Crazy Bunny Coaster ' VKOOK '...

By YOI-TE

241K 16.7K 3.6K

Jeon Jungkook baru saja menamatkan kuliah tahun ini. Jungkook sangat ingin mencoba sesuatu yang baru sebelum... More

Jika Ingin Maka Korbankan Lah! 'PROLOG'
Chapter 1: Iseng-Iseng Berhadiah
Chapter 2 : Awal Mula
Chapter 3 : Aku Mengutuk Segala Perasaan Cinta
WARNING (Permohonan Maaf) 。・゚・(ノД')・゚・。
Chapter 4 : Aku Berusaha Memahamimu, Bodoh!
Chapter 5 : Bukan Kegelapan yang akan Menyelimutiku
Maaf, Bukan Updatean Hanya Salam Sapa
Chapter 6 : Tumpah Tindih
Chapter 7 : Desa yang Hilang
Chapter 9 : Langkah Ringan Masih Jauh
Chapter 10 : Cerita Cinta yang Sedih
Chapter 11 : Untaian Benang yang Kusut
Chapter 12 : Seberapa Besar Rasa Sayangmu?
Warning!!!
Chapter 13 : Laut Indah dan Luas yang Menjadi Ibu Bagi Umat Manusia
Chapter 14 : 念 -Nenriki- [Tekad]
Chapter 15 : Bunga Sakura yang Berguguran [Part.1]
Chapter 16 : Bunga Sakura yang Berguguran [Part.2] END
Attention, please
New Publish
Advertisement

Chapter 8 : Di Tengah Kabut Bersamamu

9.8K 740 149
By YOI-TE

Crazy Bunny Coaster

( Travel Light )

Chapter 8 : Di Tengah Kabut Bersamamu

Cast :

Kim Taehyung

Jeon Jungkook

Min Yoongi

Park Jimin

Kim Namjoon

Kim Seokjin

Jung Hoseok

Lee Chan

(VK, YM, NJ, HC)

|||

Yoongi mengambil ponsel yang berada di saku celananya. Ia mencoba menelepon Taehyung kembali. Tapi, Taehyung tidak mengangkat telepon Yoongi. Ia sangat kesal, karena Taehyung seenak pantatnya datang ke Yeongdok. Brengsek!, umpat Yoongi murka. Ia mencoba menenangkan kembali pikirannya. Yoongi melihat ke arah Manse yang sangat senang bermain dengan Jihoo. Sedangkan Jimin asyik membuat pudding untuk mereka. Karena Jihoo ingin sekali makan cemilan manis. Manse dan Jihoo bermain kejar-kejaran di sekitar kaki Jimin. Manse memeluk betis Jimin agar bisa bersembunyi dari Jihoo yang akan menangkapnya. Jihoo terus saja menggapai Manse yang senang tiasa memeluk paha Jimin, membuat Jimin tertawa lucu.

Setidaknya pemandangan indah tersaji di mata Yoongi. Mungkin pilihan ini akan jadi salah satu pilihan yang dipilih Yoongi, menikahi Jimin. Yoongi tersenyum tipis. Ia berdiri mendekati Jimin, memeluk bahu Jimin tersenyum. Manse dan Jihoo masih saja bermain kejar-kejaran di sekitar Yoongi dan Jimin. Pipi Jimin berubah kemerahan. Ia lebih banyak menunduk dan sesekali melirik ke arah Yoongi yang sudah mengendong Manse dan mengacak-acak rambut Jihoo.

"Heiii, kalian anak nakal. Kalian mengganggu Eomma yang sedang membuat adonan untuk pudding" Ucap Yoongi mengacak rambut Manse dan Jihoo. Jimin kesal, ia melempar Yoongi dengan spon yang belum di gunakan. Yoongi langsung menghindar dengan gaya swag, membuat Manse tertawa senang di gendongannya. Jihoo memeluk Yoongi tersenyum senang. "Nah sekarang ada yang akan aku tanyakan"

"Hyuuuung...." Ucap Jimin masih kesal, kembali berbalik badan mengaduk adonan pudding yang sudah mendidih.

Yoongi hanya tersenyum manis membuat Jimin semakin kesal dengan cemberut imut. "Ayo duduk di sini"

"Nee, Appa" Balas Manse tersenyum jahil. Jihoo cengengesan.

"Jihoo, Manse!!! Jangan bermain terus. Duduk tenang ya?" Tanya Jimin membuat Jihoo tersenyum kecut.

TOK TOK TOK

Seseorang mengetuk pintu depan rumah Nenek Jung. Nenek Jung berjalan ke depan pintu untuk membukakan pintu. Ada sekitar lima laki-laki berada di teras menatap ke arah Nenek Jung. Salah satu menunjukkan lencana kepolisian kepada Nenek Jung. Nenek Jung terkejut, ia menyuruh mereka masuk ke rumahnya. Nenek Jung mempersilahkan mereka duduk di ruang tamu. Ia melangkah terburu-buru ke dapur, meminta Jimin membantunya membuatkan teh. Jimin dengan segera membantu Nenek Jung. Yoongi mengendong Manse di tangan kiri dan menggenggam tangan Jihoo di sebelah kanan. Nenek Jung meletakkan cangkir-cangkir yang berisi teh hijau di atas baki. Jimin membawa baki itu ke ruang tamu. Yoongi, Nenek Jung, Jihoo dan Manse mengikuti Jimin dari belakang.

Pria yang menampakkan lencana kepolisian tadi tersenyum kepada mereka. Yoongi dan Jimin mengerutkan kening bersamaan. Sebab di antara laki-laki itu ada Taehyung, Jungkook dan Daehan. Wajah Yoongi berubah datar dan wajah Jimin tidak bisa di deskripsikan. Manse tersenyum cerah melihat ke arah Daehan.

"Daehan!!!!!" Seru Manse mencoba lepas dari gendongan Yoongi.

Daehan tersenyum ceria melihat Manse saudara kembarnya. "Manse!!!!!!"

Yoongi menurunkan Manse dari gendongannya. Begitu juga dengan Jungkook. Mereka berdua berpelukan lucu. Daehan mengelus luka di sudut bawah dagu Manse. "Apakah sakit Manse-aah?" Tanya Daehan sendu. Ia mengelus dengan hati-hati.

Manse tersenyum sangat lucu ke arah Daehan. "Hehehe, nggak apa-apa Hyung. Manse daebak!"

Daehan tersenyum senang kembali memeluk Manse erat. Taehyung memperhatikan gerak-gerik mereka berdua dengan sorot mata tajam, seperti peneliti yang sedang memperhatikan objek penelitiannya. Lengah sebentar akan ada saja yang terlewatkan. Jungkook melirik Taehyung, ia tersenyum tipis melihat tingkah Taehyung yang aneh.

"Jadi, ada apa Anda kemari?" Tanya Nenek Jung merapikan rok yang panjang berwarna coklat. Jihoo memeluk lengan neneknya −cemas−

"Kami kemari berhubungan dengan kasus penculikan massal yang telah terjadi selama setahun ini. Jadi, kami akan mengamankan anak yang Anda temukan" Jawab Jongdae tersenyum tenang.

"Oh, begitu. Baiklah" Balas Nenek Jung tersenyum mantap. Jihoo tidak rela Manse di bawa. Ia menggoyangkan lengan Neneknya sebagai sinyal penolakan. Tapi, Nenek Jung mengelus surai Jihoo memberikan pengertian kepada bocah itu. Jihoo menunduk sedih. Jimin juga ikutan sedih.

"Sebagai gantinya rekan kami akan mengawasi kalian." Ucap Jongdae tenang. Ia menunjuk Taehyung, Jungkook dan Daehan. "Kami minta kerja samanya"

"Oh, jadi maksudnya Manse tidak bawa pergi?" Tanya Jihoo memburu.

"Tidak, sebab kami akan meninggalkan rekan kami untuk menjaganya di sini. Hanya saja kami butuh kerja sama. Seperti kamar untuk rekan kami tinggal dan sebagainya. Kami akan melakukan penyelidikan di sini. Tapi, kami mohon keluarga Nyonya Jung jangan membocorkan perihal ini. Bagaimana?" Tanya Jongdae meminta persetujuan.

"Jika Nenek Jung tidak ingin kerja sama bagaimana?" Tanya Yoongi dingin membuat Jungkook kebingungan.

"Kalau begitu kami akan membawa anak itu. Lalu, melakukan penyelidikan di tempat lain" Jawab Jongdae mantap dan tegas.

"Jangan Pak...." Bantah Jihoo cepat. Ia kembali menggoyangkan lengan Neneknya meminta persetujuan. "Ayolah Nenek...."

Nenek Jung menatap mereka satu persatu. Lalu, menganggukkan kepala setuju.

"Yeeey!!!!" Seru Jihoo memeluk Manse dan Daehan erat. "Oh, ya siapa namamu?" Tanya Jihoo kepada Daehan.

"Namaku Daehan" Jawab Daehan mengalungkan lengan ke bahu Manse. "Kami kembar, mirip kan Hyung?"

"Mirip!!!" Jawab Jihoo semangat. Ia sangat senang melihat anak kecil. Sebab dari dulu Jihoo sangat ingin punya saudara. Tapi, sayang itu tidak bisa. Karena Ibu Jihoo sudah keburu pulang ke surga, meninggalkan Jihoo dan Ayahnya di Bumi. Tapi, Ayah Jihoo tetap setia, sehingga sampai sekarang Jihoo tidak punya saudara. Hanya di temani Nenek Jung.

Yoongi mengerang kesal, sedangkan Taehyung tersenyum penuh kemenangan. Awas kau alien!, batin Yoongi menatap mereka berdua nyalang.

"Jadi, kalau begitu kami permisi dulu" Ucap Jongdae meminum teh hijau buatan Nenek Jung. Ia berjalan keluar begitu saja diiringi oleh dua bawahannya. "Jika ada yang akan ditanyakan, silakan tanyakan kepada dua rekan kami"

"Baiklah" Ucap Nenek Jung mengiringi Jongdae dan dua bawahan keluar dari rumahnya.

Jihoo mengajak Manse dan Daehan ke ruang keluarga. Dua anak itu mengikuti Jihoo dengan raut senang. Yoongi menatap Taehyung dingin.

"Jadi, brengsek apa yang kau lakukan di sini? Sampai membawa Jungkook dan Daehan kemari?" Tanya Yoongi dengan wajah

"Aku ingin menemukan Minguk. Saudara kembar mereka yang lain." Jawab Taehyung santai. Ia meminta Jimin mengambil gula. Kemudian membuka cha-cha di atas piring alas cangkir.

"Lalu? Aku dan Jimin bisa menemukannya. Tanpa bantuanmu, Taehyung!" Bantah Yoongi tegas.

"Aku tahu Hyung. Tapi, Hyung hampir saja nyaris mati dan Jimin menghubungi kami dengan suara sedih" Ucap Taehyung berputar-putar membuat Yoongi semakin kesal.

"Aku tidak butuh rasa kasihanmu"

"Memang"

"Jadi, apa tujuanmu ke sini?" Tanya Yoongi lagi penuh nada penekanan.

"Aku kesini ingin menyelidiki Minguk dan..." Jawab Taehyung menggantung. "Menemukan belial"

"Jangan harap Taehyung! Kembali ke markas sekarang! Aku tak akan mengizinkanmu tinggal" Bentak Yoongi marah.

Jimin dan Jungkook menatap sedih kekasih dan calon kekasih masing-masing yang sedang beradu argumen. Bak seorang Ayah yang tidak suka anaknya melakukan hal konyol.

Taehyung melihat ke arah pintu. "Aku tidak ingin Hyung kelepasan membunuhnya. Ada yang harus aku selesaikan, tanpa campur tanganmu Hyung"

"Apa kau? Aku benci mengatakan ini, kau sudah punya Jungkook bukan?" Tanya Yoongi sedikit menimbang.

"Tidak seutuhnya" Jawab Taehyung tersenyum tipis.

"Kalau begitu jadikan itu seutuhnya Jungkook" Balas Yoongi menatap Jungkook sangar. "Dan lupakan si brengsek itu, Taehyung"

Mata Jungkook bergetar, ia tahu maksud arah pembicaraan Yoongi. Apa ada seseorang di hati Taehyung selama ini? Kenapa ini terjadi di saat Jungkook sudah membuka hatinya. Jungkook meremas kuat celana. Tangan berkeringat dingin. Bodoh, sangat bodoh!

"Hyung.... Demi Tuhan!!! Aku tidak punya perasaan padanya. Lagian aku ke sini untuk meluruskan sesuatu. Si brengsek itu bisa membuatku bertemu dengan orang yang sudah melahirkanku. Aku hanya ingin tahu tentang keluargaku. Sebab Bangtan Boys tidak akan jadi tempatku pulang sekarang" Ucap Taehyung tenang dan sedikit meninggi membuat Yoongi maupun Jimin kaget.

"Anggapan konyol apa ini Taehyung?!" Tanya Jimin ikut tersulut kemarahan. "Kau bagian dari kami, kita semua keluarga apa pun yang terjadi. Kita semua... Kita semua keluarga..."

"Tapi, kata Namjoon Hyung aku harus menjadi Raja negara belakang. Dia yang akan menggantikan Ketua Woobin" Jawab Taehyung masih tenang tanpa menatap Jimin.

"Brengsek!!! Brengsek!!! Damn it!!!" Hujat Yoongi menendang sofa yang di dudukinya.

"Banyak hal yang kau lewatkan Hyung dan jangan libatkan perasaanmu. Ada kasus yang harus kita selesaikan" Ucap Taehyung berjalan meninggalkan Yoongi. Ia menarik tangan Jungkook untuk mengikuti langkahnya.

Taehyung masih menggenggam tangan Jungkook erat. Apakah ini saat yang tepat untuk jujur dengan perasaanku?, batin Jungkook bergemuruh dan sesak, tapi tidak. Jungkook tidak akan bilang sekarang, karena akan terkesan terprovokasi oleh keadaan. Bukan cinta yang sesungguhnya dan Jungkook benci akan anggapan seperti itu.

"Tae..." Panggil Jungkook sangat lembut. "Ayo kita kembali pulang ke markas. Percayakan pada Yoongi dan Jimin di sini"

"Tapi, Belial...." Ucap Taehyung terhenti sebab Jungkook menciuminya dengan sangat lembut dan penuh kasih sayang.

"Belum tentu dia di sini, Tae. Jika ingin mencari keluargamu, kita bisa menemukannya. Aku tahu sebuah tempat dimana kita bisa menemukan siapa dirimu yang sebenarnya" Kata Jungkook mencoba memberi pengertian. "Aku pernah magang di sana dan Dokter Cha punya kekuasaan di sana. Kita bisa mendapatkan akses. Tak perlu bertemu dengan Belial. Lagian dia jahat bukan?"

Taehyung menatap Jungkook dengan sorot mata tajam yang penuh dengan guratan kekagetan. "Baiklah besok pagi, kita akan berangkat untuk pulang"

"Terima kasih Taehyung" Balas Jungkook memeluk Taehyung erat. "Kau bisa mempercayaiku dan aku akan menjaga janji kita. Percayalah Taehyung, aku tidak akan mengkhianatimu, barang sedikit pun"

Untuk kedua kalinya Taehyung di buat kaget oleh Jungkook yang tersenyum lembut dan penuh perhatian padanya. Taehyung memeluk Jungkook sangat erat. Seperti tidak ingin jauh dan terpisah dari orang yang sangat di sayanginya. Apakah kau tahu Jungkook, aku hanya merasakan perasaan sesak dan bahagia hanya karena eksistensimu, batin Taehyung tersenyum senang.

* * *

Pagi hari yang menyebalkan setelah menelepon Namjoon dengan segala ancaman, bentakan dan tangisan Jimin yang memekakkan telinga dan jujur Yoongi sakit mendengar tangisan Jimin, bukan karena gendang telinga. Tapi, Yoongi sangat ogah melihat dan mendengar Jimin menangis. Ia benci merasakan rasa sakit itu, hati yang terajam oleh pisau yang sering di asahnya sendiri. Oh, konyol, Yoongi mengumpat dalam hati. Ia melihat kekasih yang tidur nyenyak memeluk lengan putih kurusnya. Yoongi mengelus rambut Jimin sambil tersenyum tipis dan melumat bibirnya hingga Jimin menggeliat di tengah mimpi. Kemudian, berjalan keluar kamar untuk membersihkan diri.

Yoongi menutup pintu kamarnya, ia berjalan ke dekat jendela yang menghadap ke halaman samping, lalu meregangkan kedua tangan di atas langit. Betapa kagetnya Yoongi melihat Taehyung yang sedang bermain sepak bola bersama Jihoo, Daehan dan Manse. Wajahnya masih kaku dengan sorot mata tajam yang penuh dengan analisis. Jungkook memanggil mereka untuk istirahat sebentar dan meminum es jeruk dan beberapa potong sandwich buatan Nenek Jung. Yoongi mengamati kelakuan Taehyung yang semakin berubah dari hari ke hari. Jujur Yoongi tahu dia sangat keras kepala dan Taehyung melebihi ke kerasan kepalanya. Bukan ingin membandingkan, tapi kenapa si kaku jadi semakin hmm penuh cinta. Apa karena Jungkook yang ada di sampingnya? Ini sebenarnya tidak baik. Bagaimana kalau sebenarnya Jungkook ada maksud dengan Taehyung? Bagaimana kalau Jungkook akan melakukan tindakkan yang sama seperti Belial meninggalkan Taehyung, bukan mencampakkan Taehyung. Akankah Jungkook mencampakkan Taehyung? Atau Taehyung yang akan mencampakkan Jungkook? Masa bodoh! Yoongi ingin mendinginkan kepalanya. Ia masuk ke kamar mandi dan mengunci pintu itu.

Yoongi dan Jimin turun dari lantai dua setelah Manse dan Jihoo menarik mereka untuk sarapan.

"Yoongi Hyung dan Jimin Hyung ini sudah nyaris waktu makan siang bukan sarapan lagi" Ucap Jungkook meletakkan sarapan mereka berdua cemberut.

"Biarkan saja mereka, sweety heart. Mungkin mereka baru selesai olah raga malam" Ucap Taehyung santai sambil menyusun manisan.

"Olah raga malam itu apa Hyung?" Tanya Daehan mengerutkan alis mata. Manse ikutan menatap Taehyung ingin tahu. Jihoo tidak ambil pusing atas ucapan Taehyung.

Jimin melempar sekotak tisu ke wajah Taehyung. "Kau tidak akan aku beri makan siang Taehyung!"

"Tenang Eomma, aku sudah punya istri yang akan memasak untukku" Cibir Taehyung tersenyum aneh. Jungkook merona tipis pura-pura mencari kesibukan seperti menyisir rambut Jihoo yang di acak-acak oleh duo jahil kembar.

"Oh, kau sudah hebat sekarang ya" Ucap Jimin menahan marah.

"Sudahlah, Jiminie. Aku ingin makan dengan tenang" Kata Yoongi melanjutkan sarapannya.

"Hyung, aku akan kembali ke markas" Ucap Taehyung tiba-tiba. Yoongi menatap Taehyung terkejut. Ia menghentikan makannya. "Kami akan kembali ke markas. Hyung lanjutkan misimu dengan Jimin."

Jimin menatap Jungkook kaget, lalu menatap Taehyung lagi.

"Nanti siang kami akan kembali. Tapi, kami harus membawa Manse. Demi keselamatan kalian." Kata Taehyung sedikit menjeda. Ia mengambil ipad mini dari pangkuannya. "Aku ingin Hyung menyelidiki rumah kosong berhantu ini"

"Kenapa?" Tanya Jimin bingung.

"Selama di markas aku menyuruh Chan untuk mencari informasi di desa ini. Chan meminta bantuan Tao dan Sehun untuk menyelidiki di sekitar sini. Mereka menemukan tempat yang aneh. Bahwa di sana setiap malam jumat terjadi sebuah transaksi. Aku sudah mengirimkan filenya ke emailmu Hyung. Maaf terpaksa kita..." Ucap Taehyung sedikit terdiam.

"Tidak bisa Hyung! Jangan bawa Manse" Seru Jihoo berteriak. Nenek Jung datang tiba-tiba mendengar cucunya berteriak.

Taehyung menatap Yoongi lekat.

"Baiklah, Brengsek." Ucap Yoongi mengambil jam sakunya.

Nenek Jung berjalan ke arah Jihoo. Ia duduk di sampingnya. "Ada apa ini?" Tanya Nenek Jung bingung.

"Sudah waktunya tidur Nek. Lupakan tentang kami" Ucap Yoongi mengeluarkan jam saku yang dengan ukiran ular berbadan manusia ke arah Jihoo dan Nenek Jung.

Jimin mengambil Manse ke gendongannya begitu juga Taehyung yang mendekap Daehan . Mereka menutup kedua mata balita itu.

"Aku tidak akan memanggil namamu dan masuk ke kehidupanmu. Tatap ornamen ini dan lupakan semua tentang kami. Dengarkan suaraku dan lupakan apa yang terjadi. Tidurlah dengan tenang, wahai manusia" Kata Yoongi masih mengerakkan jam sakunya seiring detak jarum jam. Nenek Jung dan Jihoo seketika tertidur.

"Aku akan merindukan kalian" Kata Yoongi menarik ketiga bersamaan keluar rumah.

Yoongi mengemasi barang-barang di kamar dengan cepat. Jimin memeluk Manse menangis. Ia tidak suka Yoongi menggunakan keahliannya menghipnotis. Sebab itu akan berpengaruh kepada kehidupan si korban. Padahal Jimin ingin liburan di sini kapan-kapan. Tapi, pada akhirnya, tidak akan bisa, hanya selalu terjebak di markas yang bak kastil menyesatkan itu. Jungkook hanya menatap sepatunya sambil memangku Daehan yang menatapnya bingung. Taehyung menggenggam setir mobil menunggu Yoongi membersih segala jejak dan barang-barang.

Betapa bodohnya Jungkook, pantas saja saat ia terbangun semua barang-barang sudah di kemas ke bagasi mobil. Hanya tinggal baju bersih dan dalaman Jungkook dan Daehan. Yoongi datang dengan bawaan yang banyak. Taehyung membantunya membawa barang tersebut. Kebetulan Ayah Jihoo pulang dari berkebun. Yoongi mengajaknya masuk dan beberapa menit Yoongi keluar dan mengunci pintu. Kemudian melempar kunci ke sela-sela pintu rumah nenek Jung. Yoongi menatap rumah itu begitu juga yang lain. Ia masuk ke dalam mobil. Lalu Taehyung menghidupkan mesin dan pergi dari sana.

"Kenapa kau menyuruh Yoongi menghipnotis mereka?" Tanya Jimin meninggi.

"Nanti malam adalah malam jum'at. Aku ingin kalian menyelidiki rumah bermasalah itu. Jika ada apa-apa hubungi Jongdae Hyung. Kepolisian sudah berjaga-jaga di sini. Kalian akan aku antar ke mobil Tao Hyung" Balas Taehyung mengalihkan pertanyaan.

"Tapi, tidak perlu menghipnotis mereka." Ucap Jimin kesal.

"Lalu, mereka terancam karena mengenal kalian? Ini bukan rencana dadakan Jimin. Ini memang rencana awal dan konsekuensi jika Yoongi terjun ke misi. Bukannya kau tahu masalah itu?" Bentak Taehyung keras.

Jungkook menatap Taehyung sedih. Ia bingung apa yang terjadi dan sangat ingin tahu apa yang terjadi. "Tae, aku bingung...."

Yoongi menghela nafas. "Taehyung, jelaskan kepada orang baru ini"

"Kookie, kita tidak boleh di ingat oleh saksi mata. Hanya boleh di ingat oleh korban, klien dan calon tersangka. Jika Yoongi di turunkan ke misi. Itu artinya kita harus mencari saksi mata yang bukan klien kita agar kita mendapatkan informasi dan bukti-bukti. Jika dia klien, mereka telah di evaluasi dan melakukan perjanjian gaib dengan Baekhyun Hyung. Makanya tidak masalah, beda dengan saksi mata −seperti Nenek Jung, Jihoo dan ayahnya Jihoo−" Ucap Taehyung memelankan kecepatan mobilnya. Saat Jungkook ingin buka suara. "Itu peraturan organisasi kita. Makanya Yoongi itu gegabah karena dia punya keahlian menyebalkan. Yoongi Hyung bahkan bisa menghipnotis warga sedesa ini. Jika kau ingin tahu. Jadi, berhati-hatilah dengan Yoongi Hyung. Kau bisa di hipnotisnya" Jungkook horor seketika.

"Jika kau membuat kekacauan dan menghancurkan Taehyung adikku yang paling menyebalkan itu. Siapkan saja dirimu untuk melupakan dia selamanya" Kata Yoongi memperingati Jungkook dengan suara dingin dan penuh intimidasi.

"Aku tidak akan mengecewakan siapa pun" Ucap Jungkook pelan menahan kekesalannya.

"Oh, ya Hyung. Jongdae Hyung telah mengurus orang-orang di kuil. Jadi, kau tidak perlu menghipnotis mereka. Sebentar lagi kita akan sampai." Ucap Taehyung menghentikan laju kendaraan. "Tinggalkan saja pakaian kotormu, Hyung. Bawa yang penting saja"

Yoongi menganggukkan kepala. Jimin memasangkan sabuk pengaman ke Manse. Lalu, mencium kedua pipi si kecil.

"Hyung...." Panggil Manse sedih.

"Besok pagi kami pulang ke tempat Manse, ok?" Ucap Jimin tersenyum. "Sekarang tinggal dengan Daehan ya?" Manse menganggukkan kepala sedih.

Jungkook keluar dari mobil, lalu membuka pintu belakang mendudukkan Daehan di sebelah Manse. Ia memasang sabuk pengaman Daehan.

Daehan menatap Manse sedih. Ia menggenggam tangan adiknya. "Manse, tenyang ya?"

"Iya, Hyung" Balas Manse membalas genggaman Daehan erat.

"Besok pagi Yoongi Hyung dan Jimin Hyung akan di antar oleh Zitao Hyung dan Sehun Hyung" Kata Jungkook menatap mereka berdua. "Maaf Hyung"

"Kau tidak usah minta maaf Kook" Ucap Jimin sudah mulai tenang. "Aku sedikit terbawa perasaan tadi"

"Aku tahu Hyung senang di rumah Nenek Jung" Kata Jungkook tersenyum.

"Bukan itu, Kook. Aku takut Yoongi Hyung kehabisan tenaga. Metode hipnotisnya tidak seperti metode hipnotis biasa."

"Maksud Hyung?"

"Mungkin ini terkesan tidak nyata dan logis. Tapi, Yoongi sejak kecil bisa menghipnotis orang. Itu sangat menakutkan. Aku... maaf, aku hanya khawatir saja"

"Kau terlalu mengkhawatirkan Yoongi Hyung" Celetuk Taehyung tiba-tiba. "Yoongi Hyung juga seperti itu kepadamu."

"Bukankah mereka pasangan manis? " Kata Jungkook antusias. "Mereka saling menyayangi, Tae"

"Aku tahu, sangat tahu" Balas Taehyung santai. Jungkook cemberut.

"Nah, jaga Manse untuk kami." Ucap Jimin merona hebat tapi pura-pura tenang.

Yoongi mengacak rambut Manse lalu membisikkan sesuatu ke telinganya. Manse tersenyum senang memeluk Yoongi.

"Mereka sangat mirip ya?" Tanya Jungkook pada Jimin.

"Aku ragu itu kembaran Daehan. Entah-entah itu anak kalian dari luar pernikahan" Kata Taehyung menggigit cokelat.

"Diam Taehyung!" Ucap Jimin malu.

"Senyum lucunya mirip Jimin Hyung" Kata Jungkook menjahili Jimin.

"Iya, padahal wajahnya swag Yoongi Hyung" Timpal Taehyung menyetujui.

"Hei, kalian lambat sekali" Ucap Sehun tiba-tiba. Ia menggunakan kaus putih kebesaran dengan celana jeans biru langit yang sobek di dengkul dan pahanya.

"Cih! Maaf-maaf" Balas Yoongi santai mengalungkan tangan di bahu Jimin. "Ayo Jimin"

Mereka berdua masuk ke mobil Zitao. Zitao membuka jendela mobilnya. "Kami pergi dulu Taehyung dan kekasih Taehyung" Ucap Zitao tersenyum jahil. Jungkook memerah seketika.

"Baik, Hyung. Mohon bantuannya" Kata Taehyung bow. Lalu, mobil Zitao pergi ke begitu saja. "Mereka memang seperti itu, Kook"

Jungkook menganggukkan kepala, mereka berdua masuk ke dalam mobil.

* * *

Di tengah perjalanan menuju Seoul, Taehyung menghubungi Hoseok untuk menjemput Daehan dan Manse yang bersamanya. Hoseok dan Chan datang sesuai waktu yang di beri tahu oleh Taehyung. Chan menanyakan perihal ke mana Taehyung dan Jungkook. Taehyung hanya menjawab : ia harus menemani Jungkook ke kampus. Hoseok mengizinkan mereka, walaupun Chan terlihat sedikit keberatan. Mereka pergi ke tempat yang di janjikan oleh Jungkook. Jungkook pernah kerja part-time di sini. Ini adalah salah satu akses informasi kependudukan Korea Selatan. Karena Jungkook memiliki status ganda −sebagai rakyat negara depan dan rakyat negara belakang− Ia pernah menginput data tersebut dan Jungkook juga ingat akan tujuannya hidup sedari kecil. Akibat bekerja di sini. Tujuannya sebelum ayah yang sangat di sayangi meninggalkannya bersama kemunafikan dunia.

Jungkook membuka ruang akses itu, setelah berbasa-basi bahwa ada hal yang akan di periksanya. Terkait revisi skripsinya. Padahal itu hanya niat kibul Jungkook. Taehyung hanya memperhatikan Jungkook sedari tadi. Jungkook yang di lihatnya sekarang berbeda dengan Jungkook yang ada di markas. Taehyung bingung, sebenarnya Jungkook itu yang mana? Tapi, peduli Setan! Jungkook tetaplah Jungkook. Taehyung akan terus mencoba memahami segala kesulitan hatinya dengan penyakit mental bodoh yang menggerogotinya. Jungkook menggenggam tangan Taehyung yang mendingin. Ia melihat Taehyung penuh ke khawatiran. Tapi, berbeda dengan Taehyung. Ia balik tersenyum tulus.

Mereka berdua memasuki ruang akses kependudukan. Taehyung duduk di samping Jungkook. Jungkook mulai membuka website dengan password. Untung password belum diganti. Tentu, sebab hanya sedikit yang di pekerja di bagian ini. "Yeeey!!!! Kita berhasil, Tae"

"Cari namaku" Ucap Taehyung tenang.

Jungkook menganggukkan kepala. Ia mengetik nama Taehyung dan mengklik icon "search". Beberapa detik berselang keluar foto Taehyung dari setiap sisi dan latar belakang kehidupan. Jungkook membaca dengan seksama. Saat asyik membaca. Ponsel Jungkook berdering.

"Ya, halo? Baik, Pak. Saya akan ke bawah. Baik! Siap!" Ucap Jungkook mengangkat panggilan telepon. "Maaf Hyung aku harus ke bawah. Aku tinggal sebentar di sini. Setelah keluar kunci pintu ok?"

Taehyung menganggukkan kepala. Jungkook keluar dari ruangan dan Taehyung melakukan sesuai permintaan Jungkook. Sebenarnya bukan ini tujuan Taehyung. Tapi, tujuannya adalah mencari tahu tentang latar belakang Jungkook. Taehyung mengetik nama Jungkook, kemudian informasi tersaji. Taehyung membaca dengan sangat teliti. Ada satu hal yang membuat Taehyung tertegun melihat riwayat tempat tinggal Jungkook. Ia memegang kepalanya yang nyeri dengan tiba-tiba. Taehyung mengeram.

Taehyung kecil berjalan ke arah taman bermain. Senja yang datang dengan cepat. Ia tahu tak ada yang mau bermain selain tetangga yang sudah di anggapnya sebagai sahabat dan Hyung dari kecil. Ia melihat bocah seumuran dengannya. Warna surai yang gelap dengan sedikit acak-acakan. Senyumnya bak kelinci manis. Kulitnya yang sewarna susu di campur madu. Taehyung kecil mendekatinya dari belakang. Bacah manis itu masih asyik menyusun dedaunan di dekat pohon. Ia berlari kecil mencari daun kering dan memetik daun yang masih hijau. Taehyung bingung, apa yang dilakukan oleh anak ini.

"Yatta~!!!!!" Serunya melengking dengan senyuman paling manis yang pernah di lihat Taehyung selama ini.

Taehyung masih menatapnya lekat.

"Kyaaaa!!! Kau!!! Aiiiish!!! Membuatku kaget!" Ucap bocah manis itu berkaca pinggang. Wajahnya sangat kesal.

"Anda sedang apa?" Tanya Taehyung menelengkan kepalanya beberapa derajat. Ia menggigit kuku jari telunjuk di tepi mulut sebelah kanan.

"Anda? Kita tidak seumuran memangnya? Aku rasa malah kau lebih tua dariku? " Tanya Bocah itu sedikit menimbang. Taehyung menggigit kuku lebih kuat, karena ia gelisah tidak bisa menjawab pertanyaan bocah manis ini. Ia juga takut bocah itu pergi. Bocah manis itu menatap Taehyung terkejut. Ia menjauhkan jari Taehyung dari mulutnya. "Yaaaakh!!! Jangan gigit jarimu! Umurmu berapa sih? Seperti adik bayi"

"Umurku? Delapan tahun" Ucap Taehyung dengan suara dingin dan raut tenang. Ia tidak menatap bocah itu masih memperhatikan susunan dedaunan yang di buat oleh anak itu. "Apa yang Anda lakukan? Untuk apa menyusun dedaunan itu?"

Bocah manis itu mengerutkan kedua alisnya membuat diri semakin menggemaskan. "Heiii~ Aku sedang membuat gundukan dedaunan untuk telur burung yang terjatuh dari atas pohon" Kata Bocah itu memperlihatkan tiga buah telur di dalam sarang burung yang terbuat dari daun kering berbentuk bulat.

"Biar saya letakkan di atas pohon" Ucap Taehyung berpikir sejenak.

"Jangan nanti jatuh lagi." Bantah Bocah manis itu sedih.

"Kan sudah ada gundukan dedaunanmu yang tinggi. Kalau jatuh mereka tidak akan mendarat di tanah yang keras tapi di gundukan daunmu ini."

"Ta-tapi.... kookie takut... Kookie tidak bisa menolong yang duanya lagi. Mereka pecah dan berdarah... Kookie takut.... Takut..."

Taehyung terkaget dengan kenangan masa kecil yang sangat susah di ingat. Tapi, sekarang dengan bejatnya kenangan itu kembali menyelimuti Taehyung. Ia memegang kepala dan kembali melihat layar PC. Kookie... Kookie... Brengsek!!! Kenapa aku tidak mengenal bocah itu? Tentu ada yang berubah. Rambut, rambutnya tidak seacak-acakan dulu. Jadi Jungkook adalah? Tidak mungkin... Bodoh!!! Bahkan aku tidak ingin melihatnya lagi, batin Taehyung kesal. Ia melanjutkan membaca latar belakang Jungkook. Brengsek dasar pembual, kau sama saja dengannya.

Bunyi ketukan pintu mengagetkan Taehyung untuk ke sekian kalinya. Ia menutup halaman tentang profil Jungkook. Ia kembali membuka halaman profilnya.

"Tae... Tae-Hyung!!! Ini aku Jungkook" Ucap Jungkook sedikit mengeraskan suaranya.

Berisik dasar pembohong!, batin Taehyung kesal. Ia membuka pintu ruangan itu menatap Jungkook tajam dan dingin.

"Apa sudah selesai mencari profil tentangmu?" Tanya Jungkook tersenyum.

Taehyung hanya menggelengkan kepala kembali duduk dan membaca halaman profilnya lagi. Ia sungguh tidak fokus sekarang dan persetan tentang keluarga!!! Taehyung kehilangan semangat mencari tahu tentang dirinya. Jungkook melihat Taehyung yang sangat ogah-ogahan melihat halaman website itu.

"Aku mau beli sesuatu" Ucap Taehyung berjalan keluar tanpa melihat Jungkook.

Jungkook bingung dan menatap Taehyung sedih. Mungkin ada sesuatu yang membuat Taehyung tidak semangat. Ayolah... Taehyung beberapa hari ini kena marah oleh Hyung-Hyungnya mungkin karena itu atau..., pikir Jungkook. Ia memprint profil dan latar belakang riwayat Taehyung. Lalu menyimpan di tas ransel sebagai jaga-jaga. Mungkin saja Jungkook butuh sewaktu-waktu. Ia juga mencek riwayat kesehatan Taehyung dan memprintnya juga. Jungkook tidak menyangka Taehyung banyak berpindah-pindah dan dalam kontrol psikiater. Tapi, selama Jungkook bersama Taehyung. Ia tidak pernah melihat Taehyung ke tempat psikiater lagi. Kenapa?

Jungkook juga mencari riwayat tindakan kejahatan dan prestasi Taehyung. Taehyung sangat berprestasi di dunia belakang. Dia hanya pernah berada di dunia depan saat kecil itu pun di perbatasan. Jungkook mengerutkan keningnya. Perbatasan? Tidak mungkin! Pasti hanya kebetulan. Toh, sahabat kecil yang terlambat di selamatkannya itu akhirnya mati dan saudara yang mengatakan begitu padaku. Jadi, pasti ini kebetulan. Lagi pula anak itu tidak pernah menatap mataku. Sedangkan Taehyung selalu menatapku seperti ingin mengulitiku, batin Jungkook tersenyum sendu. Pasti mereka orang yang berbeda....

Jangan pernah mendustai diri. Taehyung tahu arti kalimat bodoh itu. Kakek Thomas selalu mengatakan itu. Taehyung berjalan tanpa arah mencari minuman yang hanya sekedar kebohongan. Ia memukul dinding keras. Lalu merosotkan diri di atas lantai. Ia benci kenapa orang yang sudah terlanjur disayangi adalah teman masa kecil yang mengkhianatinya dulu. Jungkook adalah bocah manis itu. Bocah yang akan tersenyum ramah dan perhatian pada Taehyung, jika tidak ada orang lain di sekitarnya. Saat ada orang lain memperhatikan kami, bocah yang punya senyum konyol itu akan menjauhinya dan pura-pura tidak kenal. Bahkan dia, dia juga ikut membulli. Pengkhianat! Pembohong! Betul, kata Ketua Woobin. Mana ada yang menyayangiku lagi. Anak cacat seperti ini. Special? Jangan membuatku tertawa. Aku tahu seberapa menjijikkannya diriku dan seaneh apa aku! Brengsek!!! Brengsek!!! Seharusnya aku tidak membuka hati dan menanggapi serius ucapan Hyungdeul, batin Taehyung bercampur aduk. Perasaan sedih dan kesal. Taehyung memeluk dirinya sendiri.

Jungkook keluar dari ruangan. Ia rasa sudah cukup apa yang ingin ia ketahui tentang Taehyung. Tidak di sangka kekuatan ruang akses itu sangat bagus. Kapan-kapan Jungkook akan memanfaatkan kembali. Masih ada seseorang yang sangat mengganggu pikiran Jungkook. Sosok asli Belial. Jungkook tidak pernah mendengar namanya. Tapi, mendengar percakapan dan desas-desus di markas. Mengatakan bahwa orang tersebut yang membuat Taehyung mengamuk dan membuat alasan dirinya sepenuhnya di diagnosa penderita autis. Tapi, entah kenapa Jungkook tidak percaya. Ayolah, coba aku ingat dari awal. Taehyung itu lumayan seksi dan mesum. Ya, walau tampak sok cool dan ogah ingin menodai Jungkook. Mungkin Yoongi Hyung yang mengajarkan pendekatan menyebalkan itu dan doktrin Jimin. Oh, ayolah.

Jungkook menggelengkan kepala kuat menghilangkan pikiran tentang Taehyung. Jungkook harus tahu siapa nama Belial yang asli. Supaya semuanya jelas dan kenapa mereka tidak memberitahu Jungkook kebenarannya. Karena Jungkook orang baru? Atau markas masih belum bisa mempercayakan Jungkook? Tentu, itu manusiawi. Jungkook melihat ke sekitar. Ke mana Taehyung pergi? Jungkook sudah melewati beberapa mesin minuman otomatis tapi tidak ada Taehyung. Ia mempercepat langkah kakinya. Semoga tidak ada sesuatu yang buruk terjadi pada Taehyung. Jungkook melihat Taehyung yang sedang duduk di lantai. Kepalanya di sembunyikan di antara kedua dengkul dan dada bidangnya. Jungkook berlari ke arah Taehyung.

"Tae... Taehyung....Hyung...." Panggil Jungkook lembut sambil menggoyangkan bahu Taehyung.

Taehyung tidak menjawab tapi ia tahu siapa itu. Taehyung mengangkat kepala, menatap Jungkook dengan sorot mata kosong. Jungkook balas menatap Taehyung dengan mata yang sedikit takut. Ia tidak pernah di tatap oleh Taehyung seperti ini. Taehyung menarik tangan Jungkook keluar dari gedung ini. Ia terus mencengkram pergelangan tangan Jungkook dengan sangat kasar. Jungkook hanya meringis. Tulangnya bisa remuk.

"Tae, sakit..." Ucap Jungkook lirih.

Taehyung membuka kunci mobil dan membuka pintu penumpang. Ia mendorong Jungkook hingga terbaring di kursi mobil. Taehyung juga masuk, mengunci mobil dan mengungkung Jungkook. Sorot matanya berubah dingin, dan tajam. Ia memukul sisi kanan Jungkook, membuat telinga kanan Jungkook sakit. Jungkook menatap Taehyung sedih dan bingung. Ia juga ingin marah tapi Jungkook tidak mengerti.

"Dasar pembohong" Ucap Taehyung sangat dingin. Kedua tangan Jungkook di kunci oleh Taehyung. Ia masih bingung tapi Jungkook tidak memberi perlawanan apa-apa. "Kenapa kau masuk ke kehidupanku?!" Bentak Taehyung marah membuat Jungkook takut.

Jungkook bisa saja memukul aset Taehyung dan lari darinya. Tapi, Jungkook tidak akan pernah melakukan itu. Ia masih menatapnya bingung.

"Apa yang kau inginkan? Kau...." Ucap Taehyung terputus. Ia sadar seharusnya tidak seperti ini. Kenapa Taehyung mengambil keputusan yang cepat. Toh, Jungkook punya riwayat kehilangan memori masa kecil setelah kematian ayahnya. Pasti yang berada di bawah Taehyung bukan Jungkook yang dulu. Ia menjauh dari Jungkook. "Maaf..."

Jungkook meremas kerah bajunya takut. Air matanya tak bisa di bendung. Kenapa Taehyung menanyakan pertanyaan seperti itu. Jika dulu Taehyung menanyakannya, maka Jungkook bisa menjawab dengan bentakan dan jawaban ketus lainnya. Tapi, sekarang tidak bisa. Separuh hati, jiwa dan ragu adalah milikmu Kim Taehyung, batin Jungkook bergemuruh, sesak, pilu dan bodoh. Kenapa kau mencuri semuanya Hyung, bahkan diriku. Setetes air mata jatuh begitu saja hingga ke dagu Jungkook. Jungkook terkaget sendiri begitu juga dengan Taehyung.

Taehyung mendekat ke arah Jungkook. Ia selalu iba melihat Jungkook sedih. Jika itu adalah air mata Jungkook. Taehyung kembali mengingat lagi. Satu hal, yang seharusnya tidak di lupakan Taehyung tentang Jungkook. Tangisan itu, ya tangisan itu. Jungkook menyeka kasar air matanya. Taehyung merengkuh Jungkook dalam dekapan hangatnya. Membisikkan kata-kata maaf ribuan kali. Jungkook hanya memejamkan mata.

"Jangan pernah tanyakan itu lagi, Hyung" Ucap Jungkook sangat pelan. "Jika kau ingin tahu. Tanyakan pada dirimu sendiri. Analisis sendiri. Kau kan detektif"

Taehyung memegang kedua lengan Jungkook. Menggoyangkan tubuh itu pelan agar Jungkook menatapnya. "Mana mungkin aku bisa menganalisis perasaan orang yang sangat aku sayangi. Jangan bodoh, Kook"

"Oh ya aku lupa aku bodoh" Balas Jungkook kembali memeluk Taehyung. "Kau kenapa Hyung? Ada yang mengatakan sesuatu yang buruk tentangku padamu?"

Taehyung tidak menjawab.

"Please, Kim charming Taehyung jangan mendengarkan mereka. Karena aku memang selalu membuat mereka kesal" Ucap Jungkook lagi tersenyum indah tapi penuh perasaan terluka. "Aku lupa bagaimana rasa menyayangi seseorang. Aku selalu dingin kepada orang asing. Tapi, hanya satu yang bisa membuatku luluh. Kerja kerasnya, rasa pengertiannya. Sifatnya yang mau menungguku yang sangat menyebalkan ini."

Taehyung masih mendengar Jungkook dalam diam.

"Apakah kau tahu dia siapa Tae?" Tanya Jungkook menatap Taehyung lekat.

Taehyung mengelus pipi Jungkook yang berisi. Menggeleng pelan sebagai jawaban.

"Kau Kim Taehyung... Maaf membuatmu menunggu lama. Maaf atas keegoisanku. Sifat kekanak-kanakanku dan sisi menyebalkanku." Kata Jungkook menatap Taehyung penuh kelembutan. Pertahanan Taehyung runtuh. "Saranghae, Hyung, Saranghae Tae-Hyungie"

Taehyung sungguh terkejut. Tak tahu harus bereaksi seperti apa. Ia seperti makhluk dungu.

"Aku mau mendampingimu Bodoh!" Seru Jungkook kesal. "Makanya jangan tanyakan pertanyaan tadi lagi"

"Kau menyukaiku?" Tanya Taehyung baru membuka suara. Jungkook mengangguk antusias dengan wajah lucunya. "Bunuh aku sekarang, Kook"

"Yaaaakh!!!!" Teriak Jungkook memukul lengan Taehyung murka. "Aku mencintaimu bodoh!!!!"

Taehyung menghela nafas. Membuka pintu mobil. "Ayo kita kembali ke markas" Kata Taehyung keluar dari mobil. Lalu membuka pintu kemudi dan masuk kembali. Ia memasang sabuk pengaman. "Hei... kau hanya akan terus duduk di sana?"

Jungkook menggelengkan kepala. Keluar dari mobil. Lalu membuka pintu sebelah kemudi.

"Pasang sabukmu, Jungkook" Ucap Taehyung tanpa melihat Jungkook sambil memasang sabuk pengaman Jungkook.

Hanya itu ya, Tae... Hanya itu... Apa aku sudah terlanjur terlambat, batin Jungkook menatap Taehyung sendu. Lalu, kembali mencoba tersenyum lagi.

"Senyummu indah, Kookie" Kata Taehyung sangat pelan seperti gumaman. Ia menghidupkan mesin mobil.

Tentu, aku ingat kutipan dari salah satu novel online yang pernah ku baca, bahwa seseorang yang punya senyum paling indah adalah seseorang yang punya luka paling dalam dan menyakitkan, jawab Jungkook dalam hati dan kembali tersenyum pada Taehyung.

* * *

Yoongi, Jimin, Tao dan Sehun sedang memperhatikan rumah tua berhantu yang sesuai informasi bahwa tempat transaksi penculikan anak oleh organisasi Baal. Tao mengambil salah satu rokok dari saku kemejanya. Ia meletakkan rokok di ujung bibirnya, lalu mencari pematik di saku celana. Baru akan menghidupkan pematik. Sehun sudah menyabet rokok di mulut Tao. Tampangnya yang sedatar tembok dengan beringas melempar rokok Tao ke tanah. Kemudian menginjaknya tanpa ampun.

"Jangan merokok bajingan!" Kata Sehun mematikan.

Tao cekikikan geli. Wajahnya sangat childish menanggapi Sehun yang sedang kesal. Yoongi menggelengkan kepala melihat ulah teman sekelas Tao yang sekarang sudah menjadi salah satu petinggi di Bangtan Boys. Jimin meringis melihat hubungan mereka.

"Oh, ayolah Hun. Aku butuh nikotin. Ini membosankan. Bukan bidangku" Ucap Tao asal.

"Tahanlah sebentar" Balas Sehun tanpa menatap wajah Tao.

"Kata-katamu Hun" Timpal Tao tersenyum lucu. Ia memeluk Sehun gemas. Wajahnya yang penuh perang berubah menjadi sangat bayi. Sehun hanya tersenyum tipis tapi sangat manis menurut Tao.

"Berhenti bertingkah mengemaskan Bung!" Ucap Yoongi nyelekit. "Yang paling mengemaskan di sini Jimin ok? Jadi, berhenti membuat aku menjadi gila"

"Hehehehe, aku tahu kau gila karena mencintai Jimin, Yoongi" Balas Tao tersenyum senang dan kembali tertawa.

"Sepupuku Min, sebaiknya kita bekap mulut panda gila ini." Ancam Sehun mengepalkan tangan dengan wajah cemberut.

"Lucunya~" Goda Tao sambil menangkupkan kedua belah pipi tunangannya masih tertawa lucu.

"Astaga, Tao Hyung! Tenanglah kita sedang mengamati pergerakan musuh" Ucap Jimin ikutan kesal masih memperhatikan markas.

"Baiklah Jimin" Kata Tao ikutan menungging seperti Jimin di dekat semak.

"Astaga, sepupuku Oh. Kenapa kau bisa menjadi uke si aneh itu?" Tanya Yoongi menghela nafas.

Sehun terkejut dengan pertanyaan Yoongi. "Mungkin karena aku sudah sama gila dengannya"

Balik Yoongi yang tersentak. "Maaf, Hun"

"Tidak apa-apa" Balas Sehun tersenyum melipatkan tangan di dadanya.

"Ada yang datang" Kata Tao tegas. Yoongi dan Sehun mendekat ke arah Tao dan Jimin.

Jimin langsung memeluk lengan Yoongi. "Hyung, ada Belial. Dia benar-benar di sini"

"Brengsek, apa yang harus kita lakukan Tao?" Tanya Yoongi wajahnya sangat murka. Seperti hewan buas yang akan menguliti musuhnya.

"Tentu saja memenggal kepalanya Yoongi" Jawab Tao menggenggam sarung pedang samurai siap menebas.

"Tahan, kita hanya berempat. Jangan Bodoh!" Bentak Sehun dengan nada suara tidak setinggi biasanya.

"Suaramu fales, Hun" Balas Tao asal. Sehun mencekik tunangannya itu dari belakang.

"Tenanglah, Hyung" Ucap Jimin mengerat pelukan pada lengan Yoongi. "Mereka sangat banyak. Melarikan diri dari sini saja sudah syukur"

"Oiiii~ Kemana sikap beranimu Jimin?" Tanya Tao baru sadar kalau Jimin hampir saja di nistakan oleh salah satu anggota Baal. "Maaf Jimin"

"Bagaimana sekarang?" Tanya Yoongi lagi. "Kita harus menyerang mereka"

"Yonggi tahan dulu... Kita di sini untuk memastikan mereka benar-benar melakukan transaksi atau tidak, mengerti?" Bantah Sehun dengan suara memerintah.

"Hyung kita hanya menyelidiki" Kilat Jimin mencubit lengan Yoongi.

"Astaga! Kalian akan membiarkan dia begitu saja?" Tanya Yoongi lagi menantang. "Aku tahu betul tentang si brengsek itu! Dia itu mengerikan dan sinting! Kenapa Taehyung bisa bersahabat dengannya sedari kecil?"

"Karena dia kejam dan sinting, makanya kita tidak boleh menyerang, sebab jumlah mereka sangat banyak" Tandas Sehun kesal dengan pemikiran Yoongi.

"Oiii!!! Diamlah, ada bocah yang sedang di bawanya" Ucap Tao mengintrupsi.

"BOCAH?!" Tanya Yoongi dan Sehun serentak.

"Wajahnya mirip Daehan dan Manse" Timpal Jimin menggenggam tangan Yoongi semakin erat. Wajahnya memucat.

"Pasti dia si Minguk itu ya?" Tanya Tao masih menatap lekat mereka.

Jimin menganggukkan kepala. "Kita butuh bantuan, Hyung"

"Tidak, mereka sudah terlanjur membawa Minguk ke dalam mobil." Kata Yoongi kesal. "Brengsek kita terlambat. Ikuti mereka Tao"

"Siap!!!" Ucap Tao menuju ke mobilnya. Sehun, Yoongi dan Jimin ikut masuk ke mobil.

Mereka mengikuti mobil yang membawa Minguk. Belial juga ada di dalam mobil itu. Yoongi terus melihat ke arah mobil tanpa berpaling. Sehun mengetik sesuatu entah apa yang di ketik. Tao sedikit memperlambat kecepatan mobilnya.

"Kita tidak mungkin masuk Yoongi. Kau tahu ini jalan apa kan?" Tanya Tao mengarahkan dagu ke palang bertulisan kawasan berbahaya yang berada di sampingnya. "Jika kita tetap mengikutinya, mereka pasti akan tahu. Sebab tak ada orang yang akan masuk ke sana."

"Aku tahu, tapi kita sedang dalam penyelidikan" Balas Yoongi tegas.

"Putar balik arah, Tao. Kita kembali ke markas" Ucap Sehun penuh syarat memerintah.

"Damn!!!" Seru Yoongi memukul punggung kursi kemudi. Jimin berusaha menenangkan Yoongi dengan mengelus punggung tangannya yang satu lagi.

* * *

Taehyung memarkirkan mobil di teras markas. Ia melirik ke sebelahnya. Jungkook sudah tertidur sejak tadi. Taehyung menatap kekasihnya itu tersenyum tipis. Ia mengelus pipi Jungkook, berusaha untuk membangunkannya. Tapi, Jungkook tidak bergerak sedikit pun. Taehyung menggoyangkan tubuh Jungkook agar terbangun. Tetap tidak bisa, dengan gerakan yang sedikit kasar Taehyung membangunkan Jungkook. Jungkook hanya membuka mata perlahan, sangat berat untuk membuka mata. Taehyung tahu Jungkook capek, karena dia belum terbiasa dengan semua ini. Ia keluar dari mobil, lalu membuka pintu Jungkook.

"Jungkookie, bangun" Ucap Taehyung lembut. Jungkook menatap Taehyung dengan susah payah. Ia seperti masih mengumpulkan nyawa. Taehyung mengendong Jungkook ala koala. Menutup pintu kembali dan mengunci mobil dengan kunci otomatis. Jungkook tanpa sadar mengalungkan kedua lengan di leher Taehyung.

Taehyung berjalan perlahan sambil mengendong Jungkook. Ia membuat Jungkook mengapit pinggangnya dan kepala Jungkook berada di bahu kiri. Para bodyguard mengikuti Taehyung hingga ke ruangan kerja markas Bangtan Boys.

"Hyuuungie!!!!" Seru Daehan dan Manse tersenyum senang.

"Tooki Hyung, Kenapa Hyung?" Tanya Daehan meloncat-loncat agar bisa melihat Jungkook.

Jungkook mengeratkan pelukan di leher Taehyung. Demi apa pun ia sangat malu sekarang.

"Manse juga mau di gendong" Ucap Manse memonyongkan bibirnya sambil menengadahkan kedua tangan agar di gendong Taehyung.

Taehyung membulatkan matanya kaget.

"Aku juga mau!!!" Teriak Daehan memanjat kaki kanan Taehyung. Ia bergelantungan bak anak monyet.

"Daehan, Manse mauuuuu" Seru Manse ikut memanjat kaki kiri Taehyung.

Taehyung tidak bisa berkata-kata. Ia mencoba melangkahkan kaki dengan susah payah, karena mereka berdua sangat berat. Tapi, duo bocah itu malah tertawa senang menganggap Taehyung sedang mengajak mereka bermain. "Heiii, kalian bisa jatuh dan Jungkookie akan terbangun"

"Nggak mau~" Ucap Manse semakin memeluk dengkul Taehyung.

"Jalan Hyung!!!!! Sudah malam" Timpal Daehan menggoyangkan kaki Taehyung.

"Baiklah, ayo kita tidur" Kata Taehyung mengalah kepada kedua anak. Ia berjalan keluar ruangan dengan susah payah dan penuh kehati-hatian agar mereka baik-baik saja.

Hoseok dan Chan berusaha keras untuk menahan gelak tawanya. Sedangkan Namjoon, Seokjin, Taekwoon dan Jaehwan hanya mematung melihat family scene yang tersaji di malam yang semakin dingin.

"Aku merekamnya, aku merekamnya" Celoteh Hoseok entah kepada siapa. Hanya saja Chan menganggukkan kepalanya setuju.

"Oh, my god!" Ucap Seokjin menutup mulutnya.

Di Kamar Taehyung

Taehyung membaringkan Jungkook di atas kasur. Jungkook masih pura-pura menutup mata. Taehyung mengendong Daehan dan Manse masuk ke baby box-nya.

"Hyung, Yoongi Hyung dan Jimin Hyung dimana? Belum pulang ya?" Tanya Manse sedih. "Manse sedih, Hyung... Kangen, Hyung..."

Jungkook membuka mata melirik ke arah Manse. Ia turun dari tempat tidur berjalan ke sebelah Taehyung, mengendong Manse. "Ya, sudah. Manse tidur dulu bersama. Esok pagi Jimin Hyung dan Yoongi Hyung akan pulang"

"Aaaaaaaa, Taetae Hyung gendong! Gendong! Gendong!" Racau Daehan menggapai tangan Taehyung. "Mau tidur bersama juga"

Taehyung yang pasrah hanya bisa mengendong Daehan dan membawanya ke dekat Jungkook. Jungkook berbaring di sebelah kiri kasur, menidurkan Manse di samping kanannya. Taehyung juga membaringkan Daehan di sebelah Manse. Taehyung meletakkan bantal di kepala tempat tidur. Ia duduk sambil menyandar ke bantal. Daehan melirik Taehyung yang sedang membuka laptop.

"Tae, tidurlah dulu. Nggak capek?" Tanya Jungkook mengelus tangan Taehyung.

Taehyung hanya menatap Jungkook sebentar, lalu kembali memperhatikan layar laptop.

"Kau banyak diam Hyung?" Tanya Jungkook pelan. Ia memeluk Manse. Manse menatap Jungkook dari bawah. Ia bisa melihat raut wajah sedih Jungkook. Daehan merapatkan diri ke Manse dan Jungkook, mengelus lengan Jungkook. "Apa aku berbuat salah Hyung?"

Taehyung menatap Jungkook dalam diam. Ia meletakkan kembali laptop di meja dekat kasur. "Aku hanya sedikit bingung" Jawab Taehyung sambil menggelengkan kepala cepat. Ia mengelus surai kelam Jungkook, lalu mencium kening Jungkook lama. Daehan dan Manse terkikik senang. "Kalian juga mau aku cium?"

Daehan dan Manse menganggukkan kepala dengan cepat senang. Taehyung menciumi pipi mereka masing-masing. Jungkook tersenyum lembut melihatnya.

"Pasti lengkap rasanya kalau ada Minguk" Kata Daehan tiba-tiba.

"Aaaaaa, Manse ingat sesuatu!!!!!" Ucap Manse sedikit menjerit. "Manse di beri sebuah kertas oleh Hyung yang sangat baik"

"Kertas?" Tanya Taehyung dan Jungkook serempak.

"Iya, Hyung. Baju kotor Manse ada dimana?" Tanya Manse melihat ke arah Taehyung.

"Di sana" Balas Taehyung menunjuk tas ransel Jimin yang ada di samping lemari.

"Hyung tidak meletakkannya di tempat laundry?" Tanya Jungkook menatap Taehyung kesal.

"Aku asyik mengendong putri tidur saat masuk markas ini" Timpal Taehyung kalem, sehingga membuat Jungkook memerah. Manse turun dari kasur mengambil celana pendek yang di pakainya saat Yoongi dan Jimin menyelamatkannya.

"Iya, setidaknya Tae bisa meminta tolong bodyguard atau maid kan?" Tanya Jungkook mengalihkan pandangannya. "Kalau tidak untuk apa mereka di sini?"

"Baiklah, aku hanya capek sungguh" Balas Taehyung mengelus pipi Jungkook. Ia menatapnya lekat. Jungkook kembali tersenyum memeluk leher Taehyung.

"Masih capek, sweety?" Tanya Jungkook tersenyum kelinci.

"Tentu, sweet heart" Timpal Taehyung tersenyum khasnya.

"Eomma, Appa Manse tidak bisa menyelinap di antara kita" Celetuk Daehan memisahkan tubuh Jungkook yang semakin dekat dengan Taehyung.

"Hehehe"

Manse tertawa lucu melihat mereka bertiga. "Hyung memanggilnya Eooma dan Appa? Aku juga akan memanggil Yoongi Hyung dan Jimin Hyung dengan panggilan itu"

"Manse-aah mereka berdua ini sering sekali eeee apa namanya tu? Hmmm iitu penuh kasih cayang." Goda Daehan membuat Manse tertawa lepas.

"Ini Hyung kertasnya" Ucap Manse masih tertawa.

Taehyung mengambil kertas itu. Jungkook mendekatkan kepalanya ke dekat Taehyung agar bisa membaca tulisan di kertas itu. Daehan dan Manse menatap mereka berdua menunggu reaksi. Kertas itu bertuliskan alamat dan di bawah ada inisial B. Taehyung tahu siapa yang suka memberikan clue bodoh begini. Si Brengsek itu sangat ingin di hentikan? Atau ada maksud lain. Taehyung memasukkan potongan kertas itu ke saku celana jeans birunya. Jungkook melihat Taehyung lama. Taehyung hanya membalas dengan senyum tipis. Tapi, Jungkook masih menatapnya khawatir.

"Kita akan memastikannya besok pagi, ok?" Tanya Taehyung mengelus lengan Jungkook. Jungkook menganggukkan kepala pelan mencoba tenang.

"Baiklah, tapi tukar celanamu Tae" Kata Jungkook menunjuk celana Taehyung.

"Astaga, baiklah!" Ucap Taehyung turun dari kasur, membuka lemari dan mencari piyama. Jungkook juga mengganti bajunya dan kedua jagoan tersebut. Kemudian mereka tidur berempat di atas kasur ukuran king size. Taehyung dan Jungkook mengapit Daehan dan Manse. Taehyung menggenggam tangan Jungkook. Daehan memeluk Manse yang tertidur.

Esok Pagi, Taehyung bangun duluan daripada yang lain. Ia menepuk-nepuk lembut punggung kedua jagoan kembar itu dan mengelus pipi Jungkook yang berisi. Taehyung melepaskan genggamannya dan mulai turun dari kasur dengan sangat hati-hati. Tapi, Manse tetap menggeliat akibat gerakan Taehyung. Ia memegang lengan baju Taehyung tanpa sadar. Taehyung tersenyum tipis.

"Appa..." Ucap Manse dalam tidurnya.

"Mau bangun?" Tanya Taehyung mengelus pipi Manse. Manse membuka pelan kedua matanya. Ia mengangguk pelan. "Mau menunggu Appa dan Eomma?"

Manse menganggukkan kepala lemah. Ia memeluk leher Taehyung. Taehyung membawa Manse dalam gendongannya keluar dari kamar berjalan menuju ruang kerja Bangtan. Taehyung membuka pintu ruangan markas. Ia melihat Hoseok dan Chan yang tertidur di kasur lipat mereka berselimut tebal. Seokjin dan Jaehwan sedang membuatkan sarapan. Taekwoon sudah duduk di kursi meja makan. Namjoon masih berkutat dengan laptopnya. Taehyung membawa Manse keluar ruangan markas. Mereka berjalan ke kamar mandi di dekat tangga. Setelah beberapa menit membersihkan diri dan mandi. Taehyung membawa Manse ke kamar mereka dan berganti pakaian.

"Jungkookie, bangun~" Ucap Taehyung menggoyangkan lengan Jungkook. Tapi, malah membangunkan Daehan bukan si empu punya lengan.

"Daehan, bangun.... Ayo mandi..." Kata Manse menggoyangkan tubuh Daehan.

Daehan membuka matanya perlahan. Manse semakin keras membangunkannya. Sehingga Daehan bangun sambil mengucek matanya. Manse tersenyum senang.

"Kita mau sarapan Hyung harus mandi" Perintah Manse berwajah cemberut.

"Baiklah," Balas Daehan pasrah sambil menggaruk kepalanya. Manse menggiring Daehan ke kamar mandi.

Taehyung melihat interaksi mereka berdua. Hebat juga, Manse, batin Taehyung tersenyum tipis. Mereka sudah semakin tumbuh menjadi dewasa. "Nah, yang lebih dewasa kenapa belum bangun huh?" Tanya Taehyung menggoyangkan tubuh Jungkook. Tapi, Jungkook tetap tidak terbangun. Taehyung tersenyum jahil. Ia menciumi setiap inci wajah Jungkook, sehingga membuat Jungkook terbangun karena risih.

"YAAAKH!!! Apa yang kau lakukan Hyung?" Tanya Jungkook menatapnya kesal.

"Aku susah sekali membangunkanmu. Tidurmu bak orang mati" Balas Taehyung tenang.

"Aku hanya tidur seperti ini saat merasa aman. Tenang saja" Timpal Jungkook bangun dari tidur.

Taehyung memeluk Jungkook dari belakang. Mereka duduk di tepi kasur. Taehyung menggelengkan kepala. "Tidak, aku tetap akan mencemaskanmu" Ucap Taehyung menggeratkan dekapannya.

"Gomawo, Tae" Balas Jungkook tersenyum manis, mengelus rahang pujaannya.

"Mandilah, Kookie" Kata Taehyung masih menghirup aroma leher Jungkook.

"Apa aku bau Hyung?" Tanya Jungkook cemberut.

Taehyung tersenyum tipis dan tertawa jahil. "Bukan, aku hanya lapar" Jawab Taehyung cepat membuat Jungkook horor.

"Baiklah, aku akan mandi Hyung" Ucap Jungkook lari terbirit-birit masuk kamar mandi yang berada di kamarnya.

"Memangnya aku salah bicara ya?" Tanya Taehyung pada dirinya sendiri. Taehyung mengangkat bahunya tidak mengerti. Ia mengambil baju Jungkook yang ada di dalam lemarinya. Kemudian, meletakkan di atas kasur. Ia mengetuk pintu Jungkook. "Kookie, aku mau melihat Daehan dan Manse dulu ya?"

"Baik, Hyung" Balas Jungkook sedikit berteriak.

"Aku sudah menyiapkan baju gantimu di atas kasur. Jangan lupa beresin kamar ya?" Ucap Taehyung berlalu begitu saja.

"Hyuuuung.... Aiiish baiklah" Ucap Jungkook cemberut masih asyik menyabuni diri sendiri. "Padahal aku paling malas membersihkan kamar"

Taehyung berjalan menuju kamar mandi di dekat tangga. Ia melihat Daehan yang sedang mandi sendiri dan Manse memeluk baju ganti dan handuk. "Bisa sendiri kan?"

"Bisa Hyung" Balas Manse dan Daehan serentak.

"Bik, tolong awasi anak-anak ini ya?" Perintah Taehyung kepada salah satu maid yang ada di markas.

"Baik tuan" Ucap Maid yang sudah berumur itu sambil merunduk patuh.

Taehyung memasuki ruangan markas sambil melihat keadaan sekitar. Ia bisa melihat Chan yang sedang di bangunkan oleh Hoseok. Astaga ada apa dengan para uke, kenapa tidurnya nyenyak sekali? Jaehwan sudah hampir selesai menata makan di atas meja makan. Taekwoon juga sudah selesai membaca koran pagi. Seokjin masih asyik menyuci peralatan memasak begitu juga dengan Namjoon yang masih asyik mengetik. Taehyung duduk di samping Taekwoon.

"Namjoon Hyung..." Panggil Taehyung.

"Hmmm" Balas Namjoon masih asyik bekerja.

"Nggak jadi Hyung." Ucap Taehyung lagi.

Taekwoon hanya menatap Taehyung diam. "Lama lagi ini acara makannya?"

"Iya, tunggu sebentar" Ucap Seokjin sambil melap tangannya yang basah.

Jaehwan membawa sepanci sup dengan cepat. Hoseok dan Chan langsung berlarian ke kamar mandi untuk mencuci muka. Jungkook baru selesai mandi nyaris di tabrak mereka. Namjoon dan Seokjin sudah duduk di kursi masing-masing. Jungkook tidak melihat si kembar di dalam ruang kerja. Lalu, berjalan ke arah kamar mandi. Kemudian membawa si kembar untuk makan. Jaehwan sudah memesan bangku untuk Daehan dan Manse yang di letakkan di antara Taehyung dan Jungkook. Jungkook membantu mereka berdua menaiki bangku khusus mereka. Selanjutnya, Hoseok dan Chan datang dan duduk di bangku mereka. Kemudian dengan hikmat mereka makan bersama dengan canda dan saling menceletuk, walaupun sedikit sepi karena Hoseok tak punya bahan jahilan. Setelah mereka selesai sarapan. Taehyung berjalan ke arah Hoseok yang duduk di kursi kerjanya. Ia menunggu Chan yang sedang mandi. Taehyung memberikan potongan kertas itu pada Hoseok.

"Ini apa?" Tanya Hoseok melirik kertas itu heran.

"Manse memberikannya padaku. Katanya ada seseorang yang memberikan itu padanya" Jawab Taehyung tenang. "Cari alamat itu Hyung"

"Gaya bicaramu memerintah sekali..." Kata Hoseok tertawa jahil.

"Tolong, Hyung"

"Hosiki, tolong cari alamat ini" Perintah Namjoon dari belakang Hoseok. Ia berjalan dengan melihat berkas itu tanpa tahu Hoseok sedang bicara dengan Taehyung.

Hoseok mengambil berkas di tangan Namjoon. Betapa terkejutnya Hoseok. "Ini alamat apa, huh?" Tanya Hoseok lantang, ekspresinya bercampur aduk.

"Memangnya kenapa?" Tanya Taehyung dan Namjoon serentak. Suara mereka membuat penghuni ruang kerja markas melihat ke arah mereka.

"Alamat yang kalian suruh cari itu sama!" Balas Hoseok tak kalah tinggi. Ia masih mencari alamat itu pada aksesnya.

"HUUUH?"

"Ini salah satu alamat kumuh di Gangnam" Ucap Hoseok memperlihatkan mapping online yang berhasil di carinya. "Memangnya ini alamat apa?"

"Itu alamat komplotan penculik yang sedang kita husut" Jawab Namjoon menatap mapping. "Tapi, dari mana kau dapat Taehyung?"

Taehyung sudah pergi dengan menggeret Jungkook yang mengendong Daehan dan Manse.

"Mau kemana kau?" Tanya Namjoon mengejar Taehyung. Tapi, mereka sudah tidak terlihat di mana-mana.

Seokjin mengejar dari belakang. "Dimana Taehyung?" Tanya Seokjin menetralkan nafasnya.

"Aku tidak tahu yang pasti dia akan ke alamat itu" Ucap Namjoon tak kalah ngos-ngosan.

"Aku yakin Taehyung punya jalan tikus di markas ini" Kata Jaehwan yang baru sampai.

"Tapi, kenapa alamat itu ada pada Taehyung?" Tanya Taekwoon mulai berpikir.

"Aku tidak tahu kenapa" Balas Namjoon mengacak rambutnya.

"Man...Manse.... haaah... Manse yang memberikan informasi itu Namjoon" Timpal Hoseok merunduk memegang dengkulnya.

"Astaga!" Cela Namjoon menendang lantai.

"Alamat itu benar, Joonie" Timpal Seokjin horor. "Tapi kenapa ada dengan anak kecil?"

"Ada seseorang yang memberikannya pada Manse untuk Taehyung" Jawab Hoseok masih lelah.

"Terus, bagaimana Hyung?" Tanya Chan menyusul di belakang Hoseok.

"Kita harus menghubungi Yoongi dan yang lain sekarang untuk mengejar mereka sekarang juga" Ucap Namjoon mengambil ponselnya.

* * *

Taehyung mengemudi dengan sangat cepat. Ia langsung menuju ke arah Gangnam. Jungkook memeluk kedua balita itu erat. Karena tak ada waktu mendudukkan mereka di belakang. Taehyung dengan kecepatan sintingnya sampai di parkiran gang itu. Ia keluar begitu saja tanpa menjelaskan apa-apa pada Jungkook. Jungkook sangat ingin mengejar Taehyung tapi ia tidak bisa meninggalkan kedua balita ini. Dengan keberanian Jungkook yang sangat nekat. Ia mengambil pistol dan pisau lipat Taehyung yang di simpan di dashboard. Jungkook keluar dari mobil sambil menggenggam tangan kedua balita itu. Ia masuk ke rumah yang di masuki Taehyung.

Taehyung menyembunyikan dirinya di daun pintu. Seseorang tersenyum pongah melihat Taehyung dari balik monitor kamera pengawasan. Taehyung merasa ada yang aneh dengan bangunan itu. Terlalu sepi. Taehyung menaiki tangga lantai dua. Ia punya insting aneh. Entah kenapa kamar di lantai atas menarik perhatian Taehyung bahwa Minguk di sana. Dengan cepat Taehyung berlari ke depan kamar. Ia membuka pintu kamar dengan perlahan. Ia melihat ke dalam kamar. Betapa terkejut Taehyung bahwa Minguk duduk dalam keadaan terikat. Ia sedikit ragu melangkah, kenapa terlalu mudah untuk menemukan Minguk. Apakah ada yang Taehyung lewatkan?

Jungkook masuk ke dalam gedung bersama si kembar. Ia menggenggam erat mereka. Jungkook tahu ia sangat bodoh membawa kedua anak ini. Tapi meninggalkan mereka di mobil itu lebih berbahaya dan bisa membubuh mereka. Kenapa Jungkook tidak menunggu Taehyung di dalam mobil saja. Astaga! Apa yang kau perbuat Jungkook? Jungkook sedikit ragu, ia ingin kembali keluar. Tapi, Manse menarik tangan Jungkook.

"Hyung, Manse tahu tempat Minguk. Minguk pasti ada di kamar lantai dua" Ucap Manse penuh percaya diri.

"Heeeee?"

"Manse dulu pernah tinggal di sini, Hyung. Daehan juga kan?" Tanya Manse melihat ke Daehan. Daehan menganggukkan kepala pelan. "Ayo Hyung"

Manse menarik tangan Daehan untuk menaiki tangga, menuntun Jungkook ke lantai dua. Tapi, ada sesuatu yang menarik perhatian Jungkook. Ia berjalan ke sebelah kiri mengikuti bayangan itu dengan hati-hati sampai ke sebuah lorong bawah tanah. Jungkook memberanikan diri memasuki lorong itu.

"Bagus Jeon masuklah dan temui aku" Ucap orang yang sama −mengawasi Taehyung dari kamera pengawas−

Jungkook masuk dengan was-was. Tiba-tiba seseorang menutup mulut dan hidung Jungkook menggunakan sapu tangan hingga Jungkook pingsan seketika. Pria itu mengendong Jungkook seperti karung beras. Ia membawa Jungkook ke depan Belial.

"Bagus sekali kerjamu. Dudukkan dia di sana dan ikat dia." Ucap Belial masih memperhatikan monitor kamera pengawas. Lelaki suruhan Belial itu melaksanakan tugasnya. "Bangunkan dia, aku ingin bicara"

Lelaki itu memukul pipi Jungkook dengan kuat. Jungkook meringis terbangun. Belial mengamati Taehyung yang sedang membuka tali Minguk.

"Halo, Jeon" Ucap Belial memberi salam dengan wajah mematikan.

Jungkook menatapnya kaget. Siapa lelaki ini?

"Kau pasti bingung. Tidak ingat denganku?" Tanya Belial sedikit menyindir.

"Aku tidak mengenalmu"

Bagus kalau begitu, batin Belial tersenyum. "Kalau begitu aku akan memperkenalkan diriku. Aku adalah orang yang sangat di cintai Taehyung hingga membuatnya mengamuk di masa pencarian jati dirinya"

Nafas Jungkook seperti berhenti. Iya tidak menyangka bahwa rivalnya seperti ini. Wajahnya lebih tua daripada Taehyung. Kulitnya putih, matanya sipit dengan hidung mancung khas Korea. Senyum bak psikopat bisa sangat manis dan menakutkan dalam waktu bersamaan. Jungkook mencoba menenangkan dirinya.

"Ckckckck! Ingatanmu benar-benar payah Jungkook. Apa karena Ayahmu meregang nyawa di depanmu. Kau jadi lupa sebagian memori masa kecilmu? Kasihan sekali" Kata Belial mencemooh. "Kau yang akan menggantikan posisiku di hati Taehyung? Jangan bercanda"

"Jangan sok percaya diri. Kau bukan apa-apa" Kata Jungkook mematikan.

"Aku yang harus berkata seperti itu. Apa Taehyung pernah mengakuimu? Setelah apa yang kau lakukan?" Tanya Belial sangat menyinggung Jungkook.

Jungkook terpaku, ia tahu sejak pernyataan cintanya pada Taehyung. Taehyung tidak mengatakan apa-apa. Juga tidak menjelaskan apa-apa.

"Jeon sosokmu itu rapuh. Jangan sok berani" Timpal Belial.

"Jangan sok pandai menilai brengsek!" Seru Jungkook meludah.

"Kekanak-kanakan. Aku beri tahu padamu. Taehyung belum bisa melupakanku. Aku akan membawa Taehyung bersamaku suatu saat nanti. Atau sekarang" Ucap Belial dingin.

Nafas Jungkook tersengal-sengal. Ia benci suasana menekan seperti ini.

"Tuan ada yang mendekat." Kata salah satu bawahan Belial.

"Bagus kita akan pergi. Anggap saja itu hadiah dariku untuknya" Kata Belial tersenyum mengelus layar monitor. "Nah, Jeon hadiah untukmu adalah...." Belial membisikkan sesuatu yang membuat hatinya remuk.

Jungkook berteriak sekencang-kencang. "Tidak! Tidak Mungkin!" Teriak Jungkook histeris. Jika ia tidak terikat. Jungkook akan menutup telinganya.

"Oh, ya yang memberitahumu bahwa dia sudah mati adalah aku bodoh!" Kata Belial pergi begitu saja.

Jungkook menangis sejadi-jadinya. Rasa stresnya muncul kembali. Pantas saja Taehyung menanyakan hal itu setelah mengunjung gedung tempat akses data penduduk. Pantas Taehyung marah. Pantas Taehyung tidak senang setelah jawaban Jungkook. Pantas Taehyung hanya memperlakukannya begitu. Pantas, pantas karena Taehyung sekarang membencinya dan menahan amukannya karena itu belum terbukti, batin Jungkook air mata membanjiri pipi, kepala Jungkook serasa meledak. Belial memang tidak melukai tubuhnya tapi ia meremukkan hati Jungkook. Bagaimana bisa Jungkook bertemu Taehyung lagi? Sebab dia adalah sosok yang di benci Taehyung. Sahabat kecil yang tidak menganggapnya.

Jungkook tahu, ini terlambat. Ia ingat kata-kata Ibunya bahwa suatu saat Taehyung akan pergi, jika Jungkook terlalu lama mengantungnya. Jungkook meneteskan air matanya. Tubuhnya mulai melemas. Taehyung, jika engkau tahu aku masih sangat kecil waktu itu. Maafkan aku, menjadi sosok pecundang. Tidak bisa membelamu, takut dibulli bersamamu. Sebab aku tak punya kekuatan melindungimu barang sedetik pun.

"AAAAAAAAAAAAAAAAA" Teriak Jungkook pilu seperti orang kesetanan.

BRAK

Pintu ruangan itu di tendang Taehyung hingga terlepas dari engselnya. Taehyung melihat Jungkook yang seperti orang sangat ketakutan. Tubuhnya bergetar statis. Raut wajah cemas dan ketakutan bercampur satu. Peluh Jungkook menetes di wajahnya. Muka pucat dan air mata yang mengalir tanpa hentinya. Hidung mancung Jungkook memerah. Setiap saat memejamkan mata sedih "Jungkook.... Hei... Jungkook..." Taehyung tidak sanggup melihat malaikatnya sedih seperti ini

"Hiks....Tae....Taehyung maaf.... maafkan aku...." Ucap Jungkook terbata-bata. Matanya terpejam, air matanya banjir, tubuhnya bergetar. Sosoknya sungguh memilukan.

"Jungkook... sayangku... Dengarkan aku..." Panggil Taehyung penuh kelembutan. Ia menangkupkan kedua pipi Jungkook. Jungkook mulai membuka mata sedikit berusaha menjauhkan bulir air mata yang membuat semua pemandangan berkabut.

"Tenang aku di sini Chagi" Ucap Taehyung mencium kedua kelopak mata Jungkook. Mendekap dalam kehangatan. Jungkook sedikit mulai tenang.

"Hei, Taehyung" Ucap Belial melalui speaker yang ada di ruangan. Taehyung menatapnya nyalang. "Hadiah untukmu boneka Jeon yang rusak, sahabat kecil yang tak pernah menganggapmu" Belial tertawa.

"Taehyung.... maafkan aku.... aku.... hiks...." Ucap Jungkook tak pernah sampai, matanya tidak bisa melihat akibat genangan air matanya. Jungkook bisa merasakan Taehyung yang menjauh darinya. Hati Jungkook semakin pilu. Ia menangis sekuat yang bisa tapi suara Jungkook nyaris habis.

"Diam, Jeon!" Bentak Taehyung membuka tali yang mengikat Jungkook. Jungkook menggelengkan kepala. Ia benci di bentak Taehyung. Taehyung membuka ikatan Jungkook dan seketika Jungkook limbung dan Taehyung mendekapnya. Taehyung mengendong Jungkook. Raut wajah penuh kemarahan. Brengsek! Brengsek! Belial Brengsek!, batin Taehyung mencak-mencak. Ia bersumpah akan memenggal kepala Belial itu dan di pajangnya di depan perapian agar Jungkook bisa meludahi dan menyayat kepala itu.

"Tenanglah, Jungkook. Aku sudah memaafkanmu. Jangan seperti ini sayang." Kata Taehyung lembut. Ia memeluk Jungkook erat.

Semua aparat kepolisian sudah datang dari tadi. Yoongi dan Jimin juga ikut mencari Jungkook di mansion ini. Sehun dan Tao berhasil menemukan korban penculikan yang lain. Sedangkan Namjoon, Seokjin, Taekwoon dan Jaehawan baru sampai. Kepolisian di pimpin oleh Jongdae, pamannya Jungkook. Taehyung mengendong Jungkook sambil berlari kesetanan. Jongdae bisa melihat keponakan menangis sama seperti saat ia kehilangan Ayahnya. Jongdae dan Minseok berlari mengejar Taehyung. Begitu juga dengan yang lain. Taehyung membuka pintu mobilnya. Ia ingin mendudukkan Jungkook di samping sopir. Tapi, barang sejengkal pun Jungkook tidak mau melepaskan Taehyung. Ia sangat takut. Takut.... Takut yang tidak beralasan.

Taehyung panik. Hari hujan tiba-tiba memperburuk suasana. Taehyung tidak punya cara lain selain memasuki mobil dengan memangku Jungkook di pangkuannya. Ia mengelus punggung Jungkook. Jungkook masih mengalungkan tangan di leher Jungkook. Nafasnya mulai sedikit teratur. Taehyung dengan penuh kelembutan membuat Jungkook menatapnya. Jarak wajah mereka hanya lima sentimeter. Taehyung mengelus pipi gembil Jungkook yang merah akibat aktivitas menangis dan jeritan. Jongdae mengetok kaca mobil Taehyung. Taehyung membukanya sedikit. Saat Jongdae melihat Jungkook yang duduk di pangkuan Taehyung. Kenangan lama mengingatkannya. Betapa stres Jungkook ditinggalkan ayah kandungnya.

Jongdae menatap keponakan sedih. "Taehyung jaga dia. Aku percayakan padamu"

Minseok menatap sendu Jongdae. Lalu, mengikuti Jongdae yang pergi entah kemana. Taehyung menutup kaca mobil.

"Katakan padaku, apa yang membuatmu takut? Kenapa minta maaf?" Tanya Taehyung lembut padahal menahan kesabarannya amat sangat.

Jungkook mulai meneteskan air matanya lagi.

"Maaf, aku membentakmu. It's my bad habit sweety heart" Ucap Taehyung mengecup bibir Jungkook. "Sayang.... apa yang sebenarnya terjadi. Aku sudah membuka bajumu dan tidak ada satu pun luka yang ku lihat. Bahkan kamu menggunakan celana pendek. Aku bisa melihat betismu yang menggoda iman tanpa goresan sedikit pun. Tidak di tangan, juga di kepala. Apa lebam pipi ini sakit sekali ya?" Jungkook menggeleng pelan.

"Aku tahu, hatimu yang di sakitinya. Makanya jawab pertanyaanku Jungkookieku sayang my world" Ucap Taehyung benar-benar habis akal.

"Belial bilang, Hyung membenciku" Jawab Jungkook sangat pelan, lirih dan sendu. Taehyung mencoba mendengarkan kelinci montoknya yang sedang bersedih. "Karena aku adalah sahabat kecil yang mengkhianatimu" Jungkook mengeratkan pegangan di bahu Taehyung.

Taehyung menatap Jungkook horor seperti mendengar kabar esok adalah hari terakhir kau hidup.

"Aku tidak mengkhianatimu, Tae. Kalian salah paham. Di saat hari...hari itu....hiks....tae....aku...aku memang memegang pisau bekas mereka. Tapi aku tidak menusukmu. Aku malah melawan si ketua tukang bullimu. Aku mengendongmu Bodoh! Aku takut melihat darah...darahmu banyak....Tae....hiks....percayalah. Apa Hyung tidak ingat. Kau sangat berat!!! Dan Min Hyung membantu kita lari dari kejaran mereka. Esoknya saat aku menanyakan keadaanmu, kau dibilang tewas saat di bawa ke ambulans. Aku melihat upacara pemakaman di halaman rumahmu" Jelas Jungkook panjang lebar. Air mata mengalir begitu saja. Jatuh di pipi Taehyung. Jungkook menggoyangkan bahu Taehyung. "Aku takut, Tae.... Sangat takut melihatmu pergi jauh ke langit. Aku tidak sanggup, Bodoh! Uuuh...."

"Bukan aku yang tewas, tapi paman dan bibiku yang baik hati. Aku di larikan Thomas saat itu" Balas Taehyung tenang.

"Kau membenciku?" Tanya Jungkook sedih. Taehyung menggeleng cepat, tersenyum lembut. "Kau tidak mencintaiku lagi?"

Taehyung tersenyum miring. "Nyaris"

Jungkook menunduk dalam. Ia sangat ingin menjerit pilu. Tapi, air matanya sudah habis dan hatinya lelah. Taehyung mendekap Jungkook hangat.

"Hei, bukannya kau calon psikolog yang sangat di banggakan Dokter Cha? Kenapa lemah begini? Jika benar aku marah padamu, aku sudah mengamuk dari tadi. Jika aku tidak menyayangimu lagi, aku tidak akan seperhatian ini padamu. Mendengarkanmu, menenangkanmu." Kata Taehyung menatap Jungkook penuh keseriusan. "Aku tidak membencimu, tidak akan bisa. Kau boleh tidak percaya, kau boleh meragukanku Jungkookie. Tapi, aku akan membuktikan seberapa rasa sayangku padamu. Aku menyayangimu Jungkook"

Jungkook mencoba membaca kebohongan dari sorot mata tajam tapi sangat teduh menurut Jungkook. "Aku juga menyayangimu Taehyung"

"Tenanglah, sayang. Aku ada bersamamu. Aku tidak akan meninggalkanmu" Balas Taehyung memeluk Jungkook erat. Ia mengelus surai Jungkook.

Jungkook menyembunyikan wajahnya di leher Taehyung sambil memeluk tak kalah erat.

"Lihat kesini sebentar, Jungkookie" Ucap Taehyung dengan senyum menawannya. Jungkook menurut. Ia menatap wajah kekasihnya. "Maaf, karena aku autis. Aku membuatmu ragu. Mau menjadi kekasihku dan calon pasangan hidupku Jungkook?"

Jungkook mengangguk pelan. "Aku mau Taehyung, tentu saja aku mau"

Taehyung memegang dagu Jungkook, mencium Jungkook penuh ketulusan. Memeluknya dalam dekapan yang hangat. Taehyung dan Jungkook masih berciuman sampai menit-menit tertelan habis. Mereka mengakhiri ciuman tulus dan saling menatap. Taehyung mengeluarkan ujung lidahnya begitu juga Jungkook. Lalu bermain dengan lidah Jungkook yang sangat manis. Taehyung mengexplore rongga mulut Jungkook. Mengabsen apa saja yang bisa di absen. Membelai pinggang sempit Jungkook dengan gerakan seduktif. Ia terus melumat bibir Jungkook atas bawah. Kemudian membelitkan lidah mereka lagi. Jungkook melenguh, memanggil nama Taehyung dengan nafas sempit. Taehyung tersenyum senang memutuskan ciuman dan kembali melahap bibir kekasihnya yang bagaikan kafein bagi Taehyung.

"Taehhh~Taehhh~Mmmmghhhh~" Ucap Jungkook sudah kehabisan nafas.

Taehyung mengakhiri ciuman panas di tengah hujan dengan tidak rela. Ia menatap wajah Jungkook yang semakin sexy dalam artian lain.

"Jangan menatapku, seperti itu mesum!" Teriak Jungkook cemberut.

Taehyung tersenyum senang. Jungkook yang asli kembali, batin Taehyung senang.

"Tae.... dimana Daehan dan yang lain?" Tanya Jungkook kebingungan.

"Di mobil Seokjin" Jawab Taehyung santai.

"Kenapa bisa menemukanku?"

"Karena anjing serigalamu"

"Kuro-kun~" Seru Jungkook mengapai anjing keturunan serigala. Si anjing langsung menghambur ke pelukan mereka.

"Oh, demi Tuhan kalian berat" Seru Taehyung kesal. Tapi, berubah senang karena Jungkook sudah tersenyum seperti biasa. Taehyung mengecup surai Jungkook dan mengelus kepala anjing.

TOK TOK TOK

Hongbin mengetuk jendela kaca mobil Taehyung. Dengan bodohnya Taehyung membuka begitu saja. Sehingga Hongbin bisa melihat Jungkook yang sedang duduk di pangkuan Taehyung. "Ekhem..." Ucap Hongbin sedikit malu dengan adegan TaeKook yang tersaji. "Apa kalian ingin pulang? Biar aku yang mengemudikan."

"Penyelidikan bagaimana?" Tanya Taehyung melirik ke arah Jungkook. Sedangkan Jungkook sudah bersembunyi di leher Taehyung. Kuro-chan duduk di dekat kaki Taehyung.

"Tidak apa-apa Taehyung. Kita harus membawa Jungkook ke Dokter Cha. Kami takut ada yang salah dengan psikis Jungkook" Jelas Hongbin tersenyum ramah. "Inspektur Jongdae yang menyuruh Taehyung. Tidak masalah"

"Baiklah kalau begitu Hyung." Kata Taehyung memberikan kunci mobil ke Hongbin. Ia turun dari mobil bersama Jungkook. Duduk di bangku belakang bersama Kuro-Chan.

Flashback Taehyung

Taehyung membuka ikatan tali Minguk dengan cepat. Tiba-tiba pintu kamar di buka oleh seseorang. Taehyung bersembunyi di belakang bangku Minguk. Ia mengeluarkan pistol yang ada di saku. Manse dan Daehan membuka pintu sambil mencari keberadaan Taehyung dan Minguk. Daehan menarik lengan Manse untuk melihat ke arah bangku.

"MINGUK!!!!" Pekik mereka bersamaan.

"Sssst....." Ucap Taehyung tiba-tiba muncul dari balik bangku.

"Hyungie!!!!" Seru Mereka lagi sambil berlari ke arah Taehyung.

Taehyung membuka selotip yang ada pada mulut Minguk. Minguk langsung memeluk Taehyung tanpa aling-aling. Manse menghapus air mata saudaranya. Daehan gelisah sejak masuk kamar, karena ia tidak melihat Jungkook yang mengikutinya. Daehan berjalan ke arah pintu kamar untuk membuka pintu melihat Jungkook.

"Daehan jangan buka pintunya" Perintah Taehyung mengendong Minguk di punggungnya.

"Tapi, Kookie Hyung maksud Daehan Tooki Hyung belum sampai juga kemari" Ucap Daehan sedikit merajuk kepada Taehyung. Manse berlari ke arah Daehan lalu membuka pintu.

"Benar Kookie Hyung hilang..." Kata Manse sedih air mata sudah mengenang di kelopak mata. "Hyungie...."

"Tenang, kita akan mencari Jungkookie setelah ini" Ucap Taehyung menenangkan padahal tidak.

Taehyung sangat mencemaskan Jungkook. Walaupun Taehyung sedikit kesal dengan kebenaran masa lalu Jungkook tapi itu tidak berarti baginya. Taehyung tahu apa yang akan di lakukan Belial terhadap mangsanya. Bukan membunuh seperti menyayat atau melukai secara fisik. Tapi merusak secara mental, itulah khas si brengsek. Sekarang bukan saatnya bertindak gegabah mencari Jungkook. Taehyung harus membawa anak-anak ini dengan selamat sampai tujuan. Taehyung berpikir sejenak. Ponsel Taehyung berdering.

"BRENGSEK!!!! APA YANG KAU LAKUKAN HUH?" Tanya Yoongi tanpa segan-segan di ujung telpon.

Taehyung tersenyum tipis. "Dimana kau Hyung?"

"Kami sekarang di depan Mansion. Bagaimana keadaan di dalam?" Jawab Yoongi menahan amarahnya seperti gunung merapi yang akan meletus kapan saja.

"Hyung masuklah dengan hati-hati. Temui aku di lantai dua, kami ada di kamar dengan pintu yang di cat berwarna maroon." Ucap Taehyung mencoba sangat tenang.

"Tumben kau memberi tahukan lokasimu" Balas Yoongi menyindir. "Seperti bukan your style. Apa karena Jungkook?"

"Aku akan membuang style dan ego-ku untuk Jungkook" Bantah Taehyung dengan suara tegas dan keseriusannya.

"Taehyung, jangan terlalu percaya pada pemuda bergigi kelinci yang latar belakang masa lalunya tak jelas. Mungkin saja kau akan kecewa seperti dulu." Kilat Yoongi mengeram di akhir kalimat. Jimin memegangi lengan Yoongi erat. Wajahnya sedih sambil menggelengkan kepala mengisyaratkan pada Yoongi bahwa jangan terlalu keras pada Taehyung. "Memang kita yang merekrutnya, tapi astaga kenapa kau bisa percaya dan suka dalam sekejap."

"Sekejap?" Tanya Taehyung nada suaranya kecewa dengan expectancy Yoongi. "Belial punya masa lalu yang jelas. Aku selalu menjadi sahabatnya sampai dia mengkhianatiku"

"Ingat Taehyung, hati orang siapa yang tahu. Waktu Taehyung! Waktu!" Ucap Yoongi tidak mau kalah. "Seiring waktu berjalan, hati akan berubah, perasaan akan berubah"

"Bagi mereka yang berjauhan dan tak satu pemikiran" Sambung Taehyung membuat Yoongi seperti di lempari granat. "Bagi mereka yang tidak memiliki rasa percaya satu sama lain, bagi mereka yang tidak bisa mengerti perasaan pasangan mereka sendiri, bagi mereka yang tidak bisa mempertahankan hubungan mereka sendiri. Waktu akan terus berjalan. Tapi, karena waktu hubungan bisa terjalin erat, Hyung. Percayalah walaupun itu tersengar klise dan tak ada bukti yang logis."

Yoongi mengerutkan kening. Ia tahu maksud Taehyung tapi tidak bisa mengakui untuk sekarang.

"Sampai kapan Jimin akan terus bersamamu?" Tanya Taehyung sangat menusuk. "Apa kau bisa menahannya saat dia akan pergi. Saat perasaannya tidak ada sedikit pun padamu lagi Hyung? Apa kau bisa membuktikan padaku bahwa hubunganmu lebih lama dari hubunganku?"

Yoongi tersenyum pasrah. "Kau sangat keras kepala. Jadi?"

"Dengan siapa saja Hyung ke sini?" Tanya Taehyung sedikit menimbang.

"Berempat, " Balas Yoongi santai.

"Hyung temui aku, karena triplet ada si sini. Aku ingin mencari Jungkook" Kata Taehyung lagi. "Sebab Jungkook di culik"

"APAAAAA? JUNGKOOK DI CULIK?" Pekik Yoongi marah dan terkejut "Tunggu kenapa Jungkook?"

"Makanya ke sini Hyung" Balas Taehyung mematikan ponsel.

Setelah beberapa menit Yoongi dan Jimin sampai ke kamar tempat Taehyung. Sehun dan Tao mencari anak-anak yang lain yang di sembunyikan di kamar lain. Yoongi dan Jimin sempat baku hantam sebentar. Lalu, mengetuk pintu kamar yang telah di kunci Taehyung. Taehyung membuka pintu sambil memberikan Triplet pada Yoongi dan Jimin. Mereka keluar dari ruangan bermasalah itu.

"Kenapa Jungkook bisa di culik?" Tanya Jimin yang mengendong Manse. Yoongi menatap Taehyung lekat dengan Minguk yang di gendong di punggung. Taehyung mempercepat langkahnya sambil menggenggam erat tangan Daehan.

"Maafkan Manse, Appa" Ucap Manse sudah banjir air mata. "Manse memaksa Jungkookie Hyung untuk naik ke tangga."

"Tapi, saat di lantai dua Jungkook Hyung sudah tidak ada di belakang kami. Kami mendengar ada bunyi langkah kaki. Karena takut kami berlari ke kamar tempat Minguk" Jelas Daehan sedih. "Kamar ini kamar kami dulu saat pertama kami di sini, Hyung"

"Lalu, kalian menemukan Taehyung?" Tanya Yoongi memastikan. Daehan dan Manse menganggukkan kepala serentak.

"Kata Min Hyung..." Ucap Minguk sudah melai tenang. Ia memeluk leher Yoongi erat. Mereka kaget dengan nama yang di sebut Minguk. "Aku sudah boleh pulang sebab Min Hyung akan memberikan hadiah kepada seseorang"

"BRENGSEK!!!" Maki Taehyung sorot matanya semakin tajam membuat triplet ingin menangis.

"Hadiah?" Ulang Jimin nafasnya mulai tidak beraturan. Mereka sangat tahu arti dari hadiah berarti ada salah satu dari Bangtan Boys yang akan di rusak mentalnya atau kelemahannya akan di manfaatkan.

"Maaf Taehyung." Ucap Yoongi tidak membisa membayangkan apa yang akan terjadi pada Jungkook. "Seperti Min cemburu"

Taehyung menghentikan langkahnya. Ia memberikan Daehan kepada Yoongi. "Titip mereka Hyung. Aku akan mencari Jungkook" Ucap Taehyung tanpa melirik ke Yoongi dan Jimin.

"Hiks...hyung...." Ucap Daehan dan Manse menangis bersamaan. Minguk menangis dalam diam bersembunyi di punggung Yoongi.

Taehyung mempercepat langkahnya. Saat memasuki lorong kelam. Taehyung di serang oleh seorang pria berbadan besar. Ia menapakkan kedua tangan di lantai, lalu menendang samping si pria itu telak. "Maaf, sebenarnya ini kelemahanku"

Taehyung berlalu begitu saja meninggalkan pria berbadan besar yang sudah tersungkur, karena leher di patahkan Taehyung. Taehyung menghentikan langkahnya. Tidak mungkin Jungkook berjalan terlalu jauh, batin Taehyung menuruni tangga ke lantai satu. Ia melihat lorong gelap dengan ujung yang sedikit bercahaya. Ia bisa mendengar jelas jerit pilu Jungkook. Taehyung berlari dengan cepat tanpa mengacuhkan sasaran peluru pistol yang menyerbunya. Tao yang datang menolong Taehyung, langsung menembak si penembak bawahan Belial. Sehun menahan anak-anak yang menjadi korban penculikan.

"Taehyung, dimana Yoongi?" Tanya Tao meninggikan suara. Taehyung tidak mempedulikan apa yang Tao tanyakan. "Sehun kau baik-baik saja?"

Sehun menganggukkan kepala.

"Taehyung?" Tanya Tao lagi berlari membantu Sehun membimbing anak-anak itu.

"Tenang, Namjoon dan yang lain akan kemari. Aku sudah meneleponnya juga Inspektur Jongdae."

Taehyung berlarian di lorong gelap. Brengsek pantas saja kasus terakhir ini, aku dengan mudah menyelamatkan korban. Bukan Minguk target sebenarnya tapi Jungkook. Brengsek! Sebenarnya Belial tidak tertarik lagi dengan transaksi ini. Dia hanya ingin memancingku keluar dan melihat siapa partnerku. Kenapa dia sangat tertarik dengan Jungkook? Kenapa harus Jungkook?, batin Taehyung berkecambuk. Ia menuruni tangga menuju bawah tanah. Jungkook bertahanlah. Aku ingin kau tidak pernah berubah. Apa seharusnya aku melepaskannya? Jika ini membuatnya hancur. Taehyung menendang pintu kamar. Ia berjanji tidak ingin melihat pemandangan seperti ini lagi. Jungkook yang diikat di kursi dengan raut wajah sedih dan hancur yang membuat Taehyung sakit.

Di TKP

Namjoon memperhatikan bawahan Belial yang ditangkap. Yoongi dan Jimin sudah di dalam mobil bersama Seokjin dan triplet.

"Namjoon masuklah" Ucap Seokjin kesal dengan Namjoon yang masih bertahan berdiri menyandar di tengah rintik hujan.

"Belial itu apa maunya?" Tanya Namjoon masuk begitu saja. "Sepertinya bukan triplet targetnya." Yang lain masih mendengarkan kata-kata Namjoon. "Ia membuat kita susah bertindak oleh anak-anak ini agar kita tidak melonggarkan pengawasan"

"Jadi benar targetnya adalah Jungkook kenapa?" Tanya Jimin memeluk erat Manse.

"Satu hal yang pasti jika Ketua Woobin benar. Kalian tahu Taehyung bakal di jadikan raja?" Tanya Namjoon kepada mereka bergita. Mereka mengangguk bersamaan. "Artinya Belial ingin Taehyung kembali padanya. Ingat apa kata-kata terakhirnya?"

"Pilih Bangtan atau aku?" Ucap Yoongi mengulangi memorinya.

"Taehyung memilih kita." Balas Seokjin sedih. "Buat Taehyung tetap memilih kita terus"

"Belial berpikir seperti itu juga. Karena itu ia mencari kebenaran tentang Jungkook dan... sudah lihat wajah Jungkook yang di bawa Taehyung keluar Mansion?" Tanya Namjoon membuktikan analisis benar.

"Wajah yang memilukan" Timpal Jimin sedih.

"Itu artinya Belial memegang kunci rahasia Jungkook yang akan membuat Taehyung membencinya" Balas Namjoon lagi dengan ekspresi serius.

"Selamanya" Lanjut Yoongi kosong.

"Dan Taehyung akan kembali ke Belial, sebab aku memarahinya dan membunuh impian besarnya menjadi Detektif" Kata Namjoon memukul dashboard. Seokjin merengut sedih. "Kita kalah telak."

"Si brengsek itu suka bermain hati. Ia memanfaatkan celah hati kita, seperti iblis" Desis Yoongi membuat Daehan bergedik ngeri.

"Kita akan pulang. Astaga!" Kata Namjoon tak habis pikir. "Kasus ini hanya pengalihan semata agar Jungkook bisa bertemu dengan Belial. Kenapa aku tidak bisa berpikir ke arah sana?!"

"Kau hanya pintar tapi tidak peka. Termasuk aku." Tambah Yoongi tenang.

* * *

Seminggu setelah kejadian. Jungkook sudah mulai tenang setelah di rawat Dokter Cha. Tidak seperti dibayangkan oleh member Bangtan Boys. Jungkook kuat atau kuat dari luar saja. Jungkook sudah bisa tersenyum setelah dua hari. Ia sering melihat Taehyung dari jauh. Jika Taehyung bersama yang lain. Jungkook mencoba menenangkan hatinya dan selama seminggu ini Jungkook melarikan diri dengan mengumpulkan hipotesa tentang penyakit Taehyung yang sebenarnya. Setelah kasus penculikan Triplet di kembali kepada orang tuanya. Sebelumnya Yoongi menghipnotis mereka agar tidak mengingat Bangtan Boys. Dokter Cha juga menyarankan terapi hipnotis agar mereka tidak mengingat kejadian memilukan itu. Taekwoon dan Jaehwan kembali ke markas pusat. Sehingga kamar Jungkook kembali ke kamar Taehyung lama. Jungkook punya waktu untuk membaca buku psikologi dan melakukan riset kecil-kecilan. Untung Jungkook sangat suka membeli buku materi kuliah dan punya banyak referensi buku tentang dunia psikologi. Ia sangat suka mengoleksi buku apalagi berhubungan dengan jurusannya. Ditambah kedekatan Taehyung dan Jungkook, membuat poin plus untuk riset ini. Jungkook tidak punya maksud apa-apa. Ia hanya tidak suka dengan diagnosa yang salah.

Jungkook tidak ingin terpurut terus terusan toh Taehyung sudah menjelaskan kalau dia tidak marah dan kecewa pada Jungkook. Bagaimana pun Taehyung dari awal memang selalu sendirian di sofa. Jungkook yang selalu ingin dekat-dekat dengannya. Tapi, sekarang Jungkook sedikit takut mendekatinya entah karena rasa bersalah dan kurang percaya. Jungkook percaya, malah sangat percaya. Hanya saja tidak ada muka untuk bertemu dengan Taehyung.Jungkook sudah mengumpulkan apa saja bukti bahwa Taehyung itu asperger bukan autis. Rasanya tak sanggup lagi. Bodoh. Pecundang. Jungkook memeluk erat berkas Taehyung. Ia meletakkan kepala di kedua dengkul.

Taehyung membuka pintu kamar Jungkook. Ia sangat enggan ke kamar lamanya. Kenangan buruk bersama Belial menggerogoti Taehyung. Jungkook masih tidak sadar dengan keberadaan Taehyung.

"Jungkook" Panggil Taehyung mendekat ke arah Jungkook.

"Taehyung aku ingin bicara dengan Dokter Cha" Balas Jungkook mencoba tenang.

"Apa kepalamu masih sakit?" Tanya Taehyung memeluk Jungkook dari samping. Jungkook menggelengkan kepala. "Kebetulan Dokter Cha ada di bawah?"

"Taehyung aku ingin kau percaya padaku" Ucap Jungkook menatap Taehyung dalam.

"Sesuai keinginanmu yang mulia Ratu" Balas Taehyung mengecup kening Jungkook.

"Aku laki-laki Tae. Raja. Aku raja" Kata Jungkook mempoutkan bibirnya.

Taehyung tertawa renyah, lalu mengikuti Jungkook yang berjalan ke ruangan kerja.

"Wah bagaimana keadaanmu Jungkook?" Tanya Dokter Cha yang sedang duduk di hadapan Namjoon.

"Aku baik-baik saja Dokter Cha. Aku hanya ingin menanyakan satu hal" Kata Jungkook duduk di samping Namjoon. Taehyung duduk di tengah mereka.

"Apa itu anak muda?" Tanya Dokter Cha.

"Apa anak autis bisa menenangkan orang yang sedang stres. Bukankah dirinya tersembunyi di dunia mereka sendiri" Jawab Jungkook tanpa basa-basi. Dokter Cha menatap Jungkook sadis. "Asperger adalah penyakit yang bisa dikatakan sebangsa dengan Autis. Bukan berarti sama dan penanggulangan mereka pun berbeda. Aku yakin Taehyung bukan autis"

"Lalu, kau ingin mengatakan dia asperger? Kau ingat tanda penderita Asperger" Ucap Dokter Cha membantah.

"Jangan bayangkan Taehyung seperti penderita Asperger yang di perankan oleh Sharul Khan di film I'm not terorist. Bahkan level Taehyung tidak seberat dia. Taehyung bahkan hanya punya gejala. Tidak separah itu." Ucap Jungkook memberikan berkas risetnya.

"Apa maksudnya ini?" Tanya Namjoon mengambil berkas Jungkook.

"Aku akan menjabarkan semuanya. Perbedaan mencolok Autis dan Asperger." Kata Jungkook mantap membuat Seokjin, Yoongi, Jimin, Chan dan Hoseok mendekat ke arah mereka.

"Pada poin pertama kita sudah pernah mendebatkan Taehyung yang sebenarnya bisa menyindir tapi tidak kepada orang tua. Poin kedua Taehyung membiarkan Bangtan Boys yang dianggapnya sebagai keluarga untuk menganggapnya seperti sebelumnya bahasa kaku dan lain-lain, padahal sikapnya berbeda kepadaku. Bahkan emosi Taehyung lebih terkontrol menghadapiku. Ia cepat beradaptasi denganku. Poin ketiga Taehyung selalu punya humor berbeda dan sedikit aneh, seperti memanggil Jimin eomma. Ia bisa menjahili seseorang yang dianggapnya teman atau sahabat. Anak autis tidak begitu. Poin keempat penjelas untuk Taehyung yang bisa memperhatikan 12 LCD dalam sekali jalan dengan video yang di putar materi berbeda. Ia bisa memperhatikan tanpa kesulitan Poin kelima yang akan menjelaskan kenapa Taehyung mengamuk saat Belial mengkhianatinya. Anak agie [sebutan dekat untuk penderita asperger] benci kepada pembohong. Makanya ia mengamuk saat itu terjadi. Taehyung hanya mengamuk besar saat kejadian itu kan?" Tanya Jungkook menatap satu persatu member Bangtan.

"Iya," Jawab Jimin seperti tersambar petir.

"Seharusnya jika Taehyung penderita autis. Ia akan selalu mengamuk karena Belial tidak ada. Hidupnya berubah drastis karena keberadaan Belial yang tidak ada. Tapi, alasan Taehyung adalah..." Ucap Jungkook menunggu jawaban Bangtan Boys yang lain.

"Belial meminta Taehyung memilihnya atau Bangtan. Tapi, Taehyung memilih Bangtan karena ini keluarga yang diberikan oleh Kakek Thomas. Belial bertengkar pada Taehyung. Ia bilang Taehyung odoh dan tidak bisa di harapkan. Padahal dulu Belial selalu memuji Taehyung" Jawab Namjoon tanpa sadar. "Belial juga mengakui bahwa yang membunuh Bibi dan Paman yang di perbatasan adalah keluarganya dan yang membuat Taehyung kehilangan kontak dengan sahabat kecil yang berada di perbatasan adalah dirinya."

"Belial membantu orang itu membunuh ayah sahabat kecil Taehyung untuk membalaskan dendam Taehyung. Padahal awalnya Belial mengaku bahwa...." Ucap Yoongi menatap Jungkook dengan pandangan terkesan.

"Meninggal dunia, sehingga Taehyung terus menjadikan satu-satunya sahabat yang dipunya" Kata Seokjin marah.

Jungkook menggenggam tangan Taehyung air matanya mengenang di kelopak matanya. Jungkook tahu, ia seperti berada di keadaan emosi paling lemah sama seperti kematian Ayahnya. Ia lebih sentimental dan labil. Walaupun dari luar tidak terlihat. Jungkook berusaha bersikap biasa untuk menenangkan dirinya.

Dokter Cha mendengus. "Lalu, apa yang salah Jeon? Kau bisa melihat semua kan? Semua orang memperhatikan Taehyung. Kalau aku memberi tahu yang sebenarnya apa mereka akan bersusah merawat Taehyung?"

"Tapi..." Ucap Jungkook terputus.

PLAK

"Sadar diri, jangan sok Jeon. Kalau bukan karenaku semua tidak akan baik-baik saja" Ucap Dokter Cha menampar Jungkook.

Taehyung mengumpat nyaris meninju kakek tua itu, jika Namjoon tidak memeganginya.

"Kau masih ingin di sini kan Jungkook? Jangan banyak bicara. Apa yang kau tahu? Aku bisa mengeluarkanmu dengan mudah." Kata Dokter Cha pergi dari markas.

Jungkook mematung. Pergi dari sini

Taehyung menatap Jungkook panik. Jangan lagi

|||

TBC

|||

Author Corner:

Mau ngomong apa ya? Hmmmm...

Haloooo~ Maaf telat posting lagi. Tapi ini tulisan nembus sampai 12,5k untung.... Aku pikir bakal jadi 15k. Ada yang nggak jadi aku masukin yaitu adegan perpisahan dengan triplet. Mungkin chapter depan aku bakal tampilin atau nggak. Nggak janji juga. Bagaimana logic alur saja hehehehe

Semoga kalian nggak ngantuk bacanya. Ya, mungkin banyak yang menyayangkan kalau di tengah aku sedikit mengulur penyelidikan Yoongi. Tapi, kalau nggak di jelasin itu malah terkesan nggak logic saja. Itu novel online yang di baca Jungkook adalah The love that can't be alone karya shuu_sei229. Readers bisa liat di "yoite_dumb reading" di profil aku. Cerita bagus banget. Aku ambil kutipan dari sana. Baca deh rekomendasi bgt~

Aku ingin menunjukkan bahwa Belial adalah orang licik suka melakukan pembunuhan karakter. Ia bukan orang yang suka membunuh seperti adegan berdarah, kecuali di butuhkan. Tapi, lebih ke suka menghancurkan mental oarng hingga gila. Ia menikmati perasaan manusia. Bukan berarti karena suka ma manusia kayak Izaya di Durarara. Tapi, lebih ke arah gemar menghancurkan mental orang dan senang saat orang berubah karena dirinya. Contoh semua tertipu dengan kasus penculikan. Bahkan tujuan Belial hanya ingin bertemu Jungkook untuk mengorek kelemahan new member. Kenapa? Dan alasannya Belial seperti itu?

Tunggu updateanku selanjutnya dan selanjutnya

Terima kasih bagi yang menunggu dan mendukungku~

Jangan lupa vote dan komen ya~

Fighting!!!!!

Continue Reading

You'll Also Like

224K 22.5K 32
(COMPLATE) "jika kau menyakiti nya aku akan menghampiri mu " J.K ( jeon jungkook) "jangan ambil dia dari ku ...." Kim taehyung ( kim taehyung ) "Ka...
22.2K 1.7K 5
Miniseri book "Your Highness". • kelanjutan kisah Husby - Banny • flashback kisah Pangeran & Bodyguard boyxboy taekook
168K 9.7K 23
Kehidupan seorang Jeon Jungkook yang selalu disiksa oleh paman dan bibinya semenjak ia kehilangan kedua orang tuanya. Di pertemukan dengan seorang Ki...
245K 28.4K 20
Mereka hanya bersandiwara di depan semua orang, berkata mereka adalah dua orang yang paling bahagia di dunia karena saling memiliki, tapi pada kenyat...