Crazy Bunny Coaster ' VKOOK '...

By YOI-TE

241K 16.7K 3.6K

Jeon Jungkook baru saja menamatkan kuliah tahun ini. Jungkook sangat ingin mencoba sesuatu yang baru sebelum... More

Jika Ingin Maka Korbankan Lah! 'PROLOG'
Chapter 1: Iseng-Iseng Berhadiah
Chapter 2 : Awal Mula
Chapter 3 : Aku Mengutuk Segala Perasaan Cinta
WARNING (Permohonan Maaf) 。・゚・(ノД')・゚・。
Chapter 4 : Aku Berusaha Memahamimu, Bodoh!
Chapter 5 : Bukan Kegelapan yang akan Menyelimutiku
Maaf, Bukan Updatean Hanya Salam Sapa
Chapter 6 : Tumpah Tindih
Chapter 7 : Desa yang Hilang
Chapter 8 : Di Tengah Kabut Bersamamu
Chapter 9 : Langkah Ringan Masih Jauh
Chapter 11 : Untaian Benang yang Kusut
Chapter 12 : Seberapa Besar Rasa Sayangmu?
Warning!!!
Chapter 13 : Laut Indah dan Luas yang Menjadi Ibu Bagi Umat Manusia
Chapter 14 : 念 -Nenriki- [Tekad]
Chapter 15 : Bunga Sakura yang Berguguran [Part.1]
Chapter 16 : Bunga Sakura yang Berguguran [Part.2] END
Attention, please
New Publish
Advertisement

Chapter 10 : Cerita Cinta yang Sedih

9.8K 735 238
By YOI-TE

Crazy Bunny Coaster

( Travel Light )

Chapter 10 : Cerita Cinta yang Sedih

Cast :

Kim Taehyung

Jeon Jungkook

Min Yoongi

Park Jimin

Kim Namjoon

Kim Seokjin

Jung Hoseok

Lee Chan

(VK, YM, NJ, HC)

|||

Jungkook melihat ke sekelilingnya. Kata-kata Taehyung masih sangat jelas di benaknya. Ia mengeratkan pelukan pada lengan Taehyung. Masih terlalu pagi untuk merasa takut. Masih terlalu pagi untuk merasa ngeri. Jungkook mengingat kembali suasana mencekam. Terkurung di mansion akibat longsor. Sinyal hilang begitu saja. Tanpa komunikasi dan mayat yang terbujur kaku di depan halaman keluarga ini. Taehyung masih saja diam sedari tadi. Jungkook bisa tahu bahwa namja chingu sedang berpikir keras, tapi ada yang aneh. Suhu tubuh Taehyung sedikit menghangat dari pada biasanya. Jungkook mengerutkan keningnya. Apa Taehyung masih demam?, batin Jungkook kalut, sedikit meremas lengan Taehyung yang di peluknya erat.

Mereka memasuki mansion dengan tenang. Mansion sebesar ini, sedikit orang dan terlalu sepi. Apalah mansion tetaplah mansion. Taehyung menghentikan langkahnya membuat Jungkook tersentak kaget. Ia melirik ke arah samping, lorong menuju kamar keluarga Kwon. Jangan bilang Taehyung akan mengajakku ke sana?, tanya Jungkook dalam hati. Demi saus tartar!!! Kenapa aku harus takut. Jika tersangka itu menyerang akan ku bunuh dalam sekali pukul. Taehyung berjalan ke arah lorong itu dengan sedikit menarik Jungkook agar ikut berjalan. Taehyung menghela nafas di tengah lorong.

"Kookie" Panggil Taehyung lembut dan ada nada sedikit frustasi bercampur. "Kita bukan sedang menjelajahi rumah hantu.... " Jungkook menatap Taehyung bingung, masih memeluk lengan Taehyung semakin erat. " .... atau mansion hantu"

"Ta-tapi, tapi tadi kata Hyungie jangan beranjak darimu" Ucap Jungkook mencari-cari alasan yang tepat. Sungguh sulit bagi Jungkook untuk mendeskripsikan keparnoan dirinya. Terkurung bersama Taehyung di mansion yang ada seorang atau lebih tersangka bersembunyi di salah satu dari mereka. Tanpa sinyal atau pun bantuan komunikasi dari anggota Bangtan yang lain. Di tambah jalur akses ke mansion yang di tutup. Juga −Jungkook bisa merasakan hawa panas tubuh Taehyung akibat demamnya yang kembali naik− Taehyung yang sedang sakit, tidak dalam kondisi fit. Oh, terkutuklah Namjoon. Ini bukan saat mengutuk Namjoon, seharusnya Jungkook tidak mengabaikan Taehyung selama seminggu ini. Anak ini sedang sakit, apa yang harus aku lakukan, Appa?, tanya Jungkook dalam hati sekali lagi. Ia cemas bukan karena apa-apa. Tapi, ia takut Taehyung kenapa-napa.

Taehyung sudah sedari tadi menatap Jungkook. Ia bisa melihat ekspresi Jungkook yang berubah dari cemas, kalut, khawatir dan bingung. Taehyung menghela nafas sekali lagi. Tapi, Jungkook masih saja melamun. Taehyung tersenyum lembut. "Tidak ada yang perlu di cemaskan, Jungkookie. Aku baik-baik saja"

"Siapa yang bilang?!" Tanya Jungkook secepat kilat. Ia tampak kesal bercampur cemas yang sangat kentara.

Taehyung tersenyum tipis. "Aku" Ucap Taehyung tersenyum lembut sambil mengelus surai Jungkook sayang. "Aku yang bilang" Sekarang Jungkook yang bergantian untuk menghela nafas. "Aku ingin memeriksa kamar Bibi, mungkin Paman ada di sana"

"Astaga, Paman!!!!" Pekik Jungkook kesal terhadap dirinya. "Tapi, Tae..."

"Hmm" Balas Taehyung berjalan sambil menarik Jungkook agar ikut berjalan di sampingnya.

"Ini sedikit membuatku khawatir" Balas Jungkook menarik lengan Taehyung. Ia menatap Taehyung tepat di mata. Penuh keseriusan. "Ada yang mengganggu sedari tadi"

"Apa?" Tanya Taehyung singkat ikut menatap Jungkook lekat.

"Aku punya firasat sepertinya Paman..... " Jawab Jungkook menjeda dan Taehyung dengan sangat sabar menunggu Jungkook untuk angkat bicara. " .... aku merasa Paman di " Jungkook berbisik pada Taehyung. "Ada yang mengikuti kita, Tae. Dia selalu mengawasi kita dari arah sampingku"

Taehyung tersenyum misterius. Ia bisa melihat sepasang mata ke arah mereka berdua mengamati dari arah samping Jungkook. "Baiklah, aku akan memanggil Jin Woo kalau begitu." Taehyung menarik Jungkook berjalan ke arah sebaliknya, tempat maid biasa berada. Mereka memasuki lorong ke arah belakang mansion. Taehyung masih berjalan biasa, tapi sekarang giliran Jungkook yang menarik lengan Taehyung agar cepat berjalan.

"Kau di sini?" Tanya Ki Bum menatap Taehyung dan Jungkook datar. Ia memegang gelas berisi wine.

"Jangan mabuk dulu, Hyung. Ada kasus" Balas Taehyung acuh.

"Apa peduliku, toh aku sudah keluar"

"Apa Hyung melihat Jin Woo?"

"Mmm, tidak"

"Baiklah"

Taehyung kembali melangkah. Ia benar capek dan pusing harus mencari anak itu dan sekonyong-konyong Taehyung. Ia membuka mulut untuk berteriak keras. "JIN WOO!!!! DIMANA KAU?! KITA HARUS MENYELESAIKAN KASUS!!!!"

Jungkook horor seketika hingga lupa menutup telinga.

"OOOOIIII!!! JIN WOO DIMANA KAU?"

"YAAAKH!!!! Hyung kau pikir ini di hutan huh?" Tanya Jungkook kesal menepuk lengan Taehyung gemas. Mereka berdua melihat Jin berlari dari arah taman belakang. Seperti di kejar-kejar setan.

"Hosh.... hosh....hosh.... Siap Hyung-nim!!!" Ucap Jin Woo dari arah depan. "Ada apa Hyung-nim mencariku?"

"Kau dari mana saja?" Tanya Taehyung jengah. "Kita harus memeriksa kamar korban."

"Siap, Hyung-nim!!!!" Balas Jin Woo memberi hormat.

"Aku bukan kapten"

"Baik, Hyung-nim!!!!"

"Aaah, sudahlah"

Jungkook hanya bisa tertawa melihat Taehyung yang memerintahi Jin Woo. Mereka bertiga berjalan ke kamar korban.

"Jin Woo" Panggil Taehyung terkesan sedikit dingin. "Kau ada di mana tadi malam?"

"Di kamar, Hyung-nim" Jawab Jin Woo sedikit keras. Seperti pasukan yang di tanyai oleh Jendral.

"Kau tidak melihat si Ki Bum itu pulang?" Tanya Taehyung melihat Jin Woo dengan pandangan menyelidik.

"Tidak, Hyung-nim. Saya sudah tidur saat itu" Jawab Jin Woo mengernyitkan kelopak mata kembali tenang.

Jungkook memperhatikan anak baru ini sejak tadi. Entah kenapa.

"Baekhyun Hyung, kapan kemari?" Tanya Taehyung mencoba berjalan lebih cepat.

"Mungkin sekarang atau besok Hyung-nim" Jawab Jin Woo mencoba mensejajarkan langkahnya dengan Taehyung dan Jungkook.

Apa maksudnya, Tae, batin Jungkook was-was. Ia bisa melihat senyum Taehyung tipis.

Di Kamar Kwon Woo Shin dan Kwon Hyun Soo (Korban dan Paman yang Hilang)

Mereka bertiga tiba di depan kamar suami istri Kwon. Taehyung mengetuk pintu kamar. Tapi, tidak ada balasan sedikit pun. Jungkook masih mengeratkan pelukan pada lengan Taehyung. Ia sedikit tidak nyaman berada di samping Jin Woo. Jungkook yang tak sabar mendorong sedikit pintu kamar yang terbuka begitu saja. Jin Woo melangkah pertama. Ia tidak ingin ada kejadian yang menimpa Taehyung dan Jungkook. Jin Woo melihat keadaan kamar yang gelap. Taehyung menghidupkan lampu kamar. Jungkook melepaskan pelukannya dari lengan Taehyung. Ia mulai memperhatikan kamar si korban. Mencari-cari barang yang bisa di jadikan bukti. Taehyung melirik ke arah gorden jendela yang belum di buka dengan benar. Taehyung menutup matanya mulai membayangkan apa yang terjadi semalam.

Woo Shin dan Hyun Soo tidur bersama. Saat di tengah malam Woo Shin, wanita berambut sebahu lurus dan gelap terurai yang berumur 42 tahun itu membuka lemari mengambil pakaian untuk keluar dengan mantel (coat). Tinggi badan sekitar 169 cm dengan berat kira-kira 50 kg kurang lebih dengan make up malam yang menggoda. Berlebihan untuk usianya, seperti akan pergi kencan. Sebab peralatan make up yang Taehyung lihat sedikit bergeser dari tempat biasanya. Seperti peralatan smooking eyes yang tidak tersusun dengan rapi. Karena ada sisi yang tidak berdebu terekspos. Juga lipstik merah menyala yang terbaring begitu saja menandakan si pemilik terburu-buru keluar. Tentu ia tidak ingin diketahui oleh suaminya. Ia pergi begitu saja. Padahal kamar ini selalu di rapikan Maid. Tapi, hari ini Bibi Ahn membiarkan kamar. Karena tahu kamar ini tidak boleh di bersihkan. Jika tetap di bersihkan, polisi akan menanyai pertanyaan aneh kepadanya. Maka Bibi Ahn membiarkannya saja.

Taehyung melihat ke arah kasur king size berwarna putih dengan selimut cokelat susu. Ia tidak melihat kekusutan sedikit pun pada bed cover berwarna putih itu. Berarti suaminya tahu bahwa istrinya akan pergi. Taehyung membuka lemari pakaian yang berwarna selaras dengan suasana tempat tidur. Tidak di temukan tanda-tanda baju yang di ambil dari lemari pakaian si suami. Berarti suaminya masih menggunakan piyama saat keluar mengecek istrinya. Tapi, ke mana keberadaan si suami. Taehyung melihat meja di dekat kasur yang di hiasi lampu tidur. Ia bisa melihat ponsel si suami masih ada di sana. Tak ada pesan aneh atau panggilan dari nomor yang tidak di kenal. Sepertinya ponsel ini ikutan diam saat majikan pergi meninggalkannya.

Kenapa dia tidak menggunakan ponsel?, tanya Taehyung mengambil ponsel Hyun Soo dengan sarung tangan yang di pakai sejak tadi. Brengsek! Untuk apa membawa barang pintar ini. Jika tidak ada sinyal, ini sama saja tak ada gunanya. Apalagi Paman itu sudah berumur setengah abad. Pasti ia tidak akan kecanduan dengan ponsel pintar. Tidak seperti anak muda zaman sekarang. Lalu apa yang akan di bawa oleh orang tua ini keluar? Berarti selama semalam ini mereka berdua tidak ada di kamar. Lalu dimana Paman itu? Apa dia yang membunuh istrinya? Tapi rasaku bukan dia.

Jungkook memperhatikan segala gerak-gerik Taehyung. Ia bisa melihat keringat yang mengalir di pelipis Taehyung dan bibir bawah Taehyung yang mulai pucat. Ia mencemaskan kesehatan Taehyung. Lagian jumlah orang di rumah ini tidak cukup mengusir pelaku yang entah ada berapa. Jarak jauh pintu gerbang dan mansion, di tambah Tukang kebun yang tidak bisa di jadikan perantara antara orang yang berada di rumah dan di gerbang utama. Di tambah sinyal yang hilang dengan misterius. Ada empat wanita yang ada di dalam mansion beserta pelayan. Ada empat lelaki di dalam mansion juga belum termasuk dengan Paman yang hilang entah ke mana tapi jika Taehyung sakit jumlah akan berkurang drastis. Kenapa karena Jungkook punya firasat di antara Ki Bum dan Jin Woo ada yang berbohong. Jika Taehyung tumbang. Apa yang akan di lakukannya? Jungkook tidak mungkin meninggalkan Taehyung. Sebab ia tidak tahu jumlah pelaku yang sebenarnya dan siapa teman sebenarnya.

"Sepertinya tidak ada yang aneh Hyung-nim" Ucap Jin Woo membuat Taehyung dan Jungkook melihat ke arahnya serentak. "A-aku berkata benarkan Hyung-nim"

Taehyung melirik ke arah cela gorden jendela yang sedikit terbuka. Ia bisa melihat gadis yang di kenalinya sedang memperhatikan gerak-gerik salah satu dari mereka. Taehyung tersenyum pongah. Bagaimana pun pembunuh yang di kuasai rasa iri dan dengki tidak ada bagusnya dalam berkarya. Terlalu mudah di tebak, terlalu menampakkan gerak-geriknya. Sebab hanya psikopat yang memikirkan semua dengan rapi. Tanpa menentukan korban dengan alasan logis. Taehyung sangat ingin tertawa. Pelaku ini terlalu menampakkan semua beserta malaikatnya.

"Sepertinya memang tidak ada yang mencurigakan" Kata Taehyung mencoba menahan senyumannya membuat Jungkook bergidik ngeri.

"Apa kataku Hyung-nim tidak ada yang aneh. Aku rasa...." Ucap Jin Woo lagi tersenyum konyol. " .... mungkin saja Paman yang membunuh Bibi kan, Hyung-nim?"

Jungkook semakin mendekatkan jaraknya dengan Taehyung. Taehyung hanya menatapnya penuh selidik dengan mata setajam elang.

"Kalau tidak kenapa dia seperti menghilang begitu saja?" Tanya Jin Woo dengan wajah penasaran.

"Benar juga, tapi kenapa harus membunuh istrinya?" Tanya Jungkook balik bingung. "Memangnya Bibi punya salah apa?"

"Hehehe, iya-ya. Dia kenapa ya?" Balas Jin Woo canggung.

"Tebakanmu bisa benar, jika Bibi itu benar membuat kesalahan sehingga Paman jadi membunuhnya" Timpal Taehyung santai.

"Tapi, kesalahan apa?" Tanya Jungkook mengerutkan kening.

"Ingat sperma busuk yang tertinggal di mayat itu. Aku tidak yakin Bibi itu masih menggunakan dalamannya dengan baik dan tidak hanya lebam yang ada di sana. Aku melihat bekas kiss mark di bagian bawah bahu kanannya." Jawab Taehyung tenang sambil menunjuk bagian bawah bahunya sendiri.

"Berarti Bibi selingkuh?" Tanya Jungkook horor seketika. "Dengan siapa Hyung? Tapi, bisa saja itu ulah suaminya kan?"

"Itulah masalahnya, makanya kita harus menemukan Paman itu." Jawab Taehyung sekali lagi. "Agar kebenaran terungkap"

Jungkook bisa melihat senyum nakal Taehyung. Rasa kepercayaan diri Taehyung sangat terasa kuat. Apa Taehyungie sudah tahu kebenaran dari semua ini? Berarti tak ada yang harus aku takuti.

"Jika tidak ada hal yang mencurigakan, aku ingin kembali ke kamar bersama Jungkook. Suruh Bibi Ahn membawakan kami sarapan" Kata Taehyung melihat ke Jin Woo sebentar.

"Baik Hyung-nim" Balas Jin Woo ceria.

"Pagi-pagi aku sudah di suguhkan daging manusia dengan cairan madu busuk. Semoga aku berselera untuk makan" Ucap Taehyung melantur membuat Jungkook merinding perutnya ikutan teraduk-aduk mual.

"Aku berjanji akan meminta Bibi Ahn membuat makanan kesukaanmu Hyung-nim" Balas Jin Woo membuka pintu kamar Bibi dan Paman Kwon.

Taehyung dan Jungkook permisi ke kamar dan Jin Woo berlari ke arah dapur. Ia bisa melihat gadis itu mengikuti Jin Woo dari jauh. Taehyung tersenyum misterius. Ia sungguh tidak bisa menahan tawanya. Taehyung menarik Junngkook agar cepat berjalan menuju kamar mereka.

Jungkook menatap Taehyung cemas. Apa Taehyung merasa pusing atau berkunang-kunang?, batin Jungkook mencemaskan Taehyung. Ia membukakan pintu kamar mereka dengan cepat agar Taehyung bisa masuk kamar. Kemudian menutup pintu kembali. Taehyung berjalan ke arah kasur. Tapi, semua itu tidak sesuai dengan bayangan Jungkook. Taehyung malah tertawa terbahak-bahak duduk di tepian kasur memegangi perutnya. Ia tersenyum sinis melihat dirinya di cermin.

"Dasar brengsek! Bajingan kecil!" Ucap Taehyung tersenyum sinis. "Kau membuat kami ketakutan karena terkurung jangan mengada-ada bocah. Kau akan aku lahap sekali lumat"

Taehyung menjilat bibir atas dengan gerakan sangat menggoda. Jungkook bisa melihat sisi lain yang mengerikan dari Taehyung. Tapi malah membuat Jungkook terpesona dengan sisi mengerikan yang bercampur seksi menjadi satu. Jungkook terangsang di buatnya. Ia sangat yakin bahwa dirinya benar-benar terjerat habis oleh pesona Taehyung yang mengejutkan. Dengan sangat kuat Jungkook menahan diri agar tidak membuat dirinya duduk di pangkuan Taehyung. Jungkook bergerak gelisah.

"Ada apa Cantik?" Tanya Taehyung tersenyum nakal.

Jungkook duduk di pangkuan Taehyung, membuka kedua belah pahanya. Menatap Taehyung dengan bola mata besar yang lucu. Satu tangan melingkari leher dan yang lain mengelus rahang tajam Taehyung. "Please, dont tease me Tae"

"Kau tergoda cantik?" Tanya Taehyung tersenyum menawan bercampur pandangan mata yang melekat ke arah Jungkook.

"Menurutmu Tampan?" Tanya Jungkook balik bertanya.

"Kau suka dengan sisiku yang seperti ini" Tanya Taehyung sambil membalikkan posisi. Ia membuat Jungkook berbaring di bawah jangkauannya. Ia mengemut rahang Jungkook hingga telinga Jungkook. Menciumi Jungkook dalam. Menjilat bibir atas dan bawah Jungkook. Menyelinap di balik celah bibir Jungkook yang memukau lembut dan manis. Merasakan surga dunia yang bermekaran. Jungkook menyeimbangi ciuman panas yang di suguhkan Taehyung. Ia meremas rambut Taehyung yang halus dan lembut. Taehyung mengabsen langit-langit beserta gigi kelinci. Mengajak pasangan untuk berdansa bersama lidah penggodanya. Jungkook terus meladeni Taehyung hingga nafas tinggal separuh. Ia mendorong bahu Taehyung, walaupun enggan. Taehyung memutuskan ciuman dengan berat hati. Jungkook melenguh tak suka. Taehyung melumat bibir Jungkook sekali lagi. "Jika aku tidak demam, aku akan memakanmu kelinci cantik."

Jungkook hanya membalas dengan nafas yang tersengal beserta mata sayu penuh godaan.

"Hehehe, aku lupa harus menikahimu dulu Chagi" Balas Taehyung sendiri memeluk Jungkook sambil menggigit leher Jungkook hingga berbekas. "Milikku"

"I'm yourshhhh" Lenguh Jungkook. Ia membusurkan tubuhnya dengan kepala menekan kuat kasur yang jadi saksi bisu.

Tok Tok Tok

"Sarapan datang, cantik" Ucap Taehyung kembali mengecup bekas gigitan di leher Jungkook. "Tunggu di sini. "

Jungkook mengangguk kepayahan. Aku benar-benar gila, karena Taehyungie.

Taehyung membuka pintu begitu saja. Jin Woo bisa melihat rambut Taehyung yang acak-acakan akibat pelampiasan Jungkook.

"Semoga harimu menyenangkan Hyung-nim" Ucap Jin Woo membawakan nampan berisi sarapan.

"Kenapa harus kau yang mengantarkannya?" Tanya Taehyung melihat Jin woo sebentar. "Aku jadi segan. Kau kan hanya adik kelas saat pelatihan detektif. Jangan bertingkah seperti pelayan begini"

"Supaya aku bisa mengawasi agar Hyung tidak di racuni." Jawab Jin Woo ceria.

"Sungguh?" Tanya Taehyung menatap tajam. Jin Woo mengangguk cepat. "Gomawo. Kau juga jangan lupa makan ya"

"Baik, Hyung-nim" Balas Jin Woo pergi. Lalu, Taehyung menutup dan mengunci pintu. Ia bisa melihat Jungkook meminum air sambil merapikan beberapa kancing atas yang tanpa sadar terlepas oleh Taehyung. Jungkook tersenyum lucu.

"Ayo makan Hyung" Ucap Jungkook tersenyum senang.

Taehyung hanya pusing karena tingkah Jungkook yang aneh. "Ayo makan"

* * *

Saat siang menjelang, Taehyung dan Jungkook meminta bantuan Bibi Ahn kepala pelayan agar ikut membantu mencari Paman Hyun Soo. Taehyung menanyai gudang kepada Bibi Ahn. Bibi Ahn menunjukkan jalan ke arah gudang yang berada di luar mansion. Gudang itu berdiri terpisah dari mansion, juga paviliun tempat para pelayan beristirahat. Juga berada di perbatasan kawasan mansion. Taehyung bisa melihat pagar pembatas berjarak sekitar 1 meter dari dinding bangunan gudang bagian paling belakang. Ada dua pohon besar yang mengapit gudang ini.

Bibi Ahn membuka kunci gembok gudang. Ia masuk terlebih dahulu di ikuti oleh Taehyung dan Jungkook. Awalnya hanya terlihat seperti gudang biasa saja. Tapi, ada bayangan hitam yang mencekam. Bibi Ahn berteriak memekikkan terduduk di lantai berdebu. Jungkook mundur beberapa langkah reflek. Taehyung tersenyum kesal dan geram. Ia melangkah mendekati mayat yang tergantung seperti bunuh diri di antara tiang-tiang loteng gudang dan di bawahnya terletak kursi jatuh menyamping. Taehyung menatap wajah Paman Hyun Soo yang tenang. Taehyung berpikir lagi. Kenapa wajahnya tenang? Apa benar bunuh diri? Tunggu dulu, ada hal yang aku lewati, batin Taehyung berlari keluar gudang. Jungkook menarik Bibi Ahn agar mengikuti Taehyung.

"Bagaimana ini Tuan?" Tanya Bibi Ahn mencoba menenangkan diri.

"Ini memusingkan" Balas Taehyung melantur lagi. "Aku bisa menebak jalannya tapi tidak ada bukti."

"Kalau Paman benar di bunuh, berarti si pelaku bisa memanipulasi pembunuhan menjadi bunuh diri." Timpal Jungkook takut. "Kalau kita tidak punya bukti, ini bisa terlihat seperti Paman yang membunuh Bibi. Lalu, karena merasa bersalah Paman ikutan bunuh diri."

"Kita harus menemukan sesuatu" Balas Taehyung melihat ke arah semak-semak yang sedikit merunduk. Taehyung berjalan mendekati semak. Ia bisa melihat jejak lurus mengarah ke Bibi Woo Shin pertama kali di temukan. Taehyung berlari mengikuti jejak itu. Jungkook dan Bibi Ahn ikut mengejar Taehyung tanpa menginjak jejak yang di ikuti Taehyung. Mereka sampai ke semak dekat Bibi Woo Shin.

Bibi Ahn terduduk lagi di semak. "Nyonya......"

"Jungkook merekamnya kan?" Tanya Taehyung menatap Jungkook tegas. Jungkook menganggukkan kepala cepat. "Kita harus menyelesaikan ini sebelum gelap. Kalau tidak semua akan berakhir"

"Apa pelaku akan membunuh lagi?" Tanya Bibi Ahn horor.

"Mungkin, dying message Kook?" Jawab Taehyung balik bertanya pada Jungkook.

"Sebelas lagi Hyung" Balas Jungkook memberikan potongan kertas yang di print angka 11 dengan warna semerah darah. "Tapi, kenapa metodenya berganti Hyung?"

"Berganti?" Tanya Bibi Ahn terheran.

"Ini menandakan awalan baru" Ucap Taehyung menatap langit yang tiba-tiba mendung. "Jika hari hujan, tanah longsor akan semakin susah untuk di perbaiki."

"Tapi, apakah ada yang tahu Tuan masalah tanah longsor itu?" Tanya Bibi Ahn penasaran. "Mansion ini sangat terpencil karena mendiang Tuan Jin Hae suka suasana tenang. Hanya kita saja yang bermukim di sini Tuan"

"Mampuslah, kita" Ejek Jungkook kesal.

"Bibi kita harus mengunci gudang" Ucap Taehyung berlari ke arah gudang.

"Baik Tuan"

Mereka berlari ke depan gudang dan memeriksa mayat Paman Hyun masih di sana. Taehyung dan Jungkook keluar dari gudang. Bibi Ahn langsung dengan cekatan mengunci gudang. Taehyung meminta kunci gudang. Bibi Ahn memberikan dengan berat hati. Taehyung memberikan Stand Gun tiga buah untuk Bibi Ahn.

"Anda tidak mencurigai saya Tuan?" Tanya Bibi Ahn bingung.

"Tidak Bibi" Jawab Taehyung singkat.

Bibi Ahn terlihat ingin mengatakan sesuatu. "Kami akan membantu Anda Tuan Muda"

Taehyung mengerutkan alis mata bingung.

"Mana mungkin saya melupakan Anda Tuan muda. Saya masih ingat Anda adalah adiknya Tuan Seokjin sahabat Tuan muda Baekhyun" Ucap Bibi Ahn tersenyum tenang seperti seorang Ibu. Taehyung sedikit bingung berekspresi. "Tuan muda Jungkook harus tahu, kalau Tuan muda Taehyung ini sangat dingin, misterius dan auranya kelam selalu. Tidak seperti anak biasanya. Tapi, saya senang Tuan Muda Taehyung sudah berubah, walaupun masih dingin. Aku bisa melihat Tuan muda Taehyung senang bersama Anda Tuan muda Jungkook. Mungkin ini terkesan tidak sopan. Tapi, saya senang Anda sudah semakin baikan Tuan Muda Taehyung. Sebab Tuan Seokjin sering mencemaskan Anda"

Taehyung hanya tersenyum maklum. Jungkook ikut tersenyum senang. "Bibi tahu cara menggunakannya kan?" Tanya Taehyung sedikit canggung.

"Tekan ini saja kan, Tuan muda" Jawab Bibi Ahn mencoba. Taehyung menganggukkan kepala. "Kalau begitu saya permisi dulu Tuan-tuan"

Bibi Ahn meninggalkan Taehyung dan Jungkook. Taehyung masih berpikir keras. Ia menarik tangan Jungkook menuju parkiran tempat mobil mereka. Taehyung membuka pintu mobil. Ia menarik Jungkook masuk di pintu samping. Kemudian mengunci kembali mobil. Taehyung mengambil I-Pad dari balik blazer abu-abu. Ia menyusun foto dying message dalam kolase. Lalu menunjukkan kepada Jungkook.

Jungkook bisa melihat angka 11 dari korban pertama, 9 dari korban kedua, 13 dari korban ketiga. Ia bingung melihat angka tersebut. Setahu Jungkook angka 11 dan 9 adalah tanggal kelahiran si korban sesuai penyelidikan yang di berikan Baekhyun Hyung. Tapi angka 13 pada korban ketiga. Jungkook tidak tahu tanggal kelahiran Bibi Woo Shin. "Hyung aku tidak mengerti" Ucap Jungkook bingung. Taehyung tersenyum menawan. "Tadi aku sangat suka senyumanmu Hyung. Tapi, sekarang aku merasa diejek olehmu Tae"

Taehyung tertawa renyah. "Ini angka pesan kematian. Ada banyak cara memainkan angka ini seperti soal riddle sering muncul di online."

"Tunggu ini angka dalam soal riddle?" Tanya Jungkook merungut. Ia tertipu.

"Tapi bagi orang Korea soal ini memang tidak akan terpikirkan atau susah berpikir ke arah sana" Balas Taehyung mengambil kertas dari balik dash board.

"Kenapa Hyung?" Tanya Jungkook semakin penasaran.

"Kita jarang sekali menggunakan alfabet, malah kita tidak menyangka tulisan romaji dari Hangeul sangat merepotkan. Padahal kita mengucapkan biasa saja. Hanya saja orang luar akan sedikit kebingungan saat berbicara bahasa kita dari pada menulis. Karena tulisan kita lebih mudah di banding kanji dan aksara cina." Jawab Taehyung memulai analisisnya. Jungkook mengangguk menatap Taehyung antusias. "Tapi, bagi anak muda Korea yang sering berselancar di dunia maya. Ini sangat mudah. Angka 11 adalah menunjukkan huruf K. 9 adalah I dan 13 adalah M. Kenapa karena angka ini menunjukkan urutan huruf alfabet."

"Astaga jadi ini menunjuk kepada marga KIM atau inisial K.I.M?" Tanya Jungkook kaget dan merasa tolol.

"Kita urutkan semua nama yang ada saat kita sampai?" Tanya Taehyung mengajak Jungkook ikut berpikir. "Bibi Kwon Woo Shin?"

"K.W.S" Jawab Jungkook tersenyum cerah.

"Paman Kwon Hyun Soo?"

"K.H.S"

"Kim Ki Bum?"

"K.K.B"

"Kim Jin Woo?"

"K.J.W"

"Yoo Seung Yeon?"

"Y.S.Y"

"Bibi Yoon Cho Ahn?"

"Y.C.A"

"Buang semua nama keluarga pelayan karena mereka bermarga Yoon yang tak ada hubungannya." Kata Taehyung santai.

"Soal Pak tukang kebun?" Tanya Jungkook tersadar.

"Sebenarnya paman itu keluarga angkat dari kakeknya Hoseok Hyung. Aku kenal dengannya. Malahan ia bisa bekerja di sini, karena rekomendasi ayahnya Hoseok Hyung. Sebab Mansion Jung juga sepi sejak kakek dan nenek meninggal dunia. Makanya Paman itu bekerja di sini, makanya marganya Jung tak ada hubungan." Jawab Taehyung tenang. Ia menatap Jungkook tersenyum.

"Lalu, tidak ada menunjuk ke inisial K.I.M, Hyung" Rajut Jungkook pusing dan capek dengan suasana mencekam.

"Itu bukan inisial, si pemberi dying message juga takut ketahuan oleh si pelaku." Ucap Taehyung melirik posko satpam yang berada di arah belakang mobil.

"Berarti itu marga bukan inisial?" Tanya Jungkook menatap Taehyung lekat.

"Tepat sekali" Balas Taehyung cepat.

"Berarti antara Kim Ki Bum atau Kim Jin Woo ya?" Tanya Jungkook memastikan.

"Menurutmu siapa yang berpotensi untuk membunuh?" Tanya Taehyung menatap balik Jungkook lekat. Jungkook sedikit menunduk berpikir.

"Secara motif, mungkin Kim Ki Bum lebih berpotensi dari pada Kim Jin Woo yang orang luar. Ki Bum bisa saja memiliki semua warisan untuknya, makanya dia melakukan ini. Tapi, apa dia orang yang seperti itu?" Jawab Jungkook meragu. Taehyung masih menunggu lanjutan kata-kata Jungkook. "Aku lihat dia lebih cuek dan acuh. Bahkan seperti tidak peduli dengan apa yang terjadi. Ia juga tidak merasa terintimidasi dengan pandangan menyelidikmu, Hyungie. Juga tidak memperhatikan gerak-gerikmu dengan ekspresi kalut yang bercampur. Juga tidak berusaha menjauhkanmu dari kebenaran. Juga tidak mengalihkan analisismu. Malah aku merasa semua tindakan itu berasal dari Jin Woo"

"Kau benar-benar golden Jungkookie" Puji Taehyung mengacak rambut Jungkook. "Tapi kita butuh bukti bukan?" Jungkook menganggukkan kepala cepat. "Kalau hanya mengikuti saranmu kita akan di bilang pendongeng. Jika kita tidak menemukan bukti. Kita harus menangkap hell angel miliknya." Jungkook menatap Taehyung kaget. "Si pemberi pesan ini. Aku jelaskan ya. Si pelaku membunuh korban begitu saja. Malah mereka dibuat pingsan. Kenapa? Karena tidak ada tanda perlawanan pada korban. Lalu, kenapa dying message ini datang begitu saja dengan gemulainya?"

"Benar juga" Balas Jungkook termenung.

"Korban pertama mati di cekik dan ada plastik di kepalanya. Memang bisa menulis dari mengambil darah di bagian belakang kepalanya. Tapi, ia tidak melihat wajah si pelaku." Ucap Taehyung antusias.

"Dengan perasaan takut pasti, ia sangat kebingungan mencari suara atau gerakan si pelaku. Di tambah lagi pelaku tidak bersuara dan hanya memutarkan lagu gloomy Sunday yang akan semakin menambah korban ketakutan" Timpal Jungkook mengerti. "Benar Hyung bagaimana cara menulis pesan kematian? Kalau dia di pukul dari belakang dulu, baru di habisi seperti tadi. Berarti si korban tidak sempat melihat pelaku di awal pertemuan mereka."

"Korban kedua kaki dan tangannya di ikat. Bagaimana cara pesan itu muncul?" Tanya Taehyung membuat Jungkook menggelengkan kepala.

"Terlalu aneh, berarti ada yang mengetahui identitas si pelaku Hyung. Tapi siapa?" Tanya Jungkook kaget dan penasaran.

"Pada kasus korban ketiga. Semua tubuhnya di ikat oleh tali tambang berdiameter 5 cm dengan sangat rapat. Seperti ikan hiu yang terjaring oleh nelayan. Aku bisa menduga kenapa pelaku melakukan hal ini. Karena menutupi lebam leher si korban yang menjadi penyebab kematian korban. Bibi Woo Shin di bunuh dengan di cekik dari belakang menggunakan tali tambang ini yang di sembunyikan di balik semak. Ia sengaja tidak melukai korban hingga berdarah. Pada hal di korban sebelumnya banyak pukulan benda tumpul sehingga mengakibatkan darah muncul. Kenapa pelaku menukar estetika membunuhnya pada korban ketiga? " Jawab Taehyung menjelaskan kebenaran kasus ketiga dengan balik bertanya menguji pemahaman Jungkook.

"Agar dying message berdarah itu tidak muncul. Pelaku pura-pura berdalih menukar cara membunuhnya dengan alasan korban perempuan" Balas Jungkook tersenyum ceria, seperti anak kecil yang berhasil menebak teka-teki dari Hyung-nya. "Padahal dia takut dengan dying message itu menuju marganya"

"Tapi, dying message itu tetap muncul karena anak itu keras kepala ingin menghentikan si pelaku yang berharga baginya" Tambah Taehyung melipat tangan di dada bidang.

"Berharga?" Tanya Jungkook semakin heran. "Hyung sudah tahu si pemberi dying message itu? Bagaimana caranya?"

"Dengan meninggalkanmu sendirian" Balas Taehyung tenang dan tersenyum jahil.

"Tae!!!!" Pekik Jungkook mencubit lengan Taehyung gemas.

"Aku meninggalkanmu saat pagi bersama Jin Woo dan Yoo Seung Yeon-ssi" Kata Taehyung tersenyum tipis. Jungkook menatap Taehyung penasaran. "Supaya aku bisa memperhatikan mereka tanpa ketahuan. Aku bersembunyi di balik semak dan mendekati pohon beringin di sampingmu dan aku melihat sebuah bukti tak terelakkan."

"Apa itu?" Tanya Jungkook makin penasaran.

"Si pemberi dying message butuh darah ingat untuk menulis. Karena korban yang di temukan tidak memiliki darah. Ia panik, takut di temukan pelaku. Kedua tangan sudah tertutupi sarung tangan plastik agar sidik jari tidak terdeteksi. Ia panik dan takut melukai tangannya sebab ia mau menulis. Ia melihat betisnya. Menggoresnya sedikit untuk mendapatkan darah. Makannya dying message dapat muncul." Jawab Taehyung tersenyum puas. "Saat aku meninggalkanmu, aku punya waktu untuk memperhatikan mereka. Hanya gadis itu yang memiliki plester di betis. Sepertinya dia memiliki kebiasaan menggunakan rok ¾."

"Maksudmu, Yoo Seung Yoon-ssi yang memberi dying message itu pada kita?" Tanya Jungkook memastikan. Taehyung menganggukkan kepala sebagai jawaban. Mata Jungkook berubah gelisah. "Mereka berteman sejak SMA. Pasti ada suatu hubungan antara mereka berdua. Persetan dengan friend zone"

Mereka terdiam beberapa saat. "Soal kenapa Kookie bertanya bahwa kenapa korban ke empat meninggalkan kertas bertuliskan angka 11 berdarah, bukan darah yang di gores di lantai dekat korban lagi. Pertanda sesuatu yang baru lagi." Ucap Taehyung mengerutkan kening. "Tapi, ada satu hal yang tidak aku mengerti. Kenapa dia kembali menulis angka sebelas? Dan dimana Kook menemukan itu?"

"Aku menemukan saat menarik bibi Ahn, ada kertas yang tersembunyi di bawah kayu-kayu di sampingku" Jawab Jungkook mengingat kembali. "Hyungie, aku rasa dia takut bahwa dying message ketahuan oleh si pelaku. Jika dia menulis KIM berarti ada tiga KIM yang di curigai termasuk dirimu Hyung"

"Benar juga" Balas Taehyung mengiyakan.

"Berarti angka 11 alias K ini menunjuk tahap kedua, bisa jadi KIM K?" Kata Jungkook menimbang-nimbang. "Apa Kim Ki Bum mungkin?"

"Masa kita menunggu korban lagi?" Tanya Taehyung padi dirinya sendiri.

"Apa maksudmu Tae?" Tanya Jungkook meninggi. Ia kesal dengan ucapan Taehyung. "Kita harus menemukan si pemberi pesan itu dulu"

"Tenang Jungkook. Huruf K atau angka 11 ini belum berarti sambungan dari KIM. Tapi bisa jadi menunjuk pada inisial" Balas Taehyung menahan Jungkook yang akan keluar dari mobil.

"Kenapa begitu? Bukannya jadi buang-buang waktu?" Tanya Jungkook sengit.

"Ingat konsep dying message?" Tanya Taehyung mencoba menenangkan Jungkook. "Jawablah, aku tahu kau tidak suka melihat korban yang terbunuh di dekatmu."

Jungkook merungut. "Seingatku untuk memberi tahu kepada pihak berwajib atau siapa pun yang menemukan jasadnya tentang clue yang mengarah pada si pelaku apa pun itu dengan syarat pelaku tidak tahu arti dari clue yang di berikan si mayat, agar si pelaku tidak menghapusnya atau tidak menyadarinya. "

"Makanya angka 11 muncul kembali, Kook" Ucap Taehyung singkat. "Ingat si pemberi dying message juga ketakutan. Takut pelaku sadar dan takut pelaku mengetahuinya. Takut pelaku menyadarinya. Takut pelaku sadar kalau dia yang menulis itu bukan si mayat korban. Makanya ia menunggu korban lagi agar Inisial kedua setelah K jelas."

"Jadi dia hanya panik agar pelaku tidak mengetahui ini. Makanya ia menulis KIM agar pelaku merasa tenang untuk sementara?" Tanya Jungkook masih bingung.

"Dying Message ini diberikan untuk kita dan aku yakin si pemberi ini tahu siapa korban selanjutnya. Yang jadi masalah kenapa bisa tahu padahal dia bukan kaki tangan pelaku?"

"Tunggu dulu, jangan bilang bahwa ini ada hubungannya dengan gosip soal anak atau cucu yang lahir dari luar keluarga ini?" Ucap Jungkook menguntai kembali segala informasi apa saja yang bisa di ingat. "Tidak ada asap, kalau tidak ada api"

"Benar juga, keluarga ini pasti tahu kebenarannya. Sangat kecil kemungkinan tidak tahu. Jarak meninggal nenek dan kakek yang lumayan jauh. Pasti ada yang di sembunyikan oleh kakek." Balas Taehyung menatap Jungkook serius. Jungkook menganggukkan kepala.

"Makanya isu itu hanya bereda di kalangan para pembantu. " Timpal Jungkook berpikir.

Tok Tok Tok

Bibi Ahn mengetuk kaca jendela mobil. Jungkook dan Taehyung terkejut untuk sesaat. Bibi Ahn tersenyum sambil mengucapkan sesuatu. Tapi, tidak terdengar oleh Taehyung dan Jungkook.

"Kita harus mengintrogasi si Yoo Seung Yeon-ssi" Kata Taehyung membuka jendela mobil.

"Sudah waktunya makan cemilan sore Tuan. Kami juga sudah menyiapkan teh" Ucap Bibi Ahn ramah dan sopan.

"Baiklah, Bik" Balas Taehyung mengajak Jungkook keluar dari mobil.

"Anda masih saja berhati-hati Tuan Muda" Kata Bibi Ahn berjalan duluan. Jungkook mengerutkan kening.

"Tentu saja, Bik" Balas Taehyung mengunci mobil dan melihat sekeliling.

"Hyungie sering ke sini dulu?" Tanya Jungkook menimbang.

"Iya, saat kecil" Jawab Taehyung singkat.

"Dengan... ?"

"Kau tahu dengan siapa"

* * *

Sedari pagi, anggota Bangtan panik karena komunikasi yang terputus antara mereka dan TaeKook. Mereka semua pergi meninggalkan markas untuk mengunjungi Mansion Myung. Tidak ada satu pun yang mau di tinggal. Di tambah lagi jarak markas dan Mansion yang lumayan jauh sehingga mereka sampai menjelang siang. Betapa kagetnya mereka bahwa satu-satunya akses jalan di tutupi oleh tanah longsor. Yoongi dan Namjoon mengumpat. Mereka membawa dua mobil dengan Yoongi dan Namjoon masing-masing menyetir. Yoongi keluar dari mobilnya. Begitu juga dengan Namjoon.

"Bagaimana ini?" Tanya Yoongi berjalan kesal. "Tidak ada jalan. Lihat di samping kanan kita tebing dan di samping kiri kita jurang. Hanya ini satu-satunya jalan. Jika kita memanjat tebing kita....."

"Hyung!!!! Mundurkan mobil!!!" Jerit Jimin yang melihat tanah longsor kembali bergerak lagi di depannya.

"Brengsek!!!! Jimin!!!!" Seru Yoongi berlari masuk ke mobil dan memutar mobil ke arah tadi mereka datang berpapasan dengan mobil Namjoon yang ada di belakang. "Kita harus kembali mencari bantuan atau kita yang terkubur di sini. Aiiiish!!!!"

"Baiklah, Hyung" Ucap Namjoon ikut memutar mobil mengikuti Yoongi. "Jinie Hyung hubungi Jongdae Hyung"

Seokjin menggelengkan kepala panik. "Kita harus kembali Namjoon. Sinyal tidak ada, mungkin tiang pemancar di hancurkan longsor itu"

"Brengsek kita harus cari bantuan!!! Mansion ini kan terisolir" Umpat Namjoon memepetkan mobilnya di belakang mobil Yoongi.

"Astaga hari mendung" Kata Yoongi melihat langit. Ia melajukan mobil cepat dan Namjoon mengikuti dari belakang.

"Bagaimana dengan Taehyung dan Jungkook?" Tanya Jimin cemas melirik ke kaca spion.

"Mereka harus selamat. Atau ku kutuk mereka" Balas Yoongi mengumpat.

"Dasar tukang kutuk"

Di Mansion Myung

Bibi Ahn mempersilahkan Taehyung dan Jungkook masuk ke ruangan minum teh. Mereka duduk berdua tapi tidak ada yang lain muncul. Taehyung keluar dari ruang minum teh menuju dapur tempat para pelayan. Jungkook yang asyik minum teh mengikuti Taehyung dari belakang sambil memakan mochi dan memegang cangkir teh hijau buatan Bibi Ahn yang sangat enak. Jungkook baru ingat apa karena Taehyung sedang sakit. Taehyung jadi jarang memakan-makan manisan. Jangan bilang lidah Taehyung sekarang terasa pahit. Taehyung membuka pintu dapur, Jungkook langsung ngacir di belakang Teahyung.

"Bik dimana yang lainnya?" Tanya Taehyung masuk begitu saja membuat dua pelayan yang merupakan anak Ibu Ahn berdiri terkejut.

"Tuan Ki Bum lebih memilih tidur Tuan dan Tuan Jin Woo dan Nona Seung Yeon sedang berbicara di gazebo Taman depan. Saya juga sudah mengantarkan teh dan mochi ke sana" Jawab Bibi Ahn merunduk sopan.

"Ayo, Kook!" Seru Taehyung berlari keluar dapur. Jungkook nyaris tersedak. Ia menghabiskan teh, lalu pergi berlari mengikuti Taehyung.

Mereka berdua berlari menuju gazebo. Namun, nihil tidak ada siapa pun di sana. Taehyung hanya melihat bekas cangkir teh hijau dan beberapa mochi yang tersisa. Jungkook mengedarkan pandangan ke sekeliling mungkin saja ada saksi mata atau siapa pun.

"Kita harus mencarinya Kook" Ucap Taehyung menarik Jungkook.

Dari jendela lantai dua Kim Ki Bum bisa melihat apa yang terjadi. Ia hanya mengeluarkan ekspresi dingin yang mengejek. Sepertinya aku bakal menjadi korban terakhir setelah Seung Yeon. Percaya diri sekali anak haram itu, batin Kim Ki Bum meremas gorden nyaris putus.

Taehyung dan Jungkook kembali ke arah dapur. Mereka seperti di kejar-kejar setan. Bibi Ahn langsung memberikan mereka air mineral. Jungkook langsung meminumnya tanpa syarat sedangkan Taehyung hanya meminum sisa Jungkok.

"Ada apa ini Tuan?" Tanya Bibi Ahn cemas.

"Seung Yeon hilang. Kita harus mencarinya sambil berpencar" Ucap Taehyung panik. "Tidak ada waktu lagi"

"Apa perlu kita memanggil suamiku?" Tanya Bibi Ahn semakin cemas.

"Tidak usah kabari dia agar menjaga keamanan perbatasan gerbang mansion ini agar si pelaku tidak membawa Yoo Seung Yeon-ssi" Balas Taehyung serius.

Bibi Ahn menyuruh anak pertamanya agar menyampaikan pesan kepada Ayahnya yang ada di posko satpam. Anak perempuan berumur empat belas tahun dengan rambut lurus sepingga di ikat ekor kuda berlari cepat keluar dari dapur menuju posko satpam.

"Aku akan mencari lokasinya dengan Bibi Ahn, kalian berdua juga cari dimana saja Yoo Seung Yeon-ssi di sembunyikan" Perintah Taehyung cepat.

Bibi Ahn memberikan stand gun kepada anak bungsunya. Si kecil berumur dua belas tahun itu menggenggam erat stand gund di balik baju maidnya. Mereka berpencar. Taehyung dan Bibi Ahn mengelilingi mansion yang luasnya lebih besar dua kali lipat dari lapangan bola. Banyak ruang kosong yang harus di cari dan di selidiki. Sebab keluarga Myung yang semakin punah dari waktu ke waktu. Bibi Ahn menunjukkan salah satu paviliun yang biasa di sediakan untuk tamu. Taehyung ikut mengikuti. Tapi, nihil hanya menghabiskan waktu. Taehyung mulai berpikir, ia harus menemukan gudang atau ruang penyimpanan yang jarang di akses. Bibi Ahn mengangguk cepat mengarah ke paviliun paling selatan.

Jungkook memasuki mansion dari alah selatan sebab Taehyung mengambil arah sebaliknya. Jungkook mulai mencoba mencairkan suasana. Sebab si kecil hanya berdiam diri di samping Jungkook sambil memeluk stand gun pemberian Ibunya bak jimat berharga. Jungkook tahu rasa perasaan menyayangi itu. Jungkook melihat anak itu sebentar dan tersenyum tulus.

"Di umur dua belas tahun, kau masih terlihat seperti anak kelas lima sd" Ucap Jungkook tersenyum lucu.

"Mungkin karena saya anak miskin Tuan" Jawab anak perempuan itu tersenyum sendu.

"Bukan itu maksudku. Terlihat lebih lucu apa salahnya?" Tanya Jungkook mengeluarkan dua gigi kelincinya.

"Tuan juga punya senyum yang lucu" Balasnya ikut tersenyum.

"Gomawo~ Bolehkah aku menanyakan sesuatu?"

"Apa itu Tuan?"

"Sebenarnya apa yang terjadi di mansion ini?"

Anak perempuan itu sedikit merasa ragu untuk berbicara. "Tapi, jangan bilang Tuan tahu dari saya. Sebenarnya sudah lebih dari beberapa tahun ini ada gosip di kalangan Eonni pelayan bahwa ada salah satu pewaris yang merupakan anak haram tapi tidak tahu siapa. Lalu, Nyonya Woo shin memarahi pelayan yang bergosip ria. Tapi, hal tersebut malah semakin menjadi-jadi karena ada pro kontra pada para pelayan. Ada pelayan yang menyukai Tuan Myung dan ada yang menyukai Nyonya Myung. Sehingga gosip itu terus menjadi lemparan cacian. Ibuku melarang mereka bertengkar. Tapi, beberapa bulan yang lalu setelah kematian Tuan Myung pertengkaran itu terjadi"

"Pertengkaran tentang apa?" Tanya Jungkook semakin bingung. Mereka terus berjalan menyusuri lorong.

"Pertengkaran bahwa ada pewaris lain nomor keempat dan dia juga laki-laki Tuan" Balas anak kecil itu antusias. "Pelayan yang pro pada Tuan Myung tidak ingin mansion in di jual sebab banyak dari kami dulunya pengangguran. Hanya ini satu-satunya pekerjaan yang tersisa di dunia belakang. Makanya mereka senang menunggu pewaris haram yang tak jelas itu. Tapi, kata Eonni mereka bersikap seperti itu karena Tuan Myung."

"Karena Tuan Myung?" Tanya Jungkook seriusan ingin tahu.

"Tuan Myung telah memberi tahu mereka agar menjaga anak itu. Lalu, terjadilah pembunuhan pada Tuan Kim Jae Yeong. Nyonya Woo Shin langsung menyuruh pelayan pergi kecuali keluarga kami yang telah melayani sedari dulu. Kemudian Tuan Kim Jin Woo ikut membantu pekerjaan kami. Di mansion ini juga ada butler, tapi karena Nyunya Woo shin menyuruh para pelayan pulang untuk sementara waktu. Jadi Tuan Jin Woo sering membantu Eomma bekerja yang berat-berat" Jawab anak itu tersenyum cerah.

"Kenapa Bibi Woo shin menyuruh mereka pulang?" Tanya Jungkook mengerutkan kening.

"Nyonya Woo Shin curiga bahwa pelaku ada di salah satu antara kami. Makanya Nyonya menyuruh mereka pulang dengan syarat tidak di berhentikan. Mereka bisa kembali saat suasana mereda. Tapi sekarang Nyonya malah sudah pergi juga hiks...." Jawab anak itu menghapus air matanya kesal. "Oh, ya ada hal aneh juga. Tapi kata Eonni jangan pernah kasih tahu orang lain karena ini rahasia majikan. Tapi, karena kata Eomma Tuan muda berdua adalah detektif dan kami harus menolong penyelidikan. Aku akan memberi tahu Tuan suatu hal. Ada hubungan romantis antara Nyonya Woo Shin dan Tuan Jin Woo." Jungkook horor seketika. Ia takjub dengan komunikasi para wanita. Anak itu melihat ke kiri dan kanan, seperti tidak ingin kedengaran oleh orang lain. "Mereka berdua sering berada di semak-semak. Saat itu aku lupa mengambil boneka panda pemberian Oppa-ku. Dia selalu menemani Appa di posko satpam dekat gebang utama. Karena hari sudah larut malam, aku malas membangunkan eonni jadi aku menyusuri taman belakang dekat paviliun. Aku ingat meninggalkannya di gazebo dekat Nyonya Wooshin di temukan tadi pagi. Lalu saat mengambil boneka panda-ku. Aku melihat dari arah semak. Seperti orang sedang bergulat. Mereka layaknya kue lapis. Aku mendengar jeritan Nyonya Woo Sin. Aku pikir Tuan Jin Woo akan membunuhnya. Tapi, Bibi Woo Shin malah tersenyum puas dan memanggil Tuan Jin Woo dengan sebutan sayang. Lalu, mereka kembali Tuan tahu kan popo tingkat tinggi. Aku lalu pergi sebelum kena marah oleh Nyonya Woo Shin. Saat berada di kamar, Eonni memergokiku. Aku bicara sejujurnya dan Eonni bilang aku tidak boleh cerita kejadian itu apalagi kepada Tuan Hyun Soo."

"Kapan kau melihat mereka seperti itu?" Tanya Jungkook merasa perutnya di aduk-aduk.

"Sudah sering malahan nyaris setengah tahun ini. Itu adalah rahasia negara Tuan. Tapi, anak Nyonya Woo Shin tahu sepertinya. Sebab saat aku ingin mengantarkan makan malam untuk Nyonya Woo Shin. Tuan Jae Hee juga bersembunyi di situ dan aku di suruh diam lagi" Balas anak kecil itu kesal.

"Berarti Bibi Wooshin sering ke sini?" Tanya Jungkook lagi bingung.

"Iya bersama selingkuhannya Tuan Kim Jin Woo. Lagian hubungan pernikahan Nyonya Wooshin juga sudah renggang beberapa tahun ini. Karena Nyonya sering main pria, padahal dia dulunya juga pria." Jawab Anak kecil itu berwajah serius.

"Tunggu aku sedikit bingung. Jadi Bibi transgender?" Tanya Jungkook memastikan.

"Benar, Tuan"

"Lalu, apakah Bibik Ahn juga transgender?" Tanya Jungkook menatap bingung.

"Enak saja, kami lahir dari rahim Eooma. Bukan di adopsi. Hanya saja Appa dan Eommaku adalah keturunan dari anak adopsi. Nenek dan kakek kami orang terpandang tapi dulu. Sekarang sudah bangkrut. Tuan bukan orang dunia belakang ya? Pertanyaanmu aneh sekali" Balas Anak perempuan itu merungut.

"Memang, tapi aku punya status ganda" Timpal Jungkook tersenyum canggung.

"Kenapa mempertahankannya?" Tanya Anak kecil itu menatap Jungkook tajam. "Menjadi orang miskin di dunia depan lebih baik dari pada di dunia belakang. Meranji keluarga saja payah. Dan kata temanku di sekolah kasihan sekali Appa dan Eommaku yang keturunan anak yang di adopsi oleh kaum belakang. Hidup kami jadi susah begini. Padahal kami tidak punya orientasi seksual yang menyimpang begitu"

"Apa kau membenci kaum kami?" Tanya Jungkook sedikit tidak enak hati.

"Di satu sisi iya. Tapi, kenapa menyalahkan kalian yang sudah mau menampung kami walaupun bukan dari darah daging kalian. Toh, hidup di jalanan dunia depan juga bisa menyebabkan kematian. Intinya setelah aku berpikir-pikir aku tidak membenci kalian." Jawab anak itu tersadar dari kekesalannya. "Hanya saja ya begitulah Tuan. Oh, ya aku ingat aku dan Eonni pernah melihat suatu tempat yang sering di datangi Tuan Jin Woo dan Nyonya Woo shin tempat penyimpanan anggur yang tidak terpakai. Mau ku tunjukkan jalannya? Dekat dari sini Tuan"

"Baiklah" Kata Jungkook menganggukkan kepala. Anak perempuan bungsu Bibi Ahn ini memiliki rambut lurus sebahu dengan bando khas maid. Ia berlari kecil keluar dari paviliun menuju paviliun paling sebelah selatan. Jungkook bisa melihat pintu paviliun itu sedikit terbuka. Jungkook melihat ke arah sekitar. "Kau harus bersembunyi di lemari ini. Jika ada yang mengancam gunakan stand gun itu. Pasti ada si pelaku di dalam. Jangan keluar sebelum aku yang mengeluarkanmu"

"Baik Tuan" Ucap Maid kecil itu masuk di salah satu lemari anggur tak terpakai yang berada di luar paviliun.

Jungkook membuka pintu sedikit agar bisa menyelinap masuk. Ia menelan saliva dengan kasar. Mencoba memusatkan fokusnya terhadap hawa pembunuh. Jungkook mulai menutup matanya berkonsentrasi. Kemudian membuka matanya dan mengatur nafas stabil. Lalu memasuki ruangan dalam gudang anggur dengan hati-hati. Jungkook sedikit bingung, katanya ini gudang anggur yang tidak terpakai. Tapi Jungkook masih bisa melihat wine mahal dan langka. Jangan bilang ini adalah gudang pengolahan anggur menjadi wine. Tapi kenapa masih ada wine yang bagus. Jungkook tahu jawabannya ini pasti tempat Bibi dan Jin woo berselingkuh. Jungkook melihat ke arah ruang tengah terkejut.

* * *

Anggota Bangtan lain sudah sampai di jalur jalan menuju mansion yang terjadi longsor. Mereka membawa bala bantuan, pihak penyidik, tim forensik, ambulans dan tim SAR. Tim SAR sudah membawa alat beserta transportasi yang bisa membuka jalur akses jalan. Tapi akan memakan banyak waktu. Karena tebing perbatasan jalan yang mudah untuk terjadi longsor. Bala bantuan pengerjaan jalan juga sudah di kerahkan. Tapi, Namjoon dan Inspektur Jongdae tidak bisa sabar sebab langit semakin menggelap. Yoongi yang menghubungi Baekhyun melalui ponsel dari tadi sudah merasakan panas di gendang telinganya. Beberapa menit kemudian Baekhyun dan Sehun datang. Jimin dan Seokjin mulai bernafas lega. Hoseok dan Chan mulai menyisiri peta online di sekitar tempat mereka berada. Mereka menemukan jalan memutar agar bisa ke mansion. Tapi, harus melewati hutan belantara tanpa arah.

"Astaga maafkan aku. Kami harus mengecoh Chanyeol. Tao tidak mau di saja bekerja sama. Jadi kami harus membujuknya" Ucap Baekhyun merasa bersalah.

"Sudahlah, cepat! Adik-adikku berada di tempat bahaya karenamu!" Bentak Namjoon kesal menahan amarah dari tadi.

"Siapa suruh kau menerima kasus ini?" Tanya Sehun sengit.

"KAU!!!! Sudah jelas karena...." Balas Namjoon meninggi tidak mau kalah.

"Sudah, sudah" Timpal Yoongi mencoba menenangkan sepupunya dan teman sejawatnya.

Hoseok dan Chan yang akan mengatakan sesuatu ikutan melongo. Chan menyenggol lengan Hoseok. "Kami menemukan jalan memutar. Sepertinya sinyal di balik sini stabil" Ucap Hoseok menunjuk ke arah tebing.

"Kau benar sekali. Kita bisa memutar dari bawah tapi medan paling ujung sangat terjal dan susah di daki. Kalian yakin akan ke sana?" Tanya Baekhyun menatap serius.

"Shit!!!!!" Umpat Namjoon kesal. "Aku, Seokjin, Hoseok dan Chan akan mengikutimu Baekhyun dan kau Sehun temani Yoongi Hyung dan Jimin beserta tim inspektur Jongdae. Semoga jalannya cepat selesai. Jadi kalian bisa tancap gas langsung ke sana. Kau lebih hebat mengemudi dari padaku Hyung. Ku serahkan padamu"

"Baik, Namjoon. Tenang saja. Hati-hati" Balas Yoongi tenang.

"Tunggu Namjoon bawa, salah satu anggota tim medis, dua anak buahku dan dua anggota dari tim forensik. Jika kalian duluan sampai." Perintah Inspektur Jongdae tenang sambil memegangi tangan Minseok yang ingin pergi.

"Baiklah, kami pergi" Balas Namjoon menunggu anggota bala bantuan. Lalu menuruni tebing dengan berhati-hati.

"Hyung yakin tidak ingin pergi?" Tanya Jimin menatap Yoongi heran.

"Kita selama ini jarang menghadapi medan yang seperti itu. Biarkan saja mereka. Sebab aku yang paling pembalap di sini" Jawab Yoongi menggigit permen mint hingga berbunyi klak.

"Kau percaya diri sekali Hyung" Balas Jimin tersenyum tenang.

"Kenapa si Tao tidak mau membantu?" Tanya Yoongi melirik Sehun yang jauh berdiri di depannya.

"Sebenarnya kami tidak ingin membantu Baekhyun sedikit pun" Balas Sehun terdengar kesal. "Keluarga Myung itu memang harus di perbarui ucap Ketua Woobin."

"Kau pikir mereka teknologi." Kata Yoongi dingin.

"Aku tidak mengerti pemikiran kalian kaum belakang. Semakin dari hari ke hari, tahun ke tahun kalian semakin gila" Balas Inspektur Jongdae meludah.

"Makanya aku mau membantu Baekhyun untuk menjemput pangeran yang akan menggantikan Raja sinting ini" Kata Sehun menunjuk ke arah jalanan yang tertutup longsor.

"Jangan bilang semua tahu bahwa Taehyung akan jadi pangeran yang hilang untuk mengkudetai kerajaan sekarang?" Tanya Jimin tidak habis pikir.

"Kau benar, Jimin. Pantas saja kau tahan dengan Yoongi Hyung" Jawab Sehun tersenyum jahil.

"Apa maksud kalian?!" Tanya Sersan Minseok. "Bukannya Jungkook tidak boleh.... " Minseok menatap Jongdae dengan pandangan terkejut.

"Keponakanku tidak boleh berdekatan dengan keturunan kerajaan kalian" Kata Inspektur Jongdae terkejut bercampur kesal.

"Makanya ini di sebut kudeta, Inspektur dunia depan" Balas Sehun mengejek.

"Masalah rumit apa yang terjadi ini?" Tanya Yoongi mulai kesal. "Apa alien tidak boleh menikahi anak manusia?"

"Bukan itu sepupuku. Kau ingat dongeng dewa-dewa tentang salah satu dewa kelahiran" Jawab Sehun tersenyum menantang.

"Apa maksudmu?" Tanya Yoongi bingung.

"Jangan mengada-ada Sehun Hyung" Timpal Jimin ikutan kesal.

"Kami sudah memeriksa bahwa Jungkook bukan salah satu keturunan wirewolf berjenis kelamin omega. Dia bukan male pregnant." Ucap Inspektur Jongdae horor.

"Siapa juga yang bilang ke arah sana" Balas Sehun menggelengkan kepala ikutan pusing. "Jungkook hanya dibutuhkan untuk sesuatu seperti saran atau apalah kepada pihak dunia depan agar Taehyung bisa disetujui untuk mengambil tahta. Jungkook adalah kaum muda yang paling di percayai oleh petinggi status ganda. Ketua Woobin tidak menyarankan Taehyung menikahi Jungkook. Bagaimana pun Taehyung harus menikahi wanita dari dunia belakang untuk mempertahankan kerajaan. Terserah dengan hubungan Jungkook dan Taehyung sekarang dan terserah dengan dunia belakang yang lgbt. Kerajaan harus punya keturunan. Mau Jungkook di jadikan istri kedua kek, atau selingkuhan yang penting kerajaan harus di kudeta. Sebab Belial yang mengendalikan raja sekarang. Makanya dia berusaha merekrut Taehyung agar tidak terjadi kudeta. Bagaimana pun kalau Belial menjadi raja bersama Taehyung akan membuat kalian para kaum dunia depan ketakutan kehilangan kuasa kan? Makanya si tua bangka itu melemparkan anak emas kalian ke pangkuan Taehyung? Cerita cinta yang sedih bukan?"

"Kau baru sudah nonton Drama Goblin huh?" Tanya Yoongi menyemburkan kemarahan. "Jangan harap itu terjadi. Katakan pada Ketua Woobin, kami tak akan melepaskan salah satu bahkan dua anggota kami"

"Itu bukan keputusanmu sepupuku. Tapi keputusan Namjoon. Dialah leader" Balas Sehun tersenyum sombong.

"BRENGSEK!!!!!!" Umpat Yoongi ingin mencekik Sehun.

"Nah, itu isi penyelidikanku bersama Chanyeol dan Tao juga. Tapi, si Baekhyun malah memikirkan kasus lain. Tapi tidak ingin Chanyeol tahu. Kau pikir kami melakukan ini tidak mempertaruhkan nyawa. Tapi, Baekhyun bahkan tidak mempercayai tunangannya sedikit pun. Aiiish, menyebalkan!"

"Apa maksud Hyung?" Tanya Jimin menahan Yoongi untuk mencekik Sehun.

"Kami sedang menyelidiki Ketua Woobin. Sepertinya pihak keamanan dan pertahanan tidak tahan dengan hukum kerajaan yang sekarang" Jawab Sehun serius.

"Jadi kau bukan komplotan Woobin kan?" Tanya Yoongi menatap nyalang.

"Bukan, baca ini" Balas Sehun memberikan map yang berisi penyelidikan Ketua Woobin.

"ASTAGA!!!!! AIIIISH!!!" Pekik Yoongi memukul lengan Sehun. "Kau jadi aktor saja sekalian"

"Aku ini juga panik huh?!" Ucap Sehun tersenyum jahil. "Sesekali menjahili kalian bolehlah ya"

Jimin, Inspektur Jondae dan Sersan Minseok langsung menghela nafas kepayahan. Kalau mereka baru saja kena tipu daya Sehun. Seperti kena syok bertubi-tubi.

"Mungkin, Baekhyun Hyung tidak ingin Chanyeol mencemaskannya" Ucap Jimin mencoba tersenyum.

"Aku rasa dia malu dengan keluarganya ya kan, Sehun?" Tanya Yoongi melirik Sehun ingin memukul sekali lagi.

"Iya, aku rasa juga begitu. Bagaimanapun ini keluarga dari bagian Ibunya" Jawab Sehun mengangguk-angguk setuju.

"Sudahlah, aku semakin pusing!" Bentak Minseok menghadap ke arah tim bala bantuan yang sudah membuka jalan seperempat bagian.

"Setidaknya kita menghabiskan waktu. Kalau aku bawa motor mungkin aku sudah bisa melewatinya" Balas Sehun menimbang.

"Jadi itu yang sedang di pikirkan oleh Ketua Woobin sekarang?" Tanya Yoongi tajam. Sehun mengiyakan dengan ekspresi dingin.

"Yang jadi masalah sekarang Hyung adalah pilihan mana yang tepat dan tidak ada satu pun yang di rugikan atau pun di korban kan" Balas Sehun mengacak surai gelapnya.

"Mana mungkin ada pilihan muna begitu?" Timpal Yoongi kesal menarik rambut gelapnya.

"Aku sebenarnya bingung dengan keluarga kerajaan kalian itu" Ucap Inspektur Jongdae berpikir. "Kalian di pisahkan dari dunia kami karena memiliki orientasi seksual yang menyimpang. Tapi, kenapa kerajaan kalian masih belum punah?" Yoongi, Jimin dan Sehun saling berpandangan bingung. "Maksudku begini, kalau kerajaan tetap menikahi pasangan yang berjenis kelamin berbeda. Apa bedanya dunia depan dan belakang? Bukannya karena itu kalian di asingkan ke sini? Kalau ujungnya kalian mencari keturunan"

"Benar juga! Kenapa kita jadi seperti ini?" Tanya Yoongi menepuk lengan Sehun.

"Benar juga, kenapa ya?" Tanya Sehun balik bingung.

"Belial pasti sudah meracuni kita" Jawab Jimin serius mulai pusing. Mereka bisa di katakan tidak tertarik dengan kerajaan dunia belakang. Hidupnya-hidupnya bukan hidup kerajaan. Memiliki raja tapi tidak merasa memiliki.

"Bisa jadi. Tapi mungkin saja male pregnant itu ada" Timpal Inspektur Jongdae membuat Minseok bergerak gelisah.

"Sebenarnya itu ada" Balas Minseok pelan.

"Apa maksudmu?" Tanya Yoongi, Jimin, Sehun dan Jongdae bersamaan.

"Aku membacanya di salah satu website online." Timpal Minseok yakin.

"Itu hanya urban legend para penganut animisme. Bahkan mereka tidak tahu siapa pengarang ceritanya." Bantah Inspektur Jongdae cepat.

"Lalu, kenapa Inspektur mengatakan, kau telah memeriksa kelinci montok kepunyaan Taehyung itu?" Tanya Sehun kesal karena pusing memikirkan keajaiban apa lagi.

"Aku benar memeriksa bersama Dokter Cha. Kami memeriksa semua anak-anak berstatus ganda. Tapi, Dokter Cha mengatakan itu hanya mitos" Balas Inspektur Jongdae kesal.

"Aiiish, kepalaku pusing!!!!" Jerit Jimin menendang kerikil yang tak bersalah.

"Ini bukan soal rahim saja tapi indung telur juga" Timpal Inspektur Jongdae frustasi. Minseok mengeplak kepalanya.

"Jangan membangkitkan ingatanku terhadap pelajaran biologi, yang aku tahu menyodok Jimin sangat nikmat" Ucap Yoongi sangat ngaur dan keluar dari konteks. Jimin mencubit lengan Yoongi sadis.

"Iuuh~ Tao lebih nikmat" Ucap Sehun tiba-tiba.

"Aiish diam kau seme berkedok uke" Bantah Yoongi kilat.

"YAAAAKH!!!!" Teriak Sehun kesal.

"Jadi intinya?" Tanya Jimin mengabaikan saudara sepupuan mesum yang sedang melempar tatapan saling membunuh.

"Kalian tidak pernah dengar soal dongeng sebuah pulau yang mengorbankan anak manusia dengan jenis kelamin ganda" Jawab Minseok teringat sesuatu. "Aku ingat!!!! Aku ingat!!!!"

"Ingat? Ingat apa?" Tanya Jongdae semakin penasaran. Semuanya menatap Jongdae lekat dan serius.

"Dulu saat aku masuk sma, sahabatku bertemu dengan manusia berjenis kelamin ganda. Yang aneh saat masuk sekolah, kami mencarinya. Tapi dia hilang begitu saja. Banyak yang bilang kalau dia ada di dunia belakang. Tapi, sampai sekarang aku tidak menemukannya. Padahal aku sudah bolak balik dunia depan dan dunia belakang. Juga membantu proyek perlindungan dan pengamanan status ganda bersama Jongdae. Tetap saja aku tak menemukannya." Jawab Minseok antusias.

"Kenapa dia jadi ke dunia belakang?" Tanya Jongdae keheranan.

"Tidak tahu yang pasti. Kenapa ada manusia seperti itu diakibatkan oleh mutasi gen dan saat dewasa mereka akan memilih hidup menjadi laki-laki atau wanita. Mereka bisa melakukan operasi, karena saat remaja. Sistim produksi sudah terbentuk dengan sempurna. Mereka itu benar-benar ada, tapi persentasenya sangat sedikit. Bisa di bilang 1 : 1 juta atau miliar. Mereka sangat langka. Tapi, belum tentu punya orientasi seksual yang menyimpang. Tapi, bagi penganut lgbt itu adalah mutiara pengampunan" Jawab Minseok serius penuh kejujuran.

"Semoga bukan Jungkook" Ucap Jongdae merasa cemas. "Kalau tidak semua akan semakin kacau. Aku tidak ingin kegelapan menelannya"

"Kepalaku serasa mau meledak" Ucap Yoongi bengong.

"Aku juga" Balas Sehun letih.

Jimin yang asyik berpikir, tanpa sengaja melihat ke arah Yoongi dan Sehun yang berdiri berdekatan. "Sehun Hyung tumben tidak mewarnai rambut?"

"Aku tidak tahu mau mewarnai dengan warna apalagi. Sekarang aku sedang memikirkannya" Jawab Sehun masih berpikir soal ganda menganda.

"Kalian jadi seperti keluarga vampir. Kulit putih pucat kayak mayat dan surai gelap yang sama. Beda tinggi saja. Hahahaha" Celetuk Jimin tertawa jahil.

"OIIII JIMIN!!!!" Seru Yoongi mencekik sayang Jimin.

"Hyung kita perkosa saja dia" Ucap Sehun dingin.

"Jangan sok mengseme uke tulen!!!" Kata Yoongi melirik Sehun sebentar.

"Heeey!!!!!"

Di Gudang Penyimpanan Anggur yang Tidak Terpakai

Jungkook melihat Jin Woo yang sedang menggores tangan Seung Yeon yang di ikat ke atas dengan kaki juga terikat. Seung Yeon sudah menangis menjadi-jadi, mulutnya juga di tutup oleh kain selebar penggaris. Jungkook terus memperhatikan Jin Woo yang masih melukai Seung Yeon. Seung Yeon meronta-ronta dan menangis. Jin Woo sedikit kepayahan melukainya. Jungkook merasa bahwa ada yang membebani Jin Woo. Jin Woo berbalik ke arah Jungkook. Jungkook langsung bersembunyi. Jin Woo pergi ke arah depan pintu. Jungkook berlari ke arah Seung Yeon untuk melepaskan tali yang mengikatnya. Seung Yeon semakin menangis melihat Jungkook yang berusaha melepaskan ikatan itu. Ikatan di tangan terlepas. Seung Yeon mencoba membuka kain di mulut. Jungkook melepaskan ikatan di kaki. Kemudian, Seung Yeon melihat Jin Woo yang akan memukul Jungkook dari belakang.

"AWAAAAS!!!!!" Jerit Seung Yeon menunjuk ke arah belakang.

Jungkook cepat bereaksi. Ia menendang tongkat di tangan Jin Woo. Jin woo menatap Jungkook sadis. Ia mulai memukul pelipis Jungkook tapi berhasil di hindari Jungkook. Jungkook memukul balik pipi Jin Woo. Jin Woo terhuyung ke belakang. Ia melempar kursi ke depan Jungkook. Jungkook yang terlambat menghindari terkena kursi itu. Seung Yeon mukul Jin Woo dari belakang tapi malah kena tendang balik di bagian perut. Sehingga ia pingsan. Jungkook mengenyahkan kursi yang menimpanya. Namun, perut Jungkook terasa kram. Akibat sudut runcing kursi kayu. Ia sedikit susah berdiri. Jungkook mencoba mundur. Jin Woo yang berencana menebas Jungkook dengan pedang yang berada di pinggangnya. Ia akan menebas kepala Jungkook Tapi, Jungkook bisa menghindar, hanya saja karena gerakannya lambat. Bahu Jungkook tersayat. Jungkook benar-benar tersudut oleh Jin Woo. Tiba-tiba stand gun mendarat tepat di tengkorak bagian otak belakang Jin Woo. Sehingga Jin Woo limbung ke depan pingsan. Taehyung berjalan ke arah Jungkook. Ia mendekap Jungkook erat. Bibi Ahn beserta anak bungsunya mengikat Jin Woo dengan tali erat-erat agar tidak kabur.

"Apa kau baik-baik saja, Jungkook?" Tanya Taehyung menatap cemas. Jungkook menggeleng kesusahan. Ia memegangi bahunya yang mengeluarkan darah.

"Taehyungie sakit. Jin Woo-ssi pelakunya Hyung" Rintik Jungkook merungut. Masih bisa-bisanya Jungkook bermanja dengan Taehyung.

Taehyung mencoba membopong Jungkook dan menarik tali di tangan Jin Woo sehingga Jin Woo terseret di lantai. Bibi Ahn dan anak bungsunya membawa Seung Yeon yang masih tidak sadarkan diri. Mereka harus pergi dari sini. Karena Jungkook butuh perawatan. Saat pintu terbuka kedua satpam di perbatasan dan anak sulung Bibi Ahn membantu mereka keluar. Kedua satpam mengiring Jin Woo. Sehingga Taehyung bisa mengendong Jungkook.

Taehyung membopong Jungkook memasuki kamar mereka. Ia membaringkan Jungkook dengan hati-hati. Raut wajah Taehyung cemas dan khawatir. Ia sampai menyobekkan bagian bawah kemejanya untuk menutupi luka sayatan pada bahu kiri. Jungkook meringis kesakitan. Dengan langkah tergopoh-gopoh Bibi Ahn membawakan kotak P3K untuk Jungkook. Di belakang si bibi kedua anaknya mengikuti. Si sulung membawakan baskom air hangat dan handuk. Sedangkan si bungsu membawakan bubur dan air mineral beserta cemilan.

Taehyung dengan cekatan merawat luka Jungkook. Ia membersihkan noda darah yang mengering di sekitar luka bahu Jungkook dengan air hangat yang telah di berikan cairan antiseptic . Jungkook meringis kesakitan. Ia menggigit bibir bawahnya kuat. Ketiga pelayan perempuan itu melihat Jungkook ikut meringis. Bibi Ahn masih dalam posisi memegang kotak P3K yang terbuka. Taehyung mengambil rifanol. Ia menuangkan perlahan rifanol ke kapas di tangannya. Kemudian mentoel-toel ke arah luka sayatan bahu Jungkook. Jungkook ingin memekik tapi tidak jadi. Rifanol tidak sesakit alkohol. Jungkook menatap Taehyung tersenyum. Bahkan Taehyung tidak sanggup mengolesi alkohol pada luka Jungkook, lebih memilih rifanol yang khasiatnya sama. Taehyung meneteskan obat antiseptik solution berwarna merah pekat seperti darah dengan hati-hati ke luka sayatan Jungkook. Setelah di rasa cukup. Ia mengambil kasa steril untuk membalut luka Jungkook dan mengikat ujungnya agar tidak terlepas. Jungkook meremas bed cover kasur untuk menahan nyeri lukanya. Selanjutnya Taehyung mengelus pipi dan kening untuk menenangkan Jungkook.

"Kau aman sekarang, sayang" Ucap Taehyung mendekap Jungkook erat. Para maid langsung permisi keluar membiarkan mereka berdua menenangkan diri. Jungkook menganggukkan kepalanya pelan, setetes air matanya keluar saat Taehyung menyatukan kening mereka. "Kenapa masih sakit? Mau berbaring Kookie?"

Jungkook menggeleng pelan. "Padahal, aku bilang aku kuat dan bisa mengatasi mereka tapi aku ujung-ujungnya tetap bergantung padamu, Hyungie.... hiks.... aku bisa merasakan suhu tubuhmu masih panas Hyung. Padahal Hyung sedang sakit"

"Demam tidak akan membunuh bunny. Kecuali demam berdarah hehehe" Balas Taehyung tersenyum jenaka.

"YAAAAKH!!!! Tae...." Rajuk Jungkook mencubit perut Taehyung. Taehyung mengaduh. "Jangan bicara seperti begitu. Kau sudah meminum obatmu, Hyung? Astaga!!!! Ini sudah malam dan kau melewatkan minum obat siangmu. Cepat minum!"

"Aku belum makan Kookie" Ucap Taehyung malas.

"Jangan banyak alasan. Bibi membawakan makan malam untuk kita. Jin Woo dan Seung Yeon-ssi bagaimana Hyung?" Tanya Jungkook tersadar kaget.

"Tenang saja, Pak satpam suami Bibi Ahn sudah menangani Jin Woo. Ia mengikat Jin Woo di tiang ruang tengah. Kim Ki Bum juga ikut mengawasinya." Balas Taehyung tersenyum lembut.

"Si Ki Bum itu..... Hyung aku tidak mau tinggal di rumah seperti ini" Ucap Jungkook menghela nafas.

"Kenapa bukannya mansion ini besar dan luas, klasik lagi?" Tanya Taehyung membaringkan Jungkook di kasur. Ia ikut tidur di samping Jungkook.

"Terlalu besar dan luas, menakutkan Hyungie. Taehyungie, kita buat mansion yang indah. Tidak usah menghabiskan lapangan bola. Nanti para pemain sepak bola tidak punya arena berlatih lagi" Celetuk Jungkook lucu. Taehyung tertawa menanggapi Jungkook yang mencoba melucu.

"Baiklah, kasihan juga pemain sepak bola tanah air kita. Tidak punya lapangan gara-gara kita membelinya. Padahal mereka ingin berlomba hingga piala dunia ya?" Tanya Taehyung ikut ngaur.

"Iya, Hyung" Balas Jungkook mencoba memeluk Taehyung tapi bahunya berdenyut nyeri. Taehyung yang mengerti mendekap Jungkook dengan hati-hati. Ia membawa kepala Jungkook ke arah lengan. Lalu memeluk pinggang Jungkook dengan tangan satu lagi hati-hati agar Jungkook tidak merasa sakit. "Hyung aku ngantuk"

"Kita habiskan makanan ini sepering berdua ok? Baru kita tidur" Ucap Taehyung melepaskan dekapan mengambil piring makanan cepat. Dengan berat hati Jungkook mengiyakan. Ia tidak ingin Taehyung merajut untuk tidak meminum obat penurun panasnya. Taehyung menyuapi Jungkook dan dirinya bersamaan. Jungkook bisa melihat kesabaran Taehyung akhir-akhir ini. Ia semakin menyukai Taehyung. Setelah mereka selesai makan. Taehyung meminum obat dan membaringkan diri di samping Jungkook.

"Peluk" Ucap Jungkook tersenyum kelinci. "Nggak apa-apa Taehyungie. Toh golongan darah kita berbeda tidak akan menular kok Hyungie"

"Baiklah" Kata Taehyung mengalah. Ia mendekap Jungkook seperti tadi. Menciumi kening Jungkook lama penuh cinta. Ia menatap Jungkook tersenyum lembut. Mendekatkan tumbuh mereka sangat rapat. Hingga kedua insan itu tertidur lelap.

Jika kau mencintai seseorang terlalu dalam. Dunia hanya serasa milikmu berdua. Menutupi segala eksistensi yang lain. Sebab sosoknya sangat indah dan menakjubkan. Sangat sayang untuk di abaikan bahkan sedetik pun.

* * *

Di Hutan Belakang Area Mansion

Baekhyun memegang erat batang pohon pinus. Nyawanya serasa hilang separuh. Ia berjalan semakin dalam ke hutan di ikuti oleh yang lainnya. Namjoon menggenggam tangan Seokjin yang mulai kecapean. Sedangkan Hoseok mengendong Chan yang terjatuh di antara bebatuan sungai. Lima anggota bala bantuan masih mengekori mereka. Mereka melewati susunan pohon pinus. Lalu, Baekhyun menaiki tanjakan seperti bukit. Hoseok sedikit kesusahan mendaki. Namjoon membantu Hoseok mendaki dan Seokjin mendorong Hoseok agar Chan tidak terjatuh ke belakang. Chan yang tertidur di punggung Hoseok bahkan tidak terusik sedikit pun. Hoseok merasa bersalah, karena Chan terjatuh melindungi dirinya.

Baekhyun tersenyum senang saat melihat atap mansion dari atas bukit. Ia tersenyum cerah, walaupun tubuhnya juga kelelahan. "Sebentar lagi kita sampai lihat itu mansionnya"

"Astaga! Kita harus menuruni jurang lagi, Baekhyun?" Tanya Seokjin horor. Hari sudah malam, terlalu mengerikan menuruni jurang.

"Tenang, ini kan sedikit landai. Berhati-hati melangkah" Balas Baekhyun tanpa rasa letih.

Mereka menuruni jurang. Betul kata Baekhyun, ia tahu bagian jalan yang landai. Tidak seperti bayangan Seokjin. Tapi, Seokjin masih saja kepayahan. Sehingga Namjoon harus mengendongnya untuk ke beberapa kalinya. Kedua anggota tim kepolisian bagian penyelidikan membantu Hoseok yang mengendong Chan. Hoseok sedikit cemas sebab Chan tidak bangun-bangun. Satu-satunya tim medis memeriksa Chan saat sampai di bawah. Untung Chan hanya pingsan akibat kelelahan. Hoseok kembali mengendong Chan dengan perasaan bergemuruh. Seharusnya Hoseok memaksa Chan agar tidak ikut. Tapi, melihat Chan yang tidak mau tinggal di markas. Akhirnya Hoseok mengalah, namun malah ini yang terjadi.

"Kita akan sampai Hoseok tenang saja. Aku berjanji tidak akan sampai tengah malam" Balas Baekhyun melihatnya sedih. Lalu, memasuki semak-semak. Hoseok hanya balas tersenyum menganggukkan kepala.

"Maafkan aku Hoseok, seharusnya aku membiarkan kalian menunggu bersama Yoongi" Timpal Namjoon merasa bersalah.

"Tidak, Namjoon. Jika aku dan Yoongi tetap menunggu kita mungkin ke sasar hingga dini hari. Chan hanya tertidur. Lagian salahku tadi tidak mendengarkan Chan. Aku masih saja asyik memeriksa lokasi mansion di tengah bebatuan sungai" Ucap Hoseok tersenyum tenang dan sendu.

"Sudah-sudah. Ayo semangat!" Ucap Seokjin menyemangati walaupun terkesan sedikit ambigu.

"Ayo cepat, hati-hati dengan tanah yang becek" Kata Baekhyun berlari kencang. Mereka semua ikutan berlari. Mereka sampai di pagar belakang mansion. Baekhyun tersenyum lega. Sedangkan yang lain menghela nafas kepayahan. "Dimana pintu hitam kecil yang di bicarakan Bibi Woo Shin ya?"

"Pintu hitam?" Tanya Namjoon mengerutkan kening.

"Kata Bibi ada pintu hitam kecil di dekat taman bunga shion. Tapi, pandangan kita di tutupi tembok ini. Susah melihatnya" Balas Baekhyun merangkak frustasi.

"Tunggu dulu, Baekhyun Hyung coba kau pikirkan ke mana arah taman bunga shion. Berada dimana?" Kata Namjoon mulai berpikir.

"Taman itu berada paling belakang mansion dan ada paling tengah mendekati tembok ini. Katanya ada pintu setinggi orang dewasa yang jongkok." Balas Baekhyun masih merangkak mencari pintu ke arah timur.

Namjoon menatap bukit yang mereka daki tadi. Lalu, mengambil tablet Chan di tas bagian belakang. Ia mencari aplikasi google map. Namjoon mencari bagian tengah belakang mansion dan menghubungkan ke jurang yang mereka lewati tadi. Ia melihat bagian paling tengah ke arah barat. Namjoon berlari ke arah barat sesuai petunjuk aplikasi. Namjoon mulai mencongkong mencari pintu hitam dan ketemu. "Baekhyun Hyung, di sini!"

Baekhyun yang melihat Namjoon membuka pintu hitam langsung berlari ke arah Namjoon begitu juga dengan yang lain. Mereka memasuki pintu itu berhati-hati. Lalu, memasuki taman bunga shion. Baekhyun kembali memimpin jalan mulai mengambil ponsel tapi sinyal tidak ada.

"Kenapa sinyalnya hilang?" Tanya Baekhyun merasa heran. "Tadi ada sinyal kan?"

Namjoon berlari ke arah pintu hitam. Lalu, keluar melalui pintu itu dengan merangkak. Ia mengecek sinyal ponsel dan tablet. Namun sinyal ponsel dan tablet Chan kembali muncul. "Di sini masih ada sinyalnya Hyung!!!"

"Hubungi Taehyung segera!!!" Pekik Baekhyun meloncat.

"Tidak di angkat Hyung!!!" Balas Namjoon meninggi agar bisa terdengar oleh Baekhyun.

"Siapa di sana?" Tanya salah satu satpam yang berusia paruh baya mengarahkan senter ke Baekhyun dan lainnya.

"Paman!!!" Seru Baekhyun memeluk satpam itu.

"Tuan muda Baekhyun" Balasnya tersenyum senang. "Akhirnya bala bantuan tiba. Tuan Taehyung dan Tuan Jungkook sudah meringkus si pelaku. Tapi, Tuan Jungkook terluka dan demam Tuan Taehyung belum sembuh sejak datang kemari" Ucap suami bibi Ahn itu terdengar kalut. "Kami bingung dan membiarkan Tuan Taehyung dan Tuan Jungkook tidur. Sedari tadi tidak ada sinyal."

"Aneh sekali pada hal ada sinyal di luar tembok" Ucap Hoseok bingung. Chan mulai tersadar dari tidurnya. Sedikit kaget melihat mansion.

"Apa tanah yang longsor belum selesai di perbaiki?" Tanya Paman itu melihat pakaian Baekhyun dan yang lain sangat kotor.

"Kami berjalan dari sore hingga tengah malam ini, Pak" Jawab Seokjin ingin mendudukkan diri. "Capek sekali."

"Ayo masuk Tuan-tuan. Maaf menahan Anda semua" Balas Paman itu mengajak masuk ke mansion. Semua mengikutinya termasuk Namjoon yang baru bergabung.

Bibi Ahn melayani kedatangan Baekhyun. Ia memberikan beberapa kamar tamu di lantai dasar. Lalu menunjukkan kamar Taehyung dan Jungkook. Namjoon membangunkan Taehyung agar Jungkook di periksa oleh tim medis.

"Bagaimana keadaannya dokter?" Tanya Taehyung terburu-buru.

"Kau sabarlah sedikit" Balas Namjoon kesal.

"Hyung, aku dan Jungkook besok jangan di terjunkan ke lokasi ya? Kami memeriksa dari jauh saja Hyung" Ucap Taehyung menatap Jungkook cemas. Ia menggesek jari kaki kanan ke kaki kiri gelisah.

"Tumben kau berkata begitu." Balas Namjoon melirik heran.

"Aku terlalu cuek dan tidak peka." Kata Taehyung tersenyum sendu. "Aku selalu membuatnya terluka."

"Makanya besok, jangan sampai Jungkook terluka. Kau harus menjaganya lebih berhati-hati" Balas Namjoon serius. "Pastikan di matamu sendiri bahwa dia terlindungi. Jangan lepaskan tangannya sedikit pun"

Taehyung balik menatap Namjoon tajam. Aku bersumpah tidak akan membuatmu terluka Jungkook, batin Taehyung bersumpah. Ia mengelus punggung tangan Jungkook.

"Tenang saja, Tuan. Tuan Jungkook baik-baik saja untuk Anda bisa melakukan pertolongan pertama dengan sangat baik. Sehingga lukanya akan sembuh beberapa hari. Untung lukanya tidak terlalu dalam. Dia hebat sekali bisa menghindar" Kata pemuda dari tim medis tersenyum.

Taehyung menghela nafas lega. Ia tersenyum senang membuat yang lain tersenyum. Dua anak buah Inspektur Jongdae sedang menyelidiki kematian sepasang suami istri. Tim forensik juga ikut memeriksa. Tiba-tiba bunyi alarm bunyi memekakkan sehingga kedua satpam memeriksa pintu gerbang. Namjoon dan Taehyung melihat ke arah pintu gerbang melalui balkon. Mereka melihat Yoongi, Jimin dan Sehun memegangi pintu pagar besi seperti tahan yang di kunci.

"Kau terlambat Hyung!!!!!" Pekik Namjoon melambaikan tangan dari balkon.

"DIAM KAU BOCAH!!!! AKU LUMUTAN BERSAMA SI PUCAT INI!!!!" Balas Yoongi ikut berteriak.

"Kau juga pucat Hyung!!!!" Teriak Taehyung melambaikan tangan.

"DIAM!!!!" Balas Yoongi kemudian tersenyum kepada satpam yang membukakan pintu pagar.

"Hyung aku akan tetap di sini menemani Jungkook" Ucap Taehyung berdiam diri di pintu. Namjoon menganggukkan kepala dan pergi bersama tim medis.

Namjoon dan tim medis turun dari tangga. Mereka bisa mendengar Jin Woo memaki-maki Yoo Seung Yeon. Namjoon berlari ke arah suara itu. "Ada apa ini?!"

Seokjin menyuruh Namjoon untuk diam.

"Kau benar-benar brengsek Jin Woo. Jadi bukti penyelidikan yang kau berikan padaku berbeda!!! Dan kau membunuh bibi dan pamanku?"

"Memang apa pedulimu. Semua salah gadis brengsek ini!!!! Kalau tidak gara-gara dia, aku bisa membunuh Jungkook dan dia sehingga Taehyung tidak punya bukti" Seru Jin Woo berteriak ingin lepas dari sana.

Yoongi, Jimin, Sehun, Inspektur Jongdae dan Sersan Minseok memasuki ruang tengah. Mereka mendengar percakapan itu. Yoongi langsung memukul Jin Woo tepat di pipinya. Jimin langsung menahan Yoongi kuat-kuat.

"Apa yang kau lakukan pada Jungkook dan Taehyung huh?" Tanya Yoongi menantang.

"Aku berhasil membuat demam Taehyung tidak sembuh, karena obat yang di minumnya bukan obat penurun panas. Dan aku juga berhasil menyabet bahu Jungkook. Kalau dia tidak lumayan gesit kepalanya pasti sudah ku penggal!!!!" Jawab Jin Woo tertawa sinis.

PLAAAK

Baekhyun langsung menampar Jin Woo. "Kau siapa huh?" Tanya Baekhyun sangsi. "Kau hanya orang luar. Kenapa kau membantai keluarga adik nenek dari Ibuku?"

"Kakekmu itu alias adik nenekmu adalah ayahku!" Balas Jin Woo sengit. "Aku yang harusnya punya mansion ini. Tapi, Kim Jae Young tahu semuanya. Makanya mereka harus mati. Aku yang punya harta warisan ini, bukan cucu brengsek ini!"

"Kata Abeoji kau sudah menjadi bagian dari keluarga sahabat Kakekku. Kau tak ada hak di sini" Kilat Ki Bum melipat tangan di dadanya.

"AKU PEWARIS!!!! PEWARIS!!!!" Jerit Jin Woo seperti kesetanan.

"DIAM BRENGSEK!!! KAU CUMA ANAK HARAM YANG DIBUANG KAKEK!!!!" Bantah Ki Bum murka. "Aku beritahu padamu. Mendiang Eommaku menceritakan semua kepada Appaku. Kalau Kakek sengaja menodai adik tiri sahabatnya. Jadi berhentilah mengatakan kau pewaris hanya karena kau laki-laki. Dan sifat penggodamu memang sungguh turunan ibumu. Kau hanya aib!!! Dasar selingkuhan Bibi Woo Shin!!! Haaah aku berteriak seperti wanita"

"Kau bermain dengan Bibi?" Tanya Baekhyun menghela nafas. "Pantas saja Jae Hee mati karenamu."

"Sudah jelaskan semua di tempat pihak berwajib." Balas Inspektur Jongdae menyuruh anak buahnya membawa ke pihak kepolisian.

"Maaf, Baekhyun aku tidak memberi tahumu. Malah memberi dying message " Timpal Seung Yeon sedih. "Aku takut dia marah dan membunuhku"

"Sudahlah Seung Yeon kepalaku sakit. Lagian kau tidak mungkin melukainya kan?" Tanya Baekhyun balik menghempaskan diri di kursi.

"Iya, aku masih menyukainya" Balas Seung Yeon lirih.

"Jangan menyukai iblis!" Sergah Yoongi naik ke tangga lantai dua di ikuti Jimin dan tim medis.

Mereka memasuki kamar Taehyung dan Jungkook. Taehyung sudah tertidur di samping Jungkook. Dokter memeriksa Taehyung bahwa tidak ada yang harus di khawatirkan. Karena obat yang di minum Taehyung bukan obat penurun panas tapi obat mag.

"Dasar alien bodoh!!!" Seru Yoongi melihat obat itu.

"Tapi, sepertinya Taehyung hanya meminum satu tablet obat." Balas Jimin tersenyum.

"Ada satu strip obat penurun demam lain yang berada di meja samping tempat tidur mereka. Seingatku Taehyung-ssi meminum obat ini. Mungkin pelayan itu memberikan obat baru pada Taehyung-ssi" Ucap Tim medis yang memeriksa Jungkook tadi.

"Baguslah semoga panasnya turun" Balas Jimin menghela nafas.

"Sudah dini hari Tuan-tuan sebaiknya Anda menginap dan tidur dulu di sini" Ucap Bibi Ahn masuk ke kamar Taehyung.

"Baiklah" Balas Yoongi melihat Jimin yang sudah terkantuk-kantuk.

Mereka keluar dari kamar Taehyung. Taehyung membuka matanya saat pintu tertutup. Ia mengelus pipi Jungkook tersenyum. Ia mendekap Jungkook erat dan mengecup puncak kepala. "Kalau bukan karena Jungkook yang memaksaku. Mungkin aku sudah menyumpal obat mag ini pada Jin Woo sakit jiwa itu" Ucap Taehyung kesal. Ia kembali tersenyum memeluk Jungkook. "Mimpi yang indah, Jungkookie"

* * *

Ke esokkan harinya anggota Bangtan Boys berpamitan kepada cucu mendiang kakek Myung dan keluarga Bibi Ahn. Taehyung dan Jungkook memasuki mobil Yoongi. Hoseok dan Chan memasuki mobil Namjoon. Sedangkan Baekhyun dan Sehun masih menetap di mansion. Yoongi menjalankan mobilnya duluan di ikuti oleh mobil Namjoon. Bibi Ahn dan anak-anaknya melambaikan tangan kepada Taehyung dan Jungkook. Bibi Ahn dengan bersusah payah memberikan selimut lembut dan hangat untuk Taehyung dan Jungkook di dalam mobil. Sehinggan Jimin menjahili mereka dengan sebutan Tuan muda. Yoongi tidak mengambil pusing, kemudian menghidupkan musik.

"Taehyungie, apa panasmu sudah turun?" Tanya Jungkook menyatukan keningnya dengan kening Taehyung. "Sepertinya sudah mendingan" Jungkook berusaha memeluk Taehyung tapi malah menjerit ngilu.

Taehyung yang sadar langsung melingkarkan lengan di pinggang Jungkook agar tubuh mereka berdekatan. "Jangan banyak gerak, Kookie" Balas Taehyung mengecup kilat bibir Jungkook membuat sang empu merona senang.

Jimin sedikit merundukkan badan melihat ke arah Yoongi. "Hyung, apa mereka sudah jadian?" Tanya Jimin berbisik.

Yoongi melirik ke kaca spion. "Mungkin" Angguk Yoongi menyelidik.

"Aku rasa iya Hyung" Balas Jimin melirik Taehyung yang sedang memainkan rambut Jungkook. "Senyumnya Jungkook, Hyung"

"Biarkan saja, Jiminie yang penting aku menyayangimu" Ucap Yoongi mengelus rambut Jimin senang. Jimin tersenyum malu ke arah Yoongi.

"Taehyungie, kapan ke rumah eommaku?" Tanya Jungkook tersenyum kelinci.

"Heeeiii, my bunny tidak sabar ya" Balas Taehyung menggoda Jungkook dengan erotic eyes.

Jungkook cemberut imut. "Hyungie~ Ada yang harus kita bicarakan dan ini rahasia" Bisik Jungkook kepada Taehyung. "Tapi, mau berjanji padaku?" Taehyung mengangguk cepat. "Taehyungie tidak boleh meninggalkanku? Taehyungie jangan marah ya.... Tetap sayang denganku ya? Jangan merasa jijik juga ya"

Taehyung mengerutkan kening berpikir. "Rahasia apa?"

"Tentang kenapa aku bisa sampai ke situs Bangtan" Bisik Jungkook menggenggam tangan Taehyung.

Taehyung menatap Jungkook terkejut. Jungkook menunduk sedih. Taehyung menciumi surai Jungkook membuat Jungkook menatap Taehyung kaget. "Terima kasih mau jujur padaku. Jangan merahasiakan apa pun dan aku akan menceritakan rahasiaku juga. Kita hadapi ini bersama Jungkookie" Ucap Taehyung menatap Jungkook tulus dan lembut.

"Mari hadapi bersama" Timpal Jungkook tersenyum lembut menggenggam kedua tangan Taehyung. Jungkook mencium Taehyung kilat. Taehyung menahan tengkuk Jungkook memperdalam ciuman. Ia menutup adegan ciuman mereka dengan map berisi kasus. Sehingga Yoongi dan Jimin tidak melihat aktivitas mereka. Yoongi dan Jimin hanya bisa geleng-geleng kepala.

|||

TBC

|||

Author Corner:

Maaf membuat kalian menunggu lama. Aku hanya punya waktu mengetik ff saat weekend. Jadi, hari mengupdate ff berubah. Yang penting terlambat dari pada nggak update hihihihi~

Ini kasus lebih ke arah menghentikan pembunuhan selanjutnya dari pada nyariin pelaku. Hehehehe

Soal semua benang merah dan rahasia-merahasia akan aku jabarkan atau aku jelaskan perlahan-lahan. Takut membebani readers. Jangan terlalu dipikirkan karena aku mengaduk-aduk kebenaran dan imajinasiku. Jadi nyantai saja bacanya yang penting ingat alur dan inti-inti rahasia yang menghubungkan di setiap chapter. Nanti juga mengerti ke mana mau aku bawa akhir dari cerita ini. Chapter CBC bisa lebih banyak atau kurang dari book pertamaku "Your SmelL" Tergantung komen dan voting reader sih sebenarnya muehehehehe

Terima kasih kepada @YSH2813 udah mau bantuin aku nyari nama-nama korea buat pemeran cameo. Terus kdrama Signal yang di saranin bagus bgt!!!!! Aku sampai nggak berhenti-henti nontonya. Keren pokoknya!!! Menginspirasi. Cepat kembali ke Wattpad ya, Cantik ;)

Yang penting aku berharap readers terpuaskan. Selamat membaca~ Jangan lupa comment dan voting~

Happysugaday~ panjang umur, sehat selalu, semangat terus buat lagunya Hyung-nim!!!! Fighting!!!! Happy bday Yoongi Hyung~

Aku nggak tahu mau ngomong apalagi.
Terima kasih sudah mau menunggu~

Salam Hangat,

Yoite_taejung

Continue Reading

You'll Also Like

379K 22.1K 46
"Waktu memang selalu memiliki jawaban atas semua rasa sakit dan penderitaan. Waktu membawa semuanya kadang terasa berat dan baik baik saja. Mungkin s...
124K 10.4K 26
"We Are Bulletproof" sekumpulan anggota yang membela keluarga mereka, dan anak-anak negara, dari kejahatan pemerintah yang memisahkan para anak dari...
168K 9.7K 23
Kehidupan seorang Jeon Jungkook yang selalu disiksa oleh paman dan bibinya semenjak ia kehilangan kedua orang tuanya. Di pertemukan dengan seorang Ki...
22.2K 1.7K 5
Miniseri book "Your Highness". • kelanjutan kisah Husby - Banny • flashback kisah Pangeran & Bodyguard boyxboy taekook