdengar menggoda saat mereka kini berada di situasi serius, murni hanya bertanya.

"Gadis itu dan aku punya urusan yang sama."

Sakura tahu maksudnya. Dia tidak berkomentar banyak, tangannya sudah menggenggam pistol dengan kondisi siaga sembari menyusul langkah Sasuke. Mercuri terpecah menjadi dua. Karin dan yang lain membersihkan jalan sementara Sasuke dan Sakura akan melakukan reuni kecil dengan kakaknya. Dua orang itu bergerak keluar dari ruangan, mencari tangga yang menghubungkan dua lantai.

Derap langkah kaki semakin terdengar. Tugas tiga orang itu adalah menghalangi gangguan apapun pada Sasuke dan Sakura yang sedang mencari si bajingan merah.

Karin menunduk ketika peluru terlontar dari arah tangga dengan asal. Tampaknya para penjaga sudah mulai bergerak. Dia merapat pada pintu dan mendecih, peluru sialan itu hampir mengenai matanya padahal mereka baru melakukan misi.

Di sebelahnya ada Neji dan Kiba yang juga sedang merapat. Mereka masih menunggu waktu yang tepat. Ketika derap langkah itu mendekat, tiga orang bertopeng itu keluar dari balik pintu, menodongkan senjata api di depan wajah, berjalan menantang lautan peluru yang seketika mengarah kepada mereka.

Desing peluru terdengar bertubi. Ini tidak akan menjadi malam yang tenang.

-

Ino melepaskan lingkaran lengannya di leher salah seorang pengawal yang kini jatuh tersungkur setelah mendapat sengatan di leher. Badan tidak sadarkan diri bertambah, tapi yang datang juga semakin banyak.

Mercuri yang lain sedang mengurus pion-pion Sasori, menahan mereka semua agar tidak mencapai lantai tiga. Sesuai laporan, Sasuke dan Sakura sudah bergerak ke sana. Yang menjadi fokus mereka adalah melenyapkan personil PDO.

"Down!" Shuzumi berteriak ketika dia melempar tabung kecil. Mereka menunduk ketika benda itu meledak, bom cahaya menyilaukan para penjaga, mempermudah mereka melumpuhkannya satu per satu.

Namun ternyata anggota-anggota PDO bukan orang yang bisa diremehkan. Mereka masih saling baku hantam, mencoba saling menjatuhkan.

Tenten menghindari tinju lawan yang mengincar wajahnya. Gadis itu mundur beberapa langkah sebelum dengan gesit melakukan tendangan memutar, mengenai dengan telak wajah pria yang jauh lebih tinggi darinya, membuat pria itu terhuyung mundur.

"Oh tidak," Tenten berucap keras. Melihat sosok lain yang berdiri di undakan tangga dengan tatapan horror.

"Machine gun!" Dia menyerukan teriakan peringatan pada rekan yang lainnya. Wanita asing itu mengangkat machine gun di tangannya, kemudian tanpa berkata apapun menembakkan rentetan peluru dengan beringas.

Shuzumi melemparkan bersembunyi di salah satu kabinet. Gadis itu mencari-cari rekannya. Dia melihat Ino dan Suigetsu merunduk, selamat dari serangan peluru yang bertubi. Siapapun yang sedang mengangkat senjata mematikan itu benar-benar sudah kehilangan akalnya. Bahkan wanita itu tidak peduli ketika rekan PDO-nya menjadi sasaran tembak, terbaring dengan tubuh berlubang di lantai sementara mereka aman—

"Oh sialan!" suara desisan Tenten mengalihkan pandangannya. Shuzumi membulatkan mata melihat wanita China itu meringis kesakitan, menggengam sisi lengannya yang kini basah oleh darahnya sendiri.

Dia tertembak.

Ino yang sigap menghampiri posisi gadis itu, menyeretnya untuk bersembuyi di balik dinding. Tembakan peluru terhenti. Shuzumi berniat memastikan rekannya baik-baik saja, tetapi langkahnya terhenti ketika mendengar suara bariton Gaara dari tengah koridor.

"Letakkan senjatamu."

Dia menoleh, mendapati Gaara menodong wanita itu. Iris jade gelapnya menatap tajam pada sosok yang berada di temaram, masih menenteng machine gun di tangannya.

"Gaara, menyingkir!" Suigetsu berucap panik. Si merah itu sedang memasang nisannya sendiri.

"Ga-gaara?"

Sosok wanita itu akhirnya bicara. Melafalkan nama Gaara dengan meragu. Shuzumi tersentak, mengamati lekat wanita itu yang tidak kunjung beranjak dari tempatnya.

"Letakkan senjatamu." Gaara tidak merespon, dia masih berucap dengan tenang dengan pistol diacungkan, tetapi tidak kunjung menarik pelatuknya.

Ino yang sedang membantu Tenten membalut bahunya yang terluka tampak kesal. Dia mendongak, mendelik ke arah Gaara yang sedari tadi tidak melakukan apapun. "Apa yang kau tunggu, brengsek?! Tembak dia!" gadis itu berteriak frustasi, mereka tidak punya waktu untuk negosiasi baik-baik.

Satu peluru terlontar menyasar kepala si wanita, wanita itu cukup gesit untuk menghindar, dia bergerak cepat ke arah lain.

Tembakan itu bukan dari Gaara, tapi berasal dari Suigetsu yang menatap datar ke arah target yang berhasil menghindari.

"Jangan—" ucapan Gaara tercekat tidak sampai selesai. Seolah dia baru saja menyadari apa yang ia lakukan.

Shuzumi mengamati dalam diam, mendapati ekspresi Gaara yang sekilas bimbang dan kesakitan, tetapi dia terdiam, tidak lagi menghentikan Suigetsu yang menghujami wanita itu dengan peluru.

Suigetsu dengan cepat menarik kerah Gaara untuk bersembunyi di balik tembok ketika wanita itu kembali dengan machine gun yang terisi ulang, kembali melepas rentetan peluru ke arah mereka.

"Apa yang salah denganmu, sialan?!" Sui menekan pemuda itu di dinding, "kau terlalu mengulur waktu. Apa susahnya menembak?!"

"Lepas," Gaara menarik kasar dirinya yang dicengkram pemuda itu.

Rentetan tembakan itu berhenti tepat saat si wanita bergerak maju. Shuzumi mengeratkan genggamannya pada pistol, posisinya saat ini sejajar sosok itu. Dia target empuk dari tempatnya.

Wanita itu mengenakan tudung hitam menutupi kepala. Dia berdiri di area terbuka, tanpa perlindungan. Dia melepaskan senjata mesin itu hingga membentur lantai, menimbulkan bunyi keras. Shuzumi menajamkan pandangan saat tangannya bergerak merogoh saku, mengeluarkan benda hijau yang dia kenal baik.

Granat.

Jika dia meledakkannya sekarang, semua rencana mereka akan kacau balau.

Shuzumi meletakkan jarinya pada pelatuk, mengarahkan moncong pistolnya membidik kepala wanita itu. Sebelum dia menarik cincin granat, peluru terlebih dahulu menembus sisi kepalanya. Shuzumi menurunkan pistol, menoleh pada rekannya, mencari tahu siapa yang terlebih dahulu melepas peluru.

Ino berdiri di sana, masih memegang glock miliknya. Menatap datar pada mayat yang menyebabkan kekacauan itu.

"Begini beres," dia berdecak. Kemudian menunduk guna membantu Tenten berdiri. "Naruto, Tenten terluka cukup parah, aku harus membawanya keluar."

"Kalian harus keluar dari sana dengan cepat," suara Naruto terdengar tergesa, "peledak tersebar di seluruh penjuru vila. Aku sedang berusaha mengatur perhitungan mundur sebelum gedung itu hancur."

"Kita sudah selesai di sini? bagaimana Uranium?"

"Sasuke dan Sakura tidak bisa dihubungi. Tarik mereka keluar."

Suigetsu berdecak, berjalan mendekati Ino dan Tenten. Dia menabrak bahu Gaara saat mereka bersisihan.

"Tolong bawa dia keluar, aku harus menemukan Sasuke dan Sakura."

Ino menyerahkan Tenten yang tampak pucat ke tangan Suigetsu. Lelaki itu dengan sigap mengalungkan salah satu lengan Tenten ke lehernya. Mereka harus mundur.

"Gaara.." Shuzumi memicing ketika mendapati pergerakan Gaara yang melangkah ragu ke mayat wanita itu. Rasa penasaran membawanya mendekat. Di jarak yang cukup memperjelas pandangannya, dia mengerti.

Tatapan mata hancur dan wanita berambut cokelat yang terbaring tanpa nyawa. Shuzumi tersadar dia pernah melihat wanita itu sebelumnya walau dengan keadaan berbeda. Tersenyum manis di potret, bersama Gaara yang mengecupnya penuh cinta.

Malam ini berakhir. Cerita cinta yang diam-diam dia simpan sendiri, Shuzumi menyaksikannya, cerita itu benar-benar berakhir.

OoO

Continue Reading

You'll Also Like

37K 2.6K 10
Menyerah bukan berarti kalah. Tapi ada beberapa hal yang tidak untuk diraih. Ketika Sasuke berusaha mengambil cinta dan miliknya, ketika Itachi berus...
4.6K 63 5
5 tahap aja cuy untuk mahir dalam berbahasa
101K 4.9K 6
Sebelum keputusan Resign itu mampir seperti tamparan keras di siang hari, ia mendapati dirinya ketiban sial lebih jauh lagi. Malam panas-atau sepan...
317K 30.7K 22
Diseret paksa oleh teman satu asrama membuat Sakura harus menjadi gelandangan di salah satu klub malam. Mabuk, kehabisan uang, dan ditinggal sendiria...