YOMIKOMI - Collection of Shor...

By nakazawaharuka13

4.4K 237 50

Seorang gadis bernama Nakashima Miki sangat tertarik dengan kakak seniornya Kimura Aoi. Dia tampan dan juga s... More

地球、月、太陽 (Earth, Moon, Sun)
親友との愛か。(Best friend or Love?)
マッチメイ キング (Matchmaking)
6 習慣 (The Six Habits)
オタクと人気 (The Nerd and The Popular)
私はあなたと一緒にいたいです (I want to be with you)
私は恋に落ちる (I Fall in Love)
ジャングルでロスト (Lost in the Jungle)
実際の生活の描画 (Real Life Drawing)
血の王 (The King of Blood)
私の罪のない彼氏 (My Innocent Boyfriend)
私だけです (Just Me)
ホーム スイート ホーム (Home Sweet Home)
私の最後の願い (My Last Wish)
理想的なカップル (Ideal Couple)
消えました (Vanished)

新しいパートナー (New Partner)

159 12 0
By nakazawaharuka13

*Disarankan sambil mendengarkan lagu berjudul You & Me by Kana Nishino

"Lebih baik... kita berpisah saja" kata Junichi.

Kamiya Junichi. Cowok yang sudah menjadi kekasih ku selama satu tahun, tiba-tiba mengajakku untuk berpisah. Aku tidak tahu alasannya. Aku juga tidak tahu kenapa dia seperti itu. Mulutku saja sampai tidak bisa berkata apa-apa. Aku tidak tahu apa yang harus aku rasakan sekarang. Apa aku harus sedih? Apa aku harus kecewa? Atau, apa aku harus merasa bahagia? Aku benar-benar tidak tahu apa yang harus aku rasakan sekarang.

"Memangnya kenapa?" tanyaku, akhirnya.

"Sepertinya, kita memang sudah tidak cocok lagi. Dan... aku sudah tidak mencintaimu lagi" kata Junichi, sambil menghela nafas seakan-akan, saat ia mengatakan 'aku tidak mencintaimu lagi', dia mengatakannya dengan terpaksa.

"Oh, begitu.. Baiklah, aku terima permintaanmu" kataku, sedikit kecewa. "Tapi kita tetap berteman, kan?"

"Ya, kalau itu maumu" katanya. Matanya sudah tidak lagi menatapku. Dia malah mengalihkan pandangannya ke arah lain, seakan-akan, dia sudah tidak mau berurusan denganku.

"Hah!? Apa maksudmu dengan berkata seperti itu?" kataku, sedikit marah.

"Ya, kalau kau masih berteman, yasudah. Kita tetap berteman"

"Tapi, dengan caramu seperti itu, sepertinya kamu tidak mau aku di kehidupanmu lagi, ya? Kau ini membenciku, ya?" kataku, marah-marah.

"Apa maksudmu dengan ngomong seperti itu?" kata Junichi, yang juga ikut marah.

"Sudah, aku tidak mau dengar omonganmu lagi" kataku. Lalu aku pergi meninggalkan Junichi diatap sekolah. Aku sudah tidak peduli lagi. Aku sungguh tidak peduli lagi. Kalau dia tidak mau berteman denganku, baiklah.

"Hey, Chika! Aku belum selesai bicara!" teriak Junichi.

Aku sudah tidak peduli lagi! Junichi-kun, kau ini bodoh sekali, teriak batinku.

- -

"Perkenalkan teman baru kita," kata Sensei. Saat ini, dikelasku sedang ada kedatangan murid baru.

"Namaku Tatsunari Kensho. Senang berkenalan dengan kalian" katanya.

Sensei lalu menyuruhnya untuk duduk disampingku. Aduh, kenapa dia malah duduk disampingku? Tidak ada tempat duduk lain, ya? Batinku. Lalu murid baru itu langsung duduk ditempat duduknya.

"Hei, bolehkah aku meminjam buku paketmu?" katanya tiba-tiba, berbisik.

"Eh? Memangnya kau tidak membawanya? Tasmu kelihatannya berat, kau membawa apa saja memang?" kataku.

"Kau ini pelit sekali sih. Baiklah, kalau kau tidak mau meminjamkannya padaku" katanya, terlihat sedikit kesal. Karena aku tidak ingin membuat keributan di hari pertama sekolah, aku pun memutuskan untuk membagi buku paketku dengannya.

Tak ku sangka, bukannya simak apa yang diajarkan Sensei, murid baru itu malah tidur. Dia tidur dengan pulas saat Sensei memberikan materi pelajaran. Aku sungguh tidak percaya ini. Tadi dia ingin meminjam buku paketku dengan lancang, sekarang dia malah tidur saat jam pelajaran. Sungguh tidak dipercaya.

"Hey, kau tahu, tidak? Katanya ada dua murid baru disekolah ini, loh. Yang cowok masuk ke kelas 3-E, dan yang cewek masuk ke kelas 3-A. Kata temanku yang dikelas 3-A, ceweknya itu cantik sekali" kata salah satu cowok yang sedang mengobrol dengan temannya dilorong kelas. Aku tidak sengaja mendengar percakapan mereka saat aku melewati mereka. Lalu aku pun berhenti berjalan, mencoba untuk mendengar percakapan mereka.

Hah? Kelas 3-A? Kelasnya Junichi juga dapat murid baru? batinku.

"Yang benar saja kau? Memangnya kau ingin mendekatinya?" kata temannya itu.

"Mungkin," katanya sambil tertawa. "Oh, itu dia murid barunya. Cantik, kan?"

Siapa? Siapa murid barunya? Batinku. Saat aku ingin melihat murid baru itu, ternyata dia sudah berada didepan mataku. Dia berjalan tepat didepan sebelah kiriku, bersama Junichi. APA!? DIA BERSAMA JUNICHI-KUN!? Kenapa bisa begini!? Teriak batinku.

Mereka berjalan melewatiku dengan santainya. Mereka tertawa, mereka tersenyum, terutama Junichi. Aku tidak pernah melihat Junichi sebahagia itu saat bersama seseorang. Saat aku masih bersamanya pun, aku tidak pernah melihat Junichi tersenyum se-tampan itu. Apa.. apa dia dulu, memang tidak pernah mencintaiku?

"Hei, kau! Cewek Pelit! Sedang apa kau berdiam dilorong kelas begitu?" kata seseorang sambil memukul kepalaku. Orang itu ternyata murid baru dikelasku, Tatsunari Kensho. Si cowok tukang tidur.

"Aku perhatikan, kamu sepertinya sedih karena melihat cowok itu dengan cewek itu. Kenapa? Kau suka sama cowoknya, ya?" katanya lagi, meledek.

"Kau diam saja deh. Minggir kau, aku ingin balik ke kelas" kataku, kesal. Lalu aku pun berjalan dan mendorong Kensho secara paksa dari hadapanku.

"Hei, Cewek Pelit. Kelas kita kan di arah yang berbeda" katanya sambil menunjuk ke arah yang sebaliknya. Lalu, aku langsung membalikkan badanku dan berjalan menuju kelas. Kensho pun juga ikut mengikutiku dari belakang.

Sekolah pun usai dan waktunya untuk pulang. Saat aku sedang mengambil sepatuku dari loker, Kensho tiba-tiba mengagetkanku. Ada apa sih dengan cowok ini? Batinku.

"Kau mau apa, Tatsunari-kun?" kataku, dengan pasrah.

"Tolong, panggil saja aku Kensho" katanya, seperti sedang merayu seorang wanita. Aku yakin pria ini pasti seorang playboy, batinku.

"Bagimana kalau nanti kita mampir ke kedai donat dulu?" kata seseorang dari belakangku. Aku kenal suara itu dimana-mana. Itu suara Junichi. Dia sedang mengobrol dengan seseorang, dan seseorang itu adalah murid baru dikelasnya. Apa-apaan dia? Baru saja kenal, tetapi sudah sok akrab begitu, batinku. Dibalik sisi cemburuku melihat mereka, aku juga merasakan kesedihan. Kesedihan karena aku melihat Junichi dengan cewek lain yang bisa membuatnya tersenyum.

"Oh, Miho-san?" kata Junichi. Junichi memanggil nama depanku, dia pasti sudah benar-benar melupakanku. Dia memanggilku juga pasti hanya ingin memperkenalkan cewek barunya didepanku dan Kensho. "Kau belum pulang?"

"Ini aku mau pulang, kok" kataku sambil memperlihatkan senyum manis palsuku.

"Kenalkan, ini Shimizaki. Shimizaki-san, kenalkan ini sahabatku. Miho Chika" kata Junichi. Junichi memperkenalkanku padanya sebagai sahabat. Bodoh, Junichi-kun kau ini bodoh sekali, teriak batinku.

"Aku Shimizaki Rei. Senang berkenalan denganmu" katanya dengan manis.

"Aku juga" kataku.

"Baiklah, aku pulang duluan, ya" kata Junichi. Lalu mereka pun pulang bersama. Dari kejauhan, aku masih bisa mendengar percakapan Junichi kalau ia ingin menunjukkan kedai donat yang paling enak dikota. Apa itu maksudnya? Aku tidak pernah diperlakukan istimewa seperti itu. Junichi tidak pernah mengajakku ke tempat yang enak. Astaga, apa dia benar-benar tidak mencintaiku? Aku menyesal karena aku telah memintanya untuk menjadi pacarku dari awal. Tapi kalau dia tidak suka padaku, kenapa dia terima saja?

"Oh, jadi begitu toh" kata Kensho tiba-tiba.

"Apa maksudmu?" kataku, pura-pura tidak tahu.

"Aku yakin, kau dan si Junichi itu, bukan hanya sekedar sahabat. Apa aku benar?" kata Kensho. Lalu, aku tidak langsung menjawab pertanyaan itu. Sebenarnya aku tidak tahu harus menjawab apa. Apa Junichi sebenarnya adalah mantan kekasihku? Apa dia adalah musuhku? Aku benar-benar tidak tahu hubungan apa yang sebenarnya aku jalankan dengan Junichi.

Kensho terus-menerus menanyakan hubunganku dengan Junichi sampai akhirnya aku memberitahunya saat kami sedang berhenti disebuah jembatan. Aku sudah tidak tahan mendengar celotehnya.

"Junichi-kun adalah... dia adalah mantan pacarku" kataku, dengan nada putus asa.

Kensho tidak mengatakan apa-apa saat aku memberitahukan yang sebenarnya. Dia malah diam lalu lama-lama, dia tersenyum dan tertawa dengan sangat keras. Aku tahu itu cara dia untuk menghinaku.

"Kau serius!?" katanya, saat ia selesai tertawa. "Lalu apa yang akan kau lakukan saat kau melihat dia dengan cewek itu?"

"Aku.. tidak tahu" kataku.

"Eh? Serius kamu?" tanya Kensho, keheranan.

"Sebenarnya, setelah dia mencampakkanku, aku tidak tahu harus berbuat apa. Yang aku lakukan setelah itu, hanyalah menangis dikamarku seharian. Masih tidak bisa menerima kenyataan. Tapi, lama-kelamaan, aku menerima kenyataan itu. Aku sudah menerima kalau Junichi sudah tidak suka lagi padaku atau peduli padaku" kataku.

Setelah aku mengatakan semua itu dengan perasaan sedihku yang sudah lama aku tidak rasakan, ada kesunyian diantara aku dan Kensho. Tanpa peringatan apapun, Kensho tiba-tiba memengang pundakku dengan kedua tangannya dan berkata: "Dasar kau, Cewek Pelit. Baiklah, aku akan membantumu. Kita akan buktikan padanya. Kita akan membuat si Junichi itu menyesal karena sudah mencampakkanmu"

"Eh?" kataku, kaget. Yang benar saja, batinku.

- -

Beberapa hari kemudian, aku dan Kensho benar-benar bertindak seperti sepasang orang bodoh. Waktu itu saat dikantin. Saat kami tidak sengaja melihat Junichi dengan cewek murid baru itu sedang makan siang bersama, kami pun juga melakukan hal yang sama. Kami memutuskan untuk saling suap-suapan. Awalnya berjalan dengan lancar, tapi saat Junichi mulai memperhatikan tindakan kami, aku tidak sengaja menumpahkan makanannya ke celana Kensho. Karena aku kira, makanan yang aku pegang sudah sampai dimulut Kensho. Kensho hampir kesal karena tindakanku, tapi dia mencoba untuk sabar. Alhasil, Junichi tetap tidak peduli, ia pergi begitu saja.

Tindakkan bodoh lainnya, waktu itu saat berada dilorong sekolah. Saat aku dan Kensho tidak sengaja melihat Junichi dan Rei sedang berjalan bersama dilorong sekolah, Kensho langsung pasang gaya. Yaitu gaya seakan-akan dia ingin menciumku. Junichi dan Rei berjalan mendekat dan terus mendekat, tapi mereka tidak peduli dengan adanya aku dan Kensho disitu. Mereka berjalan melewati kami berdua begitu saja. Lalu aku langsung memukul mulut Kensho sambil berkata: "Jangan coba-coba kau, ya"

- -

"Aku.. mundur dari percobaan ini" kataku. Setelah beberapa tindakan bodoh yang aku lakukan bersama Kensho, aku memutuskan untuk berhenti. Sudah tidak ada harapan lagi untukku untuk bisa bersama Junichi. Junichi juga sepertinya sudah nyaman dengan cewek yang bernama Rei itu.

"Loh, kenapa mundur? Kau tidak mau melihat dia: 'wah, kenapa aku bisa putus dengannya, ya? Menyesal, aku sungguh menyesal' gitu?" kata Kensho.

"Aku baik-baik saja, kok. Aku juga sudah tidak terlalu mengharapkan dia lagi. Lagipula, aku rasa, perasaan cintaku padanya sudah mulai pudar" kataku, dengan nada sedih tapi sambil tersenyum.

"Chika-chan? Sepertinya ada seseorang yang ingin berbicara denganmu" kata salah satu teman sekelasku, datang menghampiri. Saat aku ingin melihat siapa itu, ternyata yang ingin berbicara denganku adalah Junichi. Kenapa Junichi ingin berbicara denganku? Tumben, batinku.

"Aku ingin berbicara denganmu" kata Junichi saat kami sedang berada dilorong sekolah. "Dengar, sebenarnya, aku hanya ingin menanyakan kabarmu. Bagaimana hari-harimu? Akhir-akhir ini, aku sering melihat kamu dekat dengan murid baru itu. Aku senang melihatnya"

"Ke-kenapa kau datang jauh-jauh hanya untuk menanyakan itu padaku?" kataku.

"Eh?"

"Kenapa kau menanyakan itu padaku? Bukannya kau sudah tidak peduli padaku? Bukannya kau tidak mau berteman denganku lagi? Selama ini kau selalu dingin padaku, kau mengalihkan padanganmu dariku. Kau benar-benar tidak peduli padaku. Tapi, kenapa sekarang, kau datang padaku hanya karena aku mulai dekat dengan Kensho-kun?" kataku, sambil bergelinang air mata.

"Junichi-kun, kau bodoh!" teriakku. Lalu aku pun langsung berlari, menjauh dari Junichi. Aku sudah tidak peduli lagi, aku sungguh sudah tidak peduli lagi. Aku berlari menuju lantai bawah dengan air mata yang turun dengan derasnya.

Saat aku masih berlari sampai dijalan penghubung menuju gym, seseorang memegang tanganku dan aku berhenti berlari. Orang itu membalikkan badanku saat aku masih menangis. Orang itu ternyata Kensho. Kensho yang ternyata mencoba untuk menenangkanku dengan memegang kepalaku lalu aku dipaksa untuk memeluknya. Kensho memelukku dengan sangat lembut. Aku pun tanpa basa-basi langsung menangis dengan deras dipelukkannya.

"Dia... dia... aku sudah tidak peduli lagi" kataku, sambil menangis.

"Iya, iya. Aku tahu" kata Kensho.

Setelah adegan dramatis tadi, saat pulang sekolah, Kensho lalu mengajakku ke kedai es krim. Disana, sangking kesalnya, aku sampai menghabiskan tiga gelas sundae. Aku sudah tidak mau lagi berurusan dengan Junichi. Junichi juga sepertinya sudah tidak mau lagi berurusan denganku. Semua yang ia katakan tadi hanyalah sebuah skrip yang ia hafalkan.

Beberapa hari kemudian, aku dan Kensho sudah tidak lagi melakukan tindakan yang bodoh. Aku sudah melupakan semua yang aku rasakan terhadap Junichi. Aku tidak perlu melakukan itu lagi. Kensho juga ternyata tanpa ku duga, bisa menjadi cowok yang lembut sekaligus peduli. Tapi, dia masih saja sebagai si Tukang Tidur, tetapi itulah dia.

- -

"Kamiya-kun, aku suka padamu" kata seseorang yang sedang berada dilorong sekolah. Aku tidak sengaja mendengar apa yang dikatakan cewek itu. Tapi saat aku ingin melihat siapa yang mengucapkan itu, ternyata cewek itu adalah Rei. Shimizaki Rei, yang Junichi kenalkan padaku.

"Maafkan aku, tapi aku tidak bisa membalas perasaanmu sekarang" kata Junichi dengan dinginnya. Ada apa dengan Junichi? Bukannya dia terlihat senang saat sedang bersama cewek yang bernama Rei itu? Kenapa dia malah menolaknya? Batinku.

Junichi lalu langsung pergi begitu saja, meninggalkan Rei. Aku pun lalu menghampiri Rei.

"Shimizaki-san?"

"Oh, Miho-san" katanya dengan lembut.

"Kamu, ada apa dengan Junichi? Jangan bilang kau baru saja menyatakan rasa sukamu pada Junichi" tanyaku, terus terang.

"Eh itu.. bagaimana, ya? Iya, itu benar. Tapi sepertinya, Kamiya-kun tidak suka padaku"

"Dasar cowok dingin, tak akan ku maafkan dia" kataku, kesal.

"Tidak apa-apa, kok. Sudah seharusnya seperti ini. Mungkin dia masih punya rasa bersalah pada orang itu" katanya.

"Eh? Apa maksudmu?" tanyaku, keheranan.

"Dia pernah bercerita bahwa, dia pernah menjalin hubungan dengan seseorang lalu dia mengakhirinya tanpa rasa bersalah atau menyesal sedikit pun. Tapi setelah melihat orang itu menangis untuk pertama kalinya didepannya, dia mulai merasa bersalah. Sejak saat itulah, dia mulai bersikap dingin padaku. Dia merasa sangat bersalah pada orang itu. Tapi, saat aku bertanya siapa orang itu, dia tidak pernah mau menjawab" kata Rei.

Setelah Rei memberitahuku itu semua, pikiranku malah menjadi kosong. Aku tidak tahu apa yang harus aku rasakan setelah mendengar cerita itu. Tanpa memikirkan apa-apa lagi. Aku langsung berlari menyusul Junichi. Junichi-kun, kenapa kau suka sekali membuat kesalahan? Kali ini, aku tidak mau kamu melakukan kesalahan yang sama, batinku.

Aku berlari dan terus berlari sampai ke luar sekolah. Aku berlari terus-menerus sampai akhirnya aku melihat Junichi sedang berjalan melewati sebuah kuil. Aku meneriakkan namanya dengan sangat kencang dan Junichi pun membalikkan badannya. Aku berjalan menghampirinya dan memukul pundaknya.

"Aduh, sakit" katanya, kesakitan.

"Junichi-kun, kau ini bodoh sekali. Kau benar-benar bodoh karena melewatkan sesuatu yang penting" kataku, dengan nada sedikit kesal.

"Apa maksudmu?" kata Junichi.

"Kamu tidak perlu memikirkan aku. Ya, memang aku sedikit sedih kenapa kau ingin berpisah denganku. Tapi, aku sudah tidak apa-apa. Aku sudah melewati masa-masa sedih itu. Aku benar-benar tidak apa-apa. Dan sekarang, ada cewek yang suka padamu tapi kau malah sia-siakan..."

Sebelum aku selesai bicara, Junichi malah memelukku dengan wajah menyesalnya. Aku tidak tahu apa dia benar-benar bersalah karena sudah membuatku menangis, tetapi kalau dilihat dari cara ia memelukku, itu memang menandakan sebuah penyesalan.

"Maafkan aku. Sungguh, maafkan aku" kata Junichi, akhirnya.

"Iya, aku mengerti kok" kataku dengan santai.

Junichi lalu melepaskan pelukkannya dari tubuhku. Dia menggenggam kedua tanganku sambil tersenyum lalu pergi berlari meninggalkanku. Aku berharap dia akan memberitahu Rei, perasaannya yang sebenarnya. Aku melihatnya berlari dari belakang dan berpikir: "Astaga, kau ini sungguh orang yang lucu, Junichi-kun"

Aku tahu bahwa dibalik senyuman itu dan cara dia menggenggam tanganku adalah sebuah tanda untuk perpisahan. Tetapi, aku tidak mempermasalahkannya. Aku malah senang karena akhirnya dia bisa menemukan seseorang yang benar-benar dia sukai.

Lalu, saat aku membalikkan badanku dan mencoba untuk pulang ke rumah, tiba-tiba didepanku ada Kensho, yang berdiri tidak jauh dari tempat aku berdiri. Dia tersenyum ke arahku dan aku juga ikut senang melihatnya. Aku berlari ke arahnya lalu merangkul lengannya.

​THE END


Continue Reading

You'll Also Like

575K 6.1K 26
Hanya cerita hayalan🙏
1M 66.6K 39
SLOW UPDATE [END] Kisah tentang seorang bocah 4 tahun yang nampak seperti seorang bocah berumur 2 tahun dengan tubuh kecil, pipi chubby, bulu mata le...
864K 24.4K 63
WARNING⚠⚠ AREA FUTA DAN SHANI DOM YANG NGGAK SUKA SKIP 21+ HANYA FIKSI JANGAN DI BAWA KE REAL LIFE MOHON KERJASAMANYA. INI ONESHOOT ATAU TWOSHOOT YA...
6.3M 484K 57
Menceritakan tentang gadis SMA yang dijodohkan dengan CEO muda, dia adalah Queenza Xiarra Narvadez dan Erlan Davilan Lergan. Bagaimana jadinya jika...