The Power Of Love [Event Feb]

By writersfunny10

608 98 19

Ini adalah kumpulan cerita dari para member WFC, dengan tema "The Power Of Love". Dan karena Februari identi... More

Cinta Terakhir
Life Need Love
My Dreams
Cinta Kasih
Die Letzten Gedicht
Won't Let Go
Fashion & Love
Kekuatan Cinta
Awal Dari Semuanya
Keajaiban

Dawai Cinta Pertama

140 13 3
By writersfunny10

By : Chris Aridita
Wp : JuanJangkrik
.
.
.

Jessen itu pendiam, hanya dirinya dan gitar Itulah dunianya. Jessen suka main gitar disaat hujan turun. katanya Hujan itu sumber inspirasinya. Tatapan tajam, rambut lurus di cepak pendek seperti ABRI, sudah jadi modal yang sangat memadai untuk dikagumi oleh bebrapa gadis. Lebih keren lagi kalau dia ada di panggung dengan Mitchell MD200 Double Cutaway Electric Guitar.

Gitar itu enemaninya kapanpun ia bermain. Senar-senar string itu mengeluarkan melodi yang sangat rapi saat Jessen duduk diatas speaker hitam dan melakukan Typing Technique yang memukau. Siapa gadis SMA yang tidak terpesona dengannya?

***

Semua berawal dari hujan sore itu, rambut Jessen masih panjang. Saat itu ia sudah mengenal musik namun belum mengenal gitar. Seorang diri menunggu hujan karena dipanggil oleh guru BK, tertangkap membawa rokok. Padahal rokok itu titipan temannya, ia memang dibebaskan dari tuduhan apapun namun tetap saja dapat semprotan siang itu. Perutnya sudah kroncongan karena menahan lapar.

Jessen menatapi hujan yang turun dengan deras itu di sekolahnya. Ia hanya bengong sambil memainkan air yang deras mengucur, dengan tangannya. Diakhir tahun kelas IX, ia sering merenung, saat SMA nanti bagaimana hidupnya. Akankah ia mempunyai banyak teman? Atau mengenal yang namanya Cinta?

Saat kau merasa tak bercahaya
Seakan semua kegelapan menyelimuti harimu
Dan kau merasa takkan pernah usai...

Suara itu seperti malaikat, lagu itu menenangkan hatinya. Jessen berjalan pelan mencari dari mana suara itu berasal. Suara yang indah dari lagu Raisa, yang berjudul bersinarlah. Kemudian ia berhenti di ruang musik, disana ada beberapa anak berlatih gitar, piano dan bass.

Seorang gadis bernama Nada sedang bernyanyi, suaranya indah dan hati Jessen langsung luluh melihatnya. Rambut pendek, wajah yang cantik dan kacamata dengan frame hitam. Nada sangat menikmati dentingan piano dari guru musik.

Tersenyumlah percayalah
Bebasakan dirimu bersinarlah
Lepaskanlah keraguanmu
Bukalah hatimu bersinarlah

Jantung Jessen berdebar kencang, ia terpesona sore itu, terpesona oleh kecantikan Nada dan keindahan suaranya. Ia memang selalu melihatnya hampir setiap hari karena kelas mereka bersebelahan. Tapi entah mengapa hari itu ia begitu cantik, mempesona, anggun dan menawan di mata Jessen. Setelah Nada selesai menyanyi ia memandang jendela, Jessen langsung kaget dan berlari dari jendela.

Ia tidak peduli akan hujan, diterobosnya hujan itu, berlari-lari di jalan menuju halte untuk mencari angkot. Ia juga tidak peduli saat semua orang di angkot memandangnya, ia hanya membalasnya dengan senyuman. Hingga akhirnya Jessen sampai di rumah, dilihatnya ayahnya yang berprofesi sebagai head security di sebuah hotel berbintang, duduk santai memainkan gitar akustik sambil menikmati kopi dan pisang goreng.

"PA!" Kata Jessen tegas.

Ayah Jessen menurunkan kacamatanya menatap Jessen agak heran.

"Kamu ngapain hujan-hujan gitu? nanti sakit... Masuk cepet!" Kata Ayahnya kemdian bersiul sambil memainkan melodi lagu 'Diriject Aja' yang dinyanyikan Jenita Janet, dan luar biasanya melodi itu terdengar dengan suasana Jazz.

"Aku Pokoknya! Mau Belajar GITAR! biar bisa kayak papa..."

Melodi yang indah itu berhenti, kemudian Ayah Jessen menatapnya seolah tak percaya.

"Kamu masih waras nak?" Ayahnya jelas merasa heran, karena setiap anak-anaknya diajarkan musik pasti semua mempunyai seribu alasan.

Ayah Jessen memang pemusik handal, kerja sampingannya adalah sebagai pemain musik akustik di Bar dan di Hotel.

"AAHHH! Pokoknya aku mau belajar, dan papa harus ngajarin kalo nggak aku nggak mau masuk rumah, biar aku di sini disambar petir!"

"HUS!" Kata Ayah Jessen, kemudian ia berdiri dan menggaet tangan Jessen untuk menyusulnya di teras

"Jangan ngawur kalo ngomong, iya papa ajarin, mandi, ganti baju sana, ini tadi mama buat pisang goreng."
Jessen dengan patuh menuruti apa yang diperintahkan ayahnya. Setelah itu ia belajar rhythm dari kunci dasar C, G, Am, D, dan seterusnya.

Apalagi tujuannya, jika ingin mengiringi Nada bernyanyi, entah kapan.

***

Lama kelamaan, Jessen menyukai Nada, ia menstalking FBnya. Bertanya pada teman-temannya dan mencuri-curi pandang saat Nada berada di kantin. Kini mereka sudah SMA dan masih di sekolah yang sama. Jessen masuk kelas X4-IPS sedangkan Nada anak X-IPB, Nada sangat mencintai dunia tarik suara.

Suatu hari ada pemilihan musisi untuk lomba paduan suara antar sekolah, dan di aula yang besar itu Jessen datang dengan gitar akustiknya. Memang posisi gitaris banyak yang mengincar, Jessen merasa minder karena ia melihat beberapa kakak kelas yang sangat hebat melebihi dirinya. Namun saat gilirannya dipanggil ia memainkan gitarnya dengan perasaan. Melodi itu mengalun memukau siapapun yang ada di sana. Jessen dan gitarnya sudah menjadi satu tubuh, karena apa yang ayahnya ajarkan awalnya adalah bagaimana caranya agar bermain dengan rasa saat dawai-dawai string dan nylon itu dipetik.

"Bagus banget..."

Jessen langsung terlonjak saat mendengarkan suara itu, dilihatnya sosok Nada yang kini makin anggun dengan rambut pendeknya.

"Eh, iya... Makasi..."

"Jessen kan? Anak X-4 IPS yang dihukum sekelas itu... hahaha" Nada tertawa.

Sebenarnya Jessen risih dengan sebutan itu, ia pernah dihukum satu kelas seminggu setelah masa orientasi siswa karena ribut. X-4 IPS terkenal karena kejadian itu, ia hanya terjebak di kelas yang 'kelewat' kompak.

"Iy- iya, saya Jessen" katanya gugup. Apalagi setelah Nada langsung duduk disebelahnya.

"Uda berapa lama main gitar? Kamu keren mainnya..."

Senyum Nada membuat Jessen gugup, perasaan ini lebih seram dari audisi tadi. Keringat dingin sudah mengucur pelan di dahinya.

"Baru sebentar, sekitar delapan bulan, latihan intensif dua bulan setelah UAS. Nad-da... Audisi juga?"

"Enggak, aku kepilih langsung" Nada geli melihat Jessen yang tegang itu.

"Kenapa Jessen? kita kan satu SMP kok tegang gitu." Tiba-tiba ada kakak kelas yang memanggil untuk mengajak latihan.

"Ya udah, aku pergi dulu ya, kamu keren..." kata Nada pelan, dan hanya dibalas anggukan oleh Jessen yang masih tegang.

***

"Gila TOK! Dia duduk disampingku..."

"Cie, yang lagi kasmaran... Trus gimana?" Almanto mengeluarkan sebungkus besar kacang kulit.

"WAAAH, Lumayan Nih!!!!" Tiba-tiba Lisa datang mengambil dua genggam penuh kacang itu.

"Ini anak! Ga pake permisi nyerobot aja!" kata Jessen.

"YEEE... Biarin pujangga kampret!" Lisa menjulurkan lidahnya.

Jessen hanya tertawa melihat kelakuan Lisa. Ia memang salah satu ikon di kelasnya, anaknya akrab dengan siapapun, cantik, bawel, kecil, lincah dan topi kupluk merah selalu dipasang dikepalanya.

"Dasar Autis, gitu-gitu dia gebetan Willy" Kata Almanto pelan "Trus gimana?"

"Aku deg-degan, ga tau Tok, ga tau mau ngomong apa..."

"Ya uda, semoga bisa keterima audisinya, qe tuh emang bakat nok!"

"Ah biasa aja..." Jessen duduk bersandar, mengambil gitarnya lalu memetiknya pelan.

Melodi lagu lama, Can't help falling in love dari Elvis Presley mengalun pelan. Membuat suasana kelas yang tadi riuh redam saat jam istirahat menjadi tenang. Semua orang menikmati melodi itu, beberapa orang yang tau lagu itu bernyanyi pelan.

Jessen menghentikan permainan gitarnya karena merasa jadi pusat perhatian. Namun semua orang yang memandangnya tersenyum kemudian kelas dipenuhi oleh riuh tepuk tangan. Jessenpun tersenyum lalu menunduk karena malu.

***

Sayangnya pengumuman setelah pulang sekolah, Jessen tidak diterima dalam mengiringi lomba paduan suara. Jessen tertunduk saat melihat pengumuman itu, impiannya mendekati Nada dan membuatnya terkesan nyaris pupus. Jessen pulang kerumah dengan langkah gontai, saat memasuki rumahnya. Seperti biasa Ayahnya minum kopi di depan teras sambil bermain gitar ia tersenyum saat melihat Jessen.

"Gagal audisi?"

Jessen hanya mengangguk pelan. Ia tak punya jawaban apapun untuk mewakili kesedihannya. serta harapannya lebih dekat dengan Nada hancur.

"Ada kesempatan lain nak! Jangan kecil hati, Papa baru dapet service charge besar di hotel, pelajaranmu bagus, trus kamu tekun belajar gitar. Besok kita ke toko gitar, kita beli gitar listrik sekaligus soundnya buat kamu belajar."

"Yang bener pah!?"

Ayah Jessen hanya mengangguk pelan. Jessen langsung berhambur memeluk papanya. "Makasi banyak Pa, aku bakal latihan lagi lebih serius."

***

Jessen memainkan Gitarnya dengan suara kecil, karena takut mengganggu tetangga. Ia sangat bersemangat dengan Mitchell MD200 Double Cutaway. Dawai gitar Elektrik itu dipetiknya dengan bersemangat. Jari kiri Jessen sudah semua ditambal dengan plester, karena kapalan dan sangat lecet melawan dawai gitar yang tajam.

Jessen berlatih keras, untuk membawakan lagu Secret love songs dari Little mix. Lagu itu akan dibawakan Vallerie saat pentas seni sekolah. Even akbar sekolah yang diadakan setiap tahun sekali, di mana Jessen mengikuti lomba band antar kelas. Anggotanya adalah, Jessen sebagai melodi gitaris, Robocop (Louis) pada Keyboard, Almato pada Bass, Eka pada Drum, dan Vallerie pada vokal.

Pentas berlalu dengan meriah, Jessen dan kawan-kawannya berhasil membawakan lagu itu dengan luar biasa. Improvisasi Jessen pada melodi membuat para juri terpukau. Siang malam Jessen berlatih, mencari kunci-kunci yang bisa menghidupkan melodi yang indah dari nada-nada dasar.

***

Cewek mana yang tidak tau Jessen saat itu, gitaris X-4 IPS, keren, agak pendiam dan skill luar biasa. Linenya hampir penuh dengan notifikasi dan ajakan chat. Namun hanya satu yang ia harapkan tidak kunjung mengajaknya chat, atau sekedar bertemu. Rupanya juara dua Lomba band sekolah dan pengghargaan sebagai best guitarist belum cukup membuat Nada terkesima.

Dilorong sekolah siang itu...

"Cie... lancar pakkk... banyak penggemar nih..." Kata Lisa yang duduk di sebelah Jessen, mereka menunggu di depan kantor kepala sekolah untuk mengambil hadiah.

Foto-foto Lisa yang membuat kelas menang lomba stand kreativitas akan diminta untuk dikoleksi oleh kepala sekolah.

"Ah, biasa saja... Kamu gimana? Cie, gebetan baru... Berduaan sama Ethan di Aula..."

"Ah, jangan bahas lagi deh... Dia uda punya pacar."

"Ya belajar nikung dong! sebelum bendera kuning berkibar... hahaha"

"HAIS! NGAWUR" Kata Lisa.

"Lis, aku mau nanya ni? Aku kok takut banget ya mau deket sama Nada"

"Itu. IPB ya, yang pinter nyanyi tuh... Eh, deket gimana nih maksudnya?" Lisa tersenyum lalu mengangkat alisnya

"Suka yaaa..."

Jessen hanya mengangguk pelan sambil tersenyum.

"Ahhh... Pujangga Kampret berjidat trapesium jatuh cinta so sweet..." Lisa mendekap kedua pipinya.

Jessen langsung mengerenyitkan dahi. Masalah mengejek, Lisa memang luar biasa.

"Santai aja Jess, aku nggak tau apa-apa tentang itu. Just be yourself katanya Willy sih gitu..."

Jessen tersenyum "Trims," kemudian mereka melakukan toss.

***

Hari demi hari berlalu, Nada tidak bisa hilang dari pikirannya, terus menerus terbayang disaat apapun. Dari kenalan Ayahnya Jessen mendapatkan kerjaan sampingan, bermain musik di sebuah bar Reggae di Kuta. Kemudian saat ia pulang malam itu ia melihat minimarket dan membeli sebuah coklat import dari hasil honornya.

Pagi saat datang ke sekolah Jessen menunggu di depan kelas Nada, menggenggam coklat. Kemudian Nada datang dengan beberapa temannya, jantung Jessen berdegub kencang, dengan mental yang sudah dipersiapkan Jessen datang dan menghampiri Nada.

"Nada"

"Iya Jess ada apa ya?"

"Ini" Kata Jessen malu, ia menundukkan kepalanya saat memberikan coklat itu "Coklat buat kamu..."

"Ini kan bukan Valentine" Kata Nada pelan, teman-teman Nada langsung tersenyum. Beberapa diantara mereka berbisik.

"Ga harus Valentine kan?" Sahut Jessen.

Nada menerima coklat itu dengan senyuman lalu mendekapnya di dada. Terlihat pipinya memerah.

"Makasi Jessen... Kamu baik banget..."

"Eh, iya-iya, Daa..." Jessen langsung lari, jantungnya berdegub kencang.

Beberapa jam kemudian, Selly Miss Sosmed yang berada di kelas Jessen menunjukkan sebuah foto di smartphonenya. Foto profil Nada yang diganti dengan Coklat pemberian Jessen.

***

Jessen dan Nada akhirnya menjadi semakin dekat, mereka berdua seiring Chat. Terkadang menelfon, padahal saat disekolah mereka sering malu saat bertemu. Suatu hari dengan mental yang mantap Jessen mengajak Nada untuk pergi ke pantai Seminyak. Disana sudah menunggu anak-anak X-4 IPS, Mereka berkumpul diantara api unggun sore itu. Bernyanyi dan berbincang sambil bakar ikan diantara ombak yang berdebur dan indahnya sunset.

Sore itu melihat Nada bernyanyi bersama Vallerie membuat hati Jessen semakin luluh. Jessen terus memandang Nada sambil tersenyum. Hati itu semakin mantap dan pasti, Nada yang ia sukai dari SMP dulu, karena gadis itulah Jessen bermain gitar. Nada merupakan sosok inspirasi bagi Jessen, sifatnya yang sederhana, kemampuannya yang memukau membuat Jessen jatuh hati.

Hanya tinggal tunggu saat yang baik...

***

Jessen dan bandnya diminta Novi ketua kelas X-4 IPS untuk bernyanyi membawakan dua lagu di acara ulang tahunnya. Acara itu diadakan disebuah Restaurant di daerah Denpasar, kemudian Jessen terlintas sebuah ide. Jessen akan menyatakan perasaannya pada Nada saat itu, Novi meng-iyakan permintaan Jessen. Mereka mengatur acara sedemikian rupa tanggal 14 febuari, dengan mengundang Nada dan kedua temannya ke acara Novi.

Malam itu lampu-lampu gemerlapan menghias restaurant. Novi dengan gaun merah sangat cantik malam itu. Jessen sudah menyiapkan mawar, dan Vallerie sudah siap dengan performa terbaiknya. Pesta cukup meriah berjalan, orang-orang larut dalam suasana musik dan hidangan yang tersedia.

Setelah acara utama selesai, Akhirnya Jessen dan Bandnya naik ke panggung dan akan membawakan lagu secara akustik. Lagu pertama dibawakan dengan performa yang sangat bagus, semua orang bertepuk tangan dengan riuh.

"Malam ini saya diijinkan spesial oleh teman saya yang berulang tahun Novi untuk menyatakan perasaan. dan Ibu Suri, alias Novi..." hampir semua orang tertawa mendengarnya.

"Terima kasih atas kesempatannya dan menjadi pemimpin X-4 IPS yang kami hormati"

Tepuk tangan, kembali terdengar di acara itu. Lalu sejenak Jessen terdiam, ia mencoba larut dalam suasana hening dan memulai untuk memetik senar-senar itu.

Alunan melodi lagu 'Sempurna' dari Andra and The Backbone, dibawakan Jessen begitu merdu dan shadu, Vallerie mulai bernyanyi dengan suara yang indah. Saat lagu sudah setengah jalan, Novi menarik tangan Nada untuk berada mendekat ke panggung. Jessen menghentikan permainannya dan Almanto mengambil alih suara gitar. Mawar merah yang berada di dekat panggung itu diraihnya, kemudian Jessen berjalan menuruni panggung menghampiri Nada.

Oh, sayangku kau begitu...
Sempurna...

"Nada..." Kata Jessen sambil menggenggam bunga mawar, memandang Nada yang sedang menutup mulutnya dengan kedua tangannya karena gugup. "Aku ngeliat kamu pas SMP dan sore itu Hujan, kamu lagi latihan di kelas musik. Jujur saat itu aku mulai suka kamu..."

Terlihat mata indah Nada berkaca-kaca dibalik kacamatanya seolah tak percaya apa yang Jessen katakan.

"Nada... Kamu mau kan, Jadi pacarku?" Ada suara kelegaan dari dalam diri Jessen.

"Jessen, makasi udah bareng aku selama ini, aku surprise banget hari ini..." Nada mencoba menahan tangisnya.

Rasa penyesalan itu timbul dari hatinya, Jessen yang begitu baik ada dihadapannya.

"Hari ini aku ditembak dua kali, yang pertama tadi siang... yang kedua malem ini... Jessen..."

Jessen menatap Nada dengan tatapan tegang menanti jawaban darinya.

"Maaf Jessen..." Kata Nada lirih

"Aku udah punya pacar, kami jadian tadi siang... Hari ini..." Nada melihat Jessen lirih

"Maaf Jessen... Maaf..."

Dada Jessen mendadak sesak, ia terlambat beberapa jam, tertunduk sementara lalu memberikan mawar itu Jessen mencoba untuk tetap tegar, terlihat tidak sedih padahal hatinya sedang hancur

"Tolong terima ini... Makasi ya Nada... Makasi sudah jadi sumber inspirasiku selama ini, karna kamu nyanyi waktu itu aku mau belajar gitar. Sampai aku udah sejauh ini."

Nada mengambil bunga itu, air matanya tidak terbendung, ia tidak menyadari bahwa selama ini ada yang mengaguminya. Nada kembali menatap Jessen yang tertunduk itu.

"Maaf banget Jessen... maaf..."

"OKE!" Kata Jessen mencoba untuk bersemangat. "Aku mau satu kali ini aja, kamu nyanyi aku ngiringin pake gitar, Bersinarlah dari Raisa. Mau!?"

"Eh! gimana aku belum-" Jessen langsung menarik tangan Nada sampai kepanggung diiringi tepuk tangan dari para audiens.

Nada terlihat agak canggung diatas panggung. "Aduh sebenernya aku nggak latihan, tapi aku coba ya... Lagu ini buat kita semua dan buat Novi yang ulang tahun."

Semua orang dipesta itu bertepuk tangan, Jessen memandang Nada dengan senyuman. Melodi dari gitar itu mengalun cepat, indah dan sangat rapi sehingga siapapun yang mendengarnya tidak tahan untuk tidak bernyanyi.

Saat kau merasa tak bercahaya
Seakan semua kegelapan menyelimuti harimu
Dan kau merasa takkan pernah usai
Buang saja menjadi hatimu
Biarkan berlalu
Ini bukan akhir dunia

Karena Nada, di sore hujan itu Jessen memutuskan untuk bermain gitar, berlatih keras untuk bisa mengiringi Nada bernyanyi.

Tersenyumlah percayalah
Bebasakan dirimu bersinarlah
Lepaskanlah keraguanmu
Bukalah hatimu bersinarlah

Nada bernyanyi dengan merdu. Jessen ingat saat dimana ia gugup dalam audisi dan gagal, tangannya berdarah terkena senar gitar. Memenangkan lomba band, mendapatkan pekerjaan sampingan hingga bisa membelikan Nada coklat.

Saat yang manis bersama Nada di pantai, bersama teman-temannya bernyanyi bersama. Saat mereka chat sampai larut malam. Saat tertawa bersama dan berbincang apapun tentang musik.

Saat dawai gitar itu dipetik oleh Jessen, lagu yang mengantar cinta pertamanya. Suara indah Nada merasuk ke hatinya menggerakkan jemarinya untuk mengiringi dengan melodi yang indah. Tak terasa Air mata Jessen menetes di gitar itu.

Senyuman Nada mengakhiri lagu itu disambut tepuk tangan seluruh orang. Jessen hanya melempar senyum padanya. Dari lampu yang terang itu Nada terlihat sangat cantik, Gadis bersuara indah cinta pertama Jessen.

Karena kekuatan Cinta itu menggerakkan hatinya, pikirannya, hingga sampai ke jemarinya untuk memetik dawai yang menghasilkan melodi indah.

Dawai Cinta Pertama Jessen, tak sampai namun indah didengar dan dinikmati.

Sekalipun tidak sampai di hati Nada, dawai itu terus dipetik Jessen sampai menghasilkan melodi yang nayris sempurna...

Tersenyumlah percayalah
Bebasakan dirimu bersinarlah...

-Sore itu saat hujan turun menghantam atap rumah-

-Chris Aridita- WFC, Teenlit - the power of love

Continue Reading

You'll Also Like

27.5K 2.9K 20
Felix Fredricko, seorang petualang di dunia fiksi, dirinya harus bisa mengubah alur dari novel-novel yang alurnya berantakan. Dan setiap dirinya meny...
181K 746 8
📌 AREA DEWASA📌
20.1K 701 9
TOLONG JANGAN SALPAK!! SEBELUM BACA, LIHAT (TAGAR) NYA DULU!!! BAGI YANG KEBERATAN, SILAHKAN KELUAR! JIKA ADA KOMEN YANG TERKESAN MENGHINA/MENYINGG...
874K 24.5K 63
WARNING⚠⚠ AREA FUTA DAN SHANI DOM YANG NGGAK SUKA SKIP 21+ HANYA FIKSI JANGAN DI BAWA KE REAL LIFE MOHON KERJASAMANYA. INI ONESHOOT ATAU TWOSHOOT YA...