Sun Flowers [END Tersedia Ver...

By MitsukiHimeChan

173K 10.8K 602

Chapter lima ke atas di privat. Tidak pernah di perhatikan, selalu di anggap bodoh, nakal dan tidak bisa di a... More

Chapter 1
Chapter 2
Chapter 3
Chapter 4
Chapter 6
Chapter 7
Chapter 8
Chapter 9
Chapter 10
Chapter 11
Chapter 13
Chapter 14
Chapter 15
NOVEL CETAK LAGI

Chapter 5

11.6K 810 52
By MitsukiHimeChan

[24, Februari]

Sekitar dua puluh orang berjas hitam serta beberapa wanita yang juga berpenampilan rapi masuk kedalam sebuah ruangan dimana didalamnya ada meja besar berbentuk bundar melingkar dan di tengahnya ada meja kecil tempat menaruh alat proyektor berwarna putih yang telah mengeluarkan cahaya silau yang menampakan gambar di layar putih didekat kursi pimpinan, mereka duduk dengan rapi lalu para seketaris mereka berdiri dibelakangan kemudian lampu ruangan dimatikan dan cahaya proyektor menjadi penerang satu-satunya.

"Baiklah pada pertemuan kita hari ini, kita akan membahas tentang keberangkatan President Direktur NM Group dan Uchiha Group ke Suna esok hari." ujar seorang pria berjas hitam sebagai narator didalam rapat pada hari ini. Dan rapat dimulai.

" Sun Flowers "

Naruto menghela napas bosan melihat anggota pasukan khusus yang sedang latihan didepannya saat ini, Obito sendiri sedikit kesal melihat mereka yang sejak tadi terlihat ogah-ogahan.

"Hey kalian semua!" teriak Obito kesal. Lima puluh orang itu terdiam dan langsung berbaris rapi didepan Obito dan keempat lainnya.

"Meskipun kota Suna saat ini sudah aman tapi kejahatan bisa saja terjadi kapan saja dan kalian harus waspada dan sering berlatih agar semakin kuat dan apa-apaan ini hah?! Hah~ sudahlah lupakan, berhubung besok para pengusaha dan dokter relawan akan datang ketempat ini. Dan demi keamanan mereka sendiri maka mereka akan tinggal bersama kita disini, ditempat ini. Dan kalian...." Obito menyeringai membuat pasukannya bergidik ngeri.

"Harus membangun tenda untuk tidur karena gedung kalian akan menjadi tempat mereka menginap selama tiga atau empat hari kedepan." Naruto tersenyum geli mendengar mereka semua bergerutu tidak terima dan juga ada yang menghela napas pasrah.

"Kosongkan gedung kalian dan bersihkan, sebersih mungkin untuk menyambut mereka dan juga para dokter relawan... Dan dalam hitungan ketiga kalian harus bergerak dari sekarang sa–" belum selesai Naruto berbicara, mereka semua langsung kabur menuju gedung berlantai tiga yang terlihat kusam untuk dibersihkan dan sisanya membangun tenda, mereka bagi tugas.

Kelima anggota tim elit itu tertawa pelan melihatnya, mereka mungkin tidak takut dengan keempat pria itu tapi Naruto. Mereka akan langsung menurut kalau wanita itu mulai memerintah karena wanita itu terlihat seperti monster saat marah sudah cukup, mereka semua pernah dikalahkan oleh Naruto seorang diri beberapa bulan yang lalu. Gadis itu menggunakan keahlian bela diri Wing Chun di campur dengan bela diri Tekwondo dan Obito yang melihat tregedi bulan Oktober itu hanya bisa bergidik ngeri melihat belasan tentara melayang diatas langit karena tendangan mematikan wanita itu.

"Ku dengar Hinata dari angkatan udara juga akan ikut bergabung disini apa itu benar?" tanya Kimimaro penasaran.

"Ma-maksud boneka cantik AU berdada besar itu?" tanya Utakata dengan kedua mata yang berbinar menatap Kimimaro.

Pletak!

"Aww..." Utakata memegangi kepalanya yang sakit karena Naruto memukul kepalanya dengan keras.

"Beraninya kau bicara seperti itu." desisnya tajam. "Pfft." Kimimaro menutup mulutnya yang hendak tertawa melihat Utakata.

"Heeeish... Memang apa salahku Naruto? Semua orang mengatakan hal yang sama tentangnya, dia terkenal di tiga angkatan, darat, laut dan udara siapa yang tidak mengenal Hyuuga Hinata putri jendral besar angkatan udara itu." ujar Utakata bersungut-sungut membuat Naruto mendengus kesal mendengarnya.

"Dasar mesum!" Naruto berdecih lalu pergi meninggalkan keempat pria berotak mesum itu, dan bukankah wajarkan kalau pria berotak mesum kenapa kau marah eh Naruto?

"Kau tidak akan pernah lahir Naruto, kalau ayahmu tidak beringas di ranjang semalaman bersama ibumu." celetuk Shikamaru lantang membuat ketiganya tertawa terbahak-bahak.

Perempatan jalan tol muncul di dahi Naruto tiba-tiba dan aura itu kembali menguar. Ow...Ow... batin mereka kompak.

"Aa..." Obito mengangguk-anggukan kepalanya seperti berpikir. "Aku baru ingat aku harus ke kantor pak Sarutobi untuk membuat laporan untuk besok." ujarnya seolah baru ingat sesuatu dan beranjak pergi.

"Oh aku harus menemui tuan Han untuk membahas kolam ikan yang akan dia buat." ujar Kimimaro ikut-ikutan.

Naruto berbalik kebelakang dengan cepat, menunjukan wajah bengisnya kepada pria-pria itu, "Kalau saja besok tidak ada latgab, aku pastikan kalian butuh oplas dalam waktu dekat ini." ujar Naruto penuh ancaman dan seringai lebar terukir dengan indah diwajah cantiknya. Keempatnya menelan ludah dengan susah payah.

Mereka terkekeh dengan tidak iklas seolah tidak ada yang terjadi sebelumnya. Naruto berdesis lalu pergi meninggalkan mereka.

Keempatnya menghela napas lega dan bergumam selamat.

...

[25, Februari]

Karena terlalu malas untuk bertemu dengan para Namikaze, Naruto memilih untuk tidak ikut menyambut mereka di camp. Naruto tahu dia akan bertemu dengan mereka entah itu nanti atau besok dan lagipula dia akan pergi ke Amerika jadi kemungkinan mereka untuk bertemu hanya beberapa jam saja dan Naruto tidak akan pernah melihat mereka lagi tapi sayangnya takdir berkata lain.

Naruto pikir semua pengusaha dan dokter relawan itu sudah datang sekitar dua jam yang lalu ternyata apa yang dia pikirkan tidak. Saat Naruto memarkirkan mobil jeepnya, sebuah bis datang dan berhenti tak jauh dari tempat mobilnya, semua orang keluar dari sana dan berisan tentara langsung menyambut mereka. Oh sial! pikir Naruto kesal.

Kedua sapphire Naruto terbelalak melihat sosok Sasuke turun dari dalam mobil dan menyambut tangan ayahnya untuk turun lalu sosok pria bermata sapphire dan berambut merah menyala bersama pria yang memiliki wajah yang hampir sama dengan wajah Naruto juga ikut turun dan berjalan mendekati barisan tentara.

Wanita berambut merah muda dan pria berambut merah bermata jade ikut turun. Naruto menghela napas kasar dan ikut menyambut kedatangan mereka dengan berdiri disamping Obito.

Keempat pria pengusaha kaya itu tampak diam dengan wajah terkejut termasuk wanita berambut merah muda melihat Naruto memasang wajah dingin.

"Perkenalkan namaku Yamamoto Obito, aku kapten disini dan aku yang bertanggung jawab atas kalian selama disini, tapi berhubung besok, aku dan tim elit harus latgab di Amerika jadi Letnan Kolonel Sarutobi dan Letnan Hinata yang akan bertanggung jawab hingga kami kembali kesini." ujar Obito menjelaskan.

Fugaku dan Sasuke hanya bisa diam memandangi wajah Obito, tentu mereka tahu siapa yang sebenarnya Obito.

"Namaku Letnan Senju Naruto wakil kapten Obito. Dan mereka anggota tim elit. Sersan Mayor Kimimaro, Sersan Shikamaru dan Sersan Utakata." ujar Naruto sambil menunjuk ketiga rekannya.

"Uchiha Fugaku." Fugaku memberitahu kan namanya sambil menundukan kepalanya singkat.

"Uchiha Sasuke."

"Namikaze Minato."

"Namikaze Kurama."

"Selamat datang di Suna." ujar Obito ramah.

"Lalu siapa ketua tim dokter relawan?" tanya Obito kemudian.

"Saya Haruno Sakura." Sakura maju selangkah disamping Sasuke sambil melirik sekilas kearah Naruto.

"Kau antarkan mereka ke gedung tempat mereka akan tinggal, aku harus ke kamar." ujar Naruto tepat di telinga Obito. Obito mengangguk mengerti.

Kurama, Minato dan Sasuke hendak mengejar wanita itu tapi dihalangi oleh tim ANBU.

"Anda tidak boleh menganggu Letnan Naruto." ujar Shikamaru sambil menguap. Sasuke mundur beberapa langkah, mereka pasti akan bertemu nanti jadi dia harus sabar.

"Ayo ikut kami." Ujar Obito kepada semua tamu, dan mereka pun mengikuti Obito dan yang lainnya menuju kamar yang akan mereka tempati selama di Suna.

"Tidak aku sangka dia seorang Letnan." ujar Ino tidak percaya saat mereka sudah berada dikamar.

Satu kamar di huni sepuluh orang karena di dalam kamar terdapat ranjang bertingkat dua berjumlah lima ranjang.

"Aku saja tidak percaya." komentar Sakura sambil merebahkan tubuhnya ketempat tidur.

"Hei kalian keluarlah letnan Naruto dan yang lain menunggu kalian di ruang makan." ujar seorang wanita yang tiba-tiba muncul didepan pintu.

"Iya." ujar Sakura.

Mereka semua keluar dari dalam kamar dan pergi menuju gedung yang bersebelahan dengan gedung tempat para tentara yang terluka dirawat dan dilantai tiga gedung itu terdapat lima kamar yang dihuni tim elit.

Sakura langsung duduk di kursi samping Sasuke yang kosong dan menatap sekitarnya, didalam ruangan yang cukup luas ini terdapa tiga meja panjang.

"Maaf nona tempat para dokter disana." ujar Naruto dingin sambil menunjukan meja yang ramai oleh para dokter, Sakura mendengus lalu pergi menuju tempatnya karena meja tempat Sasuke duduk memang khusus untuk para pengusaha bersama seketaris, arsitek dan juga beberapa karyawan mereka lalu meja yang berada ditengah adalah meja para tentara.

Naruto berjalan dengan angkuh ke meja para dokter, disana ada beberapa teman sekelasnya saat SMA. "Aku adalah mentor kalian selama disini dan saat aku berada di Amerika selama seminggu maka tugasku akan diambil oleh Rin atau letnan Hinata." ujar Naruto lalu menujuk gadis berambut sebahu berwarna coklat yang sedang membantu para tentara untuk membawa nampan berisi makanan.

"Maksudmu pelayan itu?" tanya Sakura dengan sinis.

"Dia bukan pelayan sepertimu nona." jawab Naruto tak kalah sinis lalu pergi meninggalkan meja para dokter. Sakura menggeram kesal melihat kepergian Naruto.

"Hey everybody!" seru seorang wanita berpakaian drees biru selutut berdada rendah dan mengenakan topi pantai berhiaskan bulu dari ujung pintu masuk, kaca mata modenya tampak serasi dengan penampilannya saat ini dan berjalan dengan lenggak lenggok layaknya model mendekati Naruto.

Semua orang terpesona melihat wanita itu apalagi saat dia membuka topi dan kaca matanya menampakan sepasang ametyst indahnya yang memikat dan tentu dada wanita itu jadi tatapan para pria kecuali Sasuke, Fugaku, Minato yang hanya menatap wajahnya sedangkan Kurama sedikit ikut terpesona.

"Hai Naruto kau rindu aku tidak?" tanya wanita berambut indigo itu dengan nada manja.

"Selamat datang Hinata." ujar Naruto lalu keduanya berpelukan.

"Waaah seperti nya disini sangat ramai ya dan juga tampan-tampan~" ujar Hinata sambil mengedarkan pandangannya keseluruh ruangan khususnya kearah para dokter muda berperawakan tampan lalu kearah dua pengusaha muda yang wajahnya kelewat tampan lalu kedua ametyst nya terperangkap oleh sepasang sapphire yang juga menatapnya lama.

Hinata mengedipkan sebelah matanya dan membuat pria itu tersadar dari keterpesonaannya.

"Naruuuuuu..." ujar Hinata manja, Naruto memutar bola matanya malas, dia sudah tahu kalau Hinata sudah seperti ini pasti ada maunya. "Dia tampan sekali." ujar Hinata dan bergelayut manja dilengan Naruto.

"Ambil yang kau mau." ujar Naruto acuh lalu duduk dikursinya. Hinata menggumamkan kata 'Yes' dengan semangat lalu mengikuti Naruto.

"Ehem! Silahkan nikmati makan siang kalian lalu kami akan mengantar kalian keliling Suna." ujar Obito lalu duduk dikursinya. Jika di meja dokter dan pengusaha tampak hening maka berbeda dengan meja tentara yang sangat heboh sendiri bahkan Sasuke, Kurama dan Minato bisa melihat Naruto dengan jelas sedang tertawa terpingkal-pingkal dengan rekan-rekannya sedangkan Hinata tertawa anggun.

"Dan kau tahu Obito mencium Rin dengan waaaaah..." seru Naruto lantang. Obito melempari Naruto dengan sayur rebus. " Diam kau rubah betina!" bentak Obito keras. Minato dan Kurama ingin sekali menghajar siapapun yang mengejek Naruto tapi mereka sadar posisi mereka saat ini. Sasuke yang mendengar ejekan itu sudah terbiasa.

"Ulalala...." ejek Naruto balik.

"Asik dong kalau bisa mengintip mereka saat-saat..." ujar Kimimaro menggoda. Rin hanya bisa menundukan wajahnya yang merona dan Obito menghentikan makananya dengan kesal.

"Bisakah kalian diam?! Kalian berisik sekali!" ujar Sakura kesal mendengar obrolan mereka.

Ketujuh orang di meja tengah terdiam dan menatap Sakura sekilas lalu mereka kembali mengobrol dengan heboh, mengabaikan Sakura yang terus berceloteh.

Obito berpikir keras bagaimana caranya untuk membalas perkataan rekan-rekannya. Dan akhirnya dia mendapatkannya.

"Woi Shika bagaimana urusanmu dengan dokter Temari, bukankah diberada disini. Lalu Naruto bagaimana dengan cinta pertamamu bernama Sasuke itu?" ujar Obito dengan seringainya.

Trek!

Empat sendok terlepas dari tangan Sasuke, Naruto, Shikamaru dan Temari yang duduk disamping Gaara. Semua hening tidak ada yang bicara.

Naruto menghela napas lalu beranjak dari duduknya untuk pergi, "Aku salah bicara?" tanya Obito polos. "Baka." ucap Rin pelan merutuki kebodohan kekasihnya.

"Naruto ." panggil Hinata pelan.

"Ya?" sahut Naruto tanpa berbalik kebelakang.

"Ini obat khusus yang aku buat untukmu, lekas sembuh ya sayang." ujar Hinata sambil berjalan kearah Naruto dan meraih tangan wanita itu dan memberikan sebuah kotak kecil.

"Thanks Hinata." Naruto lalu berjalan pergi. Sasuke yang mendengar Naruto sakit langsung mengejar kemana wanita itu pergi.

Sasuke menoleh kesana kemari lalu melihat Naruto sedang duduk diatas batu karang didepan gedung kesehatan.

Naruto membuka kotak kecil yang Hinata berikan dan mengeluarkan botol berukuran sedang dari dalam kotak, botol itu berisi cairan berwarna hijau bening dan kertas putih yang ditempel di dinding luar botol.

Naru-chan I Love You and GWS ya my darling ^_^V

"Cih aku masih normal." Naruto terkekeh pelan membacanya lalu meminum obat itu dalam sekali tegak.

"Naruto!" seru Sasuke cepat sebelum Naruto menghabiskan isi botol tersebut.

"Apa?" sahut Naruto bingung.

"Kau meminum obat itu sekali minum? Kalau kau overdosis bagaimana?" tanya Sasuke cemas. Naruto terkekeh mendengarnya, "Ini hanya ramuan tradisonal untuk menambah stamina dan juga untuk kesehatan ku." ujar Naruto dan kembali meminum isi botol itu hingga tandas.

"Kau sakit apa? Lalu berapa lama kau akan pergi ke Amerika?" tanya Sasuke lalu duduk disamping Naruto, Naruto menggeser duduknya.

"Aku tidak sakit Sasuke dan aku disana hanya Seminggu." jawab Naruto.

"Lalu kau akan kembali ke Suna?" tanya Sasuke lagi.

"Ya, memangnya kenapa?" Naruto tanya balik.

"Kalau begitu setelah kau kembali aku juga akan kembali kesini." jawab Sasuke.

"Apa maksud mu?" kedua mata Naruto menyipit.

"Bukahkah selama proyek pembangunan aku harus bertanggung jawab dan mengawasi pekerja." jawab Sasuke.

"Bukahkan itu tugas mandor dan para arsitek yang kalian bawa." sahut Naruto.

"Memang tapi aku ingin melihat dari dekat ketimbang harus menunggu laporan." Naruto menghela napas, "Terserah." Sasuke tersenyum kecil.

.

.

Continue Reading

You'll Also Like

198K 9.8K 32
Cerita ini menceritakan tentang seorang perempuan yang diselingkuhi. Perempuan ini merasa tidak ada Laki-Laki diDunia ini yang Tulus dan benar-benar...
9.1K 1K 34
ada apa dengan semua ini... ? Akhh aku sudah lelah dengan semua ini. Bercak darah dimana mana,makhluk aneh bertebaran disekitar ku.. bukan, "kami" 💝...
7.6K 891 39
Gimana jadinya kalo keluarga Abah Sihyuk dan 7 buntutnya yang minus akhlak tetanggaan sama keluarga Babeh Jinyoung yang punya 8 bocah prik?
1M 86.3K 30
Mark dan Jeno kakak beradik yang baru saja berusia 8 dan 7 tahun yang hidup di panti asuhan sejak kecil. Di usia yang masih kecil itu mereka berdua m...