The Power Of Love [Event Feb]

By writersfunny10

608 98 19

Ini adalah kumpulan cerita dari para member WFC, dengan tema "The Power Of Love". Dan karena Februari identi... More

Cinta Terakhir
Dawai Cinta Pertama
Life Need Love
My Dreams
Cinta Kasih
Die Letzten Gedicht
Won't Let Go
Fashion & Love
Kekuatan Cinta
Awal Dari Semuanya

Keajaiban

21 4 0
By writersfunny10

By :Angel
Wp : angelagustine817
.
.
.

Hujan mengguyur kota Jakarta. Gadis itu, Alina, terlihat sangat senang hujan turun. Di bawah rintik-rintik hujan, ia bergumam.

“I LOVE YOU!” Kemudian, ia memejamkan matanya. Menerawang kisahnya yang dulu, tapi kemudian ia meringis.

“Hey!” Ucap orang itu sambil menepuk pundak Alina. Kemudian, Alina menoleh, menatap orang itu yang ternyata seorang lelaki.

“Siapa kamu?” tanya Alina sembari mundur beberapa langkah.

Lelaki itu tersenyum hambar, “Jangan takut, aku bukan orang jahat. Aku ingin bertanya padamu, mengapa kau hujan-hujanan seperti ini?”

Alina menghentinkan langkahnya, “Memangnya mengapa? Apa urusannya denganmu?”

Lagi-lagi, lelaki itu hanya bisa tersenyum kecut. “Aku tidak ingin kau sakit, Alina. Itu saja.”

Alis Alina mengernyit, “Darimana kau tahu namaku? Apa hubunganku denganmu? Aku saja tidak mengenalmu. Sudah sana, jangan ganggu aku.”

Alina maju mendekati lelaki itu untuk mengambil tasnya yang berada di bawah pohon. Kemudian, pergi meninggalkan lelaki itu. Sayangnya, tangan Alina ditahan oleh lelaki itu.

Mengapa dadaku berdetak sangat cepat? Apakah aku terkena serangan jantung? Dan kenapa, jika berada di dekatnya aku merasa nyaman? Batin Alina terus bertanya-tanya.

“Hey, Alina?” Lelaki itu melambaikan tangannya dihadapan Alina.

“Eh?” Alina melepaskan tangan lelaki itu.

“Kamu mau kemana?” tanya lelaki itu.

Lagi-lagi, kening Alina mengernyit, “Mengapa kau seperti ingin melarangku? Kau siapa? Bahkan kita baru bertemu tadi. Apakah kau orang jahat?” Alina bersiap memasang kuda-kuda walaupun ia tidak bisa karate.

“Ternyata ia belum mengingatku,” gumam lelaki itu pelan tetapi, Alina masih bisa mendengarnya.

“Apa katamu?” tanya Alina.

Lelaki itu menggeleng, “Oh, tidak-tidak.”

Alina mengangkat bahunya acuh, lalu berbalik untuk pulang ke rumahnya. Lelaki itu menghela nafas lelah, melihat Alina pulang meninggalkannya.

Setelah sampai rumah, Alina langsung duduk di pinggiran ranjang miliknya.

“Dia itu siapa ya?” karena pusing memikirkan lelaki itu, Alina mengambil HP-nya lalu membalas chat-chat yang masuk.

Tok tok tok

Dengan malas, Alina bangkit lalu membuka pintu yang ternyata mengetuk adalah Mamanya.

“Kenapa, Ma?”

“Di bawah ada tamu.”

Alis Alina mengernyit lagi, “Lah? Kenapa emangnya, Ma? Kan sama Mama juga bisa.”

“Udah, ikut aja Mama ke bawah.” Mamanya menarik tangan Alina paksa untuk bertemu dengan tamu tersebut.

“KAMU?” pekik Alina setelah melihat tamu yang dimaksud Mamanya.

Mamanya melotot ke Alina, “Alina!”

“Iya, Ma. Maaf. Eh, ada apa kamu ke rumahku?” Alina menatap tajam lelaki yang tadi bersamanya sewaktu hujan. Alina duduk di depan lelaki itu.

Mamanya menghela nafas, “Mama tinggal dulu ya.”

“Lin, kamu bener-bener gak ingat sama aku?”

Hah? Emangnya dia siapa? Kok aku enggak ingat. Batin Alina heran.

“Enggak. Memangnya kamu siapa sih? Setiap aku dekat sama kamu aku merasa nyaman padahal kita baru kenal. Dan anehnya lagi, jantungku berdetak sangat cepat,” Alina sangat merasakan, saat ini jantungnya berdetak sangat cepat.

Lelaki itu menggeleng dengan senyuman yang melekat di bibirnya, “Kamu gak perlu tahu sekarang, Lin. Kamu istirahat aja ya, makan yang teratur. Kalau gitu, aku pulang dulu. Sampaikan salamku untuk Mama kamu.”

Laki-laki itu berdiri lalu mengusap atas kepala Alina seraya tersenyum lalu berbalik. Namun, tangannya ditahan oleh Alina.

Alis lelaki itu mengernyit, “Kenapa?”

Alina melepas tangannya, “Nama kamu siapa?”

Lelaki itu tersenyum bahagia, sangat bahagia. “Alano.” Setelah itu, Alano pergi dari rumah Alina.

“Alano,” gumam Alina. Seketika, kepala Alina terasa berputar-putar. Kepalanya nyeri yang amat sangat.

“ARGHH!! SAKIT!!” Pekik Alina sembari memegang kepalanya.

“ALINA, kamu kenapa?” Mamanya datang dengan tergopoh-gopoh.

“Kepala Alina sakit, Ma,” tak lama, Alina kehilangan kesadarannya.

***

“Sayang, hujan lagi. Gimana dong?” teriak seorang perempuan. Ia berteriak karena hujan deras dan berada di motor.

“Kita neduh dulu ya,“ pacar perempuan itu meminggirkan motornya di sebuah warung kopi.

“Nih, tehnya,” cowok itu memberikan segelas teh hangat lalu memberikannya kepada perempuannya.

“Makasih, Al.” Ucap perempuan itu seraya meminum tehnya.

“Sama-sama, Lin.”

“Kita pulangnya gimana nih? Hujannya deras banget,” Alina, perempuan itu, memeluk tubuhnya sendiri karena hawa yang dingin menerpa tubuhnya.

Alano, cowok itu, melihat Alina yang kedinginan, dengan cepat Alano merengkuh tubuh mungil Alina kedekapannya. Alina hanya tersenyum Alano memeluk tubuhnya.

Tak terasa, ternyata hujan telah berhenti.

Alano menepuk pipi Alina pelan, “Alina, hujannya udah berhenti. Balik yuk?”

Alina mengerjap-ngerjapkan matanya, “Engh.”

“Hujannya udah berhenti ya?” Lanjut Alina. Sepertinya, nyawanya belum terkumpul penuh.

“Iya, sayang. Kamu lapar? Mau makan dulu?” tanya Alano.

Alina menggeleng, “Enggak, aku enggak lapar. Aku mau pulang aja.”

Alano berdiri lalu mengenggam tangan Alina, Alina pun ikut berdiri, “Siap, princess.”

Akhirnya, mereka pulang menuju rumah Alina.

“Makasih ya, sayang atas hari ini, “ Alina memberikan helmnya setelah sampai di depan rumahnya.

Alano mengambil helm itu, “Gausah makasih, sayang. Aku seneng banget kalau kamu bahagia.”

Mereka berdua sama-sama tersenyum. Tersenyum paling tulus.

“Yaudah, aku masuk ya. Kamu hati-hati jangan ngebut.” Ucap Alina.

“Oke! Sampai jumpa besok, sayang,” Alano mencium kening Alina.

Alina mengangguk, “I love you.”

“I Love you more.”

Alano pun pergi dari rumah Alina. Alina pun masuk ke dalam rumahnya.

“Huft,” Alina membanting tubuhnya ke sofa.

“Sayang? Kamu kok basah? Ganti baju dulu sana.” Ucap Mamanya yang tiba-tiba datang entah darimana.

“Tadi, setelah pulang dari dufan hujan, Ma. Aku ganti baju dulu ya, Ma,” ucap Alina lalu berjalan menuju kamarnya. Ia pun berganti baju, setelah itu ia kembali ke bawah.

“Lho, kamu mau kemana? Udah sore, Lin,” Mamanya berucap seraya membawa nampan yang isinya teh manis dan makanan ringan.

“Mau ke taman, Ma. Aku pergi ya,” Alina pergi menuju taman dengan earphone di telinganya.

“Jangan kemaleman ya pulangnya.” Alina hanya mengancungkan ibu jarinya lalu pergi.

Alina Pov

Kalian tau kan aku mau ke taman? kalo gak tau aku kasih tau. Huft, sebenarnya itu aku bosan jadi pergi deh ke taman.

“Kok sepi banget ya tamannya?” gumamku. Ya, tumben sekali taman ini sepi biasanya padat oleh anak-anak dan orang tuanya.

Mataku meneliti satu persatu tempat di taman ini. Rasanya, seperti ada yang berubah. Dan, benar saja ada yang berubah, yaitu ada toko ice cream yang baru.

“Wahh, ada toko ice cream.” Aku berjalan menuju toko itu, karena toko itu berada di sebrang aku harus menyebrang terlebih dahulu.

Kutengok kanan dan kiri. Tidak ada pengendara apapun, jadi aku menyebrang.

“NENG, AWAS ADA MOBIL!!!” teriak seorang bapak-bapak. Entah mengapa, perasaanku tidak enak

Dan tiba-tiba

BRUK

Tubuhku terbentur entah apa itu, kepalaku nyeri, seluruh tubuhku juga nyeri. Entah apa yang terjadi. Tak lama, kesadaranku hilang digantikan banyak orang yang melihat keadaanku.

***

Author Pov

“Trimakasih, Dok. Selamat malam.” Ucap Mama Alina.

“Sudah kewajiban saya, Bu. Kalau begitu saya permisi.” Dokter itu pun pergi. Kemudian, Mama Alina menuju kamar Alina.

“Ma? Aku pingsan?” lirih Alina. Ia berusaha bangun, lalu Rani, Mama Alina, membantu Alina duduk.

“Iya, sayang,” jawab Rani.

“Ma, Lano mana?” Rani tersenyum senang anaknya bisa kembali mengingat hal-hal yang terjadi sebelumnya.

Kata dokter, ini adalah sebuah keajiban yang jarang terjadi di dunia.

Tok tok tok

“Masuk aja,” ujar Rani.

Ceklek

“Alin? Kamu udah baikkan?” orang itu masuk ke dalam kamar Alina lalu duduk di kursi belajar Alina.

“Udah, Lan. Kamu darimana? Aku kangen.”

Alano kaget. Ia kaget, sangat. Karena, setahunya Alina susah untuk kembali mengingat memorinya yang dulu.

Ia bersyukur karena Tuhan telah mempersatukannya dengan Alina kembali.

“Semua itu butuh waktu, jika kita tidak sabar, maka waktu itu takkan tercapai.” ~Alano

“Aku tidak mengerti semua ini, tapi yang aku tahu aku mencintainya.”
~Alina

Continue Reading

You'll Also Like

78.8K 7.5K 22
Ryan, seorang pemuda yang terpaksa harus menjadi figuran yang merangkap menjadi antagonis licik karena tidak mau mati dua kali. bertransmigrasi ke se...
26.2K 2K 22
yang ada saja belum tentu dianggap,, apalagi aku yang hanya orang baru?
72.5K 6.7K 39
"Jangan harap saya bisa sayang sama kamu, Christy." Ucap chika dan pergi meninggalkan Christy sendirian, di tengah hujan deras. "Tuhan, aku iri deng...
740K 1.8K 25
jalang pribadi pacar sendiri