BTS × Lovelyz Oneshot

By Aiyuvely007

7.1K 802 23

Kumpulan oneshot dengan pairing BTS × Lovelyz #Banglyz Happy reading! Sorry for typo(s) More

[Hoseok × Jisoo] Friendzone?
[Hoseok × Yein] Jung sibling
[Yoongi × Jiae] Because I miss you
[Taehyung × Sujeong] With You
[Jimin × Jiyeon] Jealous
[Namjoon × Soojung] First Love
[Seokjin × Myungeun] Are you sure?
[Jungkook × Yein] Sorry and thank you
[Yoongi × Jiae] Because I miss you (2)

[Hoseok × Mijoo] See you again

667 61 1
By Aiyuvely007

Pagi yang cerah di musim semi. Taman kota mendadak populer saat kuntum-kuntum bunga sakura mekar, memenuhi pemandangan dengan warna merah mudanya yang segar. Kicauan burung di ranting-ranting pohon menjadi background musik yang indah dan menambah keramaian taman yang sesungguhnya sudah cukup bising dengan suara tawa anak-anak yang berlarian disana. Kebisingan yang mengenangkan. Keramaian yang membuat hati siapapun damai ketika melihatnya.

Seorang pria berumur 30 tahun terlihat mencolok di kerumunan manusia yang tengah menikmati keindahan musim semi dengan setelan jas resmi khas pekerja kantoran. Tangannya membawa segelas latte hangat favoritnya. Kakinya berjalan pelan di jalan setapak bak berlenggang di atas catwalk. Bibirnya sesekali tertawa melihat tingkah polah anak-anak yang tengah bermain bola. Jangan lupakan senyuman mematikan yang selalu berhasil membuat pegawai wanita di kantornya menjerit seperti gadis remaja yang sedang melihat idolanya.

Salah satu pemandangan di pojok taman menarik perhatiannya. Sebuah keluarga kecil yang sedang piknik. Sepasang suami istri dan satu anaknya yang sepertinya berusia sekitar 3 tahun. Mereka terlihat begitu bahagia bermain dan bersenda gurau di bawah pohon sakura. Sang suami sepertinya seumuran dengannya. Bibirnya tersenyum miris. Ketika pria di ujung sana bahagia bersama keluarga kecilnya, dia duduk sendirian di bangku taman. Sungguh mengenaskan.

"Ippi-ya..."

Atensi pria itu teralihkan oleh seekor anjing berbulu cokelat yang berlari ke arahnya diikuti oleh anak laki-laki dengan sweeter berwarna biru muda. Cara anak itu berlari begitu menggemaskan. Rambut hitam lebatnya bergerak-gerak ditiup angin dan pipi gembilnya yang kemerahan bergetar saat dia berlari. Tepat saat anak laki-laki itu berlari di depannya, kaki kecilnya tersandung hingga membuatnya tersungkur. Pria itu refleks berdiri dari duduknya dan menggendong anak laki-laki yang saat ini menangis keras.

"Ssttt, tidak apa-apa." Tangannya mengelus pelan rambut anak laki-laki itu. "Anak laki-laki tidak boleh cengeng," tambahnya. Lengan kanannya mendekap erat tubuh mungilnya, berusaha memberikan ketenangan bagi anak kecil itu.

Pria itu kembali duduk di bangku taman sambil memangku anak laki-laki yang tangisannya mulai berhenti. Dibersihkannya kedua telapak tangan mungil yang dipenuhi oleh butiran pasir dan celananya yang berdebu. Untung saja tidak ada bagian tubuhnya yang lecet.

"Sudah, jangan menangis. Kau baik-baik saja," pria itu melempar senyum manisnya. "Namamu siapa?"

Anak laki-laki di pangkuannya menatapnya waspada. "Ahjussi bukan orang jahat kan?"

"Bukan. Kalau ahjussi orang jahat, ahjussi pasti tidak akan menolongmu."

Anak itu mengangguk membenarkan lalu tersenyum lebar. "Namaku Lee Hyeon, ahjussi. Nama ahjussi?"

"Jung Hoseok," jawab pria itu. "Apa yang kau lakukan disini?"

"Aku sedang piknik bersama eomma dan ippi," mata Hyeon mendadak melebar begitu ingat ibunya. "Eomma pasti mencariku," ucapnya panik.

"Mau kuantar untuk bertemu eomma-mu?" Tawar Hoseok. Dia belum mau berpisah dengan anak menggemaskan itu. Lagi pula dari pada duduk sendirian di bangku taman lebih baik dia berjalan bersama Hyeon.

"Jinjjayo?" Tanya Hyeon memastikan.

"Hmm."

"Tapi ahjussi... Aku bisa berjalan sendiri," ucap Hyeon saat Hoseok berdiri dari duduknya sambil menggendongnya. "Aku tidak boleh merepotkan orang lain, kata eomma."

"Kau tidak merepotkanku. Kajja, tunjukkan dimana eomma-mu." Ibu Hyon sudah mengajarkan hal-hal yang baik pada anaknya, pikir Hoseok.

Mereka berdua berjalan mengitari taman kota sambil membicarakan banyak hal. Hyeon banyak bercerita tentang ibunya dan teman-temannya di taman kanak-kanak.

"Itu eomma, ahjussi." Hyeon menunjuk seorang wanita yang duduk di atas tikar di sudut taman yang cukup sepi. Dari belakang, Hoseok hanya mampu melihat rambut lurusnya yang panjang. Jantung Hoseok mendadak berdetak lebih cepat. Ibu Hyeon dari belakang nampak seperti seorang wanita yang dikenalnya. Hoseok menggelengkan kepalanya, berusaha menghilangkan pikirannya tentang wanita itu.

"Turunkan aku ahjussi," bisik Hyeon. Hoseok menahan tawanya melihat Hyeon berjalan mengendap-endap ke arah ibunya.

"Eomma!"

"Omo!" Hyeon tertawa melihat ibunya terkejut. "Kau mengangetkanku Hyeon-ah! Sini terima hukuman dari eomma." Lee Mijoo menarik pergelangan tangan anaknya lalu menggelitik pinggangnya. Mijoo menghentikan aksinya saat Hyeon menceritakan tentang pertemuannya dengan Hoseok. Bagaimana pria itu membantunya saat terjatuh hingga mengantarnya kepada Mijoo.

Hyeon menarik tangan ibunya agar berdiri dan berbalik untuk menghadap Hoseok yang terpaku di tempatnya. Matanya berkedip berkali-kali, berusaha meyakinkan bahwa wanita yang ada dihadapannya itu adalah benar wanita yang dikenalnya.

"Lee Mijoo?"

"Jung Hoseok?"

Oksigen di sekitar Mijoo mendadak menipis. Matanya melebar dan tangannya menutup mulutnya yang menganga. Kenapa harus Jung Hoseok? Dari sekian banyak orang kenapa Hyeon harus bertemu dengan Hoseok?

"Eomma, ini ahjussi yang aku ceritakan tadi," ujar Hyeon bersemangat. Anak kecil itu belum bisa membaca situasi disekelilingnya. Lee Hyeon masih terlalu polos untuk mengetahui masalah diantara kedua orang dewasa itu.

"Eomma?" Hoseok menatap Mijoo dan Hyeon secara bergantian. Hoseok sekarang paham kenapa senyum lebar Hyeon mengingatkannya pada wanita itu. Mereka berdua memiliki senyuman yang sama.

"Lee Mijoo-"

"Terima kasih sudah menolong Hyeon, tuan." Mijoo membungkuk pada Hoseok lalu buru-buru menarik Hyeon menjauh dari pria itu. "Ayo kita pulang, Hyeon-ah."

"T-tunggu dulu!" Hoseok menahan pergelangan tangan Mijoo. Telapak tangan pria itu masih sehangat dulu. Pandangan mata Mijoo kabur. Air mata sudah siap meluncur dari pelupuk matanya.

"Hyeon-ah, bermainlah bersama teman-temanmu. Ahjussi ada sedikit urusan dengan eomma-mu." Hyeon melirik ibunya yang hanya terdiam. Anak laki-laki itu mengangguk kemudian berlari ke arah sekumpulan anak-anak di tengah taman.

Hoseok membalik tubuh Mijoo. Wanita dengan balutan dress selutut berwarna biru muda itu menunduk. Tangisannya pecah saat Hoseok menariknya ke dalam pelukan hangat.

"Maafkan aku," bisik Hoseok.

"Aku membencimu," ucap Mijoo di sela-sela tangisnya. "Aku amat sangat membencimu, Jung Hoseok."

"Aku mencintaimu, Lee Mijoo."

Tangisan Mijoo semakin menjadi. Setelah semua yang terjadi diantara mereka bagaimana bisa pria yang memeluknya ini berkata demikian?

"Maaf," ucap Hoseok. Air mata turun membasahi pipinya. "Yang terjadi lima tahun yang lalu... Itu salah paham."

Mijoo melepaskan diri dari pelukan Hoseok. Wajahnya yang penuh air mata menatap Hoseok nanar. Hanya dengan melihat wajah pria itu saja mampu membuat Mijoo merasakan lukanya kembali terbuka. Perih.

"Kau bilang itu salah paham? Kau lucu sekali, Jung Hoseok." Mijoo tertawa dalam tangisnya. "Aku melihatmu! Aku melihat kalian berdua dengan mata kepalaku sendiri. Aku melihatmu mencium bibir wanita jalang itu."

Kenangan menyakitkan itu seakan baru terjadi kemarin. Mijoo masih begitu ingat setiap detail peristiwa di malam itu. Malam yang telah mengubah kehidupannya. Malam dimana Mijoo berdebar karena merasa cemas dan senang disaat yang bersamaan. Lee Mijoo yang saat itu berumur 25 tahun berjalan terburu-buru ke kantor Hoseok di malam hari karena laki-laki itu bilang bahwa malam itu dia tidak akan pulang ke apartemen. Gadis itu tidak sabar jika harus memberitahu Hoseok keesokan harinya tentang berita kehamilannya. Namun senyum lebarnya mendadak luntur saat matanya menangkap pemandangan yang seakan mampu merenggut jiwanya keluar dari tubuhnya. Jung Hoseok, kekasihnya, sedang bercumbu dengan seorang gadis.

"Jangan menyebutnya seperti itu," ucap Hoseok lirih. Hatinya sakit melihat Mijoo menangis sesenggukan di depannya.

"Kau bahkan membelanya!" Pekik Mijoo tertahan.

"Aku bisa menjelaskannya, Mijoo-ya." Hoseok berusaha merengkuh Mijoo ke dalam pelukannya kembali, tapi wanita itu langsung menjauhkan tubuhnya dari Hoseok.

Mijoo ingat bagaimana malam itu dia langsung mengemasi barang-barangnya dan pergi dari apartemen Hoseok. Mijoo sangat berterima kasih pada Jisoo dan Namjoon yang mau menampungnya selama dia hamil hingga melahirkan. Pasangan suami istri itu sudah terlalu banyak menderita karena Mijoo. Setelah kelahiran Hyeon, Mijoo harus bekerja siang dan malam untuk membesarkan anak semata wayangnya. Hingga saat Hyeon berumur 1 tahun, Mijoo mampu menyewa apartemen sendiri.

"Mijoo-ya, malam itu... Malam itu aku mabuk. Aku tidak sadar saat melakukannya," ujar Hoseok. Hoseok menatap Mijoo yang masih saja diam, hanya air matanya yang sesekali mengalir. "Aku tidak melakukan yang lebih dari ciuman. Aku yakin akan hal itu. Yuna sudah menjelaskan semuanya padaku. Aku minta maaf karena telah menyakitimu."

"..."

"Kau tahu bagaimana berantakannya hidupku setelah kau pergi Mijoo-ya? Aku mencarimu ke seluruh tempat yang biasa kau kunjungi, tapi tak ada satu pun jejak-jejakmu disana. Aku sama sakitnya dengan dirimu ketika kau memutuskan untuk pergi dari hidupku."

Hoseok berjalan mendekati Mijoo dan kembali memeluk wanita itu. Bahu Hoseok bergetar dan suara isakannya mampu ditangkap oleh telinga Mijoo. Mijoo dapat merasakan bahunya yang mulai basah. Air mata Mijoo kembali meleleh. Dia tahu bagaimana menderitanya Hoseok setelah kepergiannya. Namjoon, sahabat Hoseok, sudah menceritakan semuanya. Cerita tentang Hoseok yang mengurung diri di apartemen selama seminggu hingga laki-laki itu dilarikan ke rumah sakit karena tidak makan berhari-hari. Cerita tentang Hoseok yang dipecat dari kantornya karena membolos selama 2 minggu untuk mencarinya. Mijoo tahu semuanya. Tapi pada saat itu Mijoo masih terlalu sakit hati untuk memaafkan Hoseok.

Mungkin sudah saatnya bagi Mijoo memaafkan Hoseok. Pria itu sudah menjelaskan semuanya. Mijoo bisa melihat kesungguhan di matanya. Mereka berdua sama-sama menderita karena sebuah kesalah pahaman.

Hoseok melepaskan pelukannya lalu mengusap air mata Mijoo. Wanita itu sudah terlalu banyak mengeluarkan air mata hari ini. Hoseok tersenyum tipis. Senyumannya menular pada Mijoo. Mijoo merangsek ke dalam rengkuhan Hoseok, lagi. Betapa dia merindukan pelukan hangat dan aroma tubuh pria itu.

"Aku merindukanmu," ucap Mijoo.

"Aku juga merindukanmu." Hoseok mendaratkan satu kecupan di puncak kepala Mijoo.

"Tentang Hyeon..." Hoseok tidak melanjutkan kata-katanya. Dia takut dengan kenyataan yang bisa saja merenggut kembali kebahagiaannya. Bagaimana jika Mijoo sudah menikah? Bagaimana jika Hyeon adalah anak dari Mijoo dengan laki-laki lain?

"Dia anakmu, Jung Hoseok."

"Hah?!" Hoseok menatap Mijoo tidak percaya. "B-bagaimana bisa? Kapan kita..." ucapannya berhenti saat ingatannya memutar kembali memori saat malam ulang tahunnya yang ke-25. Wajah Hoseok mendadak berubah warna menjadi merah. Mijoo tertawa melihat perubahan ekspresi wajah Hoseok.

"Lee Mijoo, kau mau memulainya lagi dari awal denganku?"

Pertanyaan Hoseok membuat tawa Mijoo hilang. Tanpa pikir panjang Mijoo melingkarkan kedua lengannya di leher Hoseok dan menyatukan bibir mereka. Awalnya Hoseok terkejut, tapi pada akhirnya dia tetap ikut menggerakkan bibirnya. Hoseok menarik pinggang Mijoo dan membuat tubuh keduanya menempel tanpa jarak. Ciuman keduanya sangat intens. Mereka berdua seperti menemukan oase di tengah padang pasir setelah berhari-hari berjalan di bawah teriknya cuaca gurun. Seolah memiliki dunia sendiri, baik Hoseok maupun Mijoo tidak menyadari ada langkah kaki kecil yang mendekati mereka.

"Eomma... Ahjussi..."

Mijoo dan Hoseok saling menjauhkan diri begitu mendengar suara Hyeon. Mijoo berdehem, sedangkan Hoseok berpura-pura merapikan setelan jasnya. Mijoo segera menggendong Hyeon dan mendekati Hoseok.

"Hyeon-ah, mulai sekarang panggil ahjussi ini dengan sebutan appa."

"Appa?" Hyeon menatap ibunya dengan pandangan bingung.

Mijoo mengangguk. "Hoseok ahjussi adalah ayah Hyeon. Appa sudah pulang, Hyeon-ah."

Selama ini Mijoo selalu menjelaskan pada Hyeon bahwa ayahnya sedang bekerja di tempat yang jauh saat anak itu mempertanyakan tentang keberadaannya.

"Appa! Hyeon merindukan appa!" Hyeon melompat ke dalam pelukan Hoseok. Hoseok dan Mijoo saling melempar senyuman. Mijoo ikut bergabung dalam pelukan ayah dan anak itu.

"Appa juga merindukan Hyeon," ucap Hoseok sambil mencium pipi bocah itu.

Ketika beberapa saat yang lalu Hoseok harus merasa cemburu dengan keluarga kecil yang berbahagia di bawah pohon sakura, saat ini dia juga bisa merasakan kebahagian bersama wanita kesayangannya bonus jagoan kecilnya yang menggemaskan.

Continue Reading

You'll Also Like

93.6K 14.3K 19
Yang publik ketahui, kedua pemimpin perusahaan ini sudah menjadi musuh bebuyutan selama bertahun-tahun lamanya, bahkan sebelum orang tua mereka pensi...
250K 36.9K 67
Jennie Ruby Jane, dia memutuskan untuk mengadopsi seorang anak di usia nya yang baru genap berumur 24 tahun dan sang anak yang masih berumur 10 bulan...
1.8M 18.5K 40
Sebelum membaca, alangkah baiknya kalian untuk follow akun wp gw ya. WARNING 🔞!!! Yg penasaran baca aja Ini Oneshoot atau Twoshoot ya INI HASIL PEMI...
56.4K 8.7K 55
Rahasia dibalik semuanya