BABY TWINS

By MilaRhiffa

165K 6.5K 79

Perjodohan mungkin dianggap tabu di zaman modern seperti saat ini. Namun itu terjadi pada Morgan Oey dan Aelk... More

(1) Elo?
(2) Sushi
(3) Cincin Kalung
(4) Tiga Bulan
(5) Kamar Gue!
(6) Status Palsu
(7) Baby Twins!
(8) Rafha dan Rifha
(9) Kutukan Konyol
(10) Nightmare
(11) Jealousy
(12) Masa Lalu
(13) Sandiwara
(14) Blood Type
(15) Pasangan Muda
(16) Buggg!
(17) Terbongkar
(18) Aku sayang kamu
(19) Nikah muda?
(20) Mommy, Daddy Minta Maaf!
(21) Mr and Mrs Winata
(22) Lulus SMA
(23) Weird Graduation
(24) You'll be Mine
(25) Baby Twins Hilang!
(26) Telling a Trap!
(28) End for start!

(27) What happened?

4.9K 200 0
By MilaRhiffa

Malam baru saja dimulai. Detik-detiknya seolah menjadi denyut nadi dikehidupan manusia.

Rafaell tengah mengemudikan mobilnya menuju suatu tempat. Di sampingnya ada seorang gadis cantik yang akan pergi bersamanya.

"Lucu ya, keluarga Morgan sama Aelke niat banget bikin semua skenarionya." ujar gadis yang duduk di samping Rafaell, dia Ifa.

"Iya, ya tapi, aku terlibat di dalamnya. Kalo aku tau mereka sebenernya udah dijodohin, aku gak bakal biarin hati aku buat jatuh cinta sama dia." ujar Rafaell sambil fokus ke jalanan ibu kota.

"Jatuh cinta itu gak kenal sebab dan gak bisa kamu rencanain, Raf." timpal Ifa tersenyum.

"Iya bener, kaya yang akhirnya aku bisa jatuh cinta sama kamu, loh!" tukas Rafaell tersenyum dan menatap Ifa sekilas setelah itu ia kembali memfokuskan dirinya mengemudikan mobil.

"Lupain dulu, Aelkenya. Baru ngomong begitu ke aku, wle..." ujar Ifa menjulurkan lidahnya, Ifa benar, ia harus benar-benar melupakan Aelke dan mengubur rasa cintanya. Karena sebenarnya, begitu sulit untuk Rafaell menghilangkan itu semua. Aelke sudah terlanjur memenuhi hatinya. Bahkan mereka sudah dekat sejak lama.

Rafaell memakirkan mobilnya di depan rumah yang sekaligus menjadi klinik 24 jam. Itu rumah Rangga.

Di depan rumah, Rangga dan Hana sudah menyambut kedatangan Rafaell dan Ifa.

"Lama banget, lo!" tukas Rangga menjabat tangan Rafaell. Ifa ikut menjabat tangan Rangga baru kemudian berjabatan dengan Hana.

"Maklum, Jakarta jalannya sesak. Haha.." jawab Rafaell.

"Hayu dah, acaranya udah mau mulai." ajak Rangga.

"Eh, bule! Gila ya, lo. Seenaknya akting di depan gue kalo lo sama Hana belom punya anak. Aelke sama Morgan udah nikah dan dua baby twins itu anak mereka." ujar Rafaell. Ia memang sudah mendengar semua cerita yang sebenarnya tentang Aelke dan Morgan dari Rangga.

Rangga terkekeh mendengar penuturan Rafaell. "Akting gue keren, kan? Cocok dong jadi aktor, haha..." ujar Rangga. Mereka semua akhirnya berjalan menuju rumah yang ada di sebelah kiri rumah Rangga. Rumah yang sama-sama ditempati Aelke dan Morgan.

Malam ini, Aelke dan Morgan menggelar acara makan-makan untuk sekedar merayakan pertunangan sah mereka diatas nama cinta yang sesungguhnya. Dan acara itu sengaja diadakan di rumah yang menjadi saksi bersatunya cinta mereka.

Rencananya, Morgan dan Aelke akan membawa sebagian barang penting mereka ke rumah masing-masing esok hari, karena mereka memang dipisahkan. Dalam beberapa bulan kedepan, mereka akan melangsungkan pernikahan. Dan beberapa bulan jarak menuju pernikahan tersebut, rumah mereka akan direnovasi menjadi dua lantai.

"Yang diundang siapa aja?" tanya Ifa kepada Hana, mereka sudah sampai di depan pintu rumah Aelke.

"Cuma temen-temen deket Morgan sama Aelke, keluarga besar mereka, dan semua yang terlibat di skenario kemarin." jawab Hana, Ifa mengangguk mendengar semua itu. Ia memang diundang langsung oleh Aelke dan diharuskan datang bersama Rafaell.

"Ngga, anak lo mana?" tanya Rafaell.

"Masih dipinjem sama Aelke. Sayang banget dia, ampe nangis kemaren kagak mau pisah." jawab Rangga.

"Emang anak kita barang apa yang dipinjem-pinjem..." sergah Hana.

"Becanda, sayang..." ujar Rangga, Rafaell dan Ifa tertawa saja melihat tingkah Rangga dan Hana.

Saat memasuki rumah Aelke, mereka berempat disambut oleh nenek Morgan yang duduk di ruang tamu.

"Eh baru pada dateng, masuk aja kedalem, yang lain udah nungguin. Acaranya di halaman belakang ya..." ujar nenek Morgan menjelaskan. Dan mereka semua masuk ke dalam lalu melewati sebuah pintu yang langsung menuju ke halaman belakang.

"Dick, arengnya mana lagi?" teriak Reza yang sedang membawa alat pemanggang BBQ.

"Nih!" Dicky tergopoh-gopoh membawa sekantung plastik yang penuh dengan arang dan memberikannya pada Reza.

"Repot amat, mau gue bantuin?" tanya Rafaell.

"Eh, coco udah dateng. Bantuin sini, kalo bisa lo yang ngipasin!" ujar Ilham yang membawa wadah besar berisi daging dan ayam mentah.

"Ebuseh... Gue ngipasin satu ayam aja, ya!" ujar Rafaell.

"Ayamnya satu, cucunya banyak...." Bisma datang sambil joget-joget tak jelas.

"Empunya ayam mirip muka, lo!" Dicky menjewer telinga Bisma sampai Bisma terangkat sedikit keatas.

"Sakit! Kuping gue dulu udah mau putus, putus beneran gue bakal tuntut lo ke KUA!" pekik Bisma mengusap-usap telinganya.

"Kawin doooong...." ujar Ilham dan Dicky bersamaan.

"Raf, aku kesana dulu, ya..." ujar Ifa menunjuk Rasya, Dinda dan beberapa teman lainnya yang sedang berkumpul sambil menyiapkan makanan. Acara ini memang dibuat santai dan semua makanan disiapkan sendiri.

***

Semua yang ada disana sibuk dengan pekerjaannya masing-masing sambil tertawa bahagia.

Dinda dan Rasya yang membuat saus sambal untuk ayam dan daging panggang. Dicky dan Reza yang membolak-balik daging sedangkan Ilham dan Bisma yang mengipasinya. Rafaell, Hana dan Ifa memotong sayuran untuk membuat sup. Sedangkan Rangga dan Morgan menyiapkan minuman. Keluarga besar Aelke dan Morgan pun memasak nasi dan kue-kue yang lezat. Kebersamaan mereka disini sungguh terasa.

"Nah, mau nama kalian Rafha-Rifha, Zean-Zein, tetep ada di hati mommy...." ujar Aelke baru saja selesai menyuapi baby twins makan malam. Alfard datang mendekati Aelke.

"Udahan makannya?" tanya Alfa, Aelke mengangguk.

"Udah, kak. Kenapa?" tanya Aelke sambil menumpuk dua mangkuk bubur menjadi satu.

"Enggak, lo mending buat Shusi, gue kangen banget sama Shusi buatan lo, sipit..." ujar Alfa.

"Ye, minta dimasakin pake ngatain gue sipit..." sergah Aelke cemberut.

"Udah ah, buatin ya, baby twins kan ada emak-bapaknya." tukas Alfa.

"Kak Hana, baby twins aku tinggal ya, mau buat Sushi..." ujar Aelke sedikit berteriak. Hana mengangguk dan menghentikan aktifitasnya. Ia lalu mencuci tangannya dan mendekati baby twins.

Aelke menyiapkan bahan-bahan untuk membuat Shusi dan duduk di atas tikar yang juga ditempati oleh Dinda dan Rasya.

"Bikin sambelnya musti enak, ya..." ucap Aelke. Rasya mengangkat ibu jari tangan kanannya. "Sip, bos!" tukasnya.

"Lo saus Shusinya bikin sendiri ya." ujar Dinda.

"Tenaaaang..." jawab Aelke.

"Rafaell! Sini, dong!" teriak Aelke memanggil Rafaell yang sedang memotong sayuran. Rafaell menoleh, ia bangkit dan berjalan mendekati Aelke. Morgan yang sedang mengupas buah untuk dijadikan minuman menoleh saat ia juga mendengar suara Aelke yang memanggil Rafaell. Ia memerhatikan dari jauh, apa yang dilakukan Aelke dan Rafaell.

"Ada apa?" tanya Rafaell.

"Bantun bikin Shusi..." ujar Aelke memelas, Rafaell terkekeh dan duduk di samping Aelke.
"Oke, isinya apaan?" tanya Rafaell meraih alat roll untuk membuat Shusi.

"Nih, macem-macem..." ujar Aelke. Mereka terlihat dekat seperti dulu.

"Ael, Morgan ngambek entar lo deket-deket sama Rafa lagi, haha..." ujar Dinda.

"Bukan cuma Morgan, tapi Ifa juga..." timpal Rasya sambil melirik Ifa yang tengah mengupas kentang.

"Gue kan cuma minta bantuan Rafaell, bukan mau ngapa-ngapain.." jawab Aelke meneruskan aktifitasnya.

"Sini, Raf..." Aelke mendekatkan dirinya kepada Rafaell. Ia membisikkan sesuatu di telinga kiri Rafaell, Morgan disana melihatnya. Ia masih menahan perasaannya, siapa tahu Aelke memang sedang membicarakan hal yang penting.

"Haha, sip, sip. Cuma kita yang tau, ya!" ujar Rafaell menjawab bisikan Aelke. Dinda dan Rasya menatap kedua orang itu heran. Bisa-bisa Morgan cemburu tujuh hari tujuh malam melihat mereka yang dekat dan tertawa bersama seperti itu.

Morgan meletakkan pisau dan buah yang sedang ia kupas. Ia langsung bergegas mendekati Rafaell dan Aelke. Rangga yang sedang membelah es batu hanya heran melihat Morgan yang meninggalkannya begitu saja. Ketika Rangga melihat Morgan kemana, ia baru sadar, secara, Aelke tengah dekat dengan Rafaell.

"Sini, aku mau buat Shusi juga." Morgan merebut Shusi yang sedang Rafaell buat. Aelke dan Rafaell saling pandang karena Morgan tiba-tiba saja datang dan duduk di tengah-tengah mereka.

"Gan, jangan begini. Yang rapi, dong, kaya Rafaell." ujar Aelke. Morgan melirik wajah Aelke kesal, saat seperti ini Aelke malah membela Shusi hasil Rafaell dan memujinya. Hell, yeah!

"Kurang rapi gimana, coba..!" tukas Morgan tak terima. Aelke mengajari Morgan membentuk Sushi dengan rapi. Aelke juga memberikan satu roll lagi kepada Rafaell dan akhirnya, mereka membuat Shusi bertiga.

"Fa, Rafaell jadian belom sama, lo?" tanya Dicky usil sambil meletakan daging yang sudah siap disajikan.

"Apa deh, Dicky... Liat dong, Rafaell deketnya sama siapa? Bukan sama gue..." ujar Ifa.

"Cemburu ya?" goda Bisma.

"Mau tau aja, deh!" tukas Ifa menjulurkan lidahnya.

"Eh, musik, musik... Sepi amat!" pekik Bisma. Tak lama, Alfa datang membawakan sebuah music box mungil dan menyalakannya.

"Mau lagu dangdut kak!" ujar Reza, Alfa terkekeh. "Koplo aja!" teriak Rangga. "Jangan, western aja!" sergah Ilham. "K-pop, k-pop....!" teriak Rasya dan Dinda bersamaan.
"Qasidahan sekalian!" tukas Alfa bingung dengan request yang berbeda-beda.

Rangga merebut music box dari tangan Alfa, ia mencari-cari lagu yang cocok untuk semuanya.

"Nah, in baru musik!!!" teriak Rangga. Perlahan musik mulai terdengar dan semua tertawa mendengar musik yang berputar.

"Pacarku memang dekat, lima langkah dari rumah...." ujar Rangga mengikuti irama lagu. Dicky, Reza dan Ilham malah ikut berjoged saat melihat Rangga mengeluarkan jurus joged andalannya.

"Weii!!! Daging ama ayam sapa yang ngurusin????" teriak Morgan. Sontak semuanya kembali ke tugas masing-masing sambil terus berjoged. Suasananya makin seru saat papa Morgan dan papa Aelke malah asik ikut berjoged di tengah-tengah.

***

Kini semuanya duduk melingkar di atas tikar yang cukup besar. Makanan sudah siap semua di tengah-tengah. Keluarga Aelke dan keluarga Morgan juga membuat lingkaran sendiri untuk makan bersama. Sedangkan, lingkaran satunya khusus untuk anak-anak muda.

Aelke melihat Ifa dan Rafaell yang kebingungan mau duduk dimana. Di sebelah Aelke duduk ada Morgan yang sedang menyendokkan buah-buahan ke dalam gelas untuk minuman.

"Raf, Fa, duduk disini aja.. Geser-geser..." ujar Aelke, Rasya menggeser posisi duduknya. Rafaell kini sudah berada di kanan Aelke sedangkan Morgan di kiri Aelke. Ifa duduk di sebelah Rafaell. Morgan melirik Aelke dan menyentuhnya.

"Apa sih dia duduk deket kamu!" bisik Morgan, sepertinya ia kesal. Aelke menoleh. "Loh kenapa?" tanya Aelke polos.
"Tau!" jawab Morgan mengalihkan wajahnya dan mulai melahap makanan di hadapannya. Aelke mengerutkan dahinya, Morgan pasti cemburu.

Selesai makan-makanan berat dengan kebersamaan yang luar biasa, kini giliran makan pencuci mulut yang dicicipi dan itu semua buatan para mama, mama Morgan dan mama Aelke.

Aelke masuk ke dalam rumahnya membawa piring dan peralatan kotor. Jam dinding sudah menunjukkan pukul 23.55 WIB. Baby twins sudah tertidur di kamar Aelke dan untungnya mereka berdua tidur nyenyak padahal di halaman belakang berisik bukan main, apalagi jika Dicky dan yang lain sudah berbuat usil.

Aelke berjalan keluar dan berbaur dengan yang lain. Mereka sedang asik berdansa acak-acakan. Morgan melihat Aelke, tapi ia kesal karena sejak tadi Aelke seakan mengacuhkannya dan malah dekat dengan Rafaell. Aelke menatap Morgan. Ia mendekati Morgan dan tersenyum padanya. Morgan diam saja, Aelke mengajak Morgan berdansa tapi Morgan menolaknya. Aelke mengigit bibir bawahnya kesal dan ia nekat menarik tangan Rafaell dan mengajaknya berdansa. Morgan membolakan matanya melihat sikap Aelke yang begitu berani membuat mood-nya hancur berantakan. Hatinya terasa panas. Apalagi saat melihat Aelke tersenyum di depan Rafaell dan malah mengajak Rafaell masuk ke dalam rumah padahal, yang lain tengah berada di di halaman belakang.

"Tadi Morgan liat kita, gak?" tanya Aelke pada Rafaell. Rafaell melihat keluar.

"Dia pasti liat, kamu nekat kan ngajak aku kesini." ujar Rafaell.

***

Morgan menendang betu kerikil kecil dan batu tersebut langsung terpelanting ke kolam renang.

"Ngapa lo?" tanya Bisma.

"Gak." singkat Morgan.

"Morgan...!" Morgan diam dan tidak menolah, ia tahu yang memanggilnya adalah Aelke.

"Gan," Aelke mencoba menyentuh pundak Morgan, tapi Morgan malah mengacuhkannya. Bisma menatap keduanya bingung.

"Gan, kamu kenapa?" tanya Aelke, Morgan bergeming, hatinya kesal. Saat seperti ini dan jelas apa yang membuat Morgan kesal, Aelke masih menanyakan ia kenapa.

"Morgan," Aelke berdiri di depan Morgan dan menatapnya. Morgan mengalihkan pandangannya ke lain arah.

"Kamu marah?" tanya Aelke. Morgan tetap diam.

"Jangan marah, aku minta maaf, ya..." ujar Aelke menyentuh kedua telapak tangan Morgan tapi Morgan menarik tangannya.

"Jangan sentuh aku!" gertak Morgan. Aelke berdiri mematung sekarang dan menghela nafasnya perlahan.

"Aku minta maaf ya... Happy birthday ,sayang..." ucap Aelke yang setelah itu meraih pipi kanan-kiri Morgan lalu mengecup keningnya. Morgan terkejut, Aelke tersenyum di hadapannya.

"Jangan marah, aku sama Rafaell cuma becanda, 18 tahun harus lebih baik ya, sayang..." ujar Aelke mengelus pipi Morgan, Morgan berkedip-kedip tak percaya. Sepertinya ia baru kali ini melihat Aelke selembut ini padanya. Ia juga baru ingat, malam tadi tanggal 24 mei, dan kini sudah menginjak 25 mei.

"Yeaaaah!!!!! Happy birthday Morgan....." teriak semua teman Aelke dan keluarga besar mereka yang ada disana langsung menghujami Morgan dengan semprotan khas ala ulang tahun dan memenuhi tubuh Morgan.

Morgan menghalau semua semprotan dan kemudian pasrah tubuhnya akan menjadi seperti apa.

"Happy birthday. Sorry, Gan, buat yang tadi. Aelke yang minta." Rafaell menyerahkan kue tart yang ia bawa pada Aelke. Setelah itu, ia menepuk pundak Morgan dan tersenyum.

"Haha, kena, deh!" ujar Dicky.

"Makasih, Raf. Maaf gue salah faham, jangan ampe beneran ya, Aelke calon bini gue atu-atunya..." ujar Morgan cengengesan.

"Haha, tenang. Gue sama Ifa nanti nyusul..." ujar Rafaell dan Ifa yang disebut namanya langsung memerah pipinya.

Semua akhirnya menyanyikan lagu selamat ulang tahun dan kini saatnya Morgan meniup lilin.

"Make a wish dulu..." ujar Aelke tersenyum menatap Morgan yang berada di hadapannya dengan bias sinar lilin, keadaan Morgan lumayan acak-acakan.

"Wish aku harus semua orang tau, aku berharap selalu sama kamu, sampai kapanpun. Dan nanti bisa punya baby twins kaya Zean dan Zeinnya Rangga sama Hana. Aamiin..." ucapnya kemudian meniup lilin yang berada di atas kue tart dengan angka 18.

"Cieeee...." goda Reza.

"E, jangan peluk aku!"  pekik Aelke saat Morgan mendekatinya, ia tak mau ikut berantakan seperti Morgan.

Bisma dan Dikcy tersenyum jail, begitu juga Ilham dan Reza yang berjalan kompak mendekati Morgan, Morgan menatap teman-temannya heran sampai ia menyadari bahwa keadaannya terancam karena setelah itu, Bisma dan semuanya mendorong tubuh Morgan hingga ia tercebur ke kolam renang.

"Happy birthday, Morgaaaaaaan...!!! Hahaha..."

Aelke tertawa melihat Morgan yang harus rela kedinginan tengah malam. Ia lalu menatap bintang yang bersinar di atas langit yang seolah menatapnya.

"Bintang, kau jadi saksi kebahagiaanku." ujar Aelke penuh haru.

TBC....

Continue Reading

You'll Also Like

1.4M 6.3K 16
LAPAK DEWASA 21++ JANGAN BACA KALAU MASIH BELUM CUKUP UMUR!! Bagian 21++ Di Karyakarsa beserta gambar giftnya. 🔞🔞 Alden Maheswara. Seorang siswa...
1.8M 86.5K 55
Rasa cinta terlalu berlebihan membuat Lia lupa bahwa cinta itu tidak pernah bisa dipaksakan. Rasanya ia terlalu banyak menghabiskan waktu dengan meng...
2.9M 203K 36
"Saya nggak suka disentuh, tapi kalau kamu orangnya, silahkan sentuh saya sepuasnya, Naraca." Roman. *** Roman dikenal sebagai sosok misterius, unto...
16.9M 747K 43
GENRE : ROMANCE [Story 3] Bagas cowok baik-baik, hidupnya lurus dan berambisi pada nilai bagus di sekolah. Saras gadis kampung yang merantau ke kota...