Sepotong Memori #Wattys2017

Від dormpublisher

44K 4.9K 916

[COMPLETED. Part sudah lengkap. Sedang direvisi.] Setelah mengurus berkas-berkas sebagai seorang siswi baru d... Більше

INFO
Bagian 2
Bagian 3
Bagian 4 (Setelah Revisi)
Bagian 5 (Setelah Revisi)
Bagian 6
Bagian 7
Bagian 8
Bagian 9
Bagian 10
Bagian 11
Bagian 12
Bagian 13
Bagian 14
Bagian 15
Bagian 16
Bagian 17
Bagian 18
Bagian 19
Bagian 20
Bagian 21
Bagian 22
Bagian 23
Bagian 24
Bagian 25
About SM

Bagian 1 (Setelah Revisi)

6.4K 375 103
Від dormpublisher

Part by oyjessicaoey3
Edit by LifeIsCreation
Second edit by Vei_la
Last edit by NadeClaire

Seorang gadis bernama Grace Finella berjalan dengan semangat menuju halaman rumahnya, bermaksud untuk pergi ke toko buku guna membeli beberapa novel yang akan dibacanya selama liburan sekolah. Ralat. Bukan liburan, lebih tepatnya adalah masa di mana dia harus mengurus berkas-berkas beserta memenuhi persyaratan pendaftaran diri sebagai seorang siswi baru di sekolah Bhakti Mandala.

"Ya, Tuhan! Ini pasti kerjaan Bang Petra," kata Grace bermonolog.

Grace geram dengan tingkah laku kakak laki-lakinya itu. Tunggu saja! Sebentar lagi suara teriakan yang menggelegar akan berkumandang memenuhi setiap sudut di rumah itu seperti biasanya.

Satu ...

Dua ...

Ti-

"ABAAANG, LO MAH KELEWATAN! INI KENAPA BAN SEPEDA GUE LO KEMPESIN, SIH?!"

Benar, bukan?

Tanpa ba-bi-bu, Grace langsung berlari mengejar Petra. Namun, tidak semudah itu menangkap seorang Petra. Dia jauh lebih cerdik dari adiknya. Alhasil, Grace-lah yang terengah-engah dan akhirnya memilih menyerah.

"Bodo amat deh, Bang! Capek gue!" ucap Grace kewalahan, "Bang, gue berangkat, ya. Grabcar gue udah mau sampai sini tuh," pamit Grace, sambil mengatur napas dan merapikan penampilannya kembali. Berkat acara kejar-kejaran tadi, Petra sukses membuat baju Grace basah dengan keringat.

"Iya, Dek. Hati-hati, ya! Nitip Caramel Macchiato! lo kan baik." Petra sedikit berteriak karena jarak antara dia dan Grace cukup jauh-takut kena damprat adik satu-satunya itu.

"Kalo ada maunya aja muji," umpat Grace dalam hati.

***

Grace telah tiba di toko buku sejak lebih dari setengah jam yang lalu. Namun, dia belum dapat memutuskan novel mana yang akan dibelinya. Grace kemudian membaca sinopsis salah satu novel karya Boy Candra, tetapi ada hal lain yang mengalihkan perhatiannya. Seorang laki-laki berpostur tinggi berdiri menyejajarinya.

"Ehem." Laki-laki itu berdeham, membuat mata Grace sedikit melirik ke arahnya.

Tanpa berniat menggubris, Grace kembali memusatkan pandangan matanya ke arah novel karya Boy Candra.

"Suka baca karyanya Boy Candra juga?" tanya laki-laki itu.

"Emm, iya," jawab Grace irit.

"Nama gue Leandro Putra, panggil aja Lean."

Grace tidak peduli, bahkan tidak berniat memperkenalkan namanya kepada laki-laki itu. Tetapi semakin tidak diacuhkan, laki-laki yang memperkenalkan diri dengan nama Lean tersebut semakin gencar menggoda Grace yang sedang sibuk membaca sinopsis novel-novel yang tersedia di toko buku itu.

"Kok gue dicuekin, sih? Nama lo siapa?" tanya Lean, sambil mengulurkan tangannya. Grace kesal. Jika terus didiamkan, pasti Lean semakin gencar menggodanya.

"Grace Finella, panggil aja Grace atau Nella." Dengan ogah-ogahan, Grace menyambut uluran tangan Lean.

"Kalau gue panggil Ela boleh?"

"Whatever."

Grace mulai meneliti jam tangan berwarna gold yang bertengger manis di pergelangan tangannya, tak terasa sudah satu jam lebih dia berada di toko buku. Dan berkat Lean, Grace tak kunjung menemukan novel yang ingin dibelinya. Lean terus menggoda Grace. Entah dengan menoel lengan Grace yang sedang sibuk membaca, bernyanyi riang tanpa malu, serta melakukan hal aneh lainnya yang menjadikan dirinya dan Grace sebagai pusat perhatian.

Merasa terus-menerus tak diacuhkan, Lean akhirnya gentar dan memilih keluar dari toko buku itu, tentunya setelah berpamitan kepada Grace nantinya.

"Pinjam tangan lo bentar, sama pulpen juga."

Grace memandang Lean heran. Emangnya Lean siapa? Baru saja bertemu beberapa menit yang lalu, tetapi tingkah Lean seolah-olah telah mengenal Grace selama berpuluhan tahun. Aneh.

"Pinjam atau gue teriak kalo lo sudah melakukan tindakan pelecehan ke gue," ulang Lean, mengikutsertakan ancaman yang berhasil membuat Grace mengeluarkan pulpen dari tasnya lantas mengulurkan tangannya ke arah Lean.

Lean menuliskan sesuatu di telapak tangan Grace. Selesai menulis, Lean tiba-tiba menggenggam tangan Grace yang langsung buru-buru dilepaskan oleh Grace sendiri.

"Bye, gue duluan," kata Lean, mengucapkan selamat tinggal.

Setelah Lean pergi, Grace langsung menghela napas lega. Akhirnya dia terbebas dari makhluk aneh itu. Kemudian, Grace kembali melanjutkan aktivitas mencari novel. Hingga tanpa terasa sudah tiga jam Grace berada di toko buku, keranjang belanjaannya pun telah terisi oleh dua buah novel. Belum puas dengan itu, Grace kembali mencari novel karya Tere Liye.

Grace mencari dan terus mencari hingga keranjangnya-tanpa dia sadari-telah terisi dengan enam buah novel yang berbeda. Tiba waktunya untuk membayar ke kasir.

"Kak, namanya siapa, ya?" tanya si petugas kasir.

"Aneh. Buat apa dia tanya nama gue? Padahal nggak ada ketentuan yang mengharuskan gue ngasih nama. Dia juga perempuan. Apa jangan-jangan dia ...." Grace membatin.

"Grace Finella," jawab Grace sedikit ragu.

"Oh, silakan masukkan pinnya, Kak."

Grace mengernyit. "Pin? Pin apa lagi? BBM?" tanya Grace dalam hati.

"Kak, silakan masukkan pinnya agar proses transaksi dapat segera dilakukan," pinta petugas kasir tadi sekali lagi, membuyarkan lamunan Grace.

"Pin?" Grace kebingungan sendiri. Dia membenarkan poninya dan tanpa sengaja melihat tulisan ceker ayam di telapak tangannya.

Warning!

Pin ATM : 19**02

Note : Pake ATM gue atau gue suruh orang di belakang antrian lo yang masukin pinnya!

Dahi Grace mengerut. Seketika dia menengok ke belakang. Ternyata betul, orang itu tengah tersenyum kepadanya.

"Tuh cowok maunya apa, sih?" gerutu Grace dalam hatinya, kemudian memasukkan pin ATM milik Lean.

Pembayaran selesai. Grace berbalik dan melangkah pergi menjauhi area kasir. Di sisi lain, seorang laki-laki yang sedari tadi bersembunyi di balik meja konter tersebut pun berdiri. dia tersenyum ke arah petugas kasir yang membantunya sembari mengucapkan terima kasih, lalu benar-benar pergi dari toko buku tersebut.

"Ternyata kartu debit yang dikasih Papi berguna juga." Sambil berucap dalam hati, Lean menyunggingkan senyum manisnya.

***

"Tuh cowok sarap kali, ya? Ngasih kartu sama pin ATM-nya ke sembarang orang dengan seenak jidatnya. Untung gue baik. Coba aja kalo gue matre, udah gue bobol kali tuh uangnya." Grace berbicara pada dirinya sendiri, sembari melanjutkan langkah kakinya.

Drrtt ... drrttt ...

Handphone Grace bergetar, diiringi suara notifikasi Line.

Abang Setan : Caramel Macchiato gue. Sampe lo nggak bawa minuman itu, jangan harap bisa masuk rumah!

Ternyata pesan itu dari Petra yang berniat mengingatkan dan hmm ... mengancam Grace.

"Cih, dia itu abang macam apa coba?" batin Grace menggerutu.

Saat ingin memasukkan handphone ke dalam sling bag Michael Kors miliknya, tubuh Grace bertabrakan dengan seseorang.

"Aww!" jerit Grace tertahan.

"Eh, sorry, sorry! Gue nggak lihat jalan tadi," kata orang itu yang ternyata adalah seorang laki-laki.

"Enggak apa-apa. Gue juga yang salah karena masukkin handphone tanpa liat jalan."

"Sini gue bantu," tawar laki-laki itu sambil mengulurkan tangannya kepada Grace yang masih terduduk.

Belum sempat Grace berdiri dengan sempurna, laki-laki itu kembali berbicara, "Wielly Pranata."

Alis Grace bertautan, tanda tidak mengerti.

"Itu nama gue, tapi lo bisa manggil gue Willy," jelasnya dengan sabar. Dan seperti biasa, Grace tidak berniat memperkenalkan dirinya. Dia hanya menebar senyum manisnya.

"Nama lo?" Willy kembali membuka mulut.

"Grace Finella. Panggil gue Grace, Nella, atau Ela aja. Terserah."

Deg!

"Kok gue pake nama Ela, sih? Ish, ini gara-gara Lean," keluh Grace membatin.

"Gue duluan, ya. Ada urusan." Grace langsung berjalan pergi-malas berlama-lama-tanpa repot menunggu jawaban dari Willy.

"Tung ...." Willy menghentikan ucapannya ketika dia menyadari Grace sudah hilang dari pandangannya-entah ke mana.

***

"Caramel Macchiato satu take away, sama Green Tea Frappuccino satu minum di sini. Yang Venti semuanya ya, Mbak!" pesan Grace kepada pelayan Starbucks.

"Atas nama siapa, Kak?" tanya pelayan tersebut ramah.

"Grace. Dan, untuk yang Caramel Macchiato, Petra."

"Panas atau dingin?"

"Dingin."

"Totalnya seratus dua puluh ribu rupiah, Kak."

Usai membayar minumannya, Grace mencari tempat duduk yang nyaman untuk menunggu pesanannya selesai dibuat. Sofa yang berada di dekat jendela menjadi pilihan Grace saat itu.

Grace membenahi posisi duduknya. Namun, entah mengapa perasaanya berubah menjadi tidak enak secara tiba-tiba. Ada apa?

"Jodoh pasti bertemu," kata seseorang, sambil menyanyikan penggalan lirik lagu milik Afgan.

"Astaga! Pantesan aja perasaan gue nggak enak. Ternyata ada lo di sini." Grace menggelengkan kepalanya tak percaya.

Ya, sudah bisa ditebak siapa orang itu. Sudah pasti adalah Leandro Putra alias Lean.

Lean tidak menggubris, dia hanya menyeringai lebar ke arah Grace. Dan secara tiba-tiba, Grace teringat sesuatu.

"Lo gila, ya? Ngapain ngasih pin ATM lo ke sembarang orang?!!" cerocos Grace langsung.

Tak ada jawaban. Lean langsung mengambil tempat duduk yang berhadapan dengan Grace. "Gue cuma kasih pin itu ke lo, kok. Orang yang di belakang lo nggak tau apa-apa," terang Lean santai.

"Are you kidding me? Lo ngerjain gue?" Perkataan Grace tak ditanggapi Lean, dia hanya mengacungkan jarinya yang sudah membentuk huruf 'V'.

"Pinjam handphone lo boleh? Gue mau balas SMS temen, tapi pulsa gue habis," kata Lean sambil menyengir.

Tanpa pikir panjang, Grace menyerahkan handphone-nya. Dengan antusias, Lean menyambar handphone Grace. Lama sekali Lean meminjam handphone Grace. Baru setelah kurang lebih lima belas menit berlalu, akhirnya Lean mengembalikan handphone milik Grace. Dia lalu pergi tanpa pamit dan tanpa mengucapkan terima kasih, meninggalkan Grace yang masih tidak habis pikir dengan perilaku aneh laki-laki itu.

Pesanan selesai. Langsung saja Grace menyesap secara perlahan Green Tea Frappuccino-nya sampai yang tersisa hanyalah wadah kosong. Setelah itu, Grace kembali memesan jasa Grabcar untuk mengantarnya pulang. Dan saat ingin membayar ongkos Grabcar, Grace menemukan sebuah kartu ATM di dalam tasnya. Grace lalu menepuk jidatnya.

"Astaga! Gue lupa balikin," batin Grace sedikit panik, "padahal jelas-jelas tadi gue omelin Lean soal pin ATM."

"Mbak, ongkosnya." Sang supir membuyarkan lamunan Grace.

"Ah iya, Pak. Ini." Grace mengeluarkan satu lembar uang dua puluh ribu, kemudian turun, dan masuk melalui pagar rumahnya.

***

Sudah tiga kali Grace menekan tombol yang dapat membunyikan bel rumahnya, namun Petra belum juga membukakan pintu.

"Abaannggg! Sampe lo ngerjain gue lagi, habis lo di tangan gue!" Grace berteriak, tidak peduli dengan apa yang akan dikatakan tetangga mereka akibat perilakunya ini. Persetan sudah.

"Iya, Bos! Tunggu sebentar!" balas Petra berteriak keras dari dalam rumah.

Petra melihat layar kecil di samping pintu yang berfungsi untuk mengetahui siapa yang datang. Sebenarnya dia sudah tahu bahwa yang sedang menunggu di luar itu adalah Grace, tapi Petra hanya ingin memastikan apakah adik satu-satunya itu membawa sebuah bungkusan berlabelkan Starbucks. Jika tidak ada, maka ancamannya akan terlaksana.

Walaupun Petra tergolong sebagai orang yang keras dan memiliki kejailan melebihi batas kewajaran, sebenarnya dia sangat menyayangi adik satu-satunya itu. Dia selalu ingin melindungi adiknya dari bahaya dan senantiasa mendidik Grace menjadi pribadi yang mandiri.

Ceklek

Pintu terbuka dan Petra langsung menutup telinganya karena sudah paham betul dengan apa yang akan terjadi selanjutnya. Grace pasti mengoceh tidak jelas karena perilaku Petra tadi.

"LO TUH LAMA BANGET SIH BUKA PINTUNYA? KALO ADA ORANG JAHAT GIMANA? LO NGGAK SAYANG APA SAMA ADEK LO INI? PARAH BANGET SIH LO, BANG!"

"Berisik, Dek. Mana Caramel Macchiato gue?" tagih Petra santai, tak acuh dengan omelan Grace.

Grace lalu menyodorkan pesanan kakaknya itu, yang disambut dengan senang hati dan penuh dengan raut kebahagiaan kakaknya.

"Loh? Kok cuma satu? Punya lo mana, Dek?" tanya Petra kala membuka bungkusan Starbucks itu. Tanpa menunggu jawaban dari Grace, Petra langsung berlalu untuk mengambil sebuah gelas dan menuangkan sebagian Caramel Macchiato-nya ke situ.

"Nih, buat lo." Petra menempelkan gelas tadi ke pipi adiknya.

"Dingin, ish! Ini apaan?" respon Grace.

"Caramel Macchiato-nya kita bagi dua."

Di saat seperti inilah sifat dan auranya sebagai seorang kakak keluar. Petra selalu memikirkan adiknya.

"Gue udah minum, Bang. Buat lo aja, abisin. Lo kan doyan."

Keheningan jatuh di tengah-tengah Grace dan Petra, sampai pada akhirnya Grace sendiri yang memecahkan gelembung sunyi di antara mereka.

"Bang."

Tak ada jawaban.

"Bang, jawab ish!"

"Iya. Apaan sih, Dek?" balas Petra yang akhirnya menyahut.

"Gue sayang sama lo, Bang. Senyebelin apa pun tingkah lo, lo tetap salah satu orang yang nggak akan pernah menyakiti ataupun membiarkan gue disakiti siapapun. Cuma lo dan Papi, orang yang nggak pernah buat gue merasakan apa itu sakit."

Jeda sesaat. Tak ada sahutan lagi dari Petra selama beberapa detik.

"Hm," jawabnya kemudian, begitu singkat. Dia lalu beranjak-hendak meninggalkan Grace sendiri di ruang tamu-tanpa mengatakan apa-apa lagi.

"Ish, lo mah nggak bisa diajak serius. Ngeselin," sungut Grace, melempar bantal ke arah Petra yang sedang membawa Caramel Macchiato-nya.

"Tumpah, Dek. Bego!"

Grace cekikikan. Setelah itu, dia menjulurkan lidahnya ke arah Petra-tanda meledek. Kali ini Petra tidak menggubris ledekan Grace, karena sedang sibuk membersihkan tumpahan Caramel Macchiato-nya.

Sendirian di ruang tamu, Grace lalu menyandarkan punggungnya ke arah sofa. Empuk. Dia sedikit memejamkan matanya, bermaksud mengistirahatkan saraf-sarafnya.

Drrtt ... drrttt ...

Grace langsung menerjapkan matanya dan sontak mengecek handphone-nya. Matanya langsung menyipit, ketika melihat beberapa pesan Line dari ...

Leandro : Maaf, gue bohong soal minjem handphone lo buat SMS temen gue. Hehe.

Leandro : Gue minjem handphone lo tadi buat add Id Line gue dan follow semua akun sosmed gue.

Leandro : Tapi tenang, udah gue follback kok.

Grace mengerjap tak percaya saat melihat deretan kalimat tersebut. Laki-laki itu benar-benar gila!

Grace Finella : Sinting! -send-

"Ini orang ngapain gangguin gue mulu sih?" gerutu Grace, bertanya-tanya dalam hati.

Bersambung ...

Продовжити читання

Вам також сподобається

6.1M 705K 53
FIKSI YA DIK! Davero Kalla Ardiaz, watak dinginnya seketika luluh saat melihat balita malang dan perempuan yang merawatnya. Reina Berish Daisy, perem...
My Nerd Girl (DIJADIKAN SERIES) Від Aidahharisah

Підліткова література

30.3M 1.6M 58
SUDAH TERSEDIA DI GRAMEDIA - (Penerbitan oleh Grasindo)- DIJADIKAN SERIES DI APLIKASI VIDIO ! My Nerd Girl Season 2 SUDAH TAYANG di VIDIO! https:...
Making Dirty Scandal Від Andhyrama

Детективи / Трилер

9.7M 183K 41
[15+] Making Dirty Scandal Vanesa seorang aktris berbakat yang tengah mencapai puncak kejayaannya tiba-tiba diterpa berita tentang skandalnya yang f...
Roomate [End] Від asta

Підліткова література

775K 52.5K 42
"Enak ya jadi Gibran, apa-apa selalu disiapin sama Istri nya" "Aku ngerasa jadi babu harus ngelakuin apa yang di suruh sama ketua kamu itu! Dan inget...