(14) Blood Type

4.6K 201 0
                                    

Aelke tersenyum saat melihat snack seawood kesukaannya. Saat tangannya hendak mengambil snack tersebut, ternyata ada tangan seseorang yang juga mau mengambil snack yang sama. Aelke menarik tangannya dan menoleh, ia diam mematung saat melihat siapa yang ada di depannya.

"Aelke?"

"Rafaell?" tukas Aelke.

Rafaell melihat Aelke dan semua belanjaan yang ada di trollinya.

"Kamu belanja semua itu buat siapa?" 6 kata yang keluar dari mulut Rafaell berhasil membuat Aelke terpaku.

Aelke memutar otaknya mencari jawaban yang pas dan tidak menimbulkan rasa curiga di benak Rafaell.

"Mama kamu gak punya little baby, kan?" tanya Rafaell lagi. Aelke menggeleng cepat dan tersenyum.

"Ini... Ini tuh belanjaan titipan. Heeh iya nih titipan dari tante aku... Aku disuruh belanja buat baby-nya tante... Terus aku sekalian deh beli makanan, hehe.." ujar Aelke agak gugup. Rafaell yang masih merasa aneh, mengangguk saja mendengar penjelasan Aelke.

"Terus, udah belanjanya?" tanya Rafaell. Aelke mengangguk "Udah, kok..." jawabnya mendorong trolli ke tempat kasir.

"Aku anter aja ya ke rumah tante kamu, kamu gak bawa kendaraan, kan, kesini?" Rafaell. Aelke berdecak di dalam hatinya, memikirkan cara untuk bisa menolak ajakan Rafaell.

"Enggak, udah... Nanti aku pulang sendiri aja..." Aelke mengelak. Rafaell terdiam sedih, sebenarnya ia selalu sedih karena Aelke tidak pernah mau pergi kemanapun bersamanya.

"Hffh.. Iya deh, kamu kan emang paling gak mau kemana-mana sama aku." Rafaell mengambil Atm di dompetnya dan membayar belanjaannya sendiri.

"Raf, aku gak maksud kayak gitu..." ujar Aelke. Rafaell tersenyum, ia mengambil semua belanjaannya dan berlalu begitu saja meninggalkan Aelke yang masih menunggu belanjaannya di kasir, sepertinya ia kecewa. Aelke menatap punggung Rafaell yang pergi, hatinya terasa sakit saat melihat wajah Rafaell yang begitu kecewa terhadapnya.

Setelah belanjaannya yang begitu banyak selesai dihitung, Aelke membayarnya dengan uang tunai. Ia dibantu 1 orang pelayan minimarket membawa barang-barangnya sampai ke depan dan menunggu taxi disana. Tak lama, taxi datang dan Aelke langsung pulang ke rumahnya.

***

Morgan menginjakkan kakinya lagi di tempat ini. Tempat pertama kalinya ia dan Irma menjadi sepasang kekasih beberapa tahun lalu. Angin berhembus menerpa wajah Morgan. Morgan menatap tempat yang dulu menjadi sejarah untuknya sudah banyak berubah. Morgan dan Irma jadian di sisi danau dekat sekolah SMP-nya dulu.

"Sekarang kamu mau ngomong apa?" tanya Morgan. Irma duduk di sisi danau dan Morgan mengikutinya.

"Indah ya tempat ini, gak berubah suasana romantisnya." ujar Irma. Morgan mengingat bagaimana dulu ia yang amat lugu dan pertama kali merasakan cinta meski saat itu Irma yang menembaknya.

Morgan sudah menyayangi Irma layaknya seorang kekasih, tapi Irma malah pergi meninggalkannya bersama lelaki lain di luar negeri sana. Sejak saat itu, Morgan tidak mau mencintai seseorang dan menjadi playboy yang seenaknya memainkan perasaan wanita.

"Kamu mau ngomong apa sampe kita harus kesini?" tanya Morgan. Irma tersenyum dan menatap Morgan.

"Aku mau cinta kita tumbuh lagi seperti dulu..." jawabnya antusias. Morgan menghela nafas panjang.

"Tumbuh lagi? Aku udah tunangan..." ujar Morgan.

"Baru tunangan, kan? Gak akan halangi apapun dari kita, aku tau kamu masih sayang sama aku." ucap Irma dengan pedenya.

BABY TWINSWhere stories live. Discover now