Sweet Revenge

By Lucifer404

247K 12.1K 411

Penculikan Haruno Sakura dirancang untuk memanfaatkan gadis itu, menggunakannya sebagai alat pembalasan terha... More

Prolog
1
2
3
5
6
7
8
9
10
11
12

4

13.9K 965 16
By Lucifer404

There is no such thing as Innoncent people. They just not found their true-self, yet.

-SweetRevenge-
Chapter 4
.
.
.

Seorang anak perempuan dengan rambut nya yang berwarna unik memeluk dirinya disudut ruangan. Mata nya mengeluarkan liquid bening untuk kesekian kalinya hari ini. Dia terluka. Ringisan kecil terdengar ketika angin mengenai kulitnya yang menganga akibat luka lebar itu. Dia hanya mampu menahan tangisan karena dia tau, dia akan jadi lebih buruk bila bersuara.

"Tou-san.." gadis itu berbisik lirih. "Perih.."

Dia tau tidak ada yang bisa menjawabnya. Sang Ayah baru saja pergi melakukan perjalan bisnis bersama ibunya dan dia sendirian dalam rumah besar yang selalu dingin. Pipinya merona, bukan karena tersipu, namun karena baru menangis hebat hari ini. Hidungnya juga memerah dan giginya bergemeletuk. Dia kedinginan.

"Hiks.. perih Tou-San.." Sakura memeluk tubuhnya semakin erat, "dingin..sangat dingin."

Dia mengatupkan mulutnya takut ketika mendengar suara langkah kaki mendekat. Dia menyembunyiman wajahnya diantara lipatan tangan dan berharap dia bisa menciut atau hilang dari muka bumi.

"Dimana kau anak nakal?!" Pekik sosok yang merupakan mimpi buruk dini bagi gadis itu.

"Kalau kau mau main petak umpet, harusnya bilang dari tadi! Aku sangat suka bermain!" Sakura bisa membayangkan sosok itu menyeringai seperti biasa. Dia gemetar ketakutan.

Jantungnya berdegup tak karuan saat langkah kaki itu terdengar mendekat dan berada disekelilingnya. Dia merapal doa, berharap untuk tidak ditemukan.

"DAPAT!" 


Sakura terbangun dari tidurnya dengan peluh membasahi tubuh. Mimpi yang sama. Mimpi buruk yang sama selama dua puluh tahun hidupnya yang akan selalu membangunkannya dengan cara yang sama.

Dia tidak melakukan apapun selain memcengkram erat selimut dan berusaha mengatur nafasnya. Setelah berapa menit berlalu baru disadarinya dia telanjang dan berada di ruangan yang asing.

Dia melirik Sasuke dan sorot matanya berubah dingin. Dengan tertatih, wanita itu memungut bajunya yang berserak di lantai dan berjalan menuju kamar mandi. Dia butuh air. 

OoO

Sasuke menatap datar layar komputer yang menyala. Pria itu baru saja membuka e-mail dan sekarang sedang membaca laporan yang baru saja dikirim oleh adik bungsunya.  Wanita yang berada dalam bayang musuhnya itu tidak menunjukkan tindak apapun yang cukup mencurigakan, setidaknya untuk sekarang ini.

"Sialan.." Sasuke mendesis pelan, kemudian memijat pelipisnya. Dia harus segera mencari lebih banyak alternatif untuk menjatuhkan Haruno, menarik dinasti itu ke dasar sehingga tahu bagaimana yang ia rasakan dulu kala. 

Terdengar suara ketuka di pintu ruang kerjanya, "masuk," titahnya dengan suara monoton.

Seorang gadis bercepol menampakkan kepalanya dari pintu yang terbuka. Tenten membungkuk dan masuk keruangan Sasuke, "Maaf mengganggu Sasuke-sama. Ada yang perlu kau ketahui."

Sasuke menaikkan alisnya. "Apa?"

"Naruto melacak programer dalam inti rencana Haruno. Saya harap anda bersedia berkumpul di ruang komputer,"

"Aku kesana," Sasuke bangkit berdiri dan menyampirkan jasnya, melangkah menuju tempat yang disebutkan.

OoO

Teropong hitam itu tetap setia melekat di kedua mata seorang gadis berkuncir dua. Dia mengenakan dress kotak-kotak dan stocking hitam panjang serta sepatu pantofel coklat di kaki manisnya. Gadis itu tampak seperti seorang cosplayer siang bolong.

"Kurasa ini membosankan," dia mengeluh dengan raut muak, "That bitch just a waste of time!"

"Dono-sama mengintruksikan kita membuntutinya, artinya dia adalah kunci penting," lelaki di sampingnya berucap datar dengan pandangan tidak lepas dari wanita itu.

"Oh, ayolah. Apa yang dia tau selain bermain wanita? Kau terlalu menghormatinya, kepala merah,"  Shuzumi memakan kacangnya dan menatap bosan rekan yang menemani dalam misi  ini.

"Setidaknya organisasi berkembang pesat di tangannya. Hargai dia sedikit, Shuzumi."

"Kau terlalu serius, Gaara. Bagaimana aku tahan menghabiskan waktu bersamamu? Menyebalkan."

"Kau terlalu banyak mengeluh," Gaara tidak mengalihkan pandangannya. Membuat gadis Uchiha itu semakin kesal.

"Hei! Dia bergerak!" Shuzumi menunjuk perempuan berambut coklat dengan jarinya, "ikuti dia Gaara!"

"Aku tahu," Gaara diam dan melajukan mobil. Membuntuti target di balik bayangan.


-


"Haruno itu berada di antartika? Kau tidak salah? Antartika?" Karin membentak Uzumaki Naruto dengan raut tidak percaya.

"Aku serius Karin! Kau bisa liat sendiri" Naruto membalasnya geram, dia memberi ruang bagi mereka untuk melihat layar komputer, membuktikan dia tidak berbohong. Titik merah yang berkedip itu berada di antartika, tempat yang sama sekali tidak mereka kira. 

"Ada yang aneh," Juugo menamati layar dengan seksama, wajahnya menunjukkan raut bingung.

"Memang," Naruto menghela nafas, "kalau begitu selama ini kita mengira markas Haruno dipenuhi bidak-bidaknya, ternyata bajingan itu cukup cerdik untuk memecah keberadaan pion yang ia gunakan."

"Bagaimana sekarang, Sasuke?" Hinata bertanya dengan muram. Anggota yang lain beralih menatap sang pemimpin yang sedari tadi tidak melanjutkan raut berarti.

"Apa lagi yang kita tunggu? Semua harus berkumpul malam ini, kita akan menerobos masuk," Sasuke menatap titik merah itu dalam diam. Rencana baru sedang berputar di otaknya dan dengan tinggi hati, dia tahu ini akan berhasil.

OoO

Sakura meletakkan bingkisan makanannya di meja ruang tamu dan sekarang mendudukkan dirinya di sofa. Dia lapar dan tidak tahu harus meminta pada siapa, maka dari itu Sakura sedikit mendesak pengawal untuk memesankannya makanan. Setidaknya itu berhasil.

Sakura duduk dan menikmati Brunch-nya dengan tenang. Junkfood memang bukan sesuatu yang bagus untuk mengisi perutmu memulai hari, tetapi dia tidak punya pilihan lain.

"Ahh.. Sakura-san," suara feminim yang lembut, terlampau lembut, memanggil namanya. Dia menoleh dan mendapati gadis bermata perak yang indah sedang menatapnya dengan senyuman, "senang melihatmu bangun."

Sakura tidak melihat Hinata di gudang interogasi tempo lalu, faktanya dia memang tidak terlalu memperhatikan sekelilingnya saat itu. Cukup mengejutkan mendapati figur lembut seorang wanita di neraka ini. Membuatnya bertanya-tanya, bagaimana bisa wanita ini berada di markas yakuza?

"Aku belum mati," Sakura menjawab dengan cepat. Wanita itu mendengus dan tersenyum kecil.

"Aku bertanya bagaimana kau bisa mendapat makan siang dari luar," Hinata menatap makanannya, "tapi kurasa kau punya banyak cara untuk mengisi perutmu."

"Kalian tidak memberiku makan. Aku tidak mau mati konyol."

Hinata tertawa kecil, "benar, benar. Betapa tidak pantasnya, seharusnya kami menjamu tamu kami lebih baik," Sakura mendelik tidak suka pada gadis itu. Dia terlalu banyak bicara dan tersenyum. "Namaku Hyuga Hinata, kuharap aku tidak mengganggu makan siangmu?"

Hyuga ya.. Sakura tahu marga Hyuga adalah salah satu dinasti yang kuat pada masanya sebelum saat ini meredup tanpa sebab, tapi dia tahu Hyuga adalah klan terhormat, membuatnya semakin mengherankan keberadaan Hinata di tempat ini. 

"Kau sudah tahu namaku," Sakura mengendikkan bahunya.

"Tentu saja. Bisa kupanggil kau, Sakura-chan?" 

Sakura tidak terlalu terbiasa mendapatkan percakapan yang santai antarwanita. Dia terdiam sejenak sebelum mendengus, "terserahmu."

"Hm.. Baiklah, Sakura-chan. Aku cukup bersemangat mendapati ada wanita baru di tim Taka, kurasa anggota lainnya juga berpikiran sama. Apa kau mau berkenalan dengan wanita lainnya di sini? Aku bisa mengajakmu."

"Aku adalah tawanan, Hinata-san," Sakura menatapnya datar, "aku tidak melihat adanya keperluan untuk mengakrabkan diri dengan kalian."

"Aku tidak melihatmu sebagai tawanan. Aku punya perasaan yang kuat kau akan bergabung bersama kami."

"Tidak, terima kasih," Sakura menekan bibirnya, "aku lebih baik pergi dari sini setelah kalian sadar menculikku adalah tindakan sia-sia."

"Baiklah-baiklah, kau ternyata keras juga," Hinata tertawa kecil, "tapi aku tetap mau mengajakmu ke kamar Karin nanti malam, mungkin banyak yang bisa kita bicarakan."

"Tidak. Maaf menolak undanganmu," Sakura menghela nafas, "apa kalian selalu memperlakukan tawanan kalian seperti ini? menjamunya dengan baik?"

"Kami hanya penasaran denganmu, lagipula tidak ada ruginya berbincang sesama wanita. Kau juga butuh kamar tidur, Sakura. Apa kau lebih memilih tidur di kamar yang sama dengan Sasuke? Kami bisa mengeluarkanmu dan memberimu privasi sebagai seorang wanita."

Sakura terdiam mendengarkan kata-kata itu. Hinata jelas adalah seseorang yang persuasif dan keras kepala. Dia menghela nafas, "pukul berapa?"

"Jam tujuh. Aku yang akan langsung berbicara dengan Uchiha-sama," dia mengulas senyum puas. "Sampai bertemu nanti," ujarnya dan berjalan kecil menjauhi ruang tamu. 

Sakura terdiam mengamati punggung wanita itu, dalam pikirannya bertanya-tanya apa yang direncanakan sindikat ini. 

OoO

"Sasuke, apa kau sudah membaca pesanku?" Shuzumi terengah dang menggenggam erat ponselnya. 

   "...."

"Dengarkan aku! Kami sudah membuntuti wanita itu, kau tidak akan suka apa yang akan kau dengar."

   "...."

Shuzumi merapatkan dirinya pada tembok, merapat pada Gaara, keduanya berusaha tidak terlihat. "Dia... dia menemui Itachi nii-sama, aku tidak bisa mendengar apa yang mereka bicarakan."

 "..."

Shuzumi membulatkan matanya dan kemudian menatap Gaara yang sedari tadi menunggu perintah baru. Mata mereka bertemu, kemudian Shuzu mengalihkan pandangannya. "Kau pasti bercanda.."

"..."

"Oke, aku mengerti. Kami akan melakukannya, jaa ne."

Shuzumi menyimpan ponsel pintarnya di saku pakaian aneh itu dan melirik Gaara. Sebelum pemuda itu berbicara dia sudah membuka mulut terlebih dahulu.

 "Sasuke memerintahkan semuanya kembali ke markas dan kita akan menerobos memasuki markas Haruno, tampaknya mereka tidak sabar menggali informasi dari lapangan. Kau siap?

Gaara mengangguk. Dia selalu punya waktu dalam misi berbahaya apapun itu, lagipula dia sudah mengabdikan hidupnya untuk mengikuti perintah Uchiha Sasuke dan untuk tidak mempertanyakannya. 

"Bagus, kita punya waktu beberapa jam untuk bersiap. Ayo, panda!" Shuzumi menoleh sekali lagi ke arah bangku taman sebelum dia berjalan menjauh, diikuti Gaara di belakangnya.

-


Sasuke mengernyit mendapati Shuzumi menghubunginya dengan nomor darurat. Nomor yang diberikannya pada anggota Taka untuk dihubungi jika memuat urusan pekerjaan. Dia mendekatkan benda itu pada telinganya.

"........"

"Tidak, aku sibuk sekarang. Katakan saja jika penting."

 "........"

"Ada apa?" Sasuke berucap cepat. 

"......."

Raut wajahnya berubah mendengar berita itu. Itachi menghubungi salah satu pion Haruno, dia sama sekali tidak menyangka akan mendengar itu. Kakak bodohnya benar-benar bisa mengacaukan seluruh rencana.

"Kau dan Gaara kembali ke mansion. Kita akan menerobos markas Haruno nanti malam."

   "...."

   "Apa aku terdengar seperti bercanda? Semakin cepat kita memetakan situasi, semakin cepat aku mengirimnya ke neraka."

   "....."

Panggilan itu dimatikan secara sepihak. Sasuke lantas menghubungi nomor lain di dalam kontaknya.

"Naruto?"

"Ne?" 

"Aku ingin denah kediaman Haruno selesai lebih cepat. Pastikan semuanya beres sebelum pukul dua belas, kau mengerti?"

Naruto mendengus, "Aku sudah menyelesaikan sedari tadi."

"Itu memang pekerjaanmu, ne?" Sasuke mematikan sambungan dan memasang kembali earphone di telinganya, membidik, dan melontarkan peluru ke papan sasaran, melanjutkan latihannya yang sempat terhenti.

OoO

"Dia sudah tertidur?" Karin mengasah pisaunya dan melirik pada Hinata yang baru keluar dari ruangan itu. 

"Lelap. Aku memastikan semua terkunci, dia tidak akan sadar sampai kita pulang."

Ino menyelipkan glock di dalam sepatu bootnya, mendengus kecil. "Baguslah, aku tidak ingin dia merepotkan nantinya."

Mereka memasuki van berwarna hitam itu, menyusul Suigetsu dan Juugo yang sudah berada di dalam. Berkamuflase dengan malam, kendaran itu menderu, menjauhi mansion.

-


Suara mesin kendaran yang menderu terdengar semakin jauh. Sosok yang berbaring itu membuka matanya dan memuntahkan air yang ia sembunyikan di dalam mulut. Dia segera berdiri dan tergesa membuka jaket yang ia kenakan. 

"Tch. Kenapa harus malam ini?" Dia mengambil karet dari saku piyamanya dan mengikat rambut menjadi ekor kuda yang tinggi. Dia harus bergegas menyusul rombongan itu dan mendahului mereka mencapai markas Haruno. Mereka tidak boleh mendapatkan benda itu, tidak dalam pengawasannya.

Sakura dengan mudah membuka jendela, mengeluarkan permen karet yang ia gunakan untuk menahan engsel. Wanita itu merasakan angin malam berembus di kulitnya yang pucat. Dalam kedipan mata ia melompat turun dan menghilang. 

-tbc-

Continue Reading

You'll Also Like

5.8K 497 9
Bertemu dengannya lagi membuatnya membuka kebahagiaan, kesedihan dan luka yang paling dalam bernama penyesalan. SasuSaku~ Masashi Kishimoto.
4.6K 63 5
5 tahap aja cuy untuk mahir dalam berbahasa
101K 4.9K 6
Sebelum keputusan Resign itu mampir seperti tamparan keras di siang hari, ia mendapati dirinya ketiban sial lebih jauh lagi. Malam panas-atau sepan...
11.8K 2K 7
1884. 1887. 90⁰. República Portuguesa. Kasta. 1900. 2022. ( SasuSaku )