Sun Flowers [END Tersedia Ver...

By MitsukiHimeChan

173K 10.8K 603

Chapter lima ke atas di privat. Tidak pernah di perhatikan, selalu di anggap bodoh, nakal dan tidak bisa di a... More

Chapter 1
Chapter 2
Chapter 4
Chapter 5
Chapter 6
Chapter 7
Chapter 8
Chapter 9
Chapter 10
Chapter 11
Chapter 13
Chapter 14
Chapter 15
NOVEL CETAK LAGI

Chapter 3

13.6K 832 29
By MitsukiHimeChan

Part selanjutnya akan di privat

________________________________

"Namanya adalah Jonatan, dia adalah salah satu anggota Agrio. Besok dia akan menemui Danzo. Aku harap kalian berkerja dengan baik karena ini demi keamanan negara kita." ujar pria berbaju militer dengan lambang bintang tiga disetiap bahunya.

"Ha'i!" jawab mereka semua kompak.

Keesokan harinya mereka sudah bersiap-siap dengan posisi masing-masing. Mereka memakai baju serba hitam. Naruto sudah siap memposisikan moncong pistolnya kearah pria yang sedang berbicara dengan Danzo.

Sementara itu seorang pria berkulit putih sedang menggandeng lengan istrinya yang sedang hamil tua. Senyum lebar pria itu luntur saat melihat seorang wanita yang mirip dengan tuannya sedang memegang pistol dan bersembunyi dibalik pohon.

Takut jika terjadi sesuatu yang buruk. Dia meminta istrinya untuk duduk disebuah kursi yang ada dibawah pohon dekat semak-semak sedangkan dia sediri sembunyi dibalik pohon tua yang hampir mati dan mengarahkan kamera ponselnya untuk menangkap gambar, paras wanita itu sangat mirip dan ya mungkin saja mereka orang yang sama bukan?

Dor!

Pria itu terlonjak kaget mendengar suara letusan pistol lalu pria berjas langsung jatuh ketanah, pria bejaket berusaha lari tapi berhasil dilumpuhkan lagi.

Dor!

Pria pemilik rambut hijau itu terlihat ketakutan tapi dia masih berusaha untuk memfoto dan mengezoom kameranya untuk mendapatkan wajah sang wanita bermata sapphire.

"Kau penembak jitu yang sangat baik!" puji Obito.

"Cih anak tk saja bisa melakukannya kapten!" balas Naruto ketus. Pria itu terkekeh pelan lalu dengan cepat mereka memasukan kedua pria buronan PBB itu masuk kedalam mobil.

Naruto menatap daerah sekeliling yang sepi lalu menarik topi berwarna hitamnya kebawah dan ikut masuk kedalam mobil.

"Haaaaisshh...Dia memiliki semua data pertahanan negara kita dan hendak menjualnya! Gila untung saja kita cepat menangkap pria ini." ujar Obito ketus dan menendang kepala Danzo keras dengan kakinya.

"Akh!" Danzo meringis kesakitan dan menatap Obito tajam.

Setelah masuk kedalam mobil tadi, Obito dan Shikamaru memeriksa keduanya tak peduli kalau kedua pria itu harus ditelanjangi yang penting mereka dapat barang yang hendak Danzo jual.

"Aku akan memasang sistem pertahanan yang kebal untuk komputer militer pusat agar siapapun yang berusaha merentasnya komputer mereka akan rusak seketika." ujar Shikamaru geram karena melihat semua data yang berada didalam flashdisk yang hendak Danzo jual kepada Jonatan.

"Hoaaaamm... aku ngantuk." ujar Naruto tiba-tiba membuat kedua pria didepannya mengeriyit aneh.

"Naruto kau baru saja tidur selama sepuluh sebelum misi ini berlangsung dan jangan bilang kau ketularan penyakit Shikamaru." ujar Obito dengan kedua mata yang menyipit.

"Aku lelah sebaiknya kita cepat mengurus kedua bajingan ini dan tidur." sahut Naruto malas.

"Ha'a..." Obito mengangguk dengan kedua mulut yang terbuka.

...

Naruto menghela napas lega saat dirinya sudah masuk kedalam mobil lalu mengirimi pesan kepada ayahnya kalau saat ini dia mendapat tugas dadakan dan tidak bisa di tolak.

Naruto menyenderkan tubuhnya kesandaran jok untuk menenangkan detak jantungnya yang berdebar keras akibat pertemuannya dengan kedua anggota keluarga Namikaze yang membuatnya sedikit tidak nyaman sama sekali.

Naruto menutup kedua matanya dan nanti akan dia buka kalau sudah sampai ditempat tujuan. Naruto membayar taksi tersebut kemudian berjalan menuju heliped dan menunggu selama lima belas menit hingga pesawat tempur bertipe AH-64 Apache datang dan mendarat sempurna.

Pintu pesawat itu terbuka, Naruto berjalan mendekat dan membalas hormat tentara didepannya.

"Silahkan masuk letnan Senju-san!" tentara itu membukakan pintu untuk Naruto.

"Hn." Naruto mengangguk dan masuk begitu saja tanpa dia sadari sepasang onyx sejak tadi memperhatikannya.

Setelah melihat kepergian Naruto yang menurutnya tidak wajar, Sasuke kembali ke hotel tempat pesta berlangsung untuk menemui kedua orang tua angkat Naruto, keluarga Senju.

"Dia berkerja sebagai dokter." jawab Tsunade sedangkan ketiga pria berbeda usia dan warna rambut itu sepertinya tidak percaya akan jawabannya. Tsunade menghela napas seraya memutar kedua bola matanya malas.

"Naruto bukan putri kandung mu kan Namikaze-san?" tanya Tsunade sarkastik, kedua pria bermarga Namikaze itu terdiam, Tsunade tersenyum sinis. "Dia putri angkatku dan dia bernama Naruto Senju, pewaris Senju Hospital baik didalam maupun diluar negeri." lanjutnya dengan bangga memperkenalkan Naruto sebagai putrinya.

"Dia sangat jenius karena lulus sebagai dokter ahli bedah saat usianya masih dua puluh satu tahun!" ujar Tsunade lagi. Jiraya menguap bosan.

"Jangan berbohong padaku Senju-san." ujar Sasuke menyela. Tsunade mengeriyit bingung. "Apa Naruto benar-benar dokter? Lalu kenapa dia dijemput oleh pesawat tempur?" lanjutnya tajam.

Jiraya terbatuk mendengar perkataan Sasuke bahkan wiski yang baru saja masuk kedalam mulutnya keluar begitu saja.

"Waaaaah putri ku kereeeen..." puji Jiraya bangga sambil terkekeh pelan dan mengelap mulutnya dengan tissu.

"Bukankah kau jendral, tuan Jiraya?" tanya Sasuke.

"Aku tidak berkerja." jawab Jiraya dan itu memang benar adanya, dia sudah pensiun sejak satu tahun yang lalu dan jadi pengangguran dan bergantung pada istri dan menerima uang pensiun. Dia memang benar-benar tua sekarang. "Sejak satu tahun yang lalu, sudah jangan bertanya lagi kepada pria tua ini." ujar Jiraya lalu duduk dikursi.

"Karena kita sudah memperkenalkan Naruto kepada semua orang, ayo kita pulang sayang." Tsunade mengamit lengan suaminya dan berjalan pergi meninggalkan ruangan.

"Senju-san tunggu!" seru Kurama dan mengejar keduanya.

"Aku mohon beritahu aku kalau apa yang Sasuke katakan benar. Apa adikku anggota militer?" tanya Kurama cemas.

"Kalau kau peduli pada adikmu maka pedulilah sejak dulu bukan sekarang saat kau tahu kenyataannya. Kalian lebih percaya kepada anak yang masih berusia delapan tahun yang sudah pandai berbohong hanya karena takut dia mati dan terluka tanpa kalian sadar kalian telah membunuh jiwa Naruto secara perlahan dan melukainya secara terbuka." Tsunade menghela napas sejenak dan kembali melanjutkan kalimatnya.

"Naruto yang sekarang tak lebih hanyalah manusia tanpa jiwa, jiwanya sudah kalian renggut paksa keluar dari tubuhnya! Hatinya dingin seperti es! Dia senyum dan tertawa didepan kalian hanya karena formalitas semua palsu tidak ada lagi ketulusan disana! Tugas! Misi! Itulah jalan hidupnya! Bahkan dia tidak merasa bersalah saat membunuh musuhnya dengan cara berkelahi menggunakan belati didepan mata ibu angkatnya sendiri! Dia tidak takut saat belasan bom dan rudal berjatuhan dari atas langit seperti hujan! YA DIA TENTARA!" ujar Tsunade meluapkan semua emosinya yang terpendam.

Dia tidak habis pikir dengan cara pandang keluarga Namikaze, padahal istri dari Minato adalah keluarga bangsawan Konoha dan Minato sendiri dari keluarga konglemerat tapi sikap dan tindakan mereka benar-benar membuatnya kesal. Bukankah para bangsawan itu biasanya bersikap bijak?

Tsunade tidak memiliki anak setelah anak kandungnya meninggal, dia sangat menyayangi Naruto seperti anaknya sendiri dan saat tahu ada anak yang tidak mendapatkan keadilan dia murka apalagi itu dari keluarga bangsawan.

Untunglah saat ini mereka ada dilorong hotel yang sepi hingga yang mendengar hanya mereka saja termasuk Sasuke dan Minato. Tubuh Sasuke kaku seketika tubuhnya merosot terduduk dilantai berkarpet merah dengan banyak motif. Tubuhnya bersandar ke tembok dan kedua tangannya meremas rambut ravennya.

"Jika kau memiliki hati yang tulus untuknya maka kembalikan lah lagi jiwanya, Sasuke. Karena aura Naruto berubah saat bersama dirimu, dia jauh terlihat lebih hidup." ujar Jiraya lalu menarik lengan istrinya untuk pergi dari tempat itu.

...

Setelah sampai dibarak diperbatasan antara Rouran dan Suna, Naruto segera berganti pakaian dan menjalankan tugasnya bersama tim ANBU.

"Tim Delta dari Amerika saat ini berada di Laut timur menjalankan tugas bersama angkatan laut Amerika jadi misi ini adalah misi penyelamatan yang kita lakukan sendiri untuk pertama kalinya." ujar Obito, semua anggota timnya mengangguk patuh.

"Kitsune dan Rokubi kalian bersamaku masuk ketempat penyanderan. Deer dan Miro kalian bersiap sebagai penembak jitu. Mengerti?"

"Siap kapten!

.

.

.

.

.

.

.

Naruto menghepaskan pantatnya kasar kepasir yang ada dibawah kakinya. Lalu dia mendongkkan kepalanya untuk melihat ratusan bintang dilangit Suna. Obito datang dan ikut duduk disampingnya.

"Aku ingin membeli AH-64 Apache." ujar Naruto kepada Obito. Pria yang satu dua tahun lebih tua darinya itu menatapnya heran. "Untuk apa?" tanya Obito penasaran.

"Bentuknya sedikit mengerikan dan berwarna hitam. Sangat cocok untuk dibawa ke mansion Namikaze dan menakuti mereka semua yang disana." Obito terkekeh mendengarnya.

"Kalau aku mah pengen jatuhin rudal keatas mansion Uchiha di kediaman Madara-sama yang terhormat." pria itu tertawa renyah lalu membaringkan diri di atas pasir.

Naruto dan Obito bisa dibilang sama. Obito tidak di akui anak oleh Madara karena ibunya hanya pembantu yang tidak sengaja dihamili karena cinta majikan kepada pembantu seperti di sinetron-sinetron yang ada di tv tapi Madara tetap sayang dia dengan menyekolahkannya dan memberinya uang. Tapi bagaimana pun juga saat itu dia hanyalah anak yang butuh kasih sayang dan bukan harta.

Obito selalu menggunakan marga ibunya karena dia dilarang keras menggunakan marga Uchiha lalu Obito membuat keributan disana-sini dan bilang kalau dia Uchiha yang berkuasa dan pada akhirnya dia dibuang oleh ayahnya sendiri karena malu padahal dia hanya mencari perhatian ayahnya berharap ayahnya mau melihatnya dan menganggap dia anak didepan umum seperti halnya anak yang lainnya yang punya ayah yang juga mencintai mereka.

Naruto juga sama tapi yah walaupun sedikit berbeda tapi inilah hidup. Naruto ikut membaringkan tubuhnya kepasir.

"Hei kapten."

"Hn."

"Kemarin aku melihat mu tidur berpelukan dengan Rin di pandang rumput ditengah malam dibawah jutaan bintang yang menjadi saksi. Kenapa kau melankolis sekali? Kapan nikah?" Obito tersedak ludahnya sendiri, Naruto mengatakan hal itu dengan wajah biasa-biasa saja tidak ada nada jahil atau menggoda disana.

"A-ap-pa ap-aan sih hehehe..." Obito berdiri dari duduknya dengan wajah memerah malu.

"Aku juga melihat kau menciumnya dengan nafsu dan..."

"Cukup!" potong Obito cepat dengan wajah yang merah sempurna. "Dari mana kau tahu?"

"Aku sedang diatas gedung tua dan hendak menembak burung hantu tapi teropong sialan sniperku menangkap kalian." jawab Naruto santai.

[Flashback On]

"Kau mau cari burung hantu lagi?" tanya Shikamaru yang kebetulan lewat didepan kamar inap Naruto yang pintunya terbuka, Naruto hanya bergumam karena dia sedang fokus dengan sniper miliknya kemudian berdiri dari duduknya dan berjalan keluar.

"Ku dengar kalau disini ada burung hantu berwarna biru muda. Aku ingin melihatnya." ujar Naruto sambil nyengir. Shikamaru menaikan sebelah alisnya, "Itu hanya mitos Naruto." ujar Shikamaru.

Naruto mengedikan bahu, "Tak salah kan kalau aku berusaha mencarinya mumpung masih disini sebelum kita semua ke Den Haag untuk mengawal." ujar Naruto kemudian pergi meninggalkan Shikamaru yang masih diam mematung didepan pintu kamarnya.

Naruto mempersiapkan dirinya diatas atap gedung tua itu dan mulai membidikan sniper kesayangannya kearah hutan yang jaraknya seratus meter dari tempat dia berpijak.

Seperti cerita para penduduk disana banyak jenis burung yang saat ini sudah dilindungi oleh hukum international tapi karena perang yang berkepanjangan hutan tersebut sering terkena geranat tapi sudah hampir sepeluh tahun terakhir hutan itu tidak diganggu karena markas para tentara berada tidak jauh dari hutan.

Kedua sapphire itu terus menjelajahi hutan dari teropong kecil di snipernya untuk mencari burung hantu berwarna biru muda yang kata para penduduk setempat bahwa burung itu adalah burung keramat pelindung hutan terbukti hutan itu tidak mudah mati padahal sudah sering menjadi tempat para musuh masuk untuk berlindung bahkan memasang ranjau tapi tim ANBU sudah membuang semua ranjau yang ada disana.

Sudur bibir Naruto terangkat karena dia berhasil menemukan hal yang menarik dan ini bukan burung hantu melainkan Obito dan Rin yang sedang kasmaran.

"Khehehehe~" Naruto tertawa geli lalu menembak tiga buah pohon yang tak jauh dari mereka membuat makhluk malam yang sedang berjaga diatas pohon berterbangan keluar dari dalam hutan menciptakan suasana yang cukup mencekam.

"Mamam tu!" Naruto menyeringai.

[Flashback Off]

Obito menatap Naruto geram. "Oh jadi kau! Dasar penghacur suasana!" Naruto tertawa terpingkal-pingkal dan langsung kabur begitu saja dari amukan Obito.

"Meski kau perempuan, aku tidak akan mengampuni mu Naruto! Wanita jadi-jadian!" raung Obito dan mengejar Naruto.

Untuk pertama kalinya Obito melihat Naruto tertawa keras dan lepas tanpa beban, rasa kesalnya tadi hilang menguap entah kemana. Jujur, dia tidak pernah melihat tawa dan senyum tulus dari wajah cantik itu, wajah itu selalu terlihat serius, dingin, acuh dan misterius bahkan wajah itu tak menunjukan rasa takut saat mayat berserakan dibawah kakinya, wajah itu tidak takut saat menyayat perut pasien untuk dioperasi bahkan saat moncong pistol menempel di dahinya.

Tapi sekarang dia melihatnya. Ada apa dengan wanita itu?

Obito tersenyum lalu mengejar Naruto yang berlari darinya, wanita itu berdiri sambil tertawa kedua tangannya entah dari mana sudah tergenggam batu.

"Aku akan melempari kalau mendekat." ancamnya sambil tertawa.

"Gaji mu akan dipotong kalau kau melukai ku." balas Obito.

"Kapten! Letnan!" seru seorang tentara yang tiba-tiba muncul, tawa dan senyum Naruto menghilang.

"Kalian dipanggil oleh Letnan Kolonel Sarutobi." ujar tentara berpangkat kopral itu dengan hormat.

Keduanya saling memandang lalu berjalan bersama menuju sebuah rumah kecil yang menjadi kantor letnan kolonel Sarutobi.

"Hormat!" Sarutobi menganggukan kepalanya.

"Perjanjian damai antara Rouran dan Suna akan dilaksanakan di Mahkamah Internasional di Den Haag pada tanggal 15 Feruari. Kalian akan mengawal pimpinan Suna dan tim Delta akan mengawal pihak Rouran. Dan setelah perjanjian itu selesai NM Group dan Uchiha Group sudah berkerja sama untuk membangun negara ini lebih maju lagi karena seperti yang kalian tahu negara ini kaya akan minyak, batu bara dan juga alam yang indah, mereka akan membangun dibantu oleh warga Suna sediri. Jadi pada tanggal 24 Februari mereka akan ke Suna untuk melihat keadaan negara ini dan tugas kalian adalah menjaga mereka selama di Suna dan saat kota ini dibangun kembali." ujar Sarutobi panjang lebar.

"Mengerti?"

"Mengerti pak!"

"Bagus!" Mereka berdua membungkukkan badan dan juga hormat sebelum pergi meninggalkan kantor kerja Sarutobi.

"Mereka licik." ujar Naruto setelah mereka keluar dari dalam kantor.

"Ya mereka memanfaatkan negara yang baru saja akan lepas dari jajahan." sahut Obito.

"Tapi setidaknya mereka membantu bukan?" Obito mengangguk setuju.

"Dan aku akan mengawal Uchiha Fugaku." ujar Obito, Naruto berhenti melangkah dan menatap punggung Obito didepannya.

"Aku akan bertemu keduanya." ujar Naruto pelan.

...

"Jadi Naruto-nee tentara?" ujar Kyuubi, memandang kedua sapphire kakanya penuh tanda tanya, pria itu mengangguk sebagai jawaban.

"Artinya foto kemarin itu dia sedang tugas kah?" Kushina ikut bertanya. Minato mengangguk.

"Naruto terlihat ketakutan saat melihat aku dan ayah tapi dia sepertinya nyaman saat bersama Sasuke." ujar Kurama.

"Nee-san." gumam Kyuubi sambil meremas kedua tangannya pelan, pria berambut hitam yang duduk disampingnya meraih tangannya dan menggenggamnya erat. "Jangan khawatir, dia pasti memaafkan mu." ujarnya memberi semangat. Sapphire Kyuu menatap kedua onyx didepannya ragu, "Arigatou, Sai." pria bernama Sai itu mengangguk dan memeluk istrinya.

...

Inilah alasan kenapa Naruto terkadang menolak menjadi penembak jitu, kedua matanya terkadang sering rabun dan sesekali dia akan memakai lensa atau kaca mata min 0,5 tapi dia masih bisa membaca tulisan kecil dari kejauhan tapi tetap saja terkadang dia merasa risih dan terpaksa meminum jus wortel tanpa gula setiap hari.

"Oy besok kita bisa kembali ke Jepang tapi dua hari sebelum tanggal 15 kita harus sudah disini lagi. Sekarang sudah agak aman jadi tak apa kita pulang sebentar." ujar Obito yang baru saja masuk keruang makan dan Naruto sibuk membelender wortel setelah masak bersama Rin tadi untuk para tim ANBU dan tentara yang lain masak atau beli sendiri di kota Suna untuk makan.

"Ya baguslah." sahut Utakata sambil menyeruput kuah sup ikan buatan Naruto yang sangat lezat masuk kedalam tenggorokannya.

"Dan saat kita sampai di Jepang mungkin kita semua akan dapat surat undangan untuk makan gratis dari kapten dan Rin." timpal Kimimaro. Rin tersedak air yang dia minum dan Obito mendelik kearah Kimimaro yang tidak mempan sama sekali kepada sipelaku yang tadi bicara.

Naruto terkekeh pelan dan mematikan mesin belender lalu menuangkan isinya kedalam cangkir setenlis kemudian menghampiri mereka yang ada di meja makan, Obito mengoceh tak karuan dan duduk disamping Rin yang pipinya merona sedangkan Naruto duduk disamping Utakata.

"Rouran harus setuju damai terlebih dahulu baru kalian bisa menikah tapi ku dengar kau sudah pindah ke Suna?" ujar Naruto yang ikut nimbrung.

"Ya mereka membuangku karena sering berada di Suna dan kapten sudah mengurus semuanya." sahut Rin.

"Waaaah... Jadi udah bisa urus sendiri ni?" ujar Naruto dengan nada mengejek.

"Kau pikir aku anak kecil yang tidak bisa apa-apa?" balas Obito sinis.

"Naruto, kamu mau kawin ya?" tanya Shikamaru tiba-tiba membuat semua langsung memandang kearahnya yang sedang memegang sendok dengan raut wajah yang aneh.

"Kawin?" mereka membeo.

"Asin banget sup tahu nya." ujar Shikamaru sambil menggeser mangku berisi sup tahu lalu mengambil mangkuk baru dan mengambil sup ikat tuna dari dalam panci yang asapnya masih sedikit mengepul.

"Aa... Sepertinya tadi aku salah masukan bumbu karena tadi kupikir yang aku masukan gula hehehehe..." ujar Naruto dengan wajah tanpa dosa.

"Ck apa kau tidak bisa membedakan gula dan garam... Oh ya ampun untung aku belum cicip." ujar Kimimaro sambil menggaruk tengkuknya.

Obito menggelengkan kepala lalu mencicipi masakan Rin khusus untuknya.

"Jadi kapan kalian menikah?" tanya Utakata sambil lahap memakan nasi bersama sayur tumis.

"Kalau semua semuanya selesai." jawab Obito singkat.

"Kau akan membawanya menemui 'dia'?" tanya Naruto, gerakan tangan Obito terhenti. "Entahlah." jawab Obito lalu kembali makan, kedua alis Rin bertaut tidak mengerti.

...

Sasuke menghela napas sambil memandang jalanan diluar sana dengan tatapan kosong, ini sudah hampir seminggu dia tidak bertemu Naruto. Jiraya tidak memberitahunya dimana Naruto begitu juga dengan Tsunade.

Sasuke sudah mendatangi kantor militer yang ada di Jepang dan menanyakan dimana Naruto ditugaskan, mereka tidak menjawab meski Sasuke mengatakan bahwa dia calon suami Naruto.

Naruto adalah wakil tim elit pasukan khusus dan juga saat ini sedang menjalankan tugas yang sangat berbahaya, mana mungkin mereka memberitahu orang luar.

Sasuke tidak bisa memaksa mereka meski dia bangsawan.

Pintu ruang kerjanya terbuka dan dia sudah tahu siapa sosok yang masuk itu apalagi kedua tangan sosok itu kini melingkari perutnya.

"Aku merindukan mu Sasuke-kun." ucapnya.

"Aku akan menikah dengan Naruto jadi menyingkirlah Sakura." jawab Sasuke dingin dan melepaskan pelukan Sakura dari perutnya. Wanita itu tertegun dan menatap Sasuke yang berbalik menghadapnya.

"Dia hanyalah anak yang tidak di anggap dan juga berisik! Dia juga sudah lama hilang! Jangan bercanda!" ujar Sakura tidak terima.

"Dia sudah kembali." bibir wanita itu terkatup rapat.

"Kita sudah bertunangan Sasuke."

"Aku tidak setuju begitu juga ayah ku Sakura dan asal kau tahu kau menerima pertunangan ini karena ibuku! Hanya pertunangan Sakura! Jangan harap kau bisa menikah denganku!" Sasuke menatap kedua emerald didepannya benci lalu meninggalkan Sakura sendirian menangis diruangannya.

"Kenapa selalu Naruto yang kau pikirkan Sauske?!" wanita itu menangis dan mengepal kedua tangannya.

"Naruto! Naruto! Naruto! selalu Naruto!"

"Wanita sialan!" Sakura berteriak ditengah isak tangisnya.

Sementara itu Naruto sedang berdiri didepan pintu gedung perusahaan Uchiha Group untuk menunggu Sasuke keluar, dia sudah bertanya kepada reseptionist dan ternyata Sasuke masih ada didalam.

Naruto tidak berani masuk apalagi saat ini dia membawa sniper didalam tas persegi panjang yang saat ini dia jinjing meski dia berseragam tentara tentu petugas tidak bisa membiarkan dia masuk lebih jauh, keamanan Uchiha Group sangat ketat.

Wanita itu lalu duduk di anak tangga yang berjumlah sepeluh dan berkeramik hitam legam yang tadi dia pijak jika Sasuke tidak bisa ditemui karena sedang meeting ya sudah dia tidak bisa memaksa dan lebih baik duduk saja disini menunggu.

Jam ditangannya sudah menunjukan pukul sembilan malam, sudah hampir tiga puluh menit dia menunggu disini. Naruto menghela napas lelah lalu dia beranjak pergi karena Sasuke tak kunjung keluar, dia lelah setelah perjalanan panjang dan juga membawa dua tas yang cukup berat.

Naruto tidak bisa kembali kerumah Senju yang ada di Jepang karena rumah itu kosong tidak ada orang, Naruto mana mau menunggu rumah sebesar itu sendirian.

Naruto memberhentikan taksi dan meminta taksi itu membawanya menuju apartemen yang dia beli lima belas tahun yang lalu, hanya apartemen biasa dan kecil.

Setelah dia pergi apartemen itu kosong tapi selalu dibersihkan oleh nenek Chiyo tetangganya karena nenek itu sudah menganggap Naruto seperti anaknya sendiri.

Jadi sebelum pulang, Naruto mampir dulu ke toko untuk membeli Sushi dan juga beberapa jenis roti karena cucunya suka makan Sushi dan roti. Cucunya masih berusia tiga tahun saat itu pasti sekarang sudah besar.

Ya itung-itung untuk ucapan terima kasih karena sudah membersihkan apartemen miliknya, dulu Naruto sering tinggal di apartemen itu bila dia kabur dari rumah.

Tok! Tok! Tok!

Cklek.

"Siapa?" tanya wanita tua yang berdiri didepan Naruto.

"Aku Naruto nek." Naruto tersenyum.

"Naruto?" nenek Chiyo menatap Naruto tidak percaya, dulu gadis itu berbadan mungil dan pendek, rambut panjang yang terkadang sering dikuncir asal tapi sekarang terlihat dewasa, tinggi, makin cantik dan wajahnya yang baby face masih terlihat imut seperti dulu.

"Naruto cucuku!" nenek Chiyo menangis dan memeluk Naruto erat.

"Nenek." gumam Naruto pelan.

Plak!

"Awww... nenek." gerutu Naruto dengan wajah imut karena bokongnya di pukul keras.

"Anak nakal kau kemana saja dan menghilang tanpa kabar selama sepuluh tahun!" ujarnya marah tapi Naruto malah tersenyum dan memeluk kembali nenek Chiyo.

"Maafkan kau nek dan seperti yang nenek lihat sekarang inilah aku."

Plak!

"Awwww... nenek!"

"Ayo masuk dan makan aku baru saja masak!" ujar nenek Chiyo dan menarik Naruto untuk masuk.

Plak!

"Nenek!"

Chiyo terkekeh pelan dan berjalan menuju dapurnya.

"Oh siapa?" tanya seorang anak bermabut kecoklatan.

"Jangan sok tidak ingat dengan aku Konohamaru!" ujar Naruto lalu menyerahkan bingkisan untuk Konohamaru.

"Kak Naruto?" Naruto mengangguk.

Grep!

"Aku rindu kakak." Naruto tersenyum dan mengelus belakang kepala Konohamaru.

"Kakak juga."

...

Tidak ada yang berubah dari dalam apartement Naruto. Semuanya tetap bersih apalagi kunci apartemen ini memang berada di tangan nenek Chiyo. Naruto sering menitipkan kunci apartemennya kepada nenek Chiyo.

Naruto meletakan tas militernya kedekat lemari yang masih menyimpan bajunya yang hanya beberapa helai lalu menaruh tas berisi sniper kebawah kolong tempat tidur.

Cklek.

"Haaaish... baju disini masih muat denganku?" Naruto melihat semua baju disana yang terlihat masih muat untuk dia pakai.

"Badan ku memang mungil tapi mampu menghajar banyak pria khehehehe..." Naruto mengambil handuk berwarna kuning dari dalam lemari dan bersiap untuk mandi lalu tidur karena besok dia akan keliling Konoha karena sudah sepeluh tahun dia tidak pulang dan pasti sangat banyak perubahan di kota ini.

.

.

.

.

.

.

.

Bersambung~

Continue Reading

You'll Also Like

105K 6.7K 14
Bagaimanakah kehidupan para bijuu setelah PDS 4?."Kurama kau harus mandi !" teriak naruto sambil menarik kurama. "TIDAK MAU!" balas kurama sengit.
9.6M 227K 8
(SUDAH TERBIT) TERSEDIA DI SELURUH GRAMEDIA -Sequel Silhouette- (ABC SERIES) "Gue terima surat cinta lo." "Hah? Kak! Tapi surat itu dari...." "Hari...
29.2M 2.5M 70
Heaven Higher Favian. Namanya berartikan surga, tampangnya juga sangat surgawi. Tapi sial, kelakuannya tak mencerminkan sebagai penghuni surga. Cowo...